Karena ia adalah seorang pemimpi yang bersumpah demi Bahunya yang patah, demi Lembaran kertas lirik yang dibakar Ayahnya, demi Perut Laparnya selama berjam-jam, demi SosialPhobia yang dideritanya, Bahwa ia akan menjadi Sukses. Ia akan meraih mimpinya dan berada dipuncak tertinggi hingga tidak akan ada lagi orang yang menghinanya.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Agustus, 2010

"Min YoonGi-Goon"

Seseorang melambaikan tangan di depan wajah pucat pasinya yang kurang tidur. YoonGi yakin sekali melihat gerak tangan tersebut. Hanya saja netra kosongnya tak bergerak sedikitpun. Kelereng gelapnya seakan akan tidak merefleksinya kehidupan di dalamnya. Ia tengah berdebat dengan 'sesuatu' di dalam kepalanya. Bolehkah dirinya melempar plakat Keramik di depannya pada kepala seseorang hingga sekarat? Atau bisakah dirinya membenturkan kepalanya sendiri hingga hancur agar bising berisik dalam kepalanya lenyap tanpa sisa?

"YoonGi-ya"

Ada yang menyentuh wajahku.

YoonGi menggerutu marah saat ia merasakan tangan dingin menangkup wajah pucatnya. Ia menggeram kesal. Ia ingin menampar siapapun yang berani menyentuh wajahnya. Ia tidak suka. Hampir saja tangan besarnya menyentak kasar jika saja ia tidak mengkap wajah sedih Eommanya yang menatapnya lekat. Itu ibunya. Dan ia baru saja berpikir untuk menampar wajah ibunya sendiri.

"Adeul… ka..kau.."

YoonGi menemukan wajah pedih ibunya dengan mata berair. Ia tahu ibunya adalah wanita tegar yang tidak akan berakhir secengeng ini hanya karena menatap wajah pucatnya yang kosong tanpa ekspresi. Kenapa ibunya menangis?

Apa salahku?

YoonGi ingin menanyakan hal tersebut dan menyemburkan ratusan alphabet yang tersusun dalam kepalanya namun ia malah berakhir menatap kosong ibunya tanpa diksi sedikitpun. Terakhir kali dirinya buka suara, ia berakhir dipojok kamar dengan menjambak rambutnya sendiri dan cakaran melintang di lengannya. 'sesuatu' dalam dirinya membuat ia tak bisa bernafas karena begitu banyak pikiran buruk yang bersesakan di dalam kepalanya.

Seseorang yang sebelumnya melambaikan tangan di depan wajahnya kini berbicara panjang lebar dengan Ibunya. YoonGi tidak mengerti kenapa ia masih harus duduk di ruangan putih pucat ini sementara dirinya merasa baik-baik saja dengan keadaanya.

YoonGi ingin mengatakan bahwa orang-orang yang menatapnya adalah dalang dibalik apa yang dideritanya. Bukan salahnya jika ia ingin berlari ke pojok ruangan saat orang memandangnya rendah. Bukan salahnya jika ia menjadi mengamuk dan hampir pingsan saat melihat orang di sekelilingnya menertawakan dirinya. Dan bukan salahnya juga jika dirinya berakhir di sini. Di ruangan terkutuk ini.

"Aku sudah tidak mengenalinya lagi. Aku tidak mengenalnya" Suara Ibunya terdengar lirih di antara denting Jam dinding dalam ruangan dan dingin AC yang memeluknya.

Aku pun tidak mengenal diriku sendiri, Eommoni.

Sebuah tangan besar menggenggam erat telapaknya. YoonGi ingin percaya bahwa seseorang mungkin mendengar isi kepalanya dan berhenti menatapnya aneh.

Sejenak, YoonGi mengangkat kepalanya dan menemukan Sang Ayah tengah mengenggam tangannya di bawah meja. Tanpa menatapnya sedikitpun dan tanpa berkata apapun. Ayahnya hanya menggenggam tangannya erat.

YoonGi tahu Ayahnya bukanlah tipe Ayah romantis yang akan menyemangatinya seraya menepuk nepuk bahunya dan mengatakan 'semua akan baik baik saja'. Ayah tidak akan memeluknya erat dan membisikkan kalimat manis padanya. Ayahnya adalah si Tsundere kelas kakap yang berwajah dingin dan hal tersebut menurun dengan baik padanya.

"Kami akan mendaftarkan sesi Konsultasi untuknya" ucap namja berjubah putih di depannya.

Ibu YoonGi menunduk sejenak menahan bulir bening yang hendak jatuh di pelupuk mata cantiknya. Bagaimana mungkin ia tega melihat putra bungsunya berada dalam kondisi seperti ini? Ia beraharap putranya akan baik-baik saja dan mereka akan pulang dengan tenang seraya bercerita panjang lebar di dalam restoran milik mereka sendiri dan merayakan hari yang cerah ini. Ya,, hanya merayakan hari yang cerah.

"Lakukan apapun. Kami tidak keberatan sama sekali" Akhirnya Ayah YoonGi buka suara.

YoonGi menatap Ayahnya tanpa berkedip. Betapa berwibawa Ayahnya meskipun dua minggu yang lalu mereka sempat baku hantam hingga babak belur. YoonGi menerima tamparan untuk pertama kalinya saat ia hampir membakar tangannya sendiri karena nekat mengambil kertas liriknya yang dibakar sang Ayah. Ia tidak tahu lagi siapa yang sebenarnya kehilangan akal di antara mereka. Dirinya yang hendak mengambil kertas liriknya dalam kumpulan api, ataukah Ayahnya yang murka menentang mimpinya hingga nekat mengobrak-abrik kamarnya dan membakar semua buku liriknya tanpa sisa?

"Abeoji.." YoonGi tidak menyangka ia bisa bersuara setalah hampir 2 Jam lamanya bungkam.

Sang Ayah menatapnya lembut. Tidak mengatakan apa-apa. Namun lewat mata Ayahnya, YoonGi tahu bahwa Ayahnya mengatakan 'semua akan baik-baik saja'.

18 Tahun..

YoonGi di Vonis menderita Obssesive Compulsif Disorder (COD) dan Sosial Phobia parah.

Dunia terlihat menyeramkan di mata kecilnya.

Semua orang terlihat akan menerkamnya dan menginjak-injak harga dirinya.

Namun ia menolak untuk menyerah.

Sifatnya yang Keras kepala tidak mengizinkannya untuk mundur sedikitpun.

Tidak..

Setelah ia melihat orang tuanya menangis dalam hening mendengar 'Kelainan' yang ia derita.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::


I Own Nothing except this Story

NamJinYoongSeokJimTaeKook adalah milik Tuhan dan diri mereka sendiri

Tapi Fanfic ini milik Saya.

Inspired by : BTS's Song, Fact, Interview, Etc

Yang jadi ARMY dan mengikuti BTS mungkin tahu mana Fakta dan Imaji dalam Fic ini

DON'T LIKE DON'T READ!

WARNING! NO YAOI, SEMI CANON

STEP BACK IF YOU WANNA BASH IT!

Still Reading?

Well… I Warned You!

Happy Reading

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::


Februari 2011

YoonGi baru saja menyelesaikan kerja paruh waktunya saat dirinya menerima panggilan dari Namjoon. Hampir saja ia membanting handphonenya jika tidak mengingat ia akan tamat jika sampai Handphonenya rusak lagi. Alhasil ia menahan mati-matian amarahnya dan memutuskan memasukkan benda mungil tersebut dengan kasar ke dalam saku tas selempangnya.

DongHyukie Hyung dan Iron Hyung ingin keluar dari Grup

YoonGi menggigit bibirnya kuat saat ucapan Namjoon terngiang di kepalanya.

Ia berlari sekuat tenaga berharap dirinya akan sampai di kantor Agensinya lebih cepat dan bisa menghajar dua kawan baiknya tersebut. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin mereka meninggalakan Group setelah sedikit lagi mereka akan debut? Hanya tinggal selangkah lagi dan dua kawan baiknya memutuskan untuk keluar? Yang benar saja! YoonGi tidak meningalkan Daegu untuk mendapatkan kenyataan pahit ini. Ia tidak membunuh dirinya sendiri untuk menerima penolakan lagi. Bumonimnya akan menyeretnya pulang jika ia benar-benar tidak debut.

"Konsep Idol tidak cocok untuk kami, Suga"

Itu adalah apa yang dikatakan DongHyuk Hyungnya saat ia terengah-engah sampai di Kantor Agensinya dan melihat Anggota Grupnya berkumpul dalam ruangan CEO Big Hit entertaintment.

Nafas YoonGi hampir saja putus saat ia lupa cara menghirup udara. Kelelahan. Lapar. Dan ia Stress saat ini. Namun ia harus tetap bicara. Ia harus menerima alasan yang bisa diterima oleh Akalnya yang putus asa.

"Bukankah kita sudah membahasnya?" Tanya YoonGi susah payah. Hanya karena ia terlambat datang, bukan berarti ia akan bungkam di depan CEO nya yang hanya menghela nafas. "Kita sepakat untuk melakukanya bersama-sama, Hyung"

Iron menggeleng lemah dan mata tegasnya menatap YoonGi lekat.

"Idol hanya akan menjadi robot yang akan menuruti apapun yang Agensi inginkan. Kau tau itu. Aku menolak untuk menjadi Naif. Aku tidak ingin diperbudak oleh siapa pun. Menjadi seorang Idol tidak akan memenuhi Style music ku, YoonGi-Ya. Aku sudah memikirkannya matang-matang"

DongHyuk tak berani menatap YoonGi tepat di matanya. Ia hanya duduk dengan kepala menunduk. Tak sampai hati melihat wajah putus asa YoonGi di ujung ruangan yang datang dengan keringat membasahi badan kurus dan mungilnya. Ia tak tega melihat tatapan menyedihkan si pekerja paruh waktu yang rela kelaparan hanya untuk pulang lebih cepat.

"Katakan kalian tidak serius.." ucap YoonGi tersendat. Ia melirik Magnae mereka di ujung Sofa. NamJoon tak mengatakan apapun sejak tadi. Namun ia tahu magnae tersebut jauh lebih terluka dari pada dirinya. Ini adalah mimpi mereka. Setelah selama hampir setahun penuh terombang ambing dengan Bongkar pasang member, gonta-ganti Style, dan debut di ujung tanduk, mereka kembali menghadapi kenyataan bahwa mereka akan gagal debut. Mimpi mereka terancam terkubur dalam sekejap.

"Mianhae…"

Hajima.. jangan meminta maaf.

YoonGi merasakan kakinya lemas seketika. Namun sifat keras kepalanya menuntut ia untuk berdiri tegak berhadapan dengan Dua Hyungnya yang Serius untuk meniggalkan Group. Mengabaikan debut mereka yang hanya tinggal sejengkal.

Mata kecilnya melirik sang CEO yang kini balik menatapnya. YoonGi berharap sang CEO akan menghentikan kedua orang tersebut. Ia berharap Bang PD-nim akan meminta mereka untuk mengganti rugi uang kontrak atau apapun. Namun YoonGi adalah orang yang paling tahu bahwa Bang Shi Hyeok tidak memiliki jiwa pemaksa dalam dirinya. Ia akan melepaskan mereka yang ingin lepas, dan tidak akan meminta orang yang melepaskan diri mereka untuk bertahan lebih lama. Sifat yang terlalu manusiawi untuk ukuran Seorang CEO dengan Kondisi Agensi yang sekarat.

"Sa.. Saya harus ke toilet" ucap YoonGi tergagap.

Tanpa menunggu jawaban dari siapapun, ia memutar tubuhnya cepat dan mendorong pintu ruangan dengan kasar.

Lari…

Lari YoonGi-ya

Ia memerintahkan dirinya sendiri untuk berlari secepat mungkin menjauh dari tempat ini. Namun kakinya berakhir terseret paksa dan berjalan hanya lima langkah selama satu menit. YoonGi melirik orang-orang yang berlalu lalang disekitarnya. Staff, artis, senior, Junior, Trinee, bahkan begitu banyak orang yang tak dikenalnya kini melintas tepat di depan matanya.

Beberapa diantara mereka melemparkan pandangan penasaran pada YoonGi yang terlihat linglung dan menyedihkan di saat yang bersamaan.

Seharusnya ia benar-benar berlari.

YoonGi merasakan kepalanya sakit luar biasa. Nafasnya tersengal dan ia merasakan dadanya begitu nyeri saat ini. Bukan.. ini bukan karena dirinya yang kelelahan.

Melainkan karena orang-orang di sekitarnya. Ia tidak suka tatapan itu.

Apakah mereka mengasihani ku?

Apakah aku terlihat menyedihkan sekarang?

Ia ingin menampar wajah orang-orang yang menatapnya lekat. Dalam sekejap, ia merasa semua wajah asing itu menertawainya. Menertawai kebodohannya yang meniggalkan Daegu demi mimpi konyolnya tentang bermusik. Memang apa yang bisa ia lakukan di Agensi kecil penuh hutang seperti ini? Agensi ini sekarat. Dan bahkan tidak akan sanggup mendebutkan idol satupun. Seharunya ia mendengarkan ucapan orang tuanya untuk menjadi pegawai kantoran dan cukup belajar dengan rajin.

Wajah-wajah asing itu semakin memuakkan baginya. Begitu banyak suara tawa mencemooh yang bekeliaraan di kepalanya. YoonGi tidak tahu apakah itu berasal dari pikirannya, ataukah ia benar-benar ditertawakan saat ini.

Kepalanya nyeri luar biasa, dan tanpa sadar tangannya yang kasar menjambak rambutnya sendiri.

Aku ingin pulang.

Aku ingin pulang.

Nafas YoonGi tersendat dalam keputus asaan merenggut udara.

Sialan .

Dengan sisa tenaganya YoonGi berlari secepat mungkin menuju ruangan kecil dengan begitu banyak bilik di dalamnya. Dan..

Ia melakukannya lagi.

Mengeluarkan semua isi perutnya yang kosong. Menjambak surai hitam legamnya hingga helai rambutnya terlepas.

Namun suara memuakkan itu tidak menghilang.

Ia tetap ditertawakan.

19 tahun..

YoonGi menemukan dirinya kambuh setelah sekian lama menjalani sesi Konselingnya yag terakhir. Ia kambuh karena kembali Gagal meraih mimpinya yang terlihat ada di depan mata. Namun masih jutaan kilometers jauhnya.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::;;

Mei 2011

"Namanya Jeon JungKook. Dia akan menjadi Line Vocal di BTS. Aku harap kalian akan berteman baik"

Suara berat Bang Shi Hyeok memecah kehening dalam ruangan 4x4 meter tersebut. Ruangan yang terlalu sempit untuk dijadikan ruangan CEO. Tapi apa yang bisa mereka lakukan jika Gedung milik sendiri saja tidak punya? Ini hanya gedung sewaan. Mereka bahkan masih berhutang hingga tunggakannya menggunung.

YoonGi mengerutkan kening saat melirik sosok pemalu di samping CEO nya. 15 tahun jika YoonGi tidak salah menebak melihat tinggi dan wajah naïf bocah tersebut.

"Berapa Usiamu?" tanyanya mencoba memastikan pada bocah SMP tersebut berharap sosok itu akan mengangkat kepalanya dan menatap tepat di matanya. Namun bocah tersebut semakin menunduk dan berbisik hampir tak terdengar.

15 tahun. Lebih muda dari NamJoon.

Itu berarti anak ini akan menjadi Magnae mereka. Ia berharap JungKook akan menjadi Member terakhir yang masuk dan mereka bisa debut.

YoonGi menghela nafas lelah dan menatap Kidoh di sampingnya "Kita punya Magnae baru" bisiknya seraya terkekeh pelan. Hanya sedetik setelahnya ia menemukan JungKook melirik ke arahnya sebelum bocah tersebut kembali menundukkan kepalanya.

Kenapa anak ini pemalu sekali? Apa aku terlihat menyeramkan?

"Berhenti menatapnya seakan kau akan memakannya, Suga" ucap Bang Shi Hyeok membuahkan pelototan kaget dari YoonGi.

"Wae?" Tanya YoonGi heran dan tak terima "Apa salahku?"

"Anak ini pemalu kau tau. Sebaiknya kalian bawa dia ke Dorm dan ajarkan beberapa hal padanya, eoh" Bang PD-nim kembali duduk di kuri kebesarannya –jika kursi mungil bobrok di tengah ruangan bisa disebut sebagai kursi kebesaran- dan memberi isyarat pada JungKook untuk duduk di samping NamJoon.

"Woaah.. kau benar-benar masih muda" seru Namjoon saat matanya melihat wajah JungKook dengan jelas.

Mata bulat besar seperti mata kelinci mungil yang ia lihat di kebun binatang beberapa waktu lalu. Rambut gondrong mengikuti gaya idol senior yang tengah popular. Tinggi bocah itu hanya sampai lehernya.

Dan JungKook masih menunduk.

YoonGi menepuk bahu Namjoon hingga namja itu menoleh padanya.

"Ya bekas Magnae.." ucapnya sadis "Bawa dia ke Dorm dan lihat apa yang bisa dia lakukan" perintahnya dengan mata kecil yang tidak memancarkan candaan sama sekali.

Bagus sekali YoonGi.

Baru pertemuan pertama dan kau sudah membuat bocah polos tersebut gemetar di tempat duduknya.


:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

TuberCulosis Saudara

See You Next Time