Bagian 1
"Seekor Kucing"
Johnny kesal dengan ayahnya. Jadi dia memutuskan untuk pergi dan menyewa apartemen untuk sementara waktu.
Sebenarnya, apa yang kurang dari diri Johnny? Dia tampan, dia pintar, urusan bisnis? Semuanya mudah baginya. Tapi bukan itu! Titik masalahnya adalah, mengapa ia mendapat hak waris sedikit sekali?
Dia mati-matian belajar bisnis untuk hak waris itu! Ya, sebutlah Johnny haus kekuasaan, gila harta atau iri dengan kakaknya. Karena yang Johnny inginkan hanya hak waris yang menggiurkan!
Prestasinya bagus, akademik, olahraga, seni, tata krama dan sebagainya. Apa lagi? Apa lagi yang harus dia lakukan untuk hak waris itu?!
Ayah hanya memberi 20% saham perusahannya di luar negri. Jelas kalah banyak dibanding kakaknya yang memegang sisanya. Hei, bahkan dalam urusan bisnis, Johnny jauh lebih baik dari sang Kakak. 20% tentu bukanlah apa apa baginya.
Padahal, demi tuhan, 20% saham ayahnya yang diluar negeri itu sudah sangatlah besar! Bisa menghidupimu sampai keturunanmu yang kesekian lahir. Tapi yang Johnny lihat bukanlah dalam bentuk nyata tapi dalam bentuk angka! 20 dan 80 adalah dua angka yang sangat jauh selisihnya.
Johnny memanglah gila. Dia tidak pernah menganggap 20% itu adalah cukup untuknya selama nomimal milik kakaknya lebih banyak.
Johnny kesal. Dasar! Sekarang, dia jadi jengkel sekali jika mengingatnya. Dia mengacak-acak rambutnya berusaha fokus mengendarai mobil.
Minum memang terdengar menarik untuk saat saat seperti ini. Tapi dia pasti bingung.
Johnny belum pernah ke klub malam untuk sekedar minum minum atau menghabiskan satu malam penuh gairah dan berakhir dengan tidur bersama wanita di satu ranjang. Hidup Johnny memang dihabiskan dengan belajar tentang bisnis demi mengambil harta warisan itu.
Dia benar benar kehabisan ide tapi dia tidak mau ke klub malam. Menurutnya para wanita penghibur itu tidak akan membuatnya lebih baik, cukum minum saja.
Dan... akhirnya roda mobilnya berhenti di kedai soju asal pinggir jalan. Dia pernah ingat, pria dan wanita menghabiskan malam disini sampai salah satu mabuk lalu berkata jujur. Biasanya berakhir dengan ciuman atau salah satu mengantarkan yang lain pulang kerumah, oh drama yang ibunya pernah tonton memang penyelamat.
Johnny pernah mencicipi alkohol di pesta yang diadakan ayahnya. Tapi itu tidak sepenuhnya alkohol. Biasanya dicampur bahan lain seperti buah dan ia tidak meminumnya sampai benar benar mabuk. Tapi, sekarang ia sedang ingin. Orang orang bilang, alkohol selalu membuatmu lebih baik dan Johnny mencoba untuk membuktikannya.
1 botol... 2 botol... 3 botol...
4 botol setengah...
Oh, Johnny sudah mulai kehilangan kesadarannya. Dia mulai mengigau, melihat kanguru terbang di atas langit yang bertaburan bintang... dan... oh! Lihat! ada bintang jatuh!
Johnny menaruh dagunya di meja, sambil melihati bintang jatuh itu.
"Lucunya~~~" Johnny masih asik melihati bintang jatuh sebelum suara kucing mengusiknya.
"Shhh, pergi!" Tapi kucing itu seakan menolak perintah Johnny. Dia malah mengelus kaki Johnny dengan kepalanya. "Aduh, kamu juga lucu~" Johnny pun luluh dan mengusap kepala si kucing dengan tangannya.
"Jadi kamu pasti enak, astaga. Aku iri~ kamu tidak punya pekerjaan. Cukup mencuri makanan atau diberi makanan. Tidak perlu susah susah belajar atau bekerja." Johnny terkekeh kecil. Astaga~ matanya berat sekali.
•••
"Halo!
Tidak usah heran begitu, aku kesini karena tugas.
Aku dengar kamu selalu mengeluh tentang hidupmu ya? ckck, kalian memang manusia tidak tahu bersyukur! Maka malam ini akan menjadi bermakna untukmu
Kamu mendapat 10 hari hukuman. Selebihnya kamu boleh bebas. Mudah hukumannya. Kamu cukup diam, tonton, dan pelajari. Sampai ketemu 10 hari lagi!"
•••
Johnny membuka matanya, ketika dirasa matahari sudah terik. Kepalanya pening sekali. Mungkin malam tadi dia benar benar mabuk dan tertidur.
"Haish kucing sialan, pergi!"
Inginnya Johnny mengabaikan saat penjaga kedai soju berteriak tapi ini benar benar tidak bisa diabaikan. Sepatu hitam milik penjaga itu menendang bagian tubuhnya.
Eh? Apa?
"Pergi kau kucing penganggu!"
T-t-tunggu, apa?!
Johnny membuka matanya melihat sekelilingnya menyadari kenapa semua benda jadi lebih tinggi?! Apa dia masih mabuk?!
"Pergi!" Sepatu penjaga kedai mengenai tubuhnya lagi. Untuk saat ini, lupakan dulu semua keanehan. Dia harus selamat dulu.
Sesampainya di jarak 6 meter dari kedai soju, dia baru memandang sekelilingnya. Gedung terlihat jauh lebih tinggi dari biasanya. Orang orang terlihat seperti raksasa. Kaki mereka yang melangkah membuatnya linglung. Ia terus berjalan sampai ke depan toko sepi. Sekarang, ganti ia memandangi tubuhnya.
Ini benar benar tubuh kucing! Ia berbulu abu abu cukup tebal dengan mata kuning. Terlihat seperti kucing peliharaan dibanding kucing jalanan. Oh ya ampun, apakah yang terjadi dengannya malam itu?
"Astaga, aku iri. Kamu pasti hanya mencuri atau diberi makan saja. Tidak perlu belajar dan bekerja.
"Kamu mendapat 10 hari hukuman. Selebihnya kamu boleh bebas."
Terkutuklah Johnny semalam.
Dia duduk di pinggiran toko. 10 hari? Astaga yang benar saja! 10 hari tidak secepat yang dibayangkan. Apalagi dengan tubuh kucing. Hidup dijalanan tanpa tempat pasti bukan perkara mudah bagi Johnny. Tapi dia percaya, dengan bentuk tubuh yang lumayan, ada seseorang membawanya pulang, setidaknya tempat tinggal sementara.
Kakinya pun berjalan, mondar-mandir, mencari perhatian, sayang semuanya sibuk sendiri memperhatikan hal lain yang lebih menarik. Dua-tiga jam ada sepertinya untuk Johnny menyusuri kota. Lelah sekali dia berjalan lamban karena kakinya. Berfikir jika roda mobil lah yang membawanya keliling kota atau berkeliling negeri sekalian pasti lebih menyenangkan.
Sampai digang kecil dia berhenti sebentar karena lapar. Tapi tidak mungkin sekali kalau dia sampai mengacak-acak isi tong sampah untuk sisa makanan 'kan?
Jam raksasa digedung menunjukan pukul 2:57, menjelang sore. Dirinya diam saja duduk memerhatikan orang lalu-lalang. Hampir sore dan dia belum menemukan barangkali ada yang tertarik dengannya. Dalam hati mendecih, sekarang dia mirip seorang jalang yang sedang memamerkan tubuh berharap dibawa pulang.
Saat asik dengan dunianya sendiri, suara mahluk lain masuk ke indra pendengaran Johnny. Menggong-gong seolah mendapati mangsa. Oh tidak! Dirinya gemetar. Jangan bilang ini...
'SIALAN! KENAPA ADA ANJING?!'
Johnny langsung melarikan diri dari sana. Diikuti anjing hitam tinggi mengejarnya.
Tidak, Tuhan, tolong selamatkan dia...
Johnny masih berlari. Sedikit kewalahan memang karena ia belum sepenuhnya beradaptasi dengan kaki kakinya. Dia berlari ke arah orang banyak, sengaja.
"Hei anjing sialan!"
"Oh lihat, hariku tambah kacau."
"Bukannya pemerintah sudah menangkap semua hewan yang berkeliaran di jalan?!"
Ya begitulah reaksi orang orang. Tidak berbeda jauh dengan Johnny jika ia berada di posisi mereka. Sayangnya, posisi dia kini sangat berbeda. Dalam bahaya!
Johnny kewalahan tapi anjing itu belum. Dia masih mengerjar Johnny dengan kecepatan yang hampir sama. Oh tolong, Johnny lelah!
4 meter di depannya ada gerombolan orang menunggu bus. Secepat kilat dia menyusun sebuah rencana. Dan saat 4 meter itu tiba, dia berhenti berlari saat sudah menyempil di kaki salah satu penumpang bus. Tubuhnya akan tersamarkan oleh kaki orang banyak dan anjing itu terus berlari melewati Johnny.
Terimakasih, Tuhan.
Dia lega setengah mati. 10 menit kejar kejaran dengan anjing sangatlah menguras tenaganya.
"Eh? Ada kucing?"
Johnny mendongak, melihat siapa yang berbicara. Belum selesai dia mengamati, orang itu sudah membawanya pada gendongan.
"Ah, kau belum punya pemilik. Apa kucing sebagusmu tinggal dijalanan? Rasanya tidak mungkin."
'Ya, memang tidak mungkin sih.' Johnny saja baru berubah menjadi kucing sejak tadi malam.
"Kalau kau tidak punya rumah tak apa. Rumah kecilku masih bersedia menampungmu." Orang itu mengusap kepala Johnny lembut tapi Johnny diam saja. Ya memangnya dia harus bagaimana lagi?!
1 menit kemudian bus datang. Dia naik yang paling terakhir tapi si supir memberhentikannya.
"Dilarang membawa hewan masuk."
Muka orang itu berubah jadi sendu. Dia keluar lagi lalu bus itu pergi. Hei, melihat muka orang ini, Johnny jadi ingin mencakar supir itu agar diberi tumpangan. Nantikan dia juga akan membayar!
"Kita berjalan kaki saja. Lebih sehat."
Dasar! Kenapa tidak naik taksi saja?
Johnny ini benar-benar. Toh dia digendong tidak berjalan sendiri.
Kawasan ini masih kawasan gedung tinggi. Daerah pemukiman masih beberapa kilometer lagi dari halte tadi. Johnny tidak berani yakin apakah orang ini tinggal di apartemen atau kos yang jelas lebih dekat. Tapi Johnny hanya meringis saja membayangkan kalau orang ini benar benar tinggal di daerah pemukiman.
Mereka mulai berjalan, meninggalkan halte.
"Aku pikir aku akan memberimu nama. Mari pikir yang terbaik."
'Aku harap kamu memikirkan John atau Jo. Itu lebih baik dari pada toben, monggu, atau vivi.'
Kaki orang itu terhenti di depan toko musik. Matanya tampak berbinar. Toko sedang menampilkan lagu jadul tahun 1960-an. Johnny tidak yakin tapi terdengarnya begitu.
"Ah benar. John!" Orang itu melanjutkan lagi perjalanannya. "Aku sangat tertarik dengan John Lennon. Kupikir John sangat bagus walaupun terdengar seribu kali lebih bagus jika kamu seekor anjing." Kata orang itu diakhiri dengan kekehan.
'Kupikir dia bisa membaca pikiranku...'
"Apa kamu lapar?"
'Ya, lapar.'
"Ah, toko daging!" Orang itu kemudian masuk ke toko daging yang jaraknya 10 meter dari toko musik. "Bu, apa punya daging dengan harga termurah?"
"8.000 won." Ibu penjual daging memberi satu kotak. Terlihat tidak segar, tapi masih aman dimakan. Dengan kesusahan orang itu mengeluarkan dompetnya lalu menerima dagingnya. "Terimakasih."
Orang itu keluar dari toko daging dengan sedikit senyum mengembang. Johnny keheranan. Apakah membeli daging dengan harga termurah itu menyenangkan?
Mereka melanjutkan perjalanan lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 5. Belum terlalu larut memang, tapi Johnny benar benar tidak yakin apa mereka bisa sampai rumah sebelum langit benar benar gelap?
Mereka melewati papan berita di jalan. Si pembawa acara terlihat santai. Mungkin tidak ada berita serius hari ini.
"Mulai tahun 2019, orang orang sudah bisa mengadakan wisata ke bulan. Namun harga untuk setiap perjalanannya mengeluarkan biaya yang fantastis..."
Johnny hanya diam mendengarkan. Setelah 10 hari ini berakhir, apa dia harus merencanakan pergi ke bulan?
"Apakah kau pernah penasaran dengan bulan?"
'Tidak pernah,'
Ya memang tidak pernah meskipun kau mendengar rencananya barusan. Ingat? Dari kecil Johnny sudah berambisi menguasai dunia bisnis. Dia tidak pernah sedikitpun penasaran terhadap alam sekitarnya, lautan, bumi, bintang, atau bulan. Dan dia juga tidak ingin tahu seperti pelajaran pengetahuan alam hanya dianggap buang tenaga.
"Aku ingin sekali pergi kebulan." Orang itu mendengus. "Tapi, daripada ke bulan, uang itu lebih baik kugunakan untuk membeli rumah, makanan bagus dan benda baru."
Johnny sih lebih memilih ke bulan. Rumahnya sudah banyak.
"Namaku Moon Taeil. Lihat? Dalam bahasa Inggris Moon berarti bulan. Aku juga suka bulan. Sejak kecil aku sudah penasaran bulan itu seperti apa." Kemudian seoranc bernama Taeil mendengus.
Johnny mengabaikan topik pembicaraan. Dia hanya berpikir, aneh saja rasanya jika yang digendongnya ini benar benar kucing. Untung Johnny bukan lah kucing yang benar benar kucing. Setidaknya, kita tahu bahwa Taeil ini tidak bicara sendirian.
Menit berikutnya tidak ada suara lagi. Taeil memilih diam dan terus berjalan karena hari makin gelap. Johnny asik melihat kesekitar di dalam gendongan Taeil. Sesekali dia tertawa dalam hati. Andai tubuhnya bukan berbentuk kucing, pasti aneh jika Taeil menggendong Johnny. Yang ada Johnny menggendong Taeil. Tubuhnya kecil sekali terlihat ringan dan nyaman. Ah, Johnny malu mengakui kalau dia nyaman dalam dekapan Taeil. Rasanya benar benar hangat.
15 menit berikutnya Johnny baru menyadari bahwa tempat tinggal Taeil berada di daerah pemukiman. Mereka masih 25 menit lagi sebelum sampai ke rumah. Johnny tau kaki Taeil sudah lelah untuk berjalan. Lagi pula kenapa juga harus dipaksakan berjalan?!
Kalau Johnny bisa berubah menjadi wujud manusia, Johnny akan menggendong Taeil. Oh, atau menyewa taksi. Tentu Johnny tidak mau repot repot berjalan kalau jaraknya tidak mudah untuk ditempuh jalan kaki.
Johnny mengintip sedikit ke kantung berisi daging yang di bawa Taeil. Tadinya ada es untuk menjaga dagingnya baik tapi pasti sekarang esnya telah cair.
Inginnya Johnny berjalan sendiri sambil membawa kantung daging. Tapi pasti tidak mungkin. Tadinya dia ingin Taeil naik taksi saja. Tapi bagaimama memberi tahunya?
Pasti lelah sekali.
Menempuh 3 kilometer dengan kaki ramping itu kalau dipikir sulit. Sudah tercetak jelas diwajah Taeil dia lelah.
Jarak makin terkikis. Hanya 500 meter untuk mencapai daerah pemukiman belum termasuk mencari rumah Taeil yang mana. Taeil memutuskan untuk duduk di bangku taman. Ia mengelus elus kepala Johnny. Johnny hanya menurut saja walaupun menurutnya ini aneh. Johnny tidak terbiasa.
"Beruntung dagingnya masih segar."
'Bahkan dagingnya sudah tidak segar dari pertama kali kita beli.'
Mungkin yang terlintas di otak Johnny saat ini adalah dia bisa membeli peternakan sapi untuk memasak seporsi daging sangat segar.
Johnny memang tidak tahu seperti apa Taeil.
