"Tenten, apa kau sudah menemukan orang yang kamu suka?"
"Entahlah."
"Akan kutunggu saat itu."
"Eh? Maksudnya?"
"Kelak kau akan mengerti."
"..."
.
.
Setidaknya, itu adalah kenangan masa lalu..
.
.
Kini sudah tak ada kesempatan untuk mengatakan itu padanya..
.
.
Karena..
.
.
Malu, tak punya keberanian..
.
.
AI
Naruto Shei. Eh, salah, ding! Naruto hanya milik MASASHI KISHIMOTO!
.
.
Musim semi telah dimulai. Tantangan baru, suasana baru, hal yang baru, buku tulis baru, semuanya sudah lengkap. Bahkan..
"Tenten, kau manis sekali dengan gaya rambut itu!" puji Lee kepada Tenten, teman sebangkuku. Aku sudah berteman dengannya sejak kecil.
"Hehe.. Terimakasih, ya!"
Bahkan rambut orang yang kusukai sekarang berubah menjadi model yang baru. Tentunya yang sangat cocok untuknya. Hanya saja aku tak bisa mengatakannya. Apalagi secara 'live'.
pelajaran pertama.. Bahasa Inggris, pelajaran kesukaanku. Aku selalu mendapat nilai sempurna dengan pelajaran ini.
"Ssttt, Neji, bagaimana gaya rambutku yang sekarang? Manis tidak?" Tenten menatapku dengan wajah manisnya. Aku hanya berpura-pura tak melihatnya. Nanti aku malah gak fokus pelajaran karena terbunga-bunga.
"Tak berubah, tetap seperti biasanya." jawabku tegas. Tenten berdecih. Namun terlihat lucu buatku. Maaf, Tenten, aku masih belum bisa mengatakannya padamu. Sebenarnya, kau tetap seperti biasanya, selalu manis.
.
.
Istirahat siang, semua anak cowok bermain bola basket, sepak bola, dan lain-lain. Sementara yang cewek sibuk menyemangati mereka. Terkecuali aku, Tenten, dan Hinata, adik sepupuku. Kami memang sudah langganan untuk tetap di kelas.
Mungkin membaca buku atau hanya berbincang-bincang bertiga sudah menjadi kebiasaan kami. Tenten dan Hinata terlihat sangat akrab. Apalagi kalau ngomongin hal yang mengenai masalah cewek, mereka akrab banget. Kadang aku juga kedengeran, sih. Tapi aku pura-pura gak dengar.
"Tenten, komikku yang kupinjam udah selesai bacanya?" tanyaku pada Tenten sambil mendekatinya. Modus? Biarin!
"Ya.. Ya.. Tapi aku lupa membawanya. Maaf, ya."
"Ya."
"..." Tenten menatapku.
"Ada yang salah?"
"..."
"..."
"Neji.."
"Apa?"
"Ada.. Ada orang yang kau sukai, nggak?
"O/O" aku tak menjawab karena malu.
"Ada, ya? Mukamu merah padam."
"Ya, memang ada." jawabku tanpa sadar. Malu sekali rasanya.
"Siapa?"
"Aku tak bisa mengatakannya."
"Aku akan menunggu jawabanmu."
"Memangnya kenapa?"
"Aku menyukaimu. Sejak kita pertama kali berteman."
"E-Eh?"
Entah kenapa aku familiar dengan kata-kata ini. Sepertinya aku pernah mengucapkannya. Tapi, kapan?
~TING TUNG TING TUNG~
Terimakasih, bel masuk, kau menyelamatkanku dari malu akut!
.
.
Sejak Tenten mengatakan perasaannya kepadaku, entah kenapa aku jadi malu menatapnya. Padahal pingin. Saat istirahat maupun pelajaran, Tenten sudah tak pernah mengajakku bicara. Apakah ia malu? Aku aja malu, apalagi dia!
.
.
Sampai pada suatu hari, saat musim gugur tiba.
.
.
Aku, Tenten, Deidara, Ino dan Sasori masuk ke dalam satu kelompok pada pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi / TIK. Hari ini kami berlima sudah janjian mengerjakan tugas di rumah Tenten sore ini. Sudah lama aku tak pernah ngobrol dengan Tenten, bagiku ini adalah kesempatan besar.
Begitu sampai di rumah Tenten, ibu Tenten menyambutku dengan ramah. Ternyata teman-teman yang lain sudah ada disana. Duduk melingkari meja tamu dari kayu. Di tengahnya sudah ada tiga laptop, entah punya siapa saja itu.
"Permisi.." aku duduk disebelah Tenten. Tenten langsung blushing aja waktu ngeliat aku. Begitu pun denganku. Tatapan curiga dari teman-teman mulai terlihat. Suasana hening mulai tercipta.
"Neji, kau telat! Sebagai gantinya kau yang ngetik makalah sama Tenten!" seru Deidara membuyarkan suasana sunyi. Disertai anggukan dari Ino dan Sasori.
"Kok sama Tenten?! Kan yang telat cuma aku?" sela ku. Deidara dan Ino bertatapan dan tersenyum mencurigakan. Sebenarnya ada apa ini?
"Sudahlah, pokoknya kalian berdua yang harus mengerjakannya!" dukung Sasori. Sangat mencurigakan. Aku dan Tenten menatap mereka dengan bingung.
"A-Ayo cepat ngerjakan tugasnya! Masih banyak yang belum dikerjakan!" Tenten mencoba mencairkan suasana. "Benar." dukungku. Deidara, Ino, Dan Sasori bertatapan dan tersenyum penuh kecurigaan. Firasatku mulai gak enak, nih. Jangan-jangan trio penggosip ini tahu kalau aku suka pada Tenten? Oh NO~
Aku mengerjakan tugasku dengan rasa tidak nyaman. Sesekali terdengar suara dehem Sasori ataupun Deidara. Punya penyakit batuk menahun kali, ya? Ino sih mengerjakan tugasnya sambil cengengesan sendiri. Mereka semua beda banget sama aku dan Tenten yang mengerjakan tugas dengan serius.
Beberapa saat kemudian, Deidara, Ino dan Sasori pulang. Tugas mereka sudah selesai. Meninggalkan aku dan Tenten yang sekarang sangat canggung untuk berkomunikasi. Kayak orang kuper aja.
"Neji-kun, sudah selesai?" tanya Tenten tiba-tiba. Hah? Sejak kapan Tenten memanggilku dengan sufix -kun?
"Iya, ini sudah mau selesai."
"Mau dibantu?"
"Tidak, terimakasih."
"Kau tidak marah, kan, kupanggil 'Neji-kun'?"
"Ten.. Tentu tidak. Hanya agak aneh saja."
"Mulai sekarang.. Ng., panggil aku Ten.. Tenten-chan., ya?"
Aku terbelalak mendengar ini. Rasanya seperti orang pacaran saja. Tapi entah kenapa aku merasa senang aja.
"Tentu, Tenten-chan." ucapku dengan tersenyum karena terlalu senang. Tenten terlihat gembira. Mungkin aku bisa menyatakan perasaanku pada Tenten pada kesempatan ini? Apalagi sekarang kita hanya berdua.
"Sudah-sudah, cepat selesaikan tugasmu. Aku mau buatkan teh dulu, ya!" Tenten bangkit dari duduknya dan pergi ke sebuah ruangan yang ditutupi tirai. Ruangan itu terlihat saat terkena angin. Sekilas kulihat banyak sekali hiasan di dinding ruangan itu. Seperti tulisan-tulisan Cina dan lampion-lampion kecil. Kenapa aku bisa tahu? Aku kan ngintip gitu loh.. Yang kubingungkan, Tenten kan orang cina tapi kenapa kulitnya agak cokelat gitu ya? Manis, sih..
Beberapa saat setelah itu, Tenten datang membawa dua cangkir teh.
"Nih, mumpung masih hangat." Tenten memberikan salah satu cangkir yang berisi teh itu padaku. Aku tersenyum untuk sesaat namun beberapa detik kemudian..
"PUAANNAAAASSS!" segera kuletakkan teh itu di meja tamu Tenten, tepatnya di dekat laptop yang sedang kupakai. Sumpah, panas banget! Hangat dari mananya, tanganku hampir melecet gara-gara itu. Tenten memandangku dengan tawa garingnya. Kupelototi dia dengan mata lavenderku yang terkenal lebar. Hyuuga gitu, loh. Tenten malah ngakak. Cih, aku kan bukan komedian!
"Gomen ne, Neji-kun. Hihi.."
"Nggih, mboten napa-napa, ndoro..(?)"
"..."
Yosh, suasana sudah hening kembali, dan tak ada orang yang akan mengganggu. Mungkin ini saatnya aku mengatakannya pada Tenten?
"Tenten.. Aku.."
"TENTEN! Kau letakkan belanjaan kemarin siang dimana!?" suara menggelegar yang tak asing di telingaku. Mirip sama Tenten. Yang pasti itu adalah suara ibu Tenten. Benar kata Shikamaru dan Kiba, ibu itu menakutkan.
"I-Iya, kucari dulu, aku lupa meletakkannya dimana." Tenten berlari menuju arah suara ibunya. "Neji, tunggu sebentar!"
Sial, padahal tinggal beberapa kata lagi perasaanku akan tersampaikan. Kesal! Kesal! Kesal! Rasanya jadi gak mood untuk menyatakannya sekarang. Sambil menunggu Tenten kembali aku melanjutkan pekerjaanku yang tertunda.
"Lama amat.." gerutuku karena Tenten tak kunjung kembali padahal kerjaanku sudah selesai. Ingin rasanya kuteriaki dia biar cepat kembali. Tapi karena ini bukan rumahku, aku sungkan. Karena bosan, ku keluarkan HPku dari dalam saku. Lalu kutulis sebuah pesan.
'TENTEN! CEPETAN! AKU NUNGGU SAMPE LUMUTAN NEH!'
Begitulah isinya. Dengan cepat kukirim tuh sms ke nomornya Tenten. Tak lama kemudian..
"I love you Neji Neji Neji.., alihkanlah padaku.. Pandangan kepada seseorang itu.. Sadarilah ketukan dari diriku.. Kuingin jawaban dari ra.."
PIP!
Sebuah ponsel berdering dengan ringtone aneh yang sepertinya itu suara Tenten. Refleks aku langsung memencetnya agar berhenti berbunyi. Pesan masuk dariku rupanya. Bagaimana bisa aku gak sadar kalau HPnya Tenten ada di sebelahku pas?! Sungguh terlalu..
'GUBRAKK.. TUINGG.. MEOOWW.. PRANGG..'
"Neji-kun! Maaf lama menunggu!" teriakTenten. Tangannya penuh dengan luka gores. Masa, sih, nyari bahan belanjaan sampai kayak gitu?
"Lama."
"Maaf.. Maaf.. Belanjaannya udah susah-susah dicari ternyata udah dimakan sama kucing! Damn!"
"Emang belanjaanmu apaan?" aku sedikit tertawa melihat Tenten kesal karena ulahnya sendiri.
"Ikan pindang. Kucingku nakal! Menyebalkan! Manja! Ngeselin! Bodoh! Tapi aku tetap menyayanginya~"
Oke untuk yang kali ini aku sweatdrop. Sudah-sudah gaje-gajeannya. Yang penting aku harus menyatakan perasaanku, terus pulang. Karena hari sudah mulai gelap.
"Tenten.., Aku..." aku sudah membuka suara. Jantungku berdegup kencang.
"Wah, temannya Tenten belum pulang? Ayo pulang, nanti dicariin ibumu, loh. Nggak baik pulang saat sudah gelap. Masih SMP lagi.." Ibunya Tenten muncul lagi. Sumpah, benar-benar gak ngenak-ngenak i. Padahal tinggal sedikit lagi.
Dengan terpaksa aku berdiri dan pamitan ke Tenten dan ibunya. Aku pulang dengan hati yang 'sama sekali gak oke'. GAK GREGET! Tapi berkat kelompokan hari ini, aku sudah nggak canggung lagi ngomong maupun menatap Tenten.
TBC
.
Pojok curhatan Author:
Osh, bagaimana dengan FF Sheii yang ini? Gaje apa gaje banget? Sebenarnya ini birthday FF untuk teman spesialku, tapi.. Kalau hasilnya kacau begini ga jadi, deh TT-TT
Aku niatnya mau buat 2 chapter doang. Jadi chapter depan udah FIN. Jangan lupa sempatin baca, ya!
Oh, ya, satu hal lagi yang lupa..
.
.
Mind to REVIEW?
.
.
~Sheii-chan~
