Be Bright

Kim Mingyu | Jeon Wonwoo | de el el | Meanie | GyuWon | SEVENTEEN

Genre romance asam manis like always

Ratingnya T lebih dikit mungkin :'v

Plagiat? Kesenangan boleh dipikul, dosa jinjing sendiri /?

WARNING !

.

Delusi berlebihan bukan tanggung jawab saya :'v

.

.


Wonwoo itu pemalu, tapi Mingyu itu orang yang pandai berekspresi.

Wonwoo itu pintar, tapi Mingyu otaknya sedikit geser.

Wonwoo itu tertutup, tapi Mingyu malah hobi mengumbar aibnya sendiri.

Wonwoo itu kesayangan Choi Songsaengnim, tapi Mingyu adalah babu tetap Choi Songsaengnim.

Wonwoo itu suka kucing, tapi Mingyu suka anjing.

Wonwoo itu diam dan tenang, tapi Mingyu berisik melebihi suara vacuum cleaner.

Wonwoo itu selalu datang 15 menit lebih awal di sekolah, tapi Mingyu lebih suka bolos

Wonwoo itu ibarat tepung, tapi Mingyu ibarat lap piring [baca : dekil]

Wonwoo itu suka matematika, tapi Mingyu lebih suka olahraga.

Wonwoo itu judes, tapi Mingyu kelewat ramah.

Wonwoo itu susah tersenyum, tapi Mingyu hampir tak pernah terlihat muram.

.

Mingyu tak mengelak saat Choi Songsaengnim menarik lengannya menuju ruangan kecil di pojok lantai 2 gedung bercat biru tersebut. Guru yang sudah masuk usia 40 tahunan itu tampak bergumam sendirian sambil mencengkram erat lengan anak didiknya yang tak bisa diam seperti kincir. Mingyu yang tak mau berurusan panjang hanya ikutan diam dan mengikuti langkah panjang Guru Choi yang menyeretnya dengan paksa. Ini bukan hal yang baru dan patut dikasihani karena Mingyu memang tukang rusuh di sekolah. Kali ini kasusnya bukan membolos atau ketahuan melipir ke kantin saat jam pelajaran. Hari ini Mingyu tertangkap basah tengah mangkir dari hukumannya yaitu membersihkan kandang kelinci di sekolah.

"Aku tidak pernah punya penyakit hipertensi sebelum bertemu denganmu Kim Mingyu," Guru Choi mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari telunjuknya dan menatap garang wajah muridnya ini.

Mingyu menampilkan giginya, berusaha menarik simpati pria yang mengajar matematika sekaligus merupakan wali kelasnya ini "Sungguhan Songsaengnim, aku tadi sakit perut, jadi ke kamar mandi, tapi karena kelamaan jadi lupa, lalu seungcheol mengajakku jajan dulu, dan akhirnya aku makan, eh aku jadi tambah lupa sampai jam makan siang …"

Untuk sekedar informasi, Mingyu mendapatkan titah untuk membersihkan kandang kelinci saat jam istirahat pertama, dan perlu kalian ketahui juga, Mingyu tidak terlalu suka pada hewan yang punya telinga panjang tersebut. Untuk alasan, kalian tidak perlu repot-repot tahu, karena dirinya sendiri juga heran mengapa dia tidak bisa betah berlama-lama dengan hewan kesukaan anak perempuan itu.

"Jangan cari-cari alasan! aku tidak mau kau mangkir kali ini, kalau tidak, jadwal piket membersihkan kandang akan full dengan namamu sampai minggu depan."

Bocah berandal ini tak sanggup membayangkan akan membersihkan kandang si bola-bola bulu itu selama seminggu penuh. Sehari saja ia tak kuat, apalagi jika harus mendekam seminggu. Mungkin jika ia mangkir lagi, Mingyu bisa disuruh camping disana. Untuk informasi juga, pria yang baru menikah bulan lalu ini tak segan-segan menyuruh muridnya menguras kolam renang kalau ada yang bandel, lebih-lebih murid sejenis Kim Mingyu yang punya hobi kejar-kejaran dengan petugas tata tertip atau satpam sekolah.

Namja yang kelebihan hormon pertumbuhan ini keluar dengan santai setelah mencapai kesepakatan dengan Guru Choi. Membersihkan kandang kelinci dan memberi makan anjing penjaga [yang sebenarnya adalah peliharaan kepala sekolah] untuk hari ini adalah hasil dari hukuman yang harus ia terima.

.


Seokmin dan Soonyoung menunggu Mingyu dengan antusias di meja kantin yang besar. Mingyu yang membawa nampannya langsung menyerobot kerumunan manusia di kantin dan menyambut Seokmin yang melambaikan tangannya dari kejauhan. Dengan kakinya yang panjang, mudah saja baginya untuk segera sampai di meja yang posisinya dekat dengan jendela tersbeut.

"Jadi, bagaimana?" Seokmin membuka percakapan sembari memotong daging bulgoginya menjadi beberapa bagian.

"Apanya yang bagaimana?" Mingyu mengerutkan kening, meruntuki kebiasaan Seokmin yang suka bicara dengan kalimat tidak lengkap.

Kali ini Soonyoung menyahut, "Kencanmu dengan Choi Songsaengnim!"

Mingyu mendadak mual begitu Soonyoung menyebutkan nama guru yang membuatnya harus berurusan dengan hewan-hewan berbulu yang suka meloncat itu.

"Jangan tanya!" sembur Mingyu. Seokmin yang duduk bersebrangan dengannya lantas memaki teman satu bangkunya itu karena mendapat semburan nasi yang mengenai wajahnya.

Begitu Mingyu menyahutnya marah, Seokmin gantian mengomel-ngomel, "Kim Mingyu kau ini jorok sekali, duh!"

Soonyoung tak mau ikut berkomentar karena dia bakal kena imbasnya. Sembari mengunyah nasi, pria yang punya rambut coklat itu asyik mengutak-atik kamera DSLR yang entah sejak kapan sudah ada di tangannya, ia memilih tak ikut campur dalam perdebatan milik Seokmin dan Mingyu yang sekarang terlihat saling menyalahkan.

Namun karena otaknya bisa pening gara-gara Mingyu yang masih terbawa emosi akibat hukuman membersihkan kandang dan Seokmin yang mengomel-ngomel karena kena sembur, Soonyoung memilih untuk mengalihkan pembicaraan mereka berdua.

"Ngomong-ngomong soal Choi Songsaengnim…" Soonyoung menggantung ucapannya membuat Seokmin dan Mingyu lantas menoleh, "Aku juga punya masalah dengan guru itu."

Seokmin memasang wajah 'siapa-juga-yang-tidak-pernah-punya-masalah-dengan-dia' sebelum memberikan Soonyoung tepukan di pundak beberapa kali untuk menguatkannya.

"Memangnya kenapa?" Mingyu menyendok sup, sembari melirik kamera yang dari tadi jadi objek perhatian Soonyoung.

"Guru itu terus menerus menolak hasil fotoku," ia mengeluh, jadi tak bersemangat memakan daging berwarna coklat yang kini tinggal separuh, "Tapi mungkin masalahku bukan pada guru itu sih."

Mingyu yang notabene lumayan lelet itu jadi tak mengerti arah pembicaraan, ia menghentikan makan untuk sekedar menyimak. Tapi kemduan ia baru ingat, Soonyoung adalah anggota klub jurnalistik yang sekarang punya project untuk membuat buku tahunan sekolah. Itu sebabnya pria yang tak lebih tinggi dari Seokmin dan Mingyu ini sudah menyambi jadi paparazzi selama lebih dari 1 minggu. tidak jarang melihat ia berguling-guling di lapangan dan lantai koridor untuk mendapatan angle kamera yang pas. Sebenarnya keren, tapi jadi tolol kalau Soonyoung yang melakukannya.

"Terus?" Seokmin yang sudah teralihkan dari emosinya terhadap Mingyu kini sibuk menanti jawaban Soonyoung sambil melanjutkan makan.

Kini terdengar Soonyoung menghela nafasnya putus asa, "Guru itu terus menolak hasil fotoku, sudah lebih 150 foto dan dia bahkan tak mau menerima satupun."

Mingyu melebarkan pupil matanya, "Serius?" namun dia segera memasang wajah setuju, ikut mengompori Soonyoung, "Guru itu benar-benar!"

Namun Seokmin malah memasang tampang mengejek, "Kau mungkin yang tidak becus memotret!"

Soonyoung melototkan matanya pada Seokmin dan menuding-nudingnya dengan sumpit, "Kau harus tahu alasan tidak masuk akalnya!" kali ini giliran Soonyoung yang menyembur marah.

"Kenapa memang?" Mingyu dan Seokmin bertanya bersamaan.

"Dia tidak mau menerimanya, Wonwoo punya masalah dengan ekspresi wajah sepertinya," kini Soonyoung menunjukkan jepretan fotonya pada Seokmin dan Mingyu yang otomatis merapat.

"Wonwoo? Ooh, Jeon Wonwoo?" Seokmin menebak, tergambar pula wajah datar nan ketus milik pria yang jadi murid kesayangan guru matematika tersebut.

Mingyu mengernyitkan dahi, "Kau kira ada berapa Wonwoo di sekolah ini?" tanyanya pada Seokmin yang dibalas dengan cengiran mirip kuda.

"Kau tahu, sangat susah menyuruhnya tersenyum tahu, aku sampai pusing," kali ini Soonyoung cukup dramatis, "Dia bilang pose seperti ini adalah tersenyum, astaga, dia benar-benar seperti bocah kurang piknik."

Beralih dari nasi, kali ini Mingyu menggigit potongan buah melon yang ada dalam salad buah di dalam nampannya, "Heol, kau berlebihan."

Rupa-rupanya Kim Mingyu ini belum pernah berurusan dengan pemuda macam Jeon Wonwoo yang ketus dan bermuka layaknya aspal, "Kau tinggal paksa dia tersenyum, tarik kedua bibirnya, atau tampar. Apalah, ini itu cuma masalah tersenyum dan kau membesarkannya, lucu sekali."

Soonyoung kini benar-benar kesal karena Mingyu menganggap remeh problematika yang sedang ia hadapi, dengan kesal dia menaikkan volume suaranya, "Kau tidak tahu sih, memangnya yang tukang foto itu kau?"

Seokmin menjentikkan jarinya, "Edit saja fotonya, done!"

Mingyu ikut mengangguk, "Kau seperti tidak kenal photoshop saja, sekarang bahkan pipi bisa jadi tirus berkat photoshop, keren kan?"

"Itu namanya membohongi tahu, aku tidak mau. lagipula, Choi Songsaengnim tidak suka kalau kita pakai editan. Yah meskipun beberapa bagian terpaksa sih, tapi aku sebenarnya sudah mengusulkan ini padanya, tapi dia tidak mau."

Agak susah juga permintaan guru beruban itu.

"Aku berani bertaruh kalau fotonya akan jadi bahan editan tim jurnalis," Seokmin tertawa sementara Soonyoung mengangguk mengiyakan. Kalau sampai tenggat waktunya di hari senin Soonyoung tidak mendapatkan foto yang bagus, pilihannya hanya mengedit foto Wonwoo, atau dengan suka rela dia nekat memasukkan foto pemuda berwajah datar di tengah-tengah 25 manusia yang tersenyum lebar di dalam sebuah kelas.

"Kau ini berlebihan, tidak mungkin dia tidak pernah senyum sepanjang hidupnya kan?" beres dengan makannya, Mingyu merapikan sumpit dan sendok, melirik jam tangan dan mendesah kecewa karena bel masuk akan terdengar dalam hitungan menit.

"Aku akan mentraktir ayam goreng kalau-kalau ada yang bisa mendapatkan foto bocah itu dengan ekspresinya yang lain," Soonyoung mengalungkan kameranya, lalu berdiri mengangkat nampan yang hendak ia kembalikan pada petugas kantin karena acara makannya sudah selesai.

Telinga sensitif milik Mingyu berjengit begitu kata ayam goreng mengetuk pendengarannya, "Serius?"

Soonyoung tak berkedip saat Mingyu malah menahan lengannya, menatapnya dengan mata berbinar dan mulut terbuka, "Bahkan untuk 1 lusin ayam goreng pedas di dekat stasiun itu?"

Yang Mingyu maksut pasti kedai ayam goreng yang baru buka 2 bulan lalu, setelah makan di sana untuk yang pertama kali minggu lalu, Mingyu tak henti-henti menyumpah karena ayam disana begitu lezat. Namun apa daya dirinya yang tak punya uang berlebih dalam dompet, makan satu kali seumur hidup disana sudah membuat Mingyu hampir sujud syukur.

"Kau minta 2 lusinpun aku tak keberatan!" Soonyoung mencibir, lalu meninggalkan bangku dan diikuti Seokmin yang sepertinya tak terlalu tertarik dengan obrolan ayam goreng tersebut. Dia akhirnya mengekor Seokmin dan meletakkan nampannya pada petugas kantin.

Mingyu yang menyadari dirinya tengah ditinggal buru-buru menyusul keduanya, tepat sebelum bel masuk jam pelajaran berbunyi, dia menggenggam pergelangan Soonyoung dan mata coklatnya masih berbinar seperti tadi.

"Akan aku lakukan."

"Hah?"

Seokmin mengernyit saat Mingyu berucap penuh semangat, "Akan aku dapatnya foto yang bagus, tapi kau harus membelikanku 2 lusin ayam disana. Bagimana?"

Soonyoung lupa kalau Mingyu begitu lemah dengan kata gratis atau traktir, dia lupa juga kalau kepala Mingyu terlalu sering dijemur di bawah terik matahari akibat hukumannya sehingga volume otak itu menyusut. Dan Soonyoung juga sudah lupa, kalau Mingyu ini sedang jatuh cinta pada kedai ayam goreng di dekat stasiun.

"Beri aku waktu hingga hari Senin," Mingyu menyambung ucapannya dan menggoyangkan tangan Soonyoung dengan wajah serius.

Membuat Soonyoung tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya.

"Baiklah. Hingga senin. Aku mau foto yang bagus."

Mingyu kini tak hanya melebarkan matanya, mulutnya pun ikut terbuka dan kemudian dia mengguncang-guncangkan bahu sempit Soonyoung, tak bisa membohongi perasaan senangnya, ia meloncat sebelum akhirnya masuk ke dalam kelas.

"Oy oy, tidak apa-apa, kwon Soonyoung?" Seokmin bertanya pada Soonyoung yang menghela nafasnya, seolah kesepakatan yang barusan ia buat bukanlah perkara yang perlu dipermasalahkan.

Soonyoung angkat bahu. Dan Seokmin menyikut lengan kurus Soonyoung, "Kalau dia benar-benar berhasil kau harus membelikannya ayam."

"Aku tahu! Tidak masalah sih, toh dompetku lebih tebal dari dompetnya. Itu bukan hal besar Seokmin," Soonyoung kini ikut masuk kelas tetap dengan Seokmin di sampingnya, dalam hati ia membenarkan kalau Soonyoung lebih bisa mengatur uang daripada Mingyu yang boros itu.

"Kau juga tahu kan, kadang orang bodoh itu suka nekat," Seokmin mengingatkan lagi, kali ini Soonyoung terkekeh pelan.

"Aku tahu, makanya kita lihat sejauh mana dia mau berbuat nekat."

.


Mingyu tak bisa mengelak setelah tatapan maut Guru Choi mengintimidasinya saat ia membawa sebaskom wortel dan selada dan beberapa alat kebersihan untuk memberikan kandang. Demi apapun Mingyu malas sekali rasanya harus bercampur tangan dengan hewan-hewan mungil yang hobi mengerat itu. Bahkan untuk masuk kandangnya saja dia malas. Oke, bukan malas, tapi takut, dia sendiri meruntuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya takut pada hewan yang punya image cute itu. Benar sih cute, tapi Mingyu tidak suka kalau harus bertemu langsung dengan hewannya yang asli.

Namja tinggi itu menggulung lengan seragamnya dan memilih memberi makan Torro [nama anjing golden retriever tersebut] terlebih dulu daripada membersihkan kandang kelinci. Begitu Mingyu datang, torro langsung menyerbunya dengan menyalak-nyalak senang saat tahu pemuda itu membawa bungkus sereal anjing yang ia suka. Setelah 10 menit ia bermain-main dengan anjing yang jadi kesayangan seluruh sekolah itu, ia memilih untuk kembali ke kandang kelinci dan memulai kewajibannya sebelum pikiran untuk kabur hinggap lagi di kepalanya. Kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa ia benar-benar disuruh camping dalam kandang tersebut.

"Jangan dekat-dekat oke, ya ampun aku bilang jangan dekat-dekat, susah amat dibilangi ya ampun!" Mingyu mengomel-ngomel begitu ia mendapati kelinci yang meloncat-loncat dan dengan tidak sopannya berkejar-kejaran di antara kaki yang tertutup sepatu converse tersebut, Mingyu bisa saja menusuknya dengan garpu rumput saat hewan tersebut malah duduk dengan santai di atas punggung kakinya dengan memasang wajah mengejek – setidaknya itu menurut pandangan Mingyu.

Tangan lebar Mingyu dengan tidak sabaran segera meraih baskom, berjongkok untuk mengambil baskom kosong yang ada di dalam rumah kecil kelinci-kelinci tersebut, berniat mengisinya dengan sayur-sayuran, "Kalau kau dekat-dekat aku akan menggoreng kalian! YA!" Mingyu berteriak saat salah satu kelinci bahkan melompat pada pahanya saat ia berjongkok dan menyusupkan kepalanya pada rumah kecil yang terbuat dari bambu tersebut.

Ia menyumpahi apapun dengan tidak sabaran sebelum meruntuk karena baskom makanan yang terasa sangat jauh hingga tak bisa segera terjangkau.

"Kau sedang apa?"

Mingyu tak sadar kalau ia sekarang tengah menjerit dengan posisi konyol, dan lebih konyol lagi saat ia tersungkur akibat menghindari seekor kelinci yang hampir menyentuh pipinya, lebih-lebih ia terkejut saat sebuah suara asing terdengar.

"Tunggu, kau tidak serius mau masuk ke dalam sana kan?"

Mingyu belum tahu siapa yang bicara namun ia perlahan kesal karena seseorang mengira kalau ia bakal masuk ke dalam rumah kecil dari kayu tersebut. Heol, hanya orang bodoh –tentu lebih bodoh dari Mingyu, yang bakal masuk ke dalam sana.

Dengan cepat namja itu bangkit, mulutnya sudah gatal mau menyemprot manusia yang secara tidak langsung tengah mengolok-oloknya ini. Namun, ia batal begitu tahu siapa yang bicara.

"Jeon Wonwoo?"

Seperti biasa, Wonwoo hanya memandang datar Mingyu yang terlihat tak beraturan di hadapannya, entahlah, Wonwoo melontarkan guratan mata jijik pada manusia bodoh yang seragamnya kotor tersebut.

Lain halnya dengan Mingyu yang terbengong. Matanya yang tajam menelusuri tubuh kurus Wonwoo dan menemukan name tag yang membuatnya tanpa sadar membuka mulutnya.

'Jeon Wonwoo'

Dia benar-benar Jeon Wonwoo.

Mingyu rasa ia dapat mencium wangi ayam gorengnya sekarang.

.

.

tbc

.

.


Huah huaha huahahahah

Akhirnya nafsu gw buat bikin ff chapter terbalaskan /goyang ubru-ubur/ gw terinspirasi dari foto temen gw di buku tahunan, wkwk. Oh iya, disini Wonwoo sama Mingyu gw buat seumuran. Jadi Mingyu nggak akan manggil Wonwoo pake hyung. DAN TAK LUPA SEJUTA TERIMA KASIH UNTUK KALIAN WAHAI KALIAN KESAYANGAN /hug/ yang sudah review, fav, follow di ff sebelumnya yang horror baik yang sulking. Untuk kedepannya, gw akan berusaha dan mencoba yang lebih lebih dan lebih baik lagi, tolong saran dan komentarnya yaa, apakah ini ff layak untuk dilanjutkan atau ndak.

Maafkan untuk segala typo dan kesalahan yang lain. Sampai jumpa di chapter depan ~

DADAGH ~

SALAM SUPER !

Raeyoo.