Jenuh

Jalanan sekitar Baker Street terlihat lenggang dari biasanya. Terlihat dari lalu lalang kendaraan di jalan raya yang tidak terlalu padat. Belum lagi hanya segelintir orang di jalanan. Hujan deras sejak sore tadi menjadi salah satu penyebabnya. Sebagian orang memilih untuk berada di dalam rumah yang hangat sambil menikmati sesuatu yang jauh dari dingin, seperti teh hangat dan perapian yang menyala. Begitu pula dengan Sherlock yang memutuskan untuk kembali pulang setelah menyelesaikan sebuah kasus di daerah timur kota London.

Nyonya Hudson membawakan sepiring kue kering dan teh hangat ketika Sherlock kembali dan menaruhnya di meja makan. Sherlock tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia segera duduk di bangku kesayangannya, sambil memetik asal dawai biolanya. Bergumam tak jelas. Nyonya Hudson segera pergi setelah memberikan sedikit wejangan kepada Sherlock terkait kepala manusia di lemari kulkas. Sherlock hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

Sherlock masih memetik dawainya hingga rasa kantuk menghampiri dirinya. Bosan dengan biolanya, ia letakkan biola itu di dekat dengan tempat duduknya dan berdiri. Ia melangkah ke arah jendela dan menyingkap sedikit tirai. Dalam penglihatan Sherlock, di luar sana tidak ada yang menarik perhatiannya. Ia menutup kembali tirainya

Sherlock mengambil sebatang rokok dari tempat persembunyiannya, menyalakan dan menghisapnya perlahan—menikmati candu nikotin yang telah menggodanya sejak pertama kali menyentuh bibirnya. Rasa kantuk perlahan berkurang. Dia melirik ke arah jam tangannya, dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Pantas saja dia menguap berulang kali.

Sherlock menghisap rokoknya untuk mengisi waktu luangnya. Sudah dua kali Sherlock mendapatkan peringatan dari induk semangnya tentang bahaya merokok, dan induk semangnya tahu bahwa semua peringatan itu hanya menjadi angin lalu baginya. Lagi pula ia sedang jenuh dengan kehidupannya yang monoton. Menyelesaikan kasus lalu pulang ke rumah lalu tidur lalu bangun lalu menyelesaikan kasus. Sherlock berada di titik jenuh yang luar biasa. Belum lagi teman sekamarnya memilih rehat sejenak untuk menyelesaikan kasus dengannya dan bekerja di rumah sakit. Karena itu Sherlock bosan setengah mati. Kasus yang rumitpun akan menjadi membosankan tanpa seorang John Watson.

Semua kejenuhannya terlihat jelas ketika induk semangnya menegurnya karena sedari hanya mondar-mandir sambil menebarkan abu rokok ke lantai. Nyonya Hudson kembali lagi setelah ia menyadari bahwa ada sesuatu yang ia tinggalkan ketika mengantarkan teh tadi.

"Lebih baik kau duduk daripada kau terlihat seperti gosokan tua milikku." Ucap Nyonya Hudson—induk semang Sherlock yang tak tahan melihat kelakuan Sherlock.

Sherlock hanya melihat sekilas ke arah Nyonya Hudson dan kembali tenggelam dengan rokoknya.

"Hm," tanggapan Sherlock membuat Nyonya Hudson kesal setengah mati.

Daripada dirinya yang terkena serangan darah tinggi karena Sherlock, Nyonya Hudson memilih untuk kembali ke tempatnya dan melanjutkan kegiatannya—menonton serial tengah malam kesukaannya.

Sherlock masih berada di tempat yang sama ketika Nyonya Hudson meninggalkannya. Sherlock mematikan rokoknya ketika tinggal setengah, dan menyembunyikan kembali ke asalnya. Kemudian ia berjalan ke arah jendela dan membukannya lebar-lebar, membiarkan udara segar memasuki ruangannya yang bau dengan asap rokok.

Dengan jendela yang terbuka, Sherlock kembali duduk dan mengambil buku untuk di bawa tetapi tidak bertahan lama, dan ia kembali seperti mondar-mandir. Menit demi menit berlalu, dan ketika terdengar gesekan sepatu beradu dengan lantai kayu, Sherlock buru-buru duduk seraya mengambil sembarang buku dan membacanya—lebih tepatnya berpura-pura.

"John," Sapa Sherlock dari balik bukunya. Sekilas dia melirik jam tangannya, dan waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lewat empat puluh menit.

Tepat sesuai dugaannya.

John menghentikan langkahnya ketika mendengar sapaan dari Sherlock.

"Sherlock," John mengangkat alisnya. "Apa yang kau lakukan?"

Menunggumu. "Membaca buku." Sherlock memperlihatkan bukunya pada John.

John mengangguk mengerti, kemudian menaruh bawaannya di meja dapur.

"Bagaimana kasusnya?" Tanya John yang sudah duduk di bangkunya. "Kau terdengar semangat sekali saat kau menghubungiku tadi."

"Mudah, dan pelakunya sudah ditangkap." Ucap Sherlock penuh dengan kebanggaan.

"Pasti menyenangkan."

"Membosankan." Ucap Sherlock sambil menutup buku, dan meletakkannya di meja kecil samping bangkunya. "

"Kalau kau?"

"Biasa saja. Pasien datang, lalu aku memeriksanya."

"Setelahnya? Apa yang kau lakukan?" Tanya John dengan penasaran.

"Aku tidak melakukan apa pun." Sherlock menguap. Karena tidak ada dirimu, makanya membosankan. Tambah Sherlock dalam pikirannya.

John membuka kotak makanan, dan menyerahkannya pada Sherlock. "Aku memesan makanan kesukaanmu. Aku tahu pasti kau belum makan sejak tadi"

Sherlock tersenyum, dan menerimanya dengan senang hati. Selanjutnya mereka makan sambil menceritakan kegiatan masing-masing walaupun John yang sering berbicara dan Sherlock menanggapinya.

Satu hal yang pasti, Sherlock tidak akan berhenti melihat jam tangannya ketika John tidak bersamanya dan yang selalu dia harapkan adalah pukul sebelas malam lewat empat puluh menit karena John kembali pulang dan mereka dapat bersama-sama dalam kelelahan masing-masing lalu menceritakannya sampai salah satu ada yang tertidur di bangkunya dan menyelimuti dengan selimut.

Semua kejenuhan Sherlock akan menghilang dengan kehadiran John di sampingnya.

TBC