Heiii... I'm back dengan ff baru..
Ini aku bikin one-shot kok.. lebih tepatnya kayak kompilasi ff oneshot yg make xiumin dan haremnya (yg favorit aku aja yaa)
Dan yupp.. ini songfict..
aku emang suka bikin songfict
kayaknya kalo lg baca translate lirik lagu itu kebayang aja kalo dibikin cerita dari cut2an lirik itu
artisnya aku cuma pake Epik High, Lee Hi ama AKMU dan beberapa soloist gitu (minus IU)
Kenapa? Kayaknya kalo songfict dari artis kayak Bigbang,EXO,Winner,SuJu gitu2 udah banyak mungkin yaa.. Ngga berarti lirik lagu mereka kurang loh yaa.. Aku suka kok ama beberapa lirik lagu mereka
PIECES OF YOU
Your eyes are the first mirror of my existence.
I see the reflection of my youth.
I want to be that again for you.
Sinar matahari masuk melalui sebuah jendela yang tirainya tidak tertutup rapat. Di dalam kamar itu, kita dapat melihat dua orang pria, 'ya, pria kalian tidak salah dengar atau membaca, oke?'- sedang tertidur pulas. Salah satu dari mereka, atau tepatnya sesosok pria berambut blonde yang memiliki postur lebih tinggi daripada pria lain yang memiliki surai oranye disampingnya. Pria itu, Sehun, menatap kekasihnya, Minseok dengan pandangan sayang. Sehun asyik memandangi kekasihnya itu, hingga sang kekasih yang lebih tua 6 tahun darinya itu terbangun.
Minseok's POV:
Hal pertama yang selalu kulihat ketika membuka mata adalah tatapan penuh cinta dari Sehun. Ya, Sehun yang notabene 6 tahun lebih muda dariku tampak lebih dewasa dari usianya yang baru saja menginjak 21 tahun. Ah, memang menyenangkan bukan, melihat kekasih atau mungkin partner sehidup semati a.k.a suami- 'oke Minseok, pikiranmu mulai kacau, mungkin efek hangover semalam. Lagipula Sehun masih terlalu muda untuk memikirkan tentang pernikahan dan segala hal semacam itu, dia sendiri yang bilang,' batinku. Ah, sampai mana tadi? Oh ya, rasanya pasti menyenangkan bukan? Karena, kesempurnaan bukan menjadi suatu hal yang mutlak untuk sebuah hubungan yang baik. Menyatukan dua kepala dalam sebuah ikatan sesederhana pacaran saja susahnya minta ampun, apalagi menambahnya dengan sebuah tuntutan bernama kesempurnaan. Aku jamin, hubungan itu tidak akan bertahan lama.
Oh ya, melihat Sehun yang memandangku seperti itu benar-benar sebuah kebahagiaan sendiri. Karena pandangan Sehun hanya untukku. Hanya aku.
Author's POV:
Minseok membuka matanya dan mendapati Sehun sedang menatap dirinya. Ia menguap, dan setelah itu berkata, "Sudah puas menatapku, tuan Oh?" hal itu menjadi kata-kata pertama yang terdengar oleh Sehun.
Sehun menatap kekasihnya itu, ia masih tidak percaya bagaimana makhluk dihadapannya ini berusia 6 tahun lebih tua darinya. Lihatlah bagaimana pipi gembulnya yang tidak pernah menyusut itu memerah. Bagaimana mata kucing dengan single-eyelid itu mengerjap lucu karena berusaha mengumpulkan nyawanya. Ditambah dengan tubuh mungilnya, membuatnya nampak seperti bocah SMP atau SMA.
Sehun mengecup bibir kekasihnya itu.
Minseok's POV:
Aku mengerucutkan bibirku, kesal. Ugh, Oh Sehun itu selalu saja mengejutkanku dengan serangan tiba-tibanya. Aku sibuk memandangi wajah tampannya itu. Mengagumi bagaimana masa pubertas benar-benar mengubah dirinya. Bukan berarti Sehun jelek saat ia belum menginjak masa itu, tapi tetap saja, aku benar-benar iri, bagaimana masa puber membuat tingginya yang dulu tidak jauh berbeda denganku tapi, saat ini, tinggiku bahkan hanya sampai bibirnya saja. Bagaimana pubertas menghilangkan lemak bayinya, hingga tidak ada lagi wajah chubby yang seperti anak-anak. Yang tersisa hanya pipi tirus dengan garis rahang yang tegas.
Melihat Sehun sendiri, membuatku merasakan atau bahkan mendapatkan kembali refleksi tentang kenangan masa mudaku. Ya, dengan usia yang sudah nyaris menginjak kepala 3, seharusnya aku sudah menjalin hubungan serius dengan kekasihku, atau bahkan menikah, seperti yang sudah dilakukan beberapa sahabatku. Tapi, disinilah aku, menjalin sebuah hubungan yang entah besok akan berlanjut atau berakhir. Tidak, aku tidak pernah meragukan kesetiaan Sehun padaku. Hanya saja.. tidakkah ia berpikir bahwa aku ini membosankan? Maksudku, ayolah.. jika ia memiliki kekasih atau teman yang seumuran dengannya dan tidak terkurung disini bersamaku, setidaknya ia dapat melakukan banyak hal, seperti make-out di ruang publik tanpa memikirkan pendapat orang dan norma-norma. Atau mungkin, bertaruh dengan teman-temannya untuk flirting sana-sini dengan gadis atau pria berstatus uke di bar.
Ah.. kadang aku ingin kembali muda seperti dulu. Penuh semangat, gairah dan tidak takut apapun. Aku ingin menjadi seperti itu untuk Sehun. Tapi, bukankah tdak pantas seorang staff ahli Kementrian Pertahanan seperti aku ini melakukan hal-hal seperti itu?
Remember the winter where both time and our hands froze?
The snowman we made together…
I want to hear the bells we heard in the cold wind.
The times I held your hands to keep them warm.
Your eyes,
Your hands,
I want to look in your eyes forever and hold your hands
I already want to turn back time.
Sehun berjalan melewati koridor kampusnya, pria itu tampak santai. Ia memandangi langit kota Seoul yang saat itu sedang turun salju yang cukup lebat. Pikirannya melayang ketika dirinya saat itu masih duduk di kelas 3 SMP dan Minseok, ia sudah memasuki semester akhir kuliahnya.
Flashback
Sehun berlari ke rumah keluarga Kim. Ia ingin menemui hyung kesayangannya itu dan mengajaknya bermain bersama. Sudah lama ia tidak pernah lagi bermain dengan Minseok hyung-nya karena pria itu sibuk dengan proposal skripsi yang sedang ia susun, atau begitulah yang Sehun dengar dari ibunya. Sehun tidak peduli, ia hanya ingin melihat hyung kesayangannya itu dan bermain sebentar dengannya.
"Hyung.. Minseok hyung.." teriak Sehun setelah memasuki rumah Minseok yang pintunya tidak terkunci.
Sehun berlari ke kamar Minseok dan mendapati hyung tersayangnya itu sedang mengetik sesuatu di depan laptopnya.
"Hyung" panggil Sehun. Minseok, yang namanya dipanggil terkesiap melihat Sehun dengan masih memakai seragam lengkap.
"Ayo kita buat boneka salju. Hyung pasti bosan kan mengerjakan tugas itu? Ayo hyung, kita main dulu saja. Siapa tau nanti dapat inspirasi." bujuk Sehun.
Cukup lama, Minseok terdiam. Hingga akhirnya pria itu beranjak dari tempat duduknya, lalu mengambil baju hangat serta syal dan memakainya.
"Ayo.. Kita main di halaman belakang saja, ya.. Dan, Sehun kau tidak berganti baju?"
Sehun menepuk jidatnya, "Astaga.. kalau begitu tunggu aku, hyung.." Sehun langsung berlari menuju rumahnya untuk berganti baju.
Sekitar sepuluh menit berlalu, Sehun sudah berada lagi di depan rumah Minseok. Ia langsung menuju halaman belakang rumah itu, tempat mereka biasa bermain.
Sehun melihat Minseok sudah membentuk kumpulan salju itu menjadi sebuah bulatan yang baru jadi setengahnya. Menyadari kedatangan Sehun, Minseok menoleh dan tersenyum. Entah apa yang terjadi pada Sehun, tapi ia bersumpah kalau ia merasakan pipinya menghangat saat melihat Minseok tersenyum dengan manis ke arahnya.
Mereka larut dalam kesibukan membuat boneka salju. Setelah selesai, entah mendapat ilham dari mana, Sehun menggenggam kedua tangan Minseok yang tidak mengenakan sarung tangan dengan tangannya.
"Sehunnie, aku tidak apa-apa." "Tapi tangan hyung dingin." "Aku kan bisa mengambil sarung tanganku." "Tidak. Biarkan saja sapu tangan hyung disana. Kasihan hyung boneka kita kedinginan." ujar Sehun.
Sehun menatap mata hyung kesayangannya itu sambil tetap memegangi kedua tangannya yang tidak dibalut sarung tangan. Sehun mengagumi bagaimana rupa hyungnya, betapa cantiknya dia untuk ukuran seorang pria.
Tanpa sadar, Sehun mengeliminasi jarak diantara mereka. Entah mendapat keberanian darimana, Sehun makin mendekatkan wajahnya dengan Minseok. Pria yang memiliki tinggi sama dengannya ini tampak bingung dengan perubahan tiba-tiba Sehun, ia mematung. Sehun semakin memberanikan diri, dan mengecup bibir hyungnya untuk pertama kali.
Flashback End
"Hei hei.. sedang melamun apa? Hello, tuan muka datar.. koridor ini mau aku bersihkan." sapa seseorang bername-tag Lee Seunghoon.
"Ah.. maaf.. aku segera pergi. Maaf mengganggu acara bersih-bersihmu itu." ujar Sehun cepat. Ia kemudian bergegas menuju tempat parkir, untuk menjemput Minseok.
Di dalam mobil, Sehun tampak tersenyum sendiri memikirkan ingatan masa kecilnya. 'Kalau dulu aku tidak berani mencium Minseok hyung, mungkin dia sudah bersama Luhan, sahabat semasa kuliahnya yang sekarang menjabat sebagai Kepala Divisi Perjanjian dan Hukum Internasional Kementerian Luar negeri China itu' pikir Sehun.
Ah... rasanya Sehun ingin menatap mata indah milik hyungnya dan menggenggam tangan itu lagi dan lagi, mungkin selamanya. Rasanya, kembali ke masa lalu bukan ide yang buruk.
You know I do
I do you love you
Your tired image
Your retreating silhouette
I love you
I do love you
Every little piece of you
Setelah menjemput Minseok, keduanya memutuskan untuk makan di luar. Kali ini Sehun ingin makan masakan Italia, jadi keduanya memutuskan untuk berhenti di restoran 'Calzone' milik sahabat Minseok, Joonmyeon. Joonmyeon berbeda jurusan dengan Minseok sewaktu kuliah, tapi suami (atau istri dalam hubungan mereka) Joonmyeon, Jongdae, adalah junior Minseok semasa kuliah. Mereka juga sama-sama mengambil konsentrasi Pertahanan dan Keamanan Internasional. Keduanya langsung menyambut kedatangan Minseok dan Sehun. Setelah berbasa-basi sebentar, keduanya pun pamit karena Daemyeon, anak adopsi mereka sudah rewel meminta pulang. Jujur, Minseok iri dengan semua itu.
Sehun menatap kekasihnya itu yang entah kenapa terlihat semakin kurang bersemangat dari hari ke hari. Bahkan hanya dengan melihat siluetnya saja, Sehun tau kekasihnya tampak lelah.
"Hyung, kau tampak capek sekali, hari ini." tanya Sehun.
Minseok menjawabnya dengan gelengan. "It's Okay. I'm fine, Hunnie." ujar Minseok
Sehun tiba-tiba menggenggam tangan kanan Minseok. "Hyung, kau tau aku mencintaimu, kan?" tanya Sehun. Minseok mengangguk. "Dan, kau tau kan, aku mencintai semua tentangmu." ujarnya.
Minseok terpana mendengar ucapan Sehun.
I want to touch time and grasp it in my hands,
So that you can be with me.
Flashback
6 bulan lalu..
"Hyuuuuuuuungg!" pekikan Sehun yang saat itu baru pulang kuliah terdengar oleh Minseok yang tengah sibuk memasak makan malam di dapur.
Baru saja membalikkan badan, Minseok sudah ditarik oleh Sehun ke pelukannya. Kekasihnya itu tampak bahagia, bahkan air mata tampak terlihat di sudut matanya.
"Hyung harus lihat ini hyung. Lihat, aku diterima di Juilliard sebagai penerima beasiswa penuh. Juilliard hyung, Juilliard, sekolah impianku."
Minseok tersenyum lebar melihat wajah Sehun yang biasanya tampak datar, kini dipenuhi kegembiraan yang amat sangat.
Sehun menghujani Minseok dengan ciuman. Tangan Sehun mulai menjelajah, tapi, Minseok menahannya.
"Kompornya belum kumatikan." ujar Minseok.
Sehun mengekor di belakang Minseok. Begitu Minseok mematikan kompor, dengan tidak sabaran, Sehun mengangkatnya menuju kamar mereka.
Minseok menutupi tubuhnya yang penuh hickey dengan selimut. Ia tidur dengan membelakangi Sehun.
Minseok merasakan kehangatan saat Sehun memeluk tubuhnya dari belakang. Dengkuran Sehun terdengar di telinga Minseok. Nampaknya ia kelelahan setelah melakukan kegiatan olahraga malam di ranjang dengan Minseok.
"Berjanjilah untuk tidak melupakanku, Oh Sehun" bisik Minseok yang kembali dijawab oleh dengkuran Sehun.
Flashback End.
Apartemen Minseok...
Minseok berkali-kali menelpon ke nomor Sehun dan hanya dijawab oleh mailbox dan sesekali operator. Minseok menggulingkan badannya dan melihat jam yang terletak di meja samping tempat tidurnya. 'Jam 3' batin Minseok. Minseok menghela napasnya, "apa yang kau lakukan disana, Hunnie? disana kan masih jam 1 siang." ujarnya. Minseok mencoba memejamkan matanya berkali-kali dan gagal.
Minseok bangun dan berangkat ke kantor dengan wajah yang sayu. Temannya sesama staff ahli, Kang Seungyoon datang dan menghampiri mejanya.
"Wajahmu tampak kuyu, hyung. Dan kurasa kau butuh ini." ujar Seungyoon sambil menyodorkan segelas Americano pada Minseok.
"Thanks, Kang. Omong-omong, tumben kesini. Ada yang mau kau bicarakan?" tanyanya.
Seungyoon menganggukkan kepalanya. Ia menyodorkan sebuah surat pada Minseok.
"Kurasa kau lebih membutuhkan ini daripada aku, hyung." ujarnya.
Minseok mengernyitkan wajahnya. "Jangan sok misterius." ujarnya pada Seungyoon.
Minseok membuka amplop yang diberikan oleh Seungyoon. Ia menatap Seungyoon, lalu menatap balik surat itu.
"Ya, surat tugas ke pangkalan marinir Amerika di Hawaii. Setelah itu, ambillah cuti seminggu, hyung. Masa cutimu bisa kau habiskan di New York kan. Kudengar kekasihmu sekolah di Juilliard." ujar Seungyoon.
"Tapi, ini kan berpengaruh untuk kenaikan pangkatmu sebagai staff ahli, Sengyoon-ah." ujar Minseok.
"Hyung, tugas di Kementerian ini banyak. Jadi, aku sih tidak peduli kalau satu tugas hilang. Aku tidak serakus itu, hyung. Kalau tugasnya ke Uni Eropa aku mau. Apalagi Den Haag, kekasihku kan disana." ujar Seungyoon.
"Kekasihmu? di ICJ?" tanya Minseok. Seungyoon mengangguk.
"Baiklah, terima kasih Seungyoonie.." ujar Minseok. Dengan isengnya, ia mencubit pipi Seungyoon.
Minseok mengambil ponselnya dan menghubungi Sehun. Ia nyaris berteriak kegirangan saat Sehun mengangkat teleponnya.
"Hunnie.. Seminggu lagi aku ke New York." Minseok nyaris memekik sangking girangnya.
"Hmm.. Benarkah? Oke hyung. Kutunggu kedatanganmu."
'Mengapa suaranya tidak bersemangat sekali' batin Minseok. Perasaan takutnya muncul kembali. Ia menggigit bibirnya, pikirannya dipenuhi berbagai macam dugaan yang aneh-aneh.
Ah... andai saja ia bisa menahan dan memutar waktu seenaknya. Ia pasti akan menahan Sehun agar terus di sisinya.
My breathing becomes difficult.
Another day passes without you,
When dreams come I want to go find you,
I want to follow you,
Matching your footsteps.
I want to live in our hourglass, though not much time is left.
A desert of happiness, so we can rest there for a long time.
Minseok tersenyum lebar begitu melangkahkan kakinya di Bandaa Internasional John F. Kennedy. Matanya mencari-cari Sehun diantara kerumunan orang-orang yang ingin menjemput sanak-saudara maupun kekasih mereka. Begitu melihat Sehun, ia langsung berjalan cepat menuju kekasihnya itu. Minseok memeluk Sehun yang terlihat semakin... tampan. Rambut cokelatnya kini di cat menjadi blonde. Warna itu tampak cocok dengan kulit Sehun yang pucat.
"Hyung, setelah ini langsung ke hotel kan? Aku ada showcase seminggu lagi. maaf jika nanti tidak bisa menemanimu jalan-jalan." ujar Sehun. Dari gelagatnya, terlihat Sehun memang benar-benar sibuk. Ditambah teman-temannya yang berkali-kali menelepon dirinya. Minseok yang sadar diri langsung berbicara pada supir taksi untuk menyuruhnya mampir ke Juilliard dulu. Sehun kaget.
"Aku tahu kau sibuk, Hunnie. Makanya, kau ke kampus saja dulu. Kasihan teman-temanmu menunggu." ujarnya.
Minseok merebahkan kepalanya di bantal. Lelah dengan perjalanannya dari Hawaii ke New York. Lelah karena tidak mendapatkan sambutan yang ia harapkan. Ia memiringkan badannya. Membuat air mata yang ditahannya menetes, 'Bodoh! Sehun pasti sibuk dengan pelajaran dan showcase yang harus ia jalani. Memangnya aku harus berharap untuk disambut seperti apa?' batinnya.
Malam itu, Minseok menunggu Sehun untuk tidur bersamanya di hotel. Sayang, Sehun tidak kunjung datang hingga dirinya terlelap.
Hubungan mereka berdua memang bukan hubungan biasa. Hal itu bukan hanya terlihat dari age gap yang ada. Tapi, dari bagaimana cara mereka menjalani hidup. Minseok yang statis dan Sehun yang dinamis, Minseok yang membosankan dan Sehun yang penuh semangat. Tapi, bukankah hidup berpasangan harus seperti itu, saling melengkapi.
Jujur, Minseok kadang kelelahan mengikuti langkah Sehun yang berubah-ubah. Hal ini jelas bertolak belakang dengan kehidupannya yang selalu teratur dan terencana. Tapi, rasa lelah Minseok hilang seiring dengan besarnya kasih sayang yang mereka punya untuk satu sama lain.
Pagi itu, Sehun menemuinya di hotel. Minseok yang saat itu baru membuka pintu langsung terdorong akibat Sehun yang tidak sabaran. Sehun memeluk dan menciumi Minseok. "Aku merindukanmu, hyung. Sangat!" ujarnya di sela-sela ciuman mereka.
Ternyata, Sehun diizinkan libur oleh teman-temannya. Dan Sehun membayarnya dengan mengajak minseok keliling kota New York. Mereka menuju Times Square dan menonton opera di Broadway. Mereka makan pizza khas New York di 2 Bros Pizza, mencoba food truck yang terkenal disana, Sam's Falafel. Hari itu, Sehun benar-benar menghabiskan waktunya dengan Minseok. Mereka melepas rindu.
"Tunggu aku setahun lagi ya, hyung. Setelah itu kita menikah." ujar Sehun. Minseok tersedak saat mendengar ucapan Sehun. Apa Sehun melamarnya di tengah jalan? Saat mereka sedang memakan sandwich dan falafel? Wow.. benar-benar 'romantis', tipikal Sehun sekali.
Minseok tersenyum, dalam hati ia berdoa 'Tuhan, bisakah kau hentikan waktu saat ini juga?'
You know I do
I do you love you
Every little piece of you
I love You
Suara lagu Pieces of You milik Epik High menggema di apartemen milik Minseok dan Sehun. Sehun saat ini sudah bekerja sebagai koreografer untuk SM Entertainment, bersama dengan teman seperjuangannya di Juilliard, Jongin.
Keduanya menikah 3 tahun lalu, Sehun menepati janjinya untuk menikahi Minseok saat ia lulus dari Juilliard. Minseok tersenyum mendengar lagu itu. Yah, untuk Minseok, lagu itu seperti berisi tentang kisahnya dan Sehun. Bagaimana ketakutannya akan kehilangan cinta dari seorang Oh Sehun dan bagaiman pria itu juga yang meyakinkan dirinya. Sehun berubah? Ya, ia berubah, bukankah semua orang berubah?
Mungkin kalimat yang tepat adalah, Sehun bertambah dewasa dari hari ke hari. Minseokpun sudah mulai menghilangkan ketakutan-ketakutan Sehun akan meninggalkannya.
Karena Minseok percaya Sehun mencintainya, dan begitupun sebaliknya.
'Every little piece of you... 사랑해요'
Minseok tersenyum.
Mungkin kalau kalian mau tanya kenapa kerjaannya Minseok kok staff ahli kementerian pertahanan disini? FYI aja, salah satu jubir kementerian pertahanan Korsel namanya juga Kim Min-seok. Jadi, terinspirasi dari itulah aku bikin kerjaan Minseok di ff ini jad staff ahli. Lagian aku bosen juga sih kalo kerjaannya Minseok mainstream kayak bussinessman, CEO, barista, arsitek. Soalnya, hello... pekerjaan di dunia banyak cyiin.. Even tukang copet pun kerjaan, tapi emang ngga halal sih... who cares lah.. cuma di cerita ini..
