"Ingatlah, bahwa kami pernah hidup."

Ya, kalian pernah hidup, dan akan selalu hidup dalam diriku.

.

.

.

a zankyou no terror fanfict

pelatuk terakhir shizuka fuyuki chan

zankyou no terror © shinichiro watanabe

.

.

.

warning : ooc, typo(s), dan beberapa kesalahan lain

.

.

.

Enjoy and hapy reading!

.

.

.

"… fuyu ga subete wo oou."

Gadis yang hidup bersamaan dengan kehampaan itu sudah tak terhitung berapa kali mengumandangkan lagu itu. Sembari mengayunkan kedua kakinya, ia memandang lepas ke arah pemandangan kota yang ada di hadapannya. Ya, di teras lantai dua rumah sewaannya, ia sudah terbiasa dengan hal itu. Sendirian merenungi keadaan, terasingkan dalam kepulan asap kehidupan yang penuh ego. Semenjak dua orang itu meninggalkan dirinya, ia kerap kali melamun, tak mengindahkan sekitarnya. Dia merasa tak memiliki tujuan hidup lagi.

Tiba-tiba, seekor burung pelatuk terbang ke arahnya. Bulunya yang hitam, membuat gadis itu sempat ketakutan dan beranjak, melangkah mundur. Namun tak lama, burung itu terbang lagi kembali ke langit luar.

Bukan apa-apa, burung pelatuk itu membuat si gadis teringat pada sesuatu. Sesuatu yang rasanya tak patut dibicarakan—karena akan membuat suasana makin memburuk. Burung pelatuk, burung itu adalah burung yang pernah dibicarakan Twelve semasa hidupnya.

"Burung pelatuk hidup dan mati tanpa ada yang memperhatikannya. Mereka mempersiapkan kehidupan mereka di musim dingin. Mereka membangun sendiri tempat hidup mereka. Mereka tak jenuh mematuk untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka yang selalu mengepakkan sayap dan melayang ke berbagai tempat, namun tak ada siapapun yang mengenalinya. Justru saat mereka membuat masalah dengan mematuk kepala manusia, mereka sangat dicari dan menjadi bahan omongan manusia-manusia tak tau diri itu."

Sekarang, gadis itu mengerti. Ia lalu menyela beberapa helai rambut yang terhembus angin menutupi wajahnya. Angin masih bernafas, syukurlah. Setidaknya dia masih dapat merasakannya ketika dua laki-laki 'itu' sudah tak dapat merasakan hangat dan lembutnya diterpa angin senja.

Dua orang itu, dua orang pembuat masalah itu adalah burung pelatuk yang dibicarakan salah satu dari mereka, Twelve. Yang selalu pergi sejauh matahari tenggelam, menjelajah dunia seluas samudra, namun orang tak akan peduli sebelum mereka meledakkan bom di tempat-tempat yang selalu tertebak oleh detektif Shibazaki.

Seperti dugaannya, beberapa tetes air menggenangi kulit wajahnya yang pucat. Dia memang tidak bisa menahan kesedihan itu. Dia tak dapat mempercayai apa yang sudah dia lalui bersamaan dengan dua orang yang telah meninggalkannya itu. Dia bukan gadis cerdas nan jenius yang dapat membuat sekaligus meledakkan bom. Dia bukan gadis kuat yang dapat berlari sejauh ribuan kilometer dan mengangkat beban ratusan ton. Dalam pikirnya, dia hanyalah sebutir debu tanpa guna yang hanya hidup dengan menetap pada kehancuran dua orang manusia tak berdosa itu.

Lisa tak dapat menahannya lagi. Dia sudah tidak sanggup menekan hatinya yang sudah penuh akan teriakan sesal atas kematian Twelve dan Nine yang telah menjadi tempat baginya mengisi hidup. Dengan mata yang masih berbinar akibat genangan air mata yang tak habis-habisnya keluar, dia pun berteriak dari teras lantai atas;

"Kalian itu bodoh! Semua orang akan terus mengenal kalian sampai orang-orang itu mati. Dan sebelum mereka mati, mereka akan menceritakannya pada anak-cucu mereka, dan seterusnya, tak akan habis-habisnya sampai dunia menghilang. Maka dari itu, yang kalian lakukan bukanlah kesalahan ataupun kebenaran yang akan dengan mudahnya dilupakan. Kalian adalah kebenaran yang membuka semua kebenaran yang ada. Dan kalian adalah pelatuk terakhir yang akan mengepakkan sayap melawan arus dan mematuk dinding dusta untuk membuka sebuah kesalahan yang tak mudah dilupakan. Kalian tau itu, hah?!"

Kemudian seekor burung pelatuk terbang ke arahnya dan berputar di atas tempatnya berdiri. Selama beberapa detik, ekornya tak nampak lagi, seakan lenyap tertelan angin yang bertiup di sana.

.

.

.

-END-

.

.

.

A/N :

Lagi tryout dan kepikiran lisa mulu. Maap gaje cuma iseng sih btw wwwwww

Sign, Uul