Poem [Repost]

.

Cho Kyuhyun, Lee Sungmin

.

T

.

Romance, AU

.

YAOI, Typo(s), etc

Menyesap Mocca disudut cafe yang sepi memang sudah menjadi kebiasaannya dua tahun terakhir. Biasanya ia akan ditemani dengan sepotong Cheese Cake dan berlembar-lembar kertas putih diatas meja. Tapi kali ini, ia memilih untuk menyantap sepotong Dark Chocolate Ganache dan melamun.

Ya, melamun.

Bukan. Bukan karena ia kekurangan pekerjaan hingga ia harus membiarkan jarum jam terus berdetak dan berganti posisi. Bukan juga karena ia merasa bosan. Ia hanya sedang melamunkan sesuatu. Ah, bukan sesuatu. Tapi seseorang.

Kembali disesapnya Mocca yang mulai mendingin. Beginikah suasana hatinya saat orang itu pergi menjauh darinya? Mungkin, batinnya.

Lembaran-lembaran kertas putih dan sebuah pena sudah siap didalam tasnya. Tapi, ia belum mau menulis. Ia tidak akan menulis untuk hari ini. Juga beberapa hari kedepan. Mungkin esok dan hari-hari berikutnya, sajak-sajak indahnya tidak akan tercantum dalam halaman depan koran harian seperti biasa.

Inspirasinya menghilang. Dia pergi, seolah ditelan bumi. Haruskah aku mencarinya? Tapi..., kemana?

Dia bimbang. Mungkin. Dia resah. Mungkin. Dia bingung. Mungkin.

Dark Chocolate Ganache yang dipesannya tinggal setengah bagian. Ia tentu bisa menghabiskannya hanya dalam dua kali suapan. Tapi, ia tidak ingin secepat itu menghabiskannya. Ia ingin memakannya dengan perlahan, sambil merapalkan untaian-untaian harapan didalam hati.

Ia berharap bisa menulis hari ini. Ia berharap Dewi Fortuna ada dipihaknya dan ia bisa mendapatkan uang komisinya esok pagi. Tapi, lebih daripada semua tulisan atau semua uang komisinya, ia lebih berharap bisa bertemu sosok itu.

Sosok manis yang menginspirasinya untuk menuliskan bait-bait berisi kata-kata indah dan mampu menghipnotis orang lain.

Mata tajamnya melirik cangkir Mocca. Masih ada seperempat bagian cairan berwarna cokelat didalamnya. Ia kembali menatap kedepan dan saat itu ia merasa retinanya menangkap bayangan yang salah.

Yang sedang duduk didepannya ini pasti bukan sosok manis yang diharapkannya. Mungkin karena terlalu banyak melamun, ia jadi berhalusinasi. Tapi saat sosok manis itu merekahkan senyumannya, ia semakin yakin jika ia sedang berhalusinasi.

"Aloha, kawan lama," sapa sosok itu.

Sosok manis yang ternyata merubah warna rambutnya menjadi cokelat itu kemudian menunjuk cangkir Mocca dan piring Dark Chocolate Ganache yang seolah tidak terjamah sekian lama karena mulai mendingin.

"Kau tidak ingin menghabiskannya? Apa rasanya kurang nyaman? Atau pelayanannya kurang memuaskan?" tanya sosok itu bertubi-tubi. Ia menggeleng kecil. "Baiklah, satu bonus untukmu, Tuan. Tunggu disini. Tiga menit lagi," tangannya menunjukkan angka tiga, "Aku akan kembali dengan bonusmu."

Sosok manis itu berlari kecil menuju dapur Cafe sambil membawa cangkir Mocca dan piring Dark Chocolate Ganache yang tidak habis dimakan dan diminum. Mata tajam milik penikmat Mocca itu menatap punggung si sosok manis hingga menghilang.

Aku rasa 'mereka' sudah kembali, batinnya. Jadi ia dengan segera mengambil selembar kertas dan pena lalu menuliskan kalimat yang mungkin akan menjadi bait-bait puisi yang indah.

Tepat setelah ia memasukkan kembali kertas dan pena kedalam tasnya, sosok manis itu sudah kembali duduk didepannya bersama dengan bonus yang didapatnya, satu Mocca dan satu Cheese Cake, juga satu Tripple Chocolate Mousse Cake untuk dinikmati sosok manis itu.

"Kau akan merasa mual jika terus meminum minuman manis dan makan makanan manis disaat bersamaan. Jadi aku pikir kau harus kembali pada kebiasaanmu, Cheese Cake," sosok manis itu berkomentar seraya menyodorkan sepotong Cheese Cake kehadapannya.

Aku juga hampir merasa mual, batin sosok bermata tajam yang sedang mengamati senyuman si sosok manis.

"Jadi, Cho Kyuhyun, tunjukkan padaku potongan puisi yang tadi kau buat," desak sosok manis itu.

Dia tahu.

"Aku melihatmu, lebih tepatnya," sosok manis itu menyambung kalimatnya, seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Kyuhyun.

"Ige," Kyuhyun menyerahkan lembaran kertas putih yang sudah beradu dengan hitamnya tinta pena.

"Bolehkah aku mendapatkan salinannya?" dengan permohonan yang terpancar dari kedua mata beningnya, sosok itu menatap Kyuhyun.

"Seperti biasa, aku tidak pernah mengucapkan 'tidak'," Kyuhyun menarik selembar kertas dan pena yang tadi digunakannya lalu menyalin potongan puisi yang mungkin akan ada di halaman depan koran harian.

"Gomapta. Tapi, apa boleh aku tahu, siapa inspirasimu selama ini? Karena kulihat, kau sering sekali menghabiskan waktumu di cafeku, dan kau menulis banyak puisi indah."

Kyuhyun hanya tersenyum. Biarlah sosok manis ini terus-menerus penasaran. Ia memang tidak ingin menjawab pertanyaannya.

Itu kau, Lee Sungmin.

"Kau berhutang jawaban padaku, Kyuhyun," ucap Sungmin sambil melipat kertas pemberian Kyuhyun dan memasukannya kedalam saku kausnya.

"Aku tidak akan membayarnya, Sungmin-ah," ucap Kyuhyun.

Karena dengan begitu, aku akan selalu melihatmu. Hari ini, esok, dan seterusnya.

(Kyuhyun's paper)

Sometimes, just need one long sigh for the end of tired today, while imagining a piece of your smile.

...

A piece smile of Lee Sungmin.

The End.