It's Because My Father's Fault Chap 1

Semua tokoh milik diri mereka sendiri dan Tuhan YME.

Cerita ini resmi milik Min Gi. o:)

Pairing (HanChul, YunJae, SiBum etc... sesuai berjalannya cerita.) ^^

Semua uke as Yeoja.

Semua seme as Namja.

GENDERSWITCH, gak suka gak usah baca, maksa nanggung sendiri akibatnya, dilarang ngbash tokoh-tokoh dalam fiction ini, kalau mau kasih saran pake bahasa yang sopan!

Typo bertebaran dan tidak sesuai EYD harap dimaklumi. ^^

"Kim Hankyung! Katakan padaku! Sejak kapan kau berhubungan dengan wanita itu! Sejak kapan kau merusak sumpah pernikahan kita! Katakan padaku KIM HANKYUNG!"

"PLAK! PLAK! PLAK! PLAK!"

"Eomma, Jebal! Jebal! Jebal! Eomma, Bummie mohon jangan pukuli appa eomma! Bummie mohon! Eomma"

"Lepaskan eomma, Kim Kibum! Lepaskan eomma! Eomma hanya ingin membuat appa mu sadar! Eomma, hiks... Eomma hanya ingin appa mu kembali seperti dulu. Hiks... Hannie kenapa kau tega melakukan ini kepadaku? Kenapa Hannie, kenapa?!"

"Chullie... Mian... Aku telah membuat kesalahan, aku telah menduakan cinta mu Chullie, mianheyo. Pukullah aku chullie, maki aku sepuas mu. Tapi aku mohon Chullie, jangan pernah tinggalkan aku."

"Kau BERENGSEK Hankyung hiks... Kau berengsek... hiks... Eomma, jemput Chullie sekarang eomma. Jaejoongie dan Bummie ku sudah besar eomma. Mereka sudah siap untuk aku tinggalkan eomma. Hiks, eomma Chullie mohon jemput Chullie sekarang..."

"Andwe! Eomma jangan pernah tinggalkan Bummie dan Jae eonni eomma! JEBAL eomma! JEBAL! EOMMA! Hiks.."

"Bummie, mianheyo. Maafkan eomma nak. Sampaikan maaf eomma kepada eonni mu. Katakan padanya eomma tidak bisa berpamitan padanya. Tolong sampaikan maaf eomma pa... da... nyaa. Uhuk."

"CHULLIE APA YANG KAU LAKUKAN ITU! LEPASKAN PISAU ITU! LEPASKAN CHULIE! JANGAN SAKITI DIRIMU CHULLIE! AKU MOHON!"

"EOMMMAAAAAAAAAA..."

#####

Jaejoong POV

Malam ini udara di Seoul sangatlah dingin tidak banyak orang yang berada di luar rumah karena suhu udara yang sungguh akan membuat siapapun merasa bagaikan berada di ruangan yang dipenuhi oleh jutaan es batu berbentuk runcing yang seolah-olah memaksa untuk menembus kulit siapapun, termasuk aku. Ya, aku seorang yeoja bernama lengkap Kim Jaejoong. Saat ini aku sedang dalam perjalan menunju stasiun kereta terdekat dari apartemen ku. Tujuan ku adalah Gwangju Hospital. Aku harus berada disana sekarang, karena salah satu orang yang sangat aku cintai sedang membutuhkan aku sekarang, seorang yeoja yang sangat aku cintai melebihi diri ku sendiri. Dia adalah eomma ku, Kim Heechul

Tes...

"Aiish, air mata ku kenapa menetes disaat seperti ini. Ah, kenapa baru sekarang kau menyesal Kim Jaejoong. Disaat eomma mu sedang bertarung melawan maut, kenapa kau baru menyesali perbedaan jarak yang memisahkan mu dengan eomma mu. Paboya kau Kim Jaejoong." Rutuk ku pada diriku sendiri. Tak kupedulikan tatapan orang-orang yang memandang heran kearahku. Prioritas utamaku saat ini adalah segera bisa berada disamping eomma ku.

"SREK'

Kududukkan saat ini tubuhku di bangku penumpang Kereta api dengan kecepatan super ini atau yang sering disebut dengan KTX. Beruntung sekali kereta ini adalah kereta terakhir di hari ini, jadi tidak banyak orang yang menaikinya. Digerbong tempat ku saja bisa dihitung dengan tangan jumlah ornang yang ada disini. Kusenderkan tubuhku ke kursi penumpang, dan kuputuskan untuk melihat kearah jendela, disana aku bisa melihat pemandangan malam yang berjalan dengan sangat cepat karena efek dari kereta yang kunaiki ini mulai berjalan dengan sangat cepat.

#####

DRRTTT DRRTTT DRRTTT

Kurasakan getaran smartphone di tas ku, dengan perlahan ku buka kedua mataku yang entah sejak kapan mulai terpejam saat aku sedang asik menikmati pemandangan dijendela kereta ini dan mencoba mengambil smartphone ku.

"Yeboseo?" Kuangkat telepon yang entah dari siapapun itu. Mataku terlalu berat untuk melihat terlebih dahulu siapa yang menelepon.

"Jaejoongie..." terdengar suara yang sudah sangat tidak asing lagi ditelingaku. Dengan reflek kedua bola mataku pun terbuka dengan sangat sempurna menghilangkan rasa kantuk yang mendera ku sejak tadi.

"Eomma? Ini eomma?" Tanyaku dengan rasa tidak percaya, kulihat layar smartphone ku dan terpampang dengan sangat jelas dilayar itu "appaSarang Calling".

"Eoomma, eomma sudah sadar? Hiks, eomma? Bagaimana keadaan eomma? Kenapa eomma melakukan hal seperti itu?" Tanpa bisa kusadari air mata yang telah kutahan sejak mendapat telepon dari adikku Kim Kibum tentang keadaan eomma ku yang mencoba bunuh diri dengan menggores pisau dipergelangan tangannya tumpah ruah dengan sejuta rasa kelegaan saat bisa mendengar suara eomma ku lagi.

"Ne chagi, eomma sudah sadar. Bummie bilang kau dalam perjalanan kesini? Yak, apa Jaejoongie eomma menangis eoh?" dapat kudengar suara khas eomma ku yang memancarkan rasa khawatir setiap mengetaui aku menangis.

"Ani... hiks, Joongie gak nangis kok eomma." Dustaku pada eomma yang sungguh sangat bodoh sekali. Jelas-jelas isakan tangisku keluar dengan sangat jelas, suda pasti eomma mendengarnya.

"Paboya kau Kim Jaejoong. Mencoba membohongi eomma eoh? Hehe dasar anak payah, dibanding Bummie kau jauh lebih buruk dalam hal berbohong." Kudengar kekehan eomma diseberang line karena ulah bodoh ku barusan. Dengan perlahan ada kelegaan yang sangat menenangkan dihatiku saat mendengar suara tawa eomma.

"Yak eomma, jangan menggoda ku. Atau aku akan marah pada eomma. Hhuft." Rengek ku pada eomma sambil mempoutkan bibirku, hal yang sangat disukai eomma dan appa saat melihatku sedang merajuk seperti ini.

"Aigooo, pasti saat ini bibirmu sedang manyun dan maju dengan sangat imut kan Jae? Aish seandainya kau sudah disini, eomma pasti sudah mencubit kedua pipimu itu dengan sangat gemas bersama dengan appa mu. Hahahaha." Kudengar tawa eomma yang sangat lepas, yang menyebabkan pertanyaan besar dihatiku saat ini, apakah eomma dan appa sudah berbaikan? Atau ada hal lain yang eomma dan appa sembunyikan dariku?

"Eomma, apakah eomma sudah berbaikan dengan appa?" Karena rasa penasaranku yang terlalu tinggi akhirnya aku langsung menanyakan hal yang terasa mengganjal itu kepada eomma.

"Ne chagi, appa mu sudah menceritakan dan menjelaskan semuanya kepada eomma tadi. Sekarang eomma sudah mengerti kenapa appa mu melakukan hal itu kepada eomma. Hanya saja..." tiba-tiba kudengar suara eomma berubah murung yang seketika membuat diriku langsung mempunyai firasat tak enak.

"Hanya saja apa eomma?" Tanyaku dengan sangat penasaran kepada eomma.

"Ani, eomma akan memberitaukan kepadamu nanti saat kau sudah sampai disini chagi. Lagipula eomma rasa, appa mu lah yang lebih berhak menceritakan semuanya kepadamu." Kudengar keputusan eomma ku sudah sangat bulat, aku yang mengerti dengan sifat eomma jika sudah memutuskan segala sesuatu maka tidak bisa dirubah hanya bisa berpasrah ria dan bersabar sampai nanti aku sampai ditempat mereka saat ini.

"Ne eomma, aku mengerti." Jawab ku pada eomma dengan sedikit tidak rela.

"Hehe anak pintar, tidak salah kau telah menjadi anak eomma selama 19 tahun ini Joongie. Oh iya, eomma juga ingin memberi tau mu, kau tidak usah ke Rumah Sakit Joongie, langsung pulang kerumah arraso? Karena eomma sekarang dalam perjalanan kerumah. Nanti Shin ahjussi yang akan menjemput mu di stasiun." Titah eomma kepadaku dengan sangat tegas. Aku merasa sedikit heran dengan eomma ku, bukankah 4 jam yang lalu adikku Bummie masih memngirimi ku sms yang mengatakan eomma masih belum sadarkan diri? Lalu kenapa sekarang tiba-tiba eomma sudah dalam pejalanan pulang kerumah?

"Tapi eomma... Kenapa eomma pulang sekarang? Memangnya kondisi eomma sudah membaik? Bukankah seharusnya eomma dirawat di Rumah Sakit sampai keadaan eomma benar-benar sehat?" Tanyaku kepada eomma dengan rasa khawatir yang besar, bayangkan mana ada seorang anak yang akan membiarkan ibunya dalam kondisi yang tidak sehat pergi begitu saja dari Rumah Sakit.

"Eomma baik-baik saja chagi, kau tidak usah terlalu khawatir seperti itu, arraso?! Lebih baik kau khawatirkan adikmu Bummie, dari tadi dia tidak berhenti menangis. Itu benar-benar membuat eomma merasa sedih chagi dan satu hal lagi, kau harus selalu memperhatikan appa mu ne?! Dia benar-benar terpukul dengan apa yang telah eomma perbuat tadi. Eomma titip appa sebentar kpadamu ne, untuk beberapa waktu kedepan eomma harus berpisah dengannya. Dan kau, harus selalu menjadi yeoja yang kuat ne Jaejoongie eomma yang cantik... sekarang matikan handphone mu dan lanjutkan tidurmu ne chagiya. Eomma juga masih dalam perjalanan kerumah. Sampai bertemu dirumah Jaejoongie eomma. Sarangheyo caghiya..."

"Ne Sarangheyo eomma..." Entah kenapa mulut dan otakku tidak berjalan dengan seimbang, otakku yang masih belum mencerna seluruh ucapan eomma malah membiarkan mulutku untuk menjawab telepon eomma dan membiarkan eomma menutup sambungan telepon itu. Yah sudahlah nanti jika bertemu dengan eomma, aku akan meminta semua penjelasannya. Setelah selesai dengan pikiranku sendiri aku putuskan untuk melanjutkan tidurku kembali.

#####

Normal POV

Udara malam yang dingin semakin menjadi dingin karena malam yang semakin larut, terlihat seorang namja tambun yang sudah berumur 50 tahunan sedang menunggu seseorang dipintu keluar stasiun Gwangju. Wajah namja tersebut tidak bisa terbaca, ada raut kesedihan dan bingung tergambar jelas diwajahnya.

"Shin Ahjussi." Namja bertubuh tambun yang kita perhatikan sejak tadi itu perlahan-lahan menoleh kesumber suara yang memanggilnya. Tertangkap oleh pengelihatannya tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, ada sosok yeoja cantik berumur 19 tahunan yang sedang mengenakan baju lengan panjang berwarna hitam yang ukurannya sedikit terlalu panjang hingga menutupi sebagian pahanya, dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam dengan syal merah dan jaket kulit bermerk mahal berwarna hitam pula. Tidak lupa sepatu boat berwarna hitam juga dikenakannya, dengan rambut panjang sepinggangnya yang digerai, dengan perlahan yeoja muda yang bersetatus majikannya itu berjalan mendekat kearahnya.

"Nona muda jaejoong, biar saya saja yang membawakan koper anda." Mohon pria yang dipanggil Shin Ahjussi itu kepada yeoja muda majikannya yang tak lain dan tak bukan adalah Kim Jaejoong.

"Ah ne, dengan senang hati ahjussi." Jawab Jaejoong mengiyakan kemauan kepala pelayan dirumahnya itu. Dengan langkah perlahan, Jaejoong meneruskan jalannya menuju mobil yang akan membawanya pulang kerumah yang sudah 1 tahun belakangan ini dia tinggalkan untuk berkuliah di Seoul.

"Ahjussi, apakah eomma sudah sampai dirumah?" Tanya jaejoong kepada Shin Ahjussi yang sedang menyetir, saat ini mereka sedang berada di dalam mobil yang sedang menuju ke rumah kediaman Kim, yang dikepala keluargai oleh Kim Hankyung,

"Ah, ne nona. Nyonya besar sudah tiba dirumah sejak 1 setengah jam yang lalu saat anda masih didalam kereta." Jawab Shin Ahjussi dengan raut wajah yangtidak jauh berbeda saat masih di stasiun tadi. Setelah puas dengan jawaban sang pelayan, jaejoong memutuskan untuk diam. Dia lebih memilih untuk memandangi lamu-lampu jalan yang terlihat dari kaca jendela disamping kanan tempat duduknya. Karena terlalu asik dengan kegiatan melamunnya, Jaejoong baru sadar bahwa sekarang mobil yang dinaikinya sudah memasuki kawasan rumahnya yang bisa dikatakan sangatlah besar untuk kategori rumah dengan 4 penghuni tetap. Matanya yang besar segera memandang datar pada keadaan rumahnya sekarang, pikirannya berkecamuk ketika melihat mobil sanak saudara dan relasi bisnis appa dan eommanya memenuhi lahan parkir yang sangat luas di rumahnya.

#####

Jaejoong POV

"Apa ini? Ada apa ini? Kenapa banyak sekali mobil disini. Itukan mobil Kangin ahjussi dan Teukie ahjumma, lalu itu mobil Yesung ahjussi dan Ryewook ahjumma, dan itu bukankah itu mobil Hyung Joong ssi. Kenapa banyak sekali mobil dirumahku?" Pertanyaan-pertanyaan itu tak henti-hentinya keluar dari mulut ku. Kulihat Shin ahjussi lebih memilih diam dan menghentikan mobil yang kunaiki tepat didepan pintu masuk rumah ku yang sedang terbuka lebar. Setelah itu Shin ahjussi membukakan pintu mobil agar aku bisa keluar dan dia langsung memarkirkan mobil itu ke garasi tanpa menurunkan koper ku terlebih dahulu. Aku semakin merasa aneh setelah melihat kelakuan Shin Ahjussi, tidak seperti biasanya dia bertingkah seperti itu, dengan rasa penasaran yang sangat besar ku langkahkan kaki ku untuk masuk kedalam rumahku. Sambil terus berjalan aku memperhatikan keadaan disekitarku, samar-samar aku mulai mencium wangi yang sangat aku kenal, wangi bunga-bungaan yang dulu sagngat kuat tercium oleh hidung ku saat pemakaman nenek, dengan perasaan bercampur aduk kupercepat langkahku menuju asal suara yang samar-samar aku dengar. Aku kenal suara itu, suara adikku Kim kibum yang sedang menangis dan aku juga mendengar suara appa yang berteriak memanggil eomma ku. Saat aku semakin dekat dengan tempat tujuan ku, aku bisa melihat dan mendengar dengan jelas apa yang terjadi, di sana di ruang utama keluargaku ini aku bisa melihat ada sebuah peti jenazah yang tidak tertutup menyebabkan kain-kain yang ada didalam peti itu sedikit menyembul keluar. Dapat kulihat appa ku menangis dan berteriak disamping peti itu memanggil nama eomma ku, dan disisi lain peti itu, adikku Kim kibum sedang menangis memanggil-manggil nama eomma. Dengan perlahan aku berjalan mendekat kearah peti mati itu dan seketika itu juga aku tak bisa merasakan apapun. Yang aku bisa lakukan hanya satu melihat intens sosok didalam peti itu, sosok yang sangat aku kenal. Sosok yang beberapa jam lalu menelepon ku. Kini sosok itu telah terbalut dengan gaun pengantin yang eomma pernah kenakan saat menikah dengan appa 20 tahun lalu. Sosok itu sosok eomma ku yang sudah terbujur kaku dengan senyuman di wajahnya dan darah yang terus mengalir dari pergelangan tangan kirinya. Melihat itu air mataku tidak bisa berhenti aku masih belum bisa percaya dengan apa yang terjadi.

"EOMMAAA! ANDWE! JANGAN TINGGALKAN JAEJONGIE! EOMMA! Dapat kulihat orang-orang disekitarku memandangiku. Termasuk appa dan dongsaengku. Lalu ada sosok asing yang menghampiri jenazah eomma ku, seorang namja yang kira-kira berusia 25 tahun dengan sorot mata yang tajam mengawasiku sambil tersenyum. Diiringi dengan bebrapa sosok asing yang ikut tersenyum kearah ku. Dan tiba-tiba kedua mata eomma ku yang tertutup mulai terbuka dan memandang intens kearah ku sambil tersenyum dan memanggil namaku.

"Jaejongie..."

"Eo.. EOMMA ANDWE!"

#####

"Nona, Nona muda Jaejoong. Nona apa anda baik-baik saja?" Samar-samar aku mendengar suara Shin ahjussi, dengan napas yang terengah-engah kubuka kedua bola mataku. Ku kerjapkan berkali-kali sampai akhirnya aku sadar bahwa aku baru saja bermimpi buruk. Posisiku saat ini masih didalam mobil yang berada didepan pintu masuk utama kedalam rumah ku yang tertutup rapat. Dengan sedikit horror aku tolehkan kepalaku kearah lahan parkir yang tadi aku lihat penuh sesak dengan mobil-mobil dan syukurlah hasilnya nihil. Tak jauh dari lahan parkir aku dapat melihat garasi rumahku yang lengkap terisi oleh mobil appa, aku, dongsaeng ku dan beberapa mobil koleksi eomma. Hanya ada satu lahan kosong dalam garasi itu yang sudah pasti akan ditempati oleh mobil keluarga yang sedang aku gunakan ini.

"Nona, apa anda baik-baik saja?" suara Shin ahjussi kembali menginterupsi kegiatan ku yang sedang asik mengamati garasi rumahku. Dengan anggukan kepala aku menjawab pertanyaannya, kemudian aku memutuskan untuk turun dari mobil dan segera masuk kedalam rumah untuk menemui eomma ku. Sekilas dapat kulihat Shin ahjussi memandang heran kepadaku. Tapi aku tidak perdulikan, yang aku utamakan saat ini adalah eomma ku.

Dapat kulihat beberapa lampu dalam beberapa ruangan dirumahku sudah dimatikan, hanya ada satu lampu yang menyala yaitu di ruang keluarga, dengan setengah berlari aku mempercepat langkah ku, begitu aku sampai disana aku bisa melihat eomma ku sedang duduk berhadapan dengan appa ku. Eomma dan appa duduk disofa yang bertentangan, tanpa aba-aba aku langsung berlari dan memeluk eomma saat itu juga.

"Eomma, Bogoshipoyo!"

"Jongie/Jaejongie/Eonni." Dapat kudengar suara keterkejutan eomma, appa dan dongsaengku yang tidak sadar akan kehadiran ku dirumah.

"Kapan kau tiba nak?" Tanya eomma tanpa berniat melepaskan pelukan ku.

"Baru saja eomma, karena eomma berbicara yang aneh-aneh padaku aku bermimpi buruk tetang eomma tadi. Hiks." Aduku pada eomma hingga air mata yang kutahan sejak tadipun keluar.

"Aigo... Anak eomma, yak Bummie ternyata tebakan mu benar." Aku agak heran dengan reaksi yang eomma tunjukkan padaku. Dengan cepat dan tanpa perasaan aku lepaskan pelukan ku dari eomma sehingga tidak sengaja tanganku menyentuh tangan kiri eomma yang diperban.

"Yak! Appo! Kim Jaejoong paboya!" reflek eomma memukul kepalaku yang aku balas dengan tatapan doggy eyes.

"Chullie kau baik-baik saja?" Tanya appa yang khawatir terhadap eomma.

"Yak! Jangan mendekat kepadaku Kim Hankyung, aku masih belum memaafkan mu sepenuhnya." Dan mendengar jawaban eoma appa hanya bisa menahan dirinya untuk tidak bergerak dari tempatnya.

"Apa maksud eomma tadi bahwa tebakan Bummie itu benar?" tanyaku kepada eomma untuk memecahkan kesunyian yang sempat terjadi dan menunjuk adik ku yang sedang memandang kearah aku dan eomma dengan wajah super dinginnya yang tidak pernah berubah sejak kecil.

"Oh itu, Bummie dan eomma bekerja sama untuk mengerjai mu Jongie caghiya, dan eomma mempredisikan kau akan langsung turun dan mengambil penerbangan dengan pesawat untuk kemari bukannya malah meneruskan perjalanan dengan kereta dan justru berakhir denga kau bermimpi buruk tentang eomma, pabo!" jelas eomma dengan sedikit emosi yang langsung membuat ku bersweetdrop ria.

"Yak! Eomma, Bummie. Kenapa kalian mengerjaiku hah?!" protesku yang tidak terima diperlakukan dengan sangat tidak adil oleh dongsaeng dan eomma ku sendiri.

"Itu karena eomma mu kesal kepada mu Jae, kenapa kau tidak mencari penerbangan ke Gwangju malah memilih jalur kereta. Dan adik mu kesal karena kebodohan mu yang pasti lupa akan tekhnologi mesin burung terbang yang sudah ada didunia ini Jae." Jelas apa menjawab pertanyannku.

"Hehe, itu benar appa." Jawabku dengan sangat polos dan sukses membuat appa dan eooma ku menggeleng-gelengkan kepalanya bersamaan.

"Sudah kuduga, kau pabo eonni jika sedang panik." Sahut Kibum ketus sambil melihat sinis kepadaku.

"Dasar kau ini, begini-begini aku juga eonnimu! Dan satu lagi apa yang harus appa sampaikan padaku eomma?" Tanyaku pada eomma dan appa yang membuat adikku Kibum menggerutu kesal karena aku membelokkan topik pembicaraan ku dengannya.

"Jadi begini Joongie, berhubung kau sudah sampai appa akan langsung menceritakan semuanya pada kalian berdua. Joongie duduklah. Appa harap setelah mendengar cerita appa kau dan Bummie tidak membenci appa." Akupun menuruti perkataan appa dan mulai mendengarkan apa yang akan appa katakan.

"Ya, appa akui appa memang berselingkuh Joongie, Bummie. Tapi semua itu appa lakukan tanpa sadar. Wanita itu adalah Jung Ara. Dia relasi bisnis appa semenjak 2 tahun yng lalu, dan appa akui appa memang sudah dekat dengannya semenjak itu. Tapi appa tidak pernah melakukan apapun dengannya. Appa menganggap dia tak lebih sebagai anak sendiri karena usianya yang tidak jauh berbeda dengan mu Joongie. Tapi ternyata Ara menganggap lebih kasih sayang yang appa berikan kepadanya. Awalnya appa menolak, tapi dia mengancam appa akan membunuh dirinya jika appa menolak. Dengan terpaksa appa menyetujui semua permainannya. Itu semua baru terjadi sejak 3 bulan lalu. Dan hal itu pun diketahui oleh suami sahnya, Jung Yunho. Ara bercerita kepada appa bahwa pernikahan mereka tidak dilandasi cinta, bahkan semenjak menikah 3 tahun yang lalu Jung Yunho dan Ara tidak pernah tidur dalam satu rumah. Kemudiaan Ara memaksa appa untuk menikahinya. Dan appa dengan tegas menolak itu semua, appa juga menjelaskan bahwa appa tidak pernah menganggapnya sebagai kekasih. Hanya sebatas anak. Ternyata hal itu membuat dia depresi, sehingga dia melakukan segala cara agar appa menjadi miliknya. Termasuk dengan bertemu dengan eomma kalian dan mengatakan bahwa dia adalah pelacur yang sering tidur dengan appa. Padahal dalam kenyataan sebenarnya appa sama sekali tidak pernah menyentuhnya." Aku termengu mendengar penjelasan appa ku, dapat kulihat eomma membuang nafas seolah-olah ada beban berat dipunggungnya dan adikku Kibum memandangi appa kami dengan intens.

"Lalu apa reaksi suaminya appa?" Pertanyaan Kibum sontak membuat ku memandang appa intens.

"Jung Yunho mengancam akan membunuh appa, appa sudah coba untuk menjelaskan kepadanya tapi rupanya dia tidak bisa terima. Lusa dia ingin bertemu dengan appa." Jawab appa dengan raut wajah tertekan. Aku benar-benar tidak tega melihat kedua orang tuaku yang biasanya terlihat ceria, tampan dan cantik yang biasanya terlihat bagaikan umur 30an kini terlihat benar-benar sesuai dengan umur asli mereka.

"Bukankah appa bilang Jung Yunho itu tidak mencintai istrinya Jung Ara? Lalu kenapa dia ingin membunuh appa?" Pertanyaan adikku Kibum sungguh benar-benar membuat ku tercengang. Dalam keadaan segenting inipun dia masih bisa berpikir jernih dan rasional. Sangat berbeda sekali denganku. Sudah sangat jelas terlihat siapa yang keturunan appa dan siapa yang keturunan eomma disini.

"Appa sudah mencari tau tentang Jung yunho, informan yang appa kirim membenarkan bahwa Jung Yunho memang tidak pernah mencintai istrinya Jung Ara, tapi Yunho memiliki sifat keposesifan yang tinggi terhadap barang yang dimilikinya. Jadi secara tidak langsung Jung Ara dianggap barang olehnya menurut appa." Jelas apa lagi menjawab pertanyaan Kibum.

"Hmm, sesuai dugaanku appa. Jung Yunho tidak mencintai istrinya 100%. Jika dia mencintai istrinya Jung Ara itu, maka aku yakin appa sudah tertidur dengan tenang dikuburan dan eomma sudah menjadi yeoja cantik gila karena kehilangan suaminya yang sangat dicintainya."

"BUK,BUK!"

"Appo! Yak eomma, eonni apa yang kalian lakukan eoh? Kenapa memukulku." Racau Kibum kepadaku dan eomma yang habis memukulinya dengan sangat elit dikepalanya.

"Sekali lagi kau berbicara tanpa sopan santun seperti itu lagi, eomma akan menendangmu keluar dari rumah ini Kim Kibum." Jawab eomma sadis kepada dongsaengku, sekarang aku jadi bingung siapa keturunan eomma dan siapa yang keturunan appa. -_-

"Ne... lalu apa appa akan menemui Jung Yunho lusa?" Tanya Kibum lagi kepada appa yang dalam hati aku bersumpah itu dilakukannya untuk menghindari death glare eomma.

"Appa tidak usah menemuinya, aku Kim Jaejoong anak dari Kim hankyung dan Kim Heechul yang akan menemuinya." Tanpa aba-aba aku langsung menjawab perkataan dongsaengku.

"MWORAGO?" Dapat kulihat eomma dan dongsaengku memandang syok kearahku.

"Kau yakin Jae?" tanya appa tak kalah syoknya kepadaku.

"Ne, biar aku yang akan menghadapi Jung sialan itu appa. Lagipula aku masih disini sampai minggu depan. Jadi aku punya waktu luang untuk menghajar orang yang telah berani-beraninya mengancam appaku." Jawabku dengan sangat yakin.

"Tapi, Jae..."

"Appa kumohon percayalah padaku." Kataku memotong ucapan appa dan berusaha menyakinkannya. Kulihat appa memandang kearah eomma, lalu eomma melihatku. Tanpa membuang-buang waktu aku langsung melancarkan aksi Dog eyes ku pada eomma. Dan kulihat eomma mengangguk pasrah.

"Oke semua sudah sepakat, lusa aku akan menemui Jung sialan itu. Ah eomma, appa, saeng aku lelah. Aku ingin mandi dan tidur. Jaljayo semua." Kataku kepada seluruh keluargaku dan beranjak berdiri menuju kamarku.

"Jaljayo Jongie..." Jawab eomma dan appa bersamaan, aku hanya membalasnya dengan senyuman dan meneruskan langkahku menuju tempat ternyaman untukku, Kamar ku tercinta.

#####

Normal POV

"Eomma, appa?" Panggil seorang yeoja dengan killer smilenya kepada eomma dan appanya yang sedang melihat kakaknya berjalan menuju kamarnya dilantai atas. Mendengar panggilan anak bungsunya Suami istri Kim itupun menatap anak bungsunya yang memiliki IQ diatas normal itu dengan intens.

"Berani taruhan eomma, appa? Karena lusa dia akan bertemu dengan Jung itu aku yakin dia akan menikah dengannya dimasa depan." Usul Kibum kepada kedua orangtuanya.

"Usul yang menarik, Bummie. Jika itu benar, eomma akan mengijzinkanmu berkencan dengan namja bernama Choi Siwon itu. Khukhu." Jawab Heechul menanggapi usulan anak bungsunya tersebut.

"Aku tidak keberatan jika Jung Yunho akan menjadi menantuku nanti." Gumam Hankyung dalam hati dan tersenyum melihat ulah istri dan anak bungsunya tersebut.

"Aku pegang janjimu eomma. Khukhu"

TBC

Annyeong, Min Gi datang lagi membawa cerita baruuuuuuuuu...

Kabur dari readers PKKMB.

maaf untuk yang nunggu PKKMB, Min Gi tiba-tiba kehilangan dengan sangat banyak keinginan untuk mengetik itu ff. -_-

plotnya udh ada di otak Min Gi, eh yang Min Gi ketik malah FF ini. wkwkwk~ ketawa nista bareng oppadeul.

Min Gi janji deh bakal nerusin PKKMB kalo yg ngeriview SiBumnya banyak! wkwkwk~ entah kenapa pasangan itu yang terpilih buat chapter couple utama. :p tapi kalo jmlh review PKKMB itu bertambah ya. :p

dan untuk FF ini, bagus gak? ada yg mau diterusin? silahkan direview. satu pesan review dri kalian itu sungguh buat Min Gi semangat gila-gilaan buat cepet-cepet nerusin FFnya. ^^

Annyeong yeorobuuuuuuuun~