ALL WITH YOU

KAISOO VERSION

.

.

Original story by CHANSEKYUU

.

.

.

CAST : KIM JONGIN

DO KYNGSOO (GS)

Other cast

.

.

GENRE : DRAMA, SAEGUK, HURT

RATE : T (M?)

.

.

Kali ini aku bawa pairing KAISOO, jadi yang KAISOO HS silahkan gabung. Yang tidak suka dengan pairing ini dimohon untuk tidak meninggalkan koment yang berbau war.

.

.

NO PLAGIAT

.

.

AWAS TYPO

.

.

HAPPY READING

.

.

Dia adalah seseorang yang begitu gemar berburu —menjelajah jauh kedalam hutan belantara dengan perlengkapan busur serta anak panah juga pedang yang Ia bawa— seperti yang dia lakukan saat ini. Dengan berpakaian hanbok khas laki-laki, dia menajamkan pengelihatannya kesegala penjuru hutan untuk mencari mangsanya. Sesekali langkah kakinya akan terhenti hanya untuk sekedar menghirup dalam-dalam udara sejuk yang menyapa pernafasannya. Dia terlihat begitu menikmati dengan suasana hutan saat ini. Karena sejatinya dia begitu sangat menyukai alam bebas. Menurutnya, kicauan burung, daun bergesekan karena angin, gemericik air, juga suara-suara lainnya yang diciptakan dari dalam hutan memiliki arti tersendiri baginya. Dari rangkaian suara-suara alami itulah telinganya begitu dimanjakan oleh melodi indah yang begitu menenangkan. Maka tidak heran jika dia sering sekali mencuri waktu atau kabur hanya untuk memuaskan dirinya sendiri akan kecintaannya terhadap alam juga perburuan.

Tak jarang Ia akan lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam hutan ketimbang dirumah dengan berbagai kegiatan yang mudah membuatnya bosan. Terlebih jika itu dibawah pengawasan sang ibu, maka sudah dapat dipastikan jika Ia tidak akan pernah berkutik dan hanya bisa menggerakkan jari-jarinya dengan pelan. Sebenarnya bukan hanya ibunya saja, tapi kakak juga ayahnyapun berlaku sama padanya. Mereka cenderung membatasi gerak lingkupnya dari dunia luar, tanpa alasan yang jelas.

Hanbok berwarna marun itu berkibar tertiup angin mengiringi langkah kakinya yang menerobos semak-semak belukar di dalam hutan. Begitupun juga dengan rambut hitam legamnya, seolah-olah tidak mau kalah dengan daun-daun, juga bunga yang bergoyang oleh hembusan angin yang membelainya. Kakinya terhenti diiringi oleh suara ranting yang terinjak oleh kakinya. Mata jernihnya tidak lepas memandang seekor rusa yang sebentar lagi akan menjadi tempat untuk mendaratkan anak panah kesayangannya. Merasa buruannya tidak mengetahui kehadirannya, dia langsung mengangkat tangannya yang sedari tadi memegang busur serta anak panah dalam posisi siap digunakan. Dia membuat gerakan membidik dengan konsentrasi penuh tertuju pada rusa tersebut, berharap bidikannya tidak akan meleset. Walaupun sebenarnya dia belum pernah sama sekali gagal dalam hal memanah, karena setiap hari tangannya tidak bosan untuk memainkan senjata andalannya dalam berburu tersebut.

.

.

Disisi lain beberapa orang melewati jalan setapak dengan menunggangi sembilan kuda. Enam orang penunggang berada dibelakang memakai baju khas prajurit kerajaan lengkap beserta pedang mengantung di pinggangnya. Sedangkan tiga penunggang lainnya berada didepan, dengan dua diantaranya adalah Do Sehun dan Kim Jongdae. Mereka adalah pengawal pribadi sekaligus sahabat sang putra mahkota. Dan kuda terakhir yang sudah pasti ditunggangi oleh putra mahkota sendiri lengkap mengenakan baju berburu dengan ciri khas kerajaan.

Namanya adalah Kim Jongin, anak pertama dari raja Kim Junmyeon yang terkenal sangat arif dan bijaksana. Kim Jongin atau orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan seja jeonha memiliki paras yang begitu tampan serta karismatik. Ia juga memiliki sifat yang tidak jauh beda dengan ayahnya yang tegas dan begitu bijak. Hanya saja Jongin memiliki kulit yang sedikit gelap berbeda dari ayah dan ibunya yang cenderung memiliki kulit putih bersih begitupun juga dengan sang adik. Karena sejatinya Jongin mewarisi warna kulit dari sang nenek yang juga cenderung gelap. Namun hal itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi sang putra mahkota, sangat mendukung dengan wajah berahang tegas, tatapan mata tajam juga badan tegap yang begitu proporsional. Gambaran sosok sempurna untuk menggantikan sosok sang raja untuk menempati kursi kebesaran sang raja. Atau gambaran menantu sempurna dimata mereka yang menginginkan sosok pendamping bagi sang anak berkriteria tinggi. Karena tidak dipungkiri jika banyak sekali dari para pejabat juga kerajaan tetangga yang menginginkan Jongin sebagai menantu mereka.

.

.

Kuda-kuda itu terus membelah hutan dengan suara kakinya yang bersahut-sahutan dengan gemerisik angin. Baik Jongin maupun yang lainnya tidak berhenti untuk menyentak tali kekang kuda untuk menjaga sang kuda tetap berjalan. Mereka terus bergerak melewati hamparan kebun teh yang begitu luas, melewati jalan yang kanan kirinya penuh dengan pohon bambu yang berjajar rapi, juga pepohonan yang menjulang begitu asri karena belum terjamah oleh tangan-tangan jahil manusia.

Mata tajamnya melihat sekeliling dengan seksama sambil memelankan laju kudanya. Kemudian, Ia menganggukkan kepalanya sebagai tanda jika tempat itu begitu cocok untuk perburuannya kali ini. Jongin lalu memberhentikan kudanya yang diikuti oleh Sehun juga Jongdae.

"Sepertinya tempat ini cocok untuk berburu." Ujar Jongin, sambil menatap Sehun dan Jongdae secara bergantian.

Sehun dan Jongdaepun mengangguk mengerti, lalu memberi isyarat pada pengawal lain jika mereka harus berhenti. Satu per-satu dari mereka turun dari kudanya, kemudian mengikatkan tali hewan berkaki empat tersebut pada pohon yang disekitarnya terdapat rumput liar sebagai makanan sang kuda yang sudah melakukan perjalanan jauh dari istana hingga tempat perburuan saat ini.

Jongin mengibaskan jubah berburunya setelah turun dari kuda tunggangannya yang saat ini telah diurus oleh Jongdae. Laki-laki bermarga Kim tersebut mulai melangkahkan kakinya untuk mulai menjelajah, masuk kedalam hutan bersama Sehun yang berjalan disampingnya sambil membawa peralatan berburu sang putra mahkota. Raut wajah pengawal bermarga DO tersebut terlihat begitu serius dan terkesan dingin karena tidak ada ekspresi apapun disana. Namun dibalik wajahnya yang tanpa ekspresi tersebut matanya sedari tadi tidak pernah berhenti untuk melihat sekeliling. Bukan mencari buruan, bukan!, melainkan untuk memantau kondisi disekitaran mereka. Memastikan jika tidak ada hal bahaya yang mengintai kegiatan mereka kali ini.

Putra mahkota itu terus melangkah semakin dalam, menjelajah. Menerobos semak belukar, tanpa meminta bantuan pada pengawal untuk melakukannya. Baginya, hal seperti itu tidak perlu mengandalkan orang lain. Meskipun hal itu adalah pekerjaan bagi pengawalnya. Namun Jongin, selalu mengatakan pada pengawalnya, jika hal kecil seperti itu dirinya akan melakukannya sendiri. Jongin juga menekankan pada pengawal pribadinya jika mereka adalah sahabat, terlepas dari hal yang berhubungan dengan kerajaan. Karena sejatinya Jongin dan kedua pengawal pribadinya telah tumbuh bersama dalam waktu yang lama. Atau bisa dikatakan jika mereka menghabiskan waktu bersama hampir tujuh per empat dari umur mereka sekarang, yang menginjak umur duapuluh lima tahun bagi Jongin dan Sehun. Sedangkan Jongdae lebih tua tiga tahun dari dua pria tersebut.

Jongin memfokuskan pandangannya pada obyek yang tidak jauh darinya, memastikan jika sesuatu yang berada dibalik semak tak jauh darinya adalah sebuah buruan. Tidak butuh waktu lama untuk memastikannya, senyum sumringah tercetak dibibir sang putra mahkota saat manik matanya sudah pasti mengkonfirmasi jika obyek itu adalah seekor babi hutan. Ia langsung menghentikan langkahnya yang diikuti oleh Sehun juga Jongdae yang sedari tadi tidak pernah jauh dari sisi sang penerus tahta.

"Berikan aku panahnya" ucap Jongin tanpa melihat kearah yang diajak bicara. Karena matanya tidak lepas melihat gerak-gerik buruannya.

Maka tanpa bicara banyak, Sehun yang sedari tadi membawa alat buruan langsung menyiapkan busur serta anak panah seperti yang diminta oleh tuannya. Baru saja Jongin ingin menerima busur serta panah tersebut, hal yang tidak terdugapun terjadi. Sebuah panah meluncur begitu saja dari arah lain. Melihat hal itu, dengan gerakan gesit Sehun langsung membuat gerakan tubuh memutar untuk melindungi putra mahkota.

Kras...

"Aarrrggghhhh..." suara erangan keluar dari bibir Sehun, tepat pada saat anak panah itu menyerempet lengan kanannya, yang kemudian anak panah tersebut berhenti menancap pada sebuah pohon.

Jongdae dan para pengawal lainnya serempak mengeluarkan pedang mereka dari tempatnya, lalu langsung membuat formasi siaga melingkari sang putra mahkota tak terkecuali Sehun dengan menghiraukan lengan kanannya yang terluka.

"Sehun kau tidak apa-apa?" Jongin menempatkan kedua manik matanya pada lengan Sehun. Ada pancaran kekhawatiran dari mata sang putra mahkota, saat melihat darah mulai merembes mengotori baju pengawal pribadinya.

"Saya baik-baik saja jeonha." Jawab Sehun dengan nada tanpa kesakitan sedikitpun.

Jongin terlihat menghembuskan nafasnya dengan kasar, "Apapun yang terjadi, jangan sampai ada yang terluka lagi, ini perintah." Kemudian Ia berucap dengan nada tegas.

"Baik jeonha" jawab mereka serempak. Mekipun tidak menampik kemungkinan jika hal itu mustahil terjadi dalam situasi seperti ini. Mereka tidak bodoh, untuk hal yang sudah pasti didepan mata. Dimanapun ada pekelahian disitu pasti ada yang terluka meski dalam sekala kecil sekalipun. Namun demi memotiasi diri sendiri sebelum gugur dalam medan tempur tidak ada salahnya menanamkan hal positif dalam diri masing-masing. Karena bagi mereka kematian bukanlah hal yang menakutkan, selama mereka gugur dalam tugas yang mereka emban.

Hanya selang beberapa menit dari, serangan panah pertama. Kini beberapa orang dengan pakaian serba hitam juga memakai penutup wajah mulai keluar dari persembunyian meraka, lengkap dengan senjata ditangan masing-masing. Bukan hanya empat atau lima orang saja, namun orang-orang berpakaian serba hitam tersebut berjumplah puluhan. Jumlah dipihak Jongin kalah telak, karena mereka hanya berjumlaah sembilan orang saja. Meski begitu mereka tidak ada niatan untuk mundur, sejatinya para pengawal itu adalah orang-orang pilihan yang sudah dilatih dengan begitu keras. Digembleng dengan berbagai tehnik bela diri. Dari mulai menyerang hingga bertahan. Itu semua dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti yang terjadi saat ini.

Diserang secara berkelompok dan tiba-tiba tidaklah mengejutkan bagi mereka, karena ini hampir terjadi disetiap ada kesempatan putra mahkota meninggalkan istana. Jongin tidaklah buta dengan niat terselubung mereka, bahkan Ia tahu dengan sangat pasti apa tujuan dari penyerangan ini. Menelisik dari penyerangan-penyerangan yang pernah terjadi, tujuan utama para penyerang itu adalah dirinya sendiri. ya, mereka semua menginginkan nyawannya untuk dilenyapkan, tapi sejauh ini Ia belum tahu pasti siapa sebenarnya dalang dibalik penyerangann tersebut.

Pancingan emosi menjadi awal bagi kedua kelompok untuk saling mengangkat senjata masing-masing. Adu mulut dari Sehun juga Jongdae dengan beberapa orang dari kelompok berjubah menjadi pelengkapnya. Mereka saling melontarkan kata-kata juga geraman yang sarat akan kebencian juga kemarahan. Dentingan pedang, suara teriakan menggema ditengah hutan yang sunyi. Peluh juga darah mulai bercampur seiring dengan intensitas dari serangan kedua belah pihak. Begitupun juga dengan sang putra mahkota, laki-laki berjubah hitam dengan lambang kerajaan itu dengan lihai mengayunkan pedangnya. Menusuk, menebas, menyayat lawannya tanpa ampun.

.

.

Orang itu menggeram jengkel saat hewan buruannya kabur tepat pada saat suara dentingan pedang terdengar. Ia mengumpat dalam hati siapa yang berani mengganggu kesenangannya dalam berburu. Dengan hati yang dongkol dia kembali memasukkan anak panah pada tempatnya, kemudian Ia mulai melangkahkan kakinya menjauh dari tampat itu. Namun baru beberapa langkah dia berhenti kembali mengingat rute jalan pulang yang terdekat menuju rumahnya satu-satunya adalah arah dimana suara perkelahian itu berasal. Jika dia mau, ada saja jalan lain. Akan tetapi rute itu memutar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai rumahnya. Sedangkan dirinya harus segera pulang sebelum ibunya mengetahui jika dirinya kabur lagi dari pelayannya. Dia menghela nafas pelan, lalu melanjutkan langkahnya kembali. Ia memilih rute terdekat, dengan harapan tidak akan terseret dalam perkelahian tersebut.

Namun rencana tinggalah rencana, saat manik mata jernihnya menangkap sosok yang begitu Ia kenal sedang kepayahan dengan peluh membanjiri wajahnya yang terlihat pucat. Sosok yang Ia lihat itu sedikit limbung, tidak bisa dengan benar menjaga keseimbangannya. Sedikit tidak percaya memang, karena biasannya orang itu tidak pernah selemah itu meski tubuhnya terluka parah sekalipun. Namun Ia tidak bisa gegabah mengambil keputusan meski orang yang sangat Ia tahu itu begitu kacau. Dari pada langsung bertindak Ia lebih memilih untuk bersembunyi dibalik semak-semak yang rimbun. Bukannya takut, Ia hanya tidak ingin salah langkah yang bisa berakibat fatal. Ia hanya menunggu waktu yang tepat saja.

Matanya menjelajah mengamati situasi yang sedang terjadi. Sedetik kemudian matanya membola, saat melihat seseorang dari kelompok berjubah mengayunkan pedangnya dari arah belakang siap menyerang orang yang sedari tadi Ia perhatikan. Dengan tanpa pikir panjang Ia langsung menyiapkan panahnya sedikit tergesa takut-takut jika dirinya kalah cepat dari sang penyerang berjubah. Tali busur panah itu tertarik dengan kuat hingga membuat kuku jarinya putih memucat, matanya memincing, membidik sasaran yang saat ini tengah bersiap mengayunkan pedangnya. Hanya butuh hitungan detik dan anak panah itu melesat dengan cepat.

.

.

Jongin masih bertahan melawan kelompok berjubah tersebut, meskipun Ia sedikit kewalahan melawannya. Nafasnya memburu, dengan keringat yang membasahi wajah tampannya. Kali ini Ia tidak bisa meremehkan lawannya, karena lawannya kali ini cukup tangguh dari lawannya yang sebelum-sebelumnya. Bahkan beberapa pengawalnya juga sama kepayahannya dengan dirinya, Jongdae menerima beberapa luka ditubuhnya namun masih bisa bertahan. Sedangkan yang menurutnya terlihat memprihatinkan adalah Sehun. Laki-laki itu terlihat sangat berbeda, dengan wajah yang semakin memucat juga bibir yang membiru. Jongin pikir pasti ada yang salah dengan pengawal pribadinya tersebut.

Ditengah-tengah Jongin mengayunkan pedangnya, Ia melihat seseorang dari arah belakang ingin menyerang Sehun. Rasa khawatirpun semakin menjadi, dalam hatinya Jongin merampalkan kata "andwae" berulang kali, berharap sang pengawal pribadi juga sahabatnya itu menyadari bahaya yang mengancam dirinya. Jongin melihat sekeliling, berharap Jongdae ataupun pengawal lainnya menyadari hal itu, namun nyatanya tidak ada yang menyadarinya. Karena mereka fokus pada lawan mereka masing-masing. Sedangkan dirinya sendiri, masih kerepotan melawan lima orang sekaligus.

Detak jantung Jongin semakin terpacu saat laki-laki berjubah hitam itu mengayunkan pedangnya tinggi-tinggi untuk mengakhiri hidup sang sahabat. "ANDWAE" teriaknya dengan begitu lantang seiring dengan tubuh seseorang yang tumbang dengan suara erangan kesakitan keluar dari bibirnya.

.

.

.

T. B . C

.

.

Hey... para readers, aku balik lagi dengan cerita baru, setelah sekian lama ngumpet. Ngomong-ngomong ada yang kangen gak (hhhhhhh) ... abaikan ... tapi, terimakasih buat semuannya yang masih nunggu ataupun follow akun ini. Jangan lupa kritik, saran, like, komennya ya... juga, selamat tahun baru buat semuannya, semoga tahun ini semakin baik buat semuannya, EXO juga EXO-L semoga kita bisa bersama dalam waktu yang sangat lama, satu lagi karir EXO semakin bersinar dan semakin membuat iri para antis diluaran sana kekekekeke... (aamiin nin ya...)

See you next chap chu ~~~