Hi! This is my first fic. Hope you like it...


.

.

Last Chance

Naruto Masashi Kishimoto

Pairing: SakuSakuNaru

Enjoy...:D

.

.



Chapter 1

Pernahkah kau berpikir tentang cinta?

Cinta.

Mudah diucapkan begitu saja.

Namun sulit untuk dimengerti.

Sulit untuk dijalankan.

Begitulah pikiran seorang gadis berambut pink bernama Sakura Haruno ini. Ia tak tahu apa itu arti cinta yang sesungguhnya. Yang ia tahu, cinta hanya dapat membuat hatinya terasa sakit. Tak tahu mengapa Sakura berpikir begitu.

"Sakura!" teriak seorang gadis berambut pirang menghampirinya.

"Oh, hai, Ino..." jawab Sakura sekenanya.

"Kenapa kau lesu sekali, Sakura?" tanya gadis bernama Ino tersebut.

"Tidak apa-apa, Ino..." jawab Sakura lesu.

"Apakah karena kau kecapekan karena kemarin kerja di tempatku?" tanya Ino lagi.

"Tidak, kok, Ino... Sungguh... Ya sudah, yuk. Kita masuk..." ajak Sakura lalu mendahului temannya tersebut melangkah menuju kelas mereka.

"Sakura! Tunggu!" teriak Ino keras. Sakura pun berhenti tanpa menoleh.

"Ayo, dong, Ino!" ujar Sakura.

"Dasar, kau ini Jidat!" teriak Ino. Sakura hanya memberikan tatapan diam-atau-mati lalu berjalan kembali ke kelasnya. Ino yang melihatnya hanya dapat bergidik ngeri lalu kembali mengekori Sakura dari belakang.

"Hai, Hinata!" sapa Sakura seraya tersenyum.

"Hai, Saku-chan..." jawab Hinata seraya duduk di bangkunya.

"Hmmm... Hari minggu ini kita piknik, yuk!" Belum sempat Sakura membuka mulutnya, Ino telah menyerobot dengan perkataannya.

"Ih, PIG! Jangan nyamber omongan orang, lagi..." bentak Sakura.

"Oops! Sorry, Pinky..." jawab Ino.

"Udah-udah... Ino, pikniknya dimana?" Hinata melerai mereka berdua. Diantara mereka, hanya Hinata-lah yang bertindak paling dewasa. Ia juga anggun, pintar... Pokoknya perfect!

"Di... Ah~! Di gunung Fuji saja!" jawab Ino. Mereka semua, kecuali Ino, terbelalak kaget.

"Yang benar saja, PIG! Fuji itu jauhhhhh banget!" ujar Sakura. Hinata hanya bisa manggut-manggut mendengarnya.

"Tapi, kan, pemandangannya bagus... Apalagi saat bunga-bunga Sakura bermekaran disana..." jawab Ino setengah mengkhayal.

"Ohh... Bagus... Sekarang Ino sudah ke'rajingan' penyakit 'mudah kagum' milik si Lee..." Sakura sweatdropped tingkat akut saat melihat Lee dengan penyakit 'mudah kagum'nya...

"Dasar!" bentak Ino marah. Ia tak terima, disamakan dengan laki-laki berambut bob dengan alis tebal tersebut.

'Idih! Mendingan sama Shika dari Lee!' batin Ino.

"Ya udah, kalian duduk deh, di bangku... Nanti Kakashi-sensei datang..." ujar Hinata lembut, layaknya seorang ibu. Sakura dan Ino hanya dapat menuruti apa kata Hinata. Tak lama, datanglah seseorang berambut silver dengan masker menutupi wajahnya seraya membawa seorang laki-laki berambut raven berwarna biru dongker. Namun... Terlihat di raut wajah Sakura, ekspresi terkejut sekaligus benci dan rindu. Laki-laki berambut model pantat ayam tersebut pun hanya menengok ke arah para gadis dengan dingin, yang dibalas dengan senyuman lebay para gadis di kelas.

"Baiklah, anak-anak. Selamat pagi," ujar Kakashi memulai pelajaran. Sakura tak berhenti menatap ke arah pemuda tersebut.

"Pagi," jawab para murid.

"Kita kedatangan teman baru dari Kyoto. Perkenalkan namamu, Nak," perintah Kakashi.

"Namaku Sasuke Uchiha, pindahan dari Kyoto," jawab Sasuke, dingin. Namun, para gadis di kelas hanya melting hatinya mendengar perkataan sang Uchiha tersebut. Kecuali Sakura tentunya. Di dalam benak Sakura, terbesitlah kenangan masa lalunya yang kelam tersebut.


10 years ago...

"Sasuke-kun~! Tunggu!" teriak seorang anak perempuan berambut pink senada dengan bajunya.

"Hn," jawab anak laki-laki yang dipanggil Sasuke tersebut menoleh.

"Hmmm... Nanti, kau akan datang ke pesta ulang tahunku, kan?" tanya gadis kecil tersebut.

"Tidak tahu.. Mungkin iya, mungkin tidak, Sakura..." jawab Sasuke yang masih polos saat itu.

"Please.. Datang, ya..." ajak Sakura dengan mata berbinar.

"Mungkin. Tapi aku mau pulang dulu... Jaa!" Sasuke berlari ke rumahnya.

"Jaa~!" Sakura melambaikan tangannya ke arah anak tersebut. Sakura pun kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan pesta ulang tahunnya yang meriah nanti.

"Kaa-san! Tou-san!" teriak Sakura.

"Ada apa Sakura?" tanya Kaa-san Sakura, Misaki, pada anaknya tersebut.

"Bagaimana? Sudah selesai belum persiapannya?" tanya Sakura pada Ibunya.

"Udah... Lebih baik, kamu siap-siap juga dulu... Mandi! Bau tahu, badanmu itu!" ujar Misaki seraya tersenyum.

"Huh! Badanku ini wangi tahu, Bu! Ya udah, aku mandi duluuuu!" ujar Sakura setengah kesal lalu berlari menuju kamar mandi seraya mengambil handuk dari Ibunya tadi.

~SKIP TIME~

"Happy Birthday, Saku-chan~!" teriak Naruto membawa kadonya bersama orang tuanya.

"Makasih, Naruto-kun~" jawab Sakura. Ia pun melihat ke arah pintu, berharap Sasuke akan datang. Namun...

DUAR! PRANG! BRUKK!

Terjadi keributan di rumah tersebut. Ada suara kaca pecah, suara jeritan para tamu, dan suara pecahan gelas dan geprakan meja. Lalu, listrik pun padam. Sakura pun hanya dapat menangis di tempat. Ia mencari-cari kedua orang tuanya. Lalu...

"Akhirnya, listriknya kembali nyala..." Sakura bernafas lega. Namun, saat melihat ke arah orang tuanya...

"KYAAAAA! KAA-SAN! TOU-SAN! APA YANG TERJADI?" teriak Sakura melihat jasad kedua orang tuanya yang terbujur kaku berlumur darah. Lalu, Sakura pun menangis sejadi-jadinya. Oara tamu undangan pun khawatir melihat Sakura dan berusaha menenangkannya, termasuk Naruto yang masih terdiam disana.

"Kaa-san! Tou-san! Jangan tinggalin Sakura sendiriannn! Sakura nggak sanggup!" teriak Sakura dalam isakannya.

"Saku-chan... Tegar, ya..." Naruto menghiburnya. Tidak disangka, Naruto bisa sedewasa itu.

"Hiks.. Hiks..." Sakura masih terus menangis. Dilihatnya Kunai* tertancap di perut Ibunya. Namun, ada surat disana, berwarna merah darah. Sakura pun mengambilnya lalu membacanya,

Dear Haruno-san

Maaf, Haruno-san, telah membunuh kedua orang tuamu. Namun, ini demi perusahaan ayahku...

Uchiha Fugaku and family...

Sakura terkejut melihatnya. Ia tidak menyangka,keluarga seorang sahabat terbaik bukan, terdekatnya tega berbuat seperti itu. Apalagi dengan alasan yang tidak jelas seperti ini. Hatinya terasa sakit. Pilu. Ia benci pada keluarga sahabatnya tersebut. Ia benci Sasuke. Namun, ia juga benci dirinya. Naruto yang melihat isi surat itu pun terbelalak kaget.

'Mana mungkin.. Ini gak mungkin.. Kok si Sasuke, sahabat terdekat Sakura sendiri, tega melakukannya? Tidak bisa dimengerti!' batin Naruto tidak percaya. Sakura hanya menatap secarik kertas tersebut dengan tatapan benci sekaligus dendam. Ingin rasanya ia membalaskan kematian kedua orang tuanya yang ia sayangi tersebut. Apa pun rintangan dan pantangannya, meski sahabat terdekat sekali pun...


Masih terbesit di benak Sakura insiden berdarah 10 tahun yang lalu itu. Dimana ia kehilangan segala-galanya. Orang tuanya, sekaligus sahabatnya tersebut. Naruto yang menyadari hal itu, langsung menoleh ke arah Sakura dan melihat ekspresi Sakura.

"Sakura..." gumamnya lirih.

"Nah, baiklah. Sasuke kau duduk di-" ucapan Kakashi terpotong saat para gadis di kelas, kecuali Sakura tentunya berkata.

"DI BANGKUKU SAJA, SENSEI!"

"TIDAK! DI SEBELAHKU SAJA!"

"NEVER! AYO, SASUKEEEE~ SINI!"

Kakashi yang tak suka pembicaraannya dipotong pun menggerutu kesal tak jelas.

'Dasar! Giliran yang fresh aja... Pada ngejer, nih, gadis-gadis norak...' Mungkin gerutunya.

"Baiklah, tenang dulu!" bentak Kakashi seraya menggeberak meja. Sakura dan Naruto hanya terkekeh geli diikuti para cowok di kelas tersebut, hingga membuat para gadis mendengus kesal.

"Kau, duduk di sebelah Naruto. Naruto!" teriak sekaligus perintah Kakashi.

"Ada apa, sensei?" jawab Naruto antusias.

"Nah, duduk di sampingnya, ya.." perintah Kakashi halus.

"Hn," jawab Sasuke yang dianggap 'ya'.

"Dasar kebiasaan tuh, si Sasuke! Ngirit kata mulu!" gumam Naruto. Sasuke pun datang ke arah bangkunya, disambut dengan tatapan tak suka dari Naruto. Sasuke hanya membalas dengan tatapan dinginnya lalu duduk di bangkunya.

"Baiklah, kita mulai pelajarannya..." ujar Kakashi. Para murid pun membuka halaman buku satu persatu dengan wajah lesu.

'Dasar anak-anak zaman sekarang... Nggak ada semangat belajar lagi...' batin Kakashi melihat perilaku para anak didiknya. Sementara itu, Sakura sesekali melirik ke arah Sasuke dengan tatapan bingung.

Kenapa bayangan hitam itu kembali menghantuinya?

Kenapa insiden itu kembali terbesit di benaknya?

Dan, kenapa 'dia' harus datang ke hidupnya kembali?

Kebetulan, Sasuke ada di samping mejanya, karena satu bangku dengan Naruto. Sekilas, Sasuke pun melihat ke arah Sakura. Gadis itu tumbuh menjadi gadis berparas sempurna. Rambutnya yang memang berwarna pink lembut senada dengan bunga sakura itu, membingkai wajahnya yang putih lembut tersebut. Kedua bola matanya juga bersinar cerah layaknya emerald, namun... Ada perasaan bingng, dan juga benci sekarang di matanya. Sasuke hanya terkejut. Namun, langsung kembali menatap ke arah lembaran jendela ilmu bernama buku tersebut.

'Sakura... Kau tumbuh menjadi gadis yang sempurna sekarang... Namun, kenapa kau merasa benci dan dendam terhadapku? Apakah..' batin Sasuke namun dihentikan dengan bunyi bel istirahat yang berdentang keras.

"Baiklah, cukup sampai disini. Pagi," ujar Kakashi seraya membereskan buku-bukunya lalu pergi keluar kelas.

"Pagi," jawab para murid. Para murid pun segera menghambur keluar kelas, kecuali Sakura yang sedang sibuk menata bukunya.

'Kenapa, Kami-sama? Kenapa? Kenapa ia hadir di hidupku lagi?' batin Sakura. Ia dendam. Ia benci. Pada Sasuke dan keluarganya, yang memutuskan tali hidup keluarganya tersebut. Sasuke melirik ke arah Sakura dengan ekor matanya. Dan tanpa sengaja, tatapan mereka berdua bertemu. Sakura yang pipinya bersemu merah, segera mengalihkan pandangannya ke arah pintu lalu berlari ke arahnya.

"Sakura..." lirih Sasuke pelan.


"JIDATTT!" teriak Ino di kantin saat Sakura menghampirinya.

"Halo..." sapa Sakura ramah.

'Tidak biasanya...' batin Ino dan Tenten.

"Eh, Sakura... Ngagetin aja! Aku tadi lagi makan... Terus kamu teriak-teriak ngomong PIG di kantin! Malu tahu!" cerocos Ino tak jelas. Sakura hanya membalas dengan jitakan keras di kepala Ino.

"Huh! Kau ini PIG! Akui saja kalau kau itu memang mirip anak babi..." jawab Sakura dengan santainya. Hinata dan Tenten hanya sweatdrop melihat tingkah kedua sahabatnya tersebut.

'Dasar! Mereka ini... Gak ada akur-akurnya...' batin mereka berdua. Lalu, melintaslah seseorang berawakan emo di hadapan mereka. Mereka semua terperangah, tak terkecuali Sakura. Sasuke bertambah keren sekarang. Rambut raven-nya yang berwarna biru dongker itu, menutupi wajahnya dengan sempurna. Mata onyx dan senyuman tipisnya, sudah dapat membuat para gadis pingsan di tempat.

"Sakura..." ujar Sasuke pelan namun masih dapat didengar oleh Sakura. Sakura pun sadar dari lamunannya lalu menatap ke arah sasuke.

"Ada apa?" tanya Sakura yang terkesan ketus dan sekenanya.

"Aku..."

To Be Continued~...

.

.

Akhirnya, saya bisa meregangkan otot-otot tangan saya yang sedari tadi mengetik di komputer milik Ayah saya... Awalnya sih, idenya mau buat genre Hurt/Comfort... Kok malah jadi genre Romance Picisan, ya..? Bagaimana? Apakah fic ini akan dilanjutkan atau di hapus? Apakah kesannya monoton? Kritik, dibutuhkan. Saran, apalagi. Flame, saya terima dengan senang hati. Akhir kata, hanya 1 kata 6 huruf yang dapat saya ucapkan...

R

E

V

I

E

W,

Please?

.

.