~Playfully Lethal~

Disclaimer : P3 dan P4 punya Atlus

By: MaedaHikari, darktwilight14, and Darkmoonslayer325.

A three people collaboration fic… Warning: OC ama OOC.

PROLOGUE


"kusso! Game bodoh sialan!"

Seorang perempuan berambut brunette berlari terengah engah di antara sebuah lorong gelap yang sempit. Mata hitamnya berkeliling diantara lorong itu untuk memastikan sesuatu. Di tangannya tergenggam erat katana dan sebuah evoker yang hampir basah oleh darah yang menetes netes dari dahinya. Kemeja putihnya robek robek dengan beberapa bagian yang dibasahi oleh darah gelap.

"sial, sial, sial! Kenapa harus bisa menghilang sih?" umpatnya setelah menoleh kebelakang untuk memastikan tidak ada yang mengikutinnya. Setelah lama berlari, ia berhenti disebuah perempatan dan bersender pada dinding kotor, mengamati luka tusuk di perut bagian kanannya. Tangannya dengan sigap merobek sebuah kain yang berada didekatnya, melepaskan katana dan evoker yang menjadi alat perlindungannya saat ini.

Tanpa ia sadari, sepasang tangan berotot siap mencengkramnya dari balik kegelapan lorong dibelakangnya.

Tangan itu bergerak dengan luwes, membekap mulut perempuan itu sekaligus mengunci tangannya, membuat dirinya lumpuh dan tidak bisa menggapai evoker dan katana tersebut. Saat tangan itu menyeretnya kedalam kegelapan, ia merasakan seakan kesadarannya mulai hilang…


Laki laki berambut hitam itu berjalan perlahan-lahan sambil menahan luka di bagian pahanya. Dia masih dapat mendengar langkah kaki ringan di belakangnya.

"Sialan… Dengan kaki begini mana bisa aku berjalan dengan cepat!" Laki laki itu menyenderkan tubuhnya pada tembok sambil memperhatikan lukanya.

"Sial!" Dia memukulkan kepalan tangannya ke tembok. Darah mengucur dari lukanya. Dari kejauhan dia melihat sebuah pantulan cahaya di tembok. Dia membelalakkan matanya.

"Sial! Aku harus kabur!" Dia mencoba untuk berdiri. Dia berjalan tertatih-tatih ke dalam sebuah ruangan. Dia mendengar suara langkah ringan itu mendekat, lalu melewatinya. Dia terduduk di balik pintu.

"Fuuhh… Tampaknya a-.." Tiba-tiba, pintu dibelakangnya terbuka. Dengan cepat mulut laki laki itu dibekap dari belakang.

"Hmff!"


Seorang perempuan berambut panjang hitam berlari sambil sesekali menoleh ke belakang.

"ngh…kenapa bisa jadi begini?" keluhnya dalam hati seraya menggenggam katana satu satunya ditangannya. Ia dapat merasakan detak jantungnya yang sudah berlebihan berdetak dan kakinya yang mulai letih berlari. Bahkan pengelihatannya pun mengabur saat ia mau memastikan tidak ada yang mengikutinya.

Dengan sigap ia bersender di sebuah dinding dekatnya saat ia benar benar memastikan tidak ada yang mengikutinya. Lalu lirikan matanya langsung mengarah pada sebuah luka sayatan di lengannya yang tetap mengucurkan darah dengan deras. Mungkin itulah penyebab mengapa pandangannya mengabur.

Saat sedang mencoba memulihkan diri, tiba tiba ia mendengar derap kaki yang sangat keras. Membuatnya terhentak kembali berdiri dan memasang kuda-kuda menyerang.

"….siapa disana?" ia berbisik lirih, masih memasang kuda-kudanya. Tidak ada jawaban. yang ada hanyalah suara tetesan keringat ataupun airnya yang menetes ke tanah, dan suara nafasnya yang memburu.

Tiba tiba, sebuah tangan muncul, menekap mulutnya dan menepak tangannya sehingga katana yang dipegangnya terjatuh. Akibat dari efek kekurangan darah, ia tidak bisa berbuat apa-apa selain meronta-ronta didalam bekapan mahluk itu…


"Pak. Lapor. Percobaan Game pertama berhasil dijalankan."

"Bagaimana dengan 'tikus-tikus' nya?"

"...Kami sedang mengusahakan untuk menangkap mereka, pak."

"Bagus. Aku tidak mau ada saksi mata. Lenyapkan mereka."

"Baik pak."

"Segera jalankan rencana kita. Siapa saja targetnya?"

"Baik Pak. Target untuk Game kedua kita ada sekumpulan anak-anak SMA dari Inaba, dan Mahasiswa dari Port Island pak."

"?! Mereka... masih anak-anak?"

"Tepat."

"Lebih baik lagi. Kita lenyapkan langsung dari bibitnya. Laksanakan!"

"Siap pak."