Falling U
By Rajabmaulan
Disclaimer: Naruto and its contents It's you
By STARLIGHTs5
Disclaimer: Naruto and its contents only belong to Masashi Kishimoto.
Cast © Only Naruhina
Warning OOC, AU, TYPO,
DON'T LIKE DON'T READ! GET WAY!
.
.
Kilauan sinar mentari menusuk mata, aku mengadah menatap balik sang pria yang tengah marah. Kukepalkan telapak tanganku memberanikan diri berdiri tegak di depannya meski dia berusaha menerobos dan aku kekeh menghalangi jalannya tidak peduli tatapan tajam yang dia berikan ataupun perkataan kasarnya hingga membuat nyaliku menciut.
"Minggir!" Ucapnya menekan setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Bulu kudu berdiri, merinding mendengar suaranya. Aku ketakutan, nyaliku selalu menciut setiap kali berhadapan dengan pria ini tapi untuk sekarang ini kuenyakan semua rasa takutku demi menghalangi lelaki yang ada di depanku.
Naruto menghela napas jengkel menghadapi gadis keras kepala yang ada dihadapannya, ia menggeram kesal, menatap tajam dan mengancam sang gadis agar dia membiarkannya pergi. Namun sang gadis justru diam tak bergeming, mengindahkan semua yang ia lakukan.
Merasa jengah dan jengkel dengan kelakuan perempuan yang satu ini, Naruto pun merebos paksa tidak peduli dengan sang gadis.
"Tidak, anda tidak boleh lewat!" ucapku menahan dorongan kasar dari Mr. Uzumaki.
"Aduh,.." Aku meringis pelan merasakan sakit, Tubuhku reflek terjatuh akibat tabrakannya.
Keterlaluan! Makiku saat mendapat perlakuan kasar dari pria itu. Aku mendecih kesal menegok kebelakang, bola mataku membulat sempurna, melongo, tubuhku bergetar ketakutan saat kulihat Mr. Uzumaki berjalan pergi menuju hutan.
Tidak boleh!
Aku tidak boleh membiarkan pemuda pirang itu melangkah lebih jauh lagi, jika dia sampai di tengah hutan. dia akan menemukan apa yang dia cari dan semua usahaku untuk menghalanginya akan sia-sia jika seandainya dia sampai mengetahui keberadaan suku Eskimo.
"Mr. Uzumaki, tunggu. Jangan pergi!" Aku berteriak berharap pemuda itu menghentikan langkahnya. namun yang kulihat Mr. Uzumaki semakin menjauh dariku.
Naruto memejamkan mata, berpuara-pura tidak mendengar suara sang gadis dan berjalan secepatnya tanpa memperdulikan teriakkan sang gadis yang memintanya berhenti.
Panik melanda, aku berlari sekencangnya demi menggapai Mr. Uzumaki yang ada di depanku.
"Jangan!" cegahku memeluk Mr. Uzumaki dari belakang, berusaha mencegahnya melangkah lebih jauh lagi.
"Lepas!" ujar Naruto meminta Hinata untuk melepasnya.
"Tidak!" ucapku mempererat pelukanku, "jika aku melepasnya, anda pasti pergi!"
"Hinata lepaskan, apa kau tidak mendengarku? Lepas!" pinta Naruto jengkel.
"Tidak,...tidak...tidak! Anda tidak boleh pergi kesana." ujarku berusaha menyakinkan Mr. Uzumaki untuk tidak melanjutkan perjalanannya mencari suku Eskimo.
Helaan napas panjang terdengar ditelingaku, aku bisa merasakan jika Mr. Uzumaki mulai lelah dan jengah dengan sikapku yang terus saja menghalanginya tapi aku tidak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya karena yang terpenting sekarang, aku tidak boleh membiarkan Mr. Uzumaki pergi lagi.
Mr. Uzumaki memintaku untuk melepasnya namun aku tak mengacuhkan semua perkataannya dan terus memeluknya sambil meracau hal-hal yang masuk akal sampai tidak masuk akal agar Mr. Uzumaki membatalkan niatnya pergi ke hutan.
Naruto terdiam, membatu untuk beberapa detik saat mendengar satu kalimat dari bibir mungil Hinata yang membuatnya merinding ketakuan. Apa dia bilang? Apa yang dikatakan Hinata? Hinata tidak berbicara tentang hantu atau semacamnya kan?
Keringat dingin meluncur dari pelipis Naruto, ia menelan ludah gugup saat mendengar kata hantu. Dengan gerakkan patah-patah dan raut wajah ketakutan Naruto menengok kebelakang menatap balik Hinata. "Hantu..." guman Naruto pelan.
Aku terdiam, terpaku melihat sikap dan raut wajah Mr. Uzumaki yang tiba-tiba berubah.
"Apa tadi kau bilang?" gagap Naruto.
Aku mengerjapkan mata masih belum mengerti apa yang dikatakan oleh Mr. Uzumaki? Apa? Memangnya tadi aku bicara tentang apa kepada Mr. Uzumaki? kugigit bibir bawahku mencoba mengingat-ingat apa saja yang sudah kukatakan padanya sehingga membuatnya bertingkah aneh.
Semakin kuperhatikan, tingkah Mr. Uzumaki semakin aneh saja dan membuatku bingung, dia terus meracau, tertawa dan berkata tidak-tidak berulang kali dengan keringat dingin diwajahnya.
Aku melongo melihat tingkah Mr. Uzumaki, begitu berefekkah perkataaanku. memangnya apa yg sudah kukatakan padanya? Aku bahkan sudah melupakan semua perkataaanku.
Mr. Uzumaki mendekat, aku menelan ludah gugup, was-was. Berbagai pikiran aneh mulai menghampiriku melihat tingkah Mr. Uzumaki. Ku tutup mataku, badanku gemetar menunggu apa yang akan Mr. Uzumaki padaku namun semua prasangka buruk ku hilang saat kurasakan tangan kasar Mr. Uzumaki menggegap tanganku dengan wajah serius. "Hantu itu tidak ada kan?" ucapnya ketakutan. "Iyakan?" ucapnya memastikan.
"Hah,?" aku cengo, bengong, melongo, dibuatnya. Apa tadi? Apa Mr. Uzumaki mengatakan hantu?
Mungkinkah? Mr. Uzumaki takut hantu?
.
.
Sudah tiga puluh menit berlalu tapi Mr. Uzumaki belum menampakan batang hidungnya. Kenapa dia belum datang juga? Apa terjadi sesuatu padanya?
Damn, umpatku.
Seharusnya aku tidak melakukannya, seharusnya aku tidak meminta teman-temanku, membantuku menakut-nakuti Mr. Uzumaki dengan berpura-pura jadi hantu agar Mr. Uzumaki jerah dan tidak berusaha lagi pergi ke hutan.
Bagaiman ini?
Padahal aku tahu jika Mr. Uzumaki itu takut hantu, tapi tetap saja aku meminta mereka membantuku menakuti Mr. Uzamaki. Jika terjadi sesuatu pada Mr. Uzumaki, aku akan dimarahi dan lebih parahnya lagi aku pasti akan dipecat.
Aduh... Bagaimana ini, Bagaimana.
Aku berjalan mondar-mandir gelisah menunggu kedatangan Mr. Uzumaki atau setidaknya Itachi, Kisame, siapa pun juga boleh asalkan mereka datang untuk memberitahuku bagaimana keadaan disana? Kenapa mereka tidak datang juga. Kenapa lama sekali seruku panik.
Semua ini salahnya, semuanya salah Mr. Uzumaki yang tidak mau mendengarkan ku, bukan salahku. Jika seandainya Mr. Uzumaki mau mendengarkanku semuanya tidak akan terjadi. Aku pasti akan menjadi pemandu wisata yang baik dan menjadi anak manis yang membantunya mengelilingi provinsi Quang Binh dengan senang hati. Dan dia pun bisa menikmati keindahan kota Dong Hoi. Bukanya terjebak di pemakaman. Lagi pula kenapa sich Mr. Uzumaki keras kepala sekali ingin mengelilingi Gua Son Doong. Gerutuku mengutuk sifat keras kepalanya.
Lagipula kenapa juga aku harus peduli padanya? Kenapa tidak kubawa aja dia ketempat ayah dan Neji. dengan begitu aku tidak perlu repot-repot lagi berurusan dengan Mr. Uzumaki namun entah kenapa aku tidak melakukannya bukannya tidak mau hanya saja aku tidak bisa. Entah apa alasannya aku hanya tidak ingin Mr. Uzumaki mendapatkan perlakuan dan nasip yang sama seperti orang-orang terdahulu.
Lama!
Lama sekali, entah berapa lama aku menunggu kedatangan mereka namun mereka tidak kunjung datang juga. Mungkin mereka sudah pulang. pikirku.
Dengan pemikiran itu, aku pun memutuskan kembali kepenginanpan dan mengecek keadaan Mr. Uzumaki dan teman-temanku.
Dalam perjalanan menuju penginapan aku bertemu dengan Itachi, dia meminta maaf kepadaku karena lupa memberitahu untuk kembali kepenginapan dikarenakan kondisi Mr. Uzumaki yang membuat mereka panik dan tidak bisa berfikir jernih.
Aku bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa mereka bisa sampai meninggalkanku sendirian di pemakaman.
"Ano...," aku melirik Itachi. "Bagaimana keadaan Mr.Uzumaki?" tanyaku was-was takut terjadi sesuatu dengan Mr. Uzumaki.
Itachi tersenyum simpul, dia berkata jika Mr. Uzumaki baik-baik saja dan aku tidak perlu khawatir dengan keadaan Mr. Uzumaki.
Aku tersenyum lega mendengarnya, aku pun kembali bertanya apa saja yang terjadi disana.
Itachi terkikik geli, dia tertawa Mengingatnya. Itachi menceritakan dari awal sampai akhir tentang tingkah konyol Mr. Uzumaki yang membuatku tertawa. masih dengan tawanya, Itachi pun bercerita seperti apa keadaan Mr. Uzumaki sebelum dia tidak sadarkan diri.
Tawaku meledak mendengarnya, tak bisa kubayangkan betapa lucunya Mr. Uzumaki yang ketakutan sampai akhirnya dia pingsan.
.
.
Rasanya sangat menyenangkan. Kehidupanku terasa lebih baik semenjak Mr. Uzumaki pingsan. Dia jadi lebih baik, Mr. Uzumaki sekarang tidak lagi marah-marah dan memaksaku menemaninya berkeliling gua Son doong. Mr. Uzumaki yang sekarang berbeda dengan yang dulu.
Mr. Uzumaki sekarang sangat baik, ramah, ceria, suka menolong, perhatian, tidak pernah marah dan yang membuatku semakin bahagia karena dia masih mau menjadikanku pemandu wisatanya meski aku sudah jahat kepadanya.
Aku tertawa setiap kali teringat perbuatanku pada Mr. Uzumaki. Jika Mr. Uzumaki tahu kalau aku yang menakut-nakutinya apakah dia masih mau aku jadi pemandu wisatanya? Mungkin tidak jawabku terkikik geli.
Hampir satu bulan aku menemani Mr. Uzumaki mengelingi kota Dong Hoi. Meski sudah mengelilingi banyak tempat di kota Dong Hoi, Mr. Uzumaki masih belum puas. Dia bilang ingin berkeliling dan bersenang-senang lebih banyak tempat lagi.
Seharian penuh kami berkeliling namun Mr. Uzumaki terlihat tidak kelelahan sama sekali. Dia masih terlihat sehat bugar seperti tadi pagi. Berbeda denganku yang terlihat lelah dan letih.
Kurebahkan tubuhku diatas sofa, beristirahat sebentar sebelum kembali pulang.
Mr. Uzumaki tertawa pelan melihatku kelelahan, aku tersipu malu dibuatnya. Segera saja aku kembali duduk namun Mr. Uzumaki mencegahnya. Dia menyuruhku beristirahat sementara dia pergi ke dapur dan membawakanku segela air dingin.
Aku malu, wajahku memerah saat Mr. Uzumaki memberiku air dan duduk disampingku.
Aku minum dalam diam, Sambil melirik Mr. Uzumaki yang tengah membuka album foto, aku menunduk sekuat tenaga berusaha tidak melihat apa yang di album itu meski mataku mencuri-curi pandang ke arah Mr. Uzumaki.
Mr. Uzumaki tertawa melihat tingkahku, dia memintaku mendekat dan mempermelihatkan foto-foto yang ada didalamnya. Rupanya Mr. Uzumaki memang sengaja ingin menunjukan foto-foto itu kepadaku.
Aku tersanjung, senang, bahagia karena Mr. Uzumaki ingin membagi kenangannya denganku. Wajahku memerah setiap kali dia menatapku dan menceritakan pengalaman sebagai seorang Arkeologi.
.
Review
Request By hanaamj
Sankyu.
