Don't Leave Me

Disclaimer : HunterxHunter (c) Yoshihiro Togashi

Theme : I know I'm not alone from the first time. Hey Dear, when will you show up in front of me? Please just stay in my life then.

Pair : Kurapika. K x Kuroro. L

Genre : Romance, Hurt/Comfort

Rated : T

Warning : OOC, AU, Typo(maybe), dll.

Dedicated to IFA HxH Community


Seorang remaja berambut pirang dan beriris deep ocean blue, berjalan santai ditengah ramainya orang-orang berlalu lalang. Remaja pirang tersebut terbiasa bangun pagi dan berangkat sekolah lebih awal dari teman-temannya. Dia pun terbiasa berangkat sekolah sendiri, tidak seperti teman-temannya yang lain. Oh tunggu, apa mereka bisa disebut 'teman'? Apakah 'teman' itu, yang selalu memaksa dia memberikan jawaban saat ulangan maupun PR atau konsekuensinya saat istirahat dan pulang sekolah dia akan di bully habis-habisan? Ya, dulu dia seperti itu. Tapi, semenjak dia tau bahwa teman-temannya hanya memanfaatkan dia saja dan ada suatu hal yang menimpanya, dia mulai mengeraskan diri dan tidak akan terpengaruh oleh apa yang teman-temannya lakukan padanya. Semakin keras mereka melakukan hal seperti itu padaku, semakin keras juga aku, begitu pikirnya. Akhirnya, dia tidak mempunyai teman satu pun. Teman-temannya yang dulu membullynya, sekarang menjauhinya walaupun terkadang mereka masih sering membully Kurapika.

Sesampainya di sekolah, gerbang masuk sekolahnya yang tidak biasanya ramai di pagi hari seperti ini sudah dipadati oleh teman-teman sekolahnya, terutama perempuan. Tanpa memedulikan hal itu, Kurapika berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Sampai dikelasnya, Kurapika menaruh tasnya di tempatnya biasa duduk, pojok kiri belakang kelas. Alasan dia duduk disitu karena dirinya yang tidak punya teman dan dia suka melihat jendela di sebelah kirinya yang mengahadap langsung ke halaman depan sekolahnya. Seperti saat ini, dia memandangi halaman depan sekolahnya dan mendapati seorang laki-laki berambut hitam yang sedang memperhatikan halaman depan sekolah tersebut. Ntah karena apa, dia terus memandangi sosok laki-laki tersebut. Tak lama, laki-laki tersebut yang sepertinya menyadari dia sedang diperhatikan, beradu pandang dengan Kurapika. Kurapika yang kaget hanya membatu dan laki-laki tersebut perlahan tersenyum kepadanya. Kurapika yang sadar dirinya beradu pandang dengan orang asing, langsung menarik dirinya dari jendela.


"Pagi semuanya, kita akan kedatangan seorang anak baru. Yak, silahkan masuk," ujar wali kelas mereka, memasuki kelas. Dibelakangnya, sudah membuntuti seorang laki-laki yang dilihat Kurapika tadi.

"Ayo, perkenalkan dirimu,"

"Perkenalkan, saya Kuroro Lucifer. Senang berkenalan dengan kalian," ujar remaja bernama Kuroro tersebut sambil membungkukkan badan dan tersenyum.

"Kyaaaa~" jerit anak-anak perempuan disana tak sadar.

"Baik, Kuroro, duduk di sebelah Kurapika ya," ujar wali kelas mereka, menunjuk tempat Kurapika. Kuroro langsung berjalan menuju tempatnya duduk diiringi teriakan-teriakan yang intinya mereka tak ingin anak baru tersebut duduk dengan anak 'aneh'. Kuroro tidak menanggapi pernyataan itu dan terus berjalan santai ke tempatnya.

"Salam kenal, aku Kuroro. Laki-laki yang waktu itu tak sengaja kau lihat sedang melihat-lihat halaman depan sekolah," ujar Kuroro saat dia duduk di tempatnya sambil mengulurkan tangan, mengajak bersalaman. Kurapika hanya meliriknya acuh tak acuh dan kembali menghadap depan, mendengarkan penjelasan wali kelasnya sekaligus guru mata pelajaran Matematika.

Merasa tak diacuhkan, Kuroro menarik tangannya dan bergumam, "aku yakin kita bisa berteman," dan langsung menghadap ke depan kembali.

Tak disadari Kuroro, Kurapika menggerakkan bibirnya dan berkata tanpa suara, "dan setelah kau tau siapa aku sebenarnya, kau akan takut dan menjauhiku."


Bel istirahat berdentang nyaring. Murid-murid sekolah tersebut pergi menyerbu kantin ataupun pergi ke perpustakaan maupun halaman belakang sekolah. Tak sedikit juga yang hanya berdiam di kelasnya masing-masing. Kurapika dan Kuroro pun masih diam di kelas, tidak melakukan apapun. Tak lama, Kurapika melihat arlojinya dan langsung pergi keluar kelas.

"Hei, mau ke kantin?" tanya Kuroro yang melihat Kurapika pergi, sedangkan yang ditanya tidak menjawab apapun, tetap berjalan meninggalkan kelas. Kuroro yang melihat kelakuan teman sebangkunya, hanya menghela nafas sambil mengelus dada dan memejamkan mata, mencoba mengembalikan kesabarannya.

"Hei," ujar seseorang membuat Kuroro kaget dan membuka matanya. Didepannya, telah duduk seorang gadis manis berambut merah jambu yang dikuncir kuda.

"Aku Neon Nostrade, aku duduk di sebelah kananmu persis," lanjutnya sambil menunjuk tempat dia duduk dan dilanjutkan mengulurkan tangannya mengajak Kuroro bersalaman.

"Aku Kuroro, salam kenal," ujar Kuroro sambil menyambut uluran tangan Neon yang sekarang tersenyum manis.

"Bagaimana rasanya duduk dengan anak aneh itu? Kalau aku lihat, kau terus tak diacuhkan ya?"

"Ya-yah.. Begitulah. Tunggu, kenapa kalian memanggilnya aneh?"

"Kau kan tau sendiri, dia tak pedulian. Kalau memang dia tidak aneh, seharusnya dia menanggapimu kan?"

"Iya sih. Tapi, mungkin saja kan dia punya alasan tersendiri?"

"Tidak. Dia memang benar-benar anak aneh kok,"

"Kenapa kau bisa begitu yakin?"

"Hm.. Pernah suatu hari, dia lebih dingin dari biasanya. Kami meminta jawaban pr sama dia, dia malah tak mengacuhkan ka-"

"Tunggu, jadi kalian secara tak langsung memalaknya?"

"Ya-yah.. Dia pintar sih," jawab Neon ragu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sudahlah, itu kan dulu. Ceritanya mau aku lanjutkan atau tidak?" lanjutnya, sedikit cemberut.

"Hhh.. Ok, ok. Lanjut,"

"Saat kami meminta jawaban pr punya dia, tidak biasanya dia tak menanggapi kami. Salah satu dari kami ada yang menggebrak mejanya karena sudah kesal tapi, dia hanya memandangi kami dengan tatapan dingin dan langsung membaca bukunya lagi. Karena temanku yang menggebrak meja tadi sudah habis kesabarannya, dia langsung menarik kemeja si aneh dan memaksanya berdiri. Setelah itu, kepalanya yang tertunduk mulai melihat temanku itu dan perlahan bola matanya berubah merah. Seram kan?" jelas Neon panjang lebar.

"Mungkin saja dia pakai lensa kontak,"

"Iiihh~ jelas-jelas kami melihat perubahan bola matanya itu. Semnejak saat itu, kami menjauhinya,"

"Masa iya gara-gara itu saja kalian menjauhinya? Mungkin dia punya alasan yang logis untuk itu,"

"Kalau punya alasan sih mungkin saja, tapi pasti tidak logis. Coba saja pikir, bagaimana bisa manusia biasa bisa merubah warna iris mata begitu? Pasti dia bukan ma-" kata-kata Neon terputus karena adanya yang membuka pintu kelasnya dan orang itu adalah Kurapika.

"Cih," desis Neon dan pergi meninggalkan Kuroro.

"Lain kali kita mengobrol lagi ya," ujar Neon sesaat sebelum dia meninggalkan kelas. Sedangkan Kurapika berjalan menuju tempatnya duduk.

"Darimana?" tanya Kuroro saat Kurapika duduk ditempatnya, disebelahnya. Kurapika hanya melirik dingin Kuroro.

"Bukan urusanmu," jawabnya tak kalah dingin dengan tatapannya.

"Hey, kok galak gitu sih sama teman sebangku sendiri?" Kurapika tidak menjawab pertanyaan Kuroro dan lanjut membaca bukunya. Tak lama, bel masuk berbunyi.


Kurapika's POV

Akhirnya bel pulang berbunyi. Sungguh, aku lebih nyaman berada dirumah walaupun hanya sendirian. Ya, sendiri. Dari dulu aku memang sudah sendiri bukan? Walaupun saat masih kecil aku ditemani oleh teman-temanku yang berjanji tidak akan meninggalkanku sendirian, tapi nyatanya apa? Mereka lebih dulu pergi meninggalkanku. Termasuk...orangtuaku...

Aaaarrgghh! Sudahlah, untuk apa aku meratapi masa lalu? Tak ada gunanya. Lebih baik aku cepat-cepat pulang. Aku tak nyaman disini. Apalagi saat anak baru itu masuk, tambah kacau saja. Tadi juga sebelum dia pulang dia pamit dulu kepadaku. Padahal kan tak ada gunanya. Toh dia mau pulang duluan atau lambat pun aku tidak peduli. Tunggu, kenapa jadi membicarakan dia sih?

"Hei, mau kemana kau?" ujar seseorang di depanku yang sedang bersandar di ujung lorong yang sedang aku lalui. Setelah aku berjalan agak mendekatinya, aku tahu bahwa dia Feitan. Sepertinya aku tau apa yang akan dia lakukan. Tunggu, bukan dia, tapi mereka.

"Hm.. Sepertinya kita sudah lama tidak memberikan pelajaran tambahan," ujar seorang perempuan, menyeringai. Aku tau dia Machi.

"Ya. Kau benar," aku melihat dari belakang mereka berdua kelompok mereka berusaha mengepungku. Sayang para guru sudah pulang, coba belum. Tapi, bukan berarti aku hanya mengandalkan guru.

"Apa salahku?" ujarku. Niatnya hanya berkata biasa, tapi kedengarannya agak dingin.

"Salahmu? Apa ya? Mungkin hanya untuk kesenangan belaka," ujar Nobunaga sarkastis.

"Bodoh," kataku sinis. Ha! Mereka marah rupanya.

"Apa kau bi-"

"Apa-apaan kalian?" suara seseorang yang terus menjengkelkanku selama satu hari ini terdengar. Sepertinya, dia berjalan kearahku. Aku tak peduli.

"Cih," sepertinya mereka hanya berniat membully aku sendiri. Mereka pergi. Ya, pergi. Meninggalkanku bersama si bodoh ini.

"Kau tak apa?" ujarnya.

"Ya," jawabku sambil berjalan menuju loker untuk mengambil sepatu.

"Bagaimana kalau aku antar? Aku takut mereka akan membullymu di jalan,"

"Kau bodoh ya? Aku laki-laki dan aku tau bagaimana aku harus menjaga diri. Bukan perempuan lemah lembut yang merasa senang bahwa ada laki-laki yang menghawatirkannya,"

"Tapi tetap saja. Bagaimana ka-"

"Hentikan!" jeda, aku melihat kearahnya. "Aku tidak butuh orang lain. Aku bisa hidup sendiri. Dan yang terutama, aku tidak butuh rasa kasihanmu!" aku berjalan cepat meninggalkan anak baru itu. Sungguh, aku jengkel sekali! Apa maksudnya dia seperti itu? Kau itu bukan siapa-siapaku! Teman-teman dekatku saja tidak peduli aku dibully atau tidak. Kenapa kau begitu peduli? Memuakkan.

Esok harinya, Kurapika berangkat seperti biasa. Berjalan di jalan yang sama dengan hari-hari sebelumnya. Hanya saja, hari ini dia berhenti di taman dekat sekolahnya, menunggu teman-temannya. Walaupun diawal aku bilang dia tidak punya teman, bukan berarti dia tidak punya teman sama sekali disekolahnya kan?

Untuk yang kedua kalinya, Kurapika mengecek jam di ponselnya. Sepertinya, waktu yang mereka sepakati sudah lewat.

"Lama sekali mereka," gumam Kurapika, sedikit kesal.

"Yo! Kura-chan~!" teriak seseorang dari jauh sambil melambaikan tangannya. Saat menoleh ke arah mereka, terlihat 3 orang anak yang sedang berlari kearahnya. Kurapika hanya mendengus pelan dan menampilkan raut muka kesal.

"Kurapi~ Maaf telat!" ujar seorang anak laki-laki berambut hitam dan membawa pancingan kesayangannya ke sekolah. Ntah untuk apa.

"Kami menunggu dia selesai berdandan dulu," sahut anak laki-laki lain berambut putih yang membawa skateboard kepunyaannya, menekankan kata berdandan sambil menunjuk seorang laki-laki berkacamata yang tampaknya lebih tua dari mereka bertiga. Padahal mereka hanya berbeda beberapa tahun saja.

"Tuan Leorio memang perlu berdandan lama agar lebih tampan," ujar laki-laki berkacamata yang diketahui bernama Leorio tersebut dan mendapatkan tatapan tajam dari ketiga temannya.

"Hhh.. Terserah kau lah. Ayo jalan! Nanti telat,"

"Apa sih, Kuraa~ Masih 30menit lagi kok," ujar Leorio.

"Bagiku ini telat," ujar Kurapika enteng.

"Iya, biasanya kan kau merenung dulu di kelas," celetuk Killua, anak laki-laki berambut putih tadi.

"Tapi, waktu aku lewat kelasmu, aku lihat kau sedang berbicara bersama anak baru," ujar Gon, anak laki-laki yang membawa pancingan.

"Aku tidak berbicara dengannya dan jangan pernah membahas tentang dia lagi!" teriak Kurapika tertahan dan langsung berlari mendahului teman-temannya berjalan menuju sekolah. Ketiga temannya yang lain hanya angkat bahu melihat kelakuan Kurapika.


Kurapika yang meninggalkan teman-temannya merasa sedikit bersalah. Tapi yah, memang sifatnya seperti itu.

Sesampainya di lorong tempat kelasnya berada, Kurapika melihat Kuroro sudah datang dan duduk manis di tempat duduknya. Perasaannya langsung memburuk. Tanpa menaruh tasnya di kelas, dia pergi ke halaman belakang sekolah, menunggu beberapa menit sampai bel berbunyi. Dan tanpa disadarinya, orang yang saat ini membuatnya jengkel tengah memperhatikannya dan menyeringai layaknya binatang buas yang tengah menemukan mangsanya. Tapi, sedetik kemudian, rautnya berubah menjadi sedih, kecewa dan lainnya. Perlahan, dia bergumam,

"Sepertinya, dia benar-benar tidak menyukaiku,"

To Be Continued

A/N : Halo semua~ Pertama, saya ucapkan maaf yang sebesar-besarnya atas keteledoran saya tidak meng-update fic saya yang sebelumnya. Sebagai permintaan maaf, nikmati ini dulu ya~ :3

Kedua, maaf bagi para juri kalo fic-nya nggak nyambung banget sama temanya~ hontou ni gomen~ (_ _)

Ok, demi berlanjutnya fic ini, mohon Review-nyaya~ :D