NARUTO PUMNYA MASASHI KISHIMOTO

BACK TO ME, NOW! (hhibin)

TENTEN X GAARA.S

RATING: T

GENRE: FRIENDSHIP & SEDIKIT ROMANCE

NOTE: AU, TYPO, ALUR NGALUR+KECEPETAN, AUTHOR AMATIR YO..

.

.

.

.

.

#BACK TO ME, NOW!

Cinta? Oh perumpamaan yang jarang di dengar wanita berambut cepol ini. Bagi dirinya cinta itu diibaratkan sebagai hubungan yang mengekak, mengatur, dan mengacak-acak hidup seseorang. Ia sering berfikir, cinta itu kegunaanya apa? orang lain sering bilang jika cinta itu bisa membuat hidup menjadi lebih semangat, tapi dirinya? tanpa cinta pun semangat. Tapi ada yang bilang, cinta itu ibaratkan seperti mendapatkan hidup yang lebih berwarna, tapi baginya? tanpa cinta pun hidupnya itu sudah jauh lebih berwarna. Ada pun juga yang bilang, jika cinta itu memberikan kekuatan tersendiri apa lagi jika dua orang insan saling mencintai, tapi baginya? tanpa cinta ia bisa mendapatkan kekuatan itu tersendiri. Devinisi cinta itu bagi wanita ini sangat lah mudah, bagaimana ia bisa bilang mudah? karena ia juga pernah merasakan cinta. Tapi cinta yang di maksud orang ini adalah cinta yang diberikan oleh teman sekaligus sahabat karibnya itu. Namanya seseorang belum terlalu mengenal cinta, ia pasti akan menyamakan semua perkataan yang romantis. Lagipula, bagi dirinya perkataan romantis itu sama saja dengan perkataan lain, dan juga baginya mempunyai cinta dari teman itu lebih mengasikan daripada mempunyai cinta dari seorang yang terikat dengannya seperti kekasih/pacar. Baginya kekasih/pacar hanyalah sesuatu hal yang tidak penting untuk dipunyai.

Itu adalah sedikit kisah wanita berambut cepol yang tidak membutuhkan cinta dari pria yang sering disebut kekasih.

Berbeda lagi dengan pria disini, pria yang di anggap wanita bercepol dua itu sebagai teman, sahabat sekaligus keluarga. Ia mempunyai pengertian yang bertolak belakang, ia malah ingin mempunyai keterikatan dengan seseorang yang ia cintai. Tapi orang yang ia cintai itu tidak membutuhkan pria yang berstatus sebagai orang yang mengikatnya dengan suatu hubungan yang dinamakan berpacaran. Sebenarnya ia bisa saja memberikan cintainya untuk orang lain yang mau diikat olehnya, tapi apa daya jika hatinya sudah tertuju hanya pada wanita itu. Lagipula walaupun rambut merah dan wajah tampannya itu sangat menarik bagi semua kaum perempuan, tapi tetap saja tidak menarik bagi wanita yang didepannya itu, wanita yang sedang menggaruk-garuk kepalanya karena bingung. Lagipula jika dilihat-lihat, wanita ini tidak ada bagus-bagusnya juga, hal itu juga ternyata baru disadari oleh pria berambut merah ini. Wanita yang selalu senang, tapi ketika marah ia akan kasar, ketika makan juga tidak tau tempat ya seperti sekarang ini, ia makan di antara orang-orang yang sedang konsentrasi belajar di perpustakaan , kan ada kantin yang lebih nyaman dan pantas untuk makan kan? Tapi kenapa ia tetap saja suka makan di perpustakaan? aneh memang. Tapi itu adalah daya tariknya walupuj wanita ini sendiri tidak tau jika perilaku dia ini menarik bagi pria.

"Ini untukmu," wanita itu tanpa bersalahnya memberikan permen loli yang bekas mulutnya itu pada pria didepannya. Tapi pria berambut merah ini pun menerimanya dan mengemutnya sekali dan memberikan lagi pada wanita bercepol itu. Anehnya, wanita bercepol itu juga menerimanya lagi dan memakannya tanpa ada perasaan apapun. Semua yang ada di perpustakaan ini masih saja memperhatikan gerak-gerik mereka yang bisa dibilang sangat romantis itu. Padahal mah apa? itu hanya hal biasa saja bagi sebelah pihak itu. Disaat seperti ini lah yang membuat semua orang di perpus mulai iri dengan mereka apalagi kaum wanita yang iri dengan perilaku khusus yang diberikan Gaara, pria berambut merah ini.

"Gaara-kun aku masuh lapar, bagaimana ini?" pria ini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika wanita ini mulai merajuk soal kelaparannya itu. Harusnya berfikir, jika lapar yah makan lagi di kantin, tapi ini apa? ia malah merajuk bagai anak kecil yang haus akan permen loli.

"Kalau kau lapar, ya kita makan dikantin sekarang."

"Aku tidak mau," Gaara menarik nafasnya ketika melihat tingkahnya yang sudah sering ia lihat sekarang ini.

"Terus, kau maunya bagaimana?" Tenten tersenyum senang ketika orang didepannya jni mulai mengajukan pertanyaan yang ia tunggu-tunggu dari tadi.

"Belikan aku makanan, ya? ya?" ia mulai merajuk manja lagi. Wanita ini malah mengelus-ngelus serta menggenggan tangan Gaara agar mau membelikannya makanan. Gaara yang diperlakukan seperti ini tidak bisa menolak orang didepannya ini.

"Baiklah aku belikan," jawaban Gaara itu sontak membuat Tenten membulatkan matanya dan mengeluarkan cengiran khasnya dengan lebar.

"Wah, terimakasi Gaara-kun." Setelah mengucapkan kata itu, Tenten tetap duduk manis sambil membaca bukunya. Gaara yang melihat wanita ini tidak bangun dari bangkunya pun tetap ikut duduk manis lagi dengan tetap memperhatika wanita didepannya ini. Tenten, yang merasa orang didepannya ini memperhatikannya langsung menatapnya lagi dengan tatapan kesal. Gaara yang melihat tatapan Tenten hanya tersenyum manis tanpa masalah. Ia tau sebenarnya arti tatapan wanita didepnnya, tapi ini berpura-pura saja agar tidak tau. Ia ingin mendengar apa yang di katakan Tenten nanti padanya.

"Kenapa kau masih disini? Katanya mau membelikan ku makanan?" Bingo! ucapannya itu tepat sekalih dengan apa yang di pikirkan.

"Siapa yang ingin makan?"

"Aku,"

"Yang mentraktir siapa?"

"Kau,"

"Jadi yang pantas untuk beli kekantin itu siapa?"

Tenten diam berfikir.

"Aku,"

"Baiklah. Ini uangnya, kau beli sendiri," Gaara menyerahkan beberapa lembar uang pada Tenten. Tenten yang sadar apa yang dilakukan Gaara padanya sontak mengepal uang itu dengan kesal.

"Gaara-kun!" ia berteriak dengan keras tanpa sadar jika ia sedang berada di perpustakaan ini. Gaara hanya terkekeh dengan teriakan Tenten itu, ia malah tidak menghiraukan teriakan itu. Ia mengalihkannya dengan mengambaca buku yang ada di sampingnya sambil menahan tawa. Semua orang yang ada diperpustakaan ini dengan kesalnya bangkit dari bangkunya berjalan ke arah Tenten. Tenten yang sadar jika semua orang berjalan ke arahnya hanya bisa diam diliputi rasa gugup. Ia jadi ketakutan kalau seperti ini. Gaara yang melihat tingkah Tenten itu tertawa pelan, ia senang jika melihat ekspresinya sekarang.

"Hey, kau jangan berisik. Memangnya kau pikir ini kantin untuk kau berteriak dan makan hah?" ucapan wanita berambut merah berkulit gelap ini sukses membuat Tenten meneguk ludahnya sendiri.

"Iya kau pikir menangnya kau ini siapa?" timpal lagi wanita berambut kuning sebahu. Tenten tambah ketakutan dan gugup jika ia dikeroyok seperti ini, Gaara yang tidak sanggup menahan gelagat tawanya pun menutup buku yang ia baca dan bangun dari bangkunya, ia berusaha keras agar wajahnya itu serius agar ia tampak manly, setelah ia berusaha mengubah mode wajahnya, ia memasukan tangannya kesaku celananya. Dengan gaya ini ia baru menghadapkan wajahnya ke para wanita yang mengroyok temannya ini.

"Maaf kan dia, dia kan tidak sengaja." Wanita yang berbicara dengan Tenten tadi diam setelah mendengar Gaara berbicara dengan gaya yang cool itu. Ia diam bukan takut, ia diam karena ia terpesona dengan ketampanan dan gaya manly Gaara yang mengalihkan dunianya sesaat. Tanpa wanita itu sadari, ia menganguk memaafkan Tenten. Tenten yang melihat adegan Gaara yang tidak biasa itu hanya tercengang geli, dipikiran dia itu sekarang adalah 'gaya sok keren apa ini. Sumpah! menjijikan' Diantara kerumunan wanita itu ada satu wanita yang melihat ekspresi Tenten. Ia tertawa dengan keras hinggah mereka semua menatap wanita berambut pirang panjang ini.

"Hahaha... Sudah lah ini kan bukan masalah besar,"

"Iya benar yang dikatan dia," timpal Gaara setuju. Wanita berambut merah dan pirang itu langsung pergi dan di iikutin oleh semua orang. Setelah semua orang pergi Gaara dan Ino -wanita berambut pirang panjang=tertawa puas bersamaan.

"Hahaha.. Gaara, kau hebat mengusir mereka semua tapi kau lihat tidak raut wajah Tenten ketika kau bergaya seperti tadi?"

"Hahaha... aku tidak melihatnya. Memangnya bagaimana raut wajahnya?"

"Lihat ini ya," Ini mulai memperagakannya dengan persis. Alis mengkerut, bibir yang sedikut mangap, dan gerak kepala kesamping seperti orang yang geli melihat sesuatu. Gaara tertawa puas melihat peragaan Ino itu.

"Hahaha...Sayang sekalih aku tidak melihatnya, tadi itu seharusnya kau rekam Ino dan sebarkan di instagrammu."

"Hahaha... aku lupa Gaara." Tenten yang meihat dua orang ini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tenten pikiranmu pasti seperti ini ya 'Sungguh menggelikan' iyakan?"

"Hey bukan begitu, yang benar itu 'Gaya sok keren seperti apa itu? Sumpah! sungguh menjijikan'"

Ino langsung tertawa puas ketika Tenten membeti tau soal pikirannya itu, Tenten yang bercerita juga ikut tertawa dengan puas. Mereka berdua tertawa puas ketika membicarakan Gaara, giliran Gaara yang mereka tertawakan.

"Kalian sungguh berisik! Keluar!" teriakan Anko sensei dari kejauhan yang langsung membuat mereka terdiam. Gaara dan Tenten langsung saling menatap, baru Tenten ingin menatap Ino, tapi ternyata wanita itu sudah menghilang.

"Gomen," Tenten Gaara langsung meminta maaf dan berjalan keluar dengan hati-hati. Gaara yang dibelakang Tenten pun mengangguk meminta maaf dan berjalan dengan hati-hati mengikuti Tenten dari belakang. Setelah mereka berhasil keluar dari perpustakaan itu, Tenten dengan kesalnya menatap Gaara. Gaara yang tau jika Tenten sedang kesal dengannya hanya bisa diam dengan tatapan mata yang menatap Tenten.

"Ini semua gara-gara kau Gaara," ia mencubit perut Gaara dengan kencang. Gaara yang sudah biasa diperlakukan seperti itu hanya bisa menahan ngilu di sekitar perutnya. Setelah mencubit perut Gaara, Tenten pergi dengan santai tanpa ada perasaan bersalah sama sekalipun. Dasar wanita, maunya di mengerti tapi tidak pernah mau mengerti perasaan pria. Gaara yang tau sifatnya pun pergi berlawanan arah dengan Tenten, yang satu pergi ke arah kanan dan yang satunya lagi pergi ke arah kiri. Dasar kekanakan dua manusia ini -.-

at Kantin.

"Hey Tenten. Bagaimana tadi ketika di teriaki Anko sensei, kaget dan takut ya? hahaha... untung aku sudah pergi dari sana ketika melihat manusia killer itu."

"Kenapa kau tidak bilang jika manusia killer itu datang, hampir saja jantungku mau copot."

"Hahaha... sudahlah lupakan soal itu, aku minta maaf ya," Tenten mengangguk mengerti dan memafkan Ino.

"Baguslah jika kau memaafkan. Tapi ngomong-ngomong... mana Gaara? Bukannya tadi kalian masih berduaan?" Tenten baru sadar jika Gaara tidak ada dibelakangnnya. Ia langsung panik ketika menyadari bahwa Gaara tidak ada.

"Wah iya.. Aku baru sadar dia tidak ada," Ino hanya bisa menatapnya dengan malas.

"Kau ini selalu seperti ini. Pasti kau mencubit perutnya lagi kan? jika benar kau mencubitnya berarti kau itu bodoh Tenten."

Tenten hanya bisa menganga mendengar ucapan wanita di depannya ini. Memangnya kenapa jika mencubit? lagi pula dia yang salah kan? dan juga itu kan sudah biasa? lagipula aku tidak salah si! itu adalah pertanyaan yang ada dikepalanya. Dasar cewe tidak punya perasaan, harusnya dia sadar jika dia lah yang salah dan juga tidak tau diri.

"Kenapa kau mengatakan aku bodoh? lagipula dia kan yang salah bukan aku," Ino dengan perasaan yang emosi langsung mentoyor kepalanya ketika mendengar ucapan Tenten itu

"Dasar bodoh. Dia itu semalam habis bertengkar dengan Kankuro, kau tidak tau memangnya?"

"Hah? aku tidak tau. Kenapa kau bisa tau?" dengan perasaan kesal Ino mentoyor kepala Tenten lagi. Ia bingung kenapa orang didepannya ini sampai tidak tau bahwa sahabat yang sekaligus tetangga disamping rumahnya itu bertengkar. Dasar manusia aneh dan tidak peka.

"Semalam aku bertemu dengannya didepan toko. Aku yang memang sedang menjaga toko waktu itu melihatnya lewat di depan toko sambil membawa sesuatu ditangannya. Aku yang memang pensaran langsung menghampirinya dan disitu lah aku tau," perempuan bercepol ini hanya bisa menganga. Ia jadi merasa bersalah sekarang, pantas saja ada 15 panggilan tidak terjawab dari Gaara semalam, rupanya soal ini ia menelpon. Perasaanya sekarang ini menjadi tidak enak dan berantakan. Ia menjadi gelisah untuk yang pertama kalinya.

"Ino aku pergi," setelah mengucapkan itu ia pergi. Untuk pertama kalinya ia mencari Gaara, biasanya kan Gaara yang selalu mencarinya. Hahaha... ia baru merasakan bagaimana sulitnya mencari seseorang. Ia mulai mencari dari atap sekolah, kantin, perpustakaan, taman belakang, parkiran, dan terakhir lapangan. Disemua tempat itu ia tidak menemukan Gaara sama sekalih. Ia rasanya lelah mencari.

"Aku harus bagaimana?" ia berucap pada diri sendiri. Perasaanya sekarang ini gugup, letih, dan berbagai perasaan lainnya sekarang ini.

"Kau bisa saja Sasuke."

Tenten yang melihat dua makhluk ini lewat lantas mencegahnya.

"Hey Naruto Sasuke, tunggu dulu," Naruto dan Sasuke yang diberhentikan pun berhenti. Mereka berdua menatap Tenten bersamaan.

"Ada apa Tenten?"

"Iya benar ada apa?"

"Hmmm.. Kau lihat Gaara tidak?" Naruto langsung menggelangkan kepala sedangkan Sasuke diam.

"Hey Sasuke kau lihat tidak?" Sasuke, pria ini bukannya menjawab malah diam dan mengeluarkan iphone miliknya dari saku celananya.

"Ini kau baca," Sasuke menunjukan pesan dari Gaara untuk Tenten.

'Jika Tenten mencariku. Bilang aku tidak mencarinya'

"A-apa? Apa maksudnya ini? apa-apaan dia melakukan ini padaku? Menyebalkan!" Tenten mulai kesal dengan apa yang di baca olehnya. Maksudnya kata-kata apa itu? Kenapa ia jadi begitu?

"Bagaimana rasanya ketika mendapatan pesan singkat seperti itu? Sakit kan? Itulah yang dirasakan Gaara," Tenten hanya bisa diam mendengar ucapan Sasuke itu. Ia mulai mengingat-ngingat kapan ia mengirim pesan seperti itu?

"Tenten maafkan aku. Aku benar-benar lupa bilang padamu." Ah iya... ia mulai ingat. Ia sering mengirimkan pesan seperti itu pada Gaara ketika ia sedang marah, terakhir kali ia mengirim itu sekitar 2 minggu lalu ketika ada tugas dari sekolah. Tapi walaupun ia tidak mengerjakan dab dihukum, Gaara juga langsung merobek jawabnnya dan ikut dihukum juga. Ia baru sadar selama ini ia jahat pada sahabatnya sendiri.

Air matanya mulai menggenang ketika mengingat perlakuannya pada Gaara. Naruto dan Sasuke yang melihat Tenten seperti langsung menepuk-nepuk pundaknya.

"Maaf ya Tenten. Kami tidak tau, jadi kami tidak bisa membantumu," itu adalah perkataan Naruto padanya. Sedangkan Sasuke ia hanya diam tidak bicara apapun.

"A-aku harus bagaimana sekarang?" Tenten berucap pada dirinya sendiri. Air matanya perlahan mulai menetes, Naruto dan Sasuke yang melihatnya hanya bisa diam, tidak berbuat apa-apa.

"Aku kasian melihatmu. Dia ada di UKS, cepat kau susul dia," Tenten lantas mendongakan kepalanya menatap Sasuke.

"Sudah jangan menatapku. Sana pergi," Sasuke mengusir Tenteb dan berjalan lagi. Naruto yang sebenarnya juga tau langsung pergi meninggalkan Tenten.

"Gaara, maafkan aku," ia berlari dengan kencang ke arah UKS. Hanya butuh 5 menit, ia akhirnya sampai di depan UKS. Ia mengambil nafas dulu sebentar dan menyiapkan kata-kata apa yang harus diucapkan ketika bertemu Gaara. Setelah menemukan kata-kata yang cocok, ia menggeser pintu Uks dengan pelan.

Sreet...

Gaara yang tadi sedang tiduran itu kaget melihat Tenten yang sekarang berdiri didepan pintu uks dengan mata yang sembab.

"Tenten? Kenapa kau kesini?" Setelah Gaara mengucapkan itu ia berjalan pelan ke arah Gaara tanpa menjawabnya.

TBC

RNR :D