When Story Comes Alive ( Part 1)

Cast : Park Chanyeol, D.O Kyungsoo, EXO,OC

Genre : Romance, Comedy, TimeTravel, Fantasy

Rating : Pg 17

Author : Dikariani

Disclaimer : These Story get inspiration from One of Story on Nightmare Teacher, All Story in this Fanfic belong To me, and pure my imagination, The Cast belong to me Their Self, and Others belong to you.

Apa yang terjadi jika semua tulisan mu muncul menjadi kenyataan ?

When Story Comes Alive ( Part 1Notebook )

' Song Hyeri berjalan pelan menyusuri lorong sekolahnya, matanya menatap kosong beberapa jejeran bangku yang terlihat melalui jendela kelas yang tidak bertirai. Kenangan itu perlahan –lahan merasuki kalbunya, mengusik nuraninya, dan membuat jiwanya seakan meronta, tak tenang. '

" Ia terdiam sejenak, memegang dadanya, aneh, kali ini dadanya tak merasa nyeri, apakah ia sudah sembuh ?"

Jo Hyuna, membaca dengan cukup lantang , kata demi kata yang Hyeri tulis, tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Membuat beberapa pasang mata di perpustakaan itu menoleh ke arahnya, seraya menggrutu kesal, terganggu oleh suaranya.

Song Hyeri, sang penulis kata-kata yang Hyuna baca, memejamkan matanya , saat ia rasakan darahnya bergerak naik, memuncak sampai ke ubun-ubun kepalanya.

" Ya, Jo Hyuna, apa kau tahu yang kau lakukan itu tidak SOPAN ?"

Ia menutup kasar laptopnya, sebelum mendelik kasar ke arah Hyuna, yang terlihat terkekeh geli.

" Ya , Hyeri-a, aku kan berniat baik, membuat tulisan mu didengar oleh orang –orang "

" Tulisan ku untuk dibaca bukan di dengar Hyuna-a "

" Aish, sama saja bagiku "

Hyeri mencibir pelan saat Hyuna merebahkan dirinya di kursi sebelah Hyeri, meletakkan tasnya di atas meja, dan dengan rapi mengeluarkan isi dalam tas nya satu- persatu. Sambil bergumam menyanyikan lagu milik DBSK – Balloons.

Hyeri menatap datar Hyuna, apa yang temannya keluarkan itu jauh berbanding terbalik dengan keadaan sekitarnya.

" Jo Hyuna, memangnya kau mau kemana, mengeluarkan semua alat tempur mu itu? ini di perpustakaan , bukan di ruang tunggu artis "

Hyuna melirik Hyeri sejenak, sebelum sibuk dengan ' alat tempurnya '. Tangannya dengan cekatan membuka satu-persatu perlengkapan make upnya, mulai dari foundation , bedak halus, eyeshadow, blush on , mascara, dan dengan hati-hati di jejerkannya 'alat tempurnya' itu di atas meja yang kini sedang ia tempati.

"Wae? Iri? Karena aku bisa tampil cantik dengan alat-alat ini ?"

Song Hyeri menghela nafas panjang, Make up? Tak ada dalam kamusnya memakai make up, Hyeri tidak suka memakai make up, mencium bau make up saja membuatnya mual.

Ia lebih memilih memakai bedak bayi dan minyak telon daripada berepot-repot menggunakan alat yang lebih cocok digunakan melukis.

" Aku sudah cantik Hyuna-a, aku tak butuh itu "

Hyeri berkata seraya mengibaskan rambutnya, membuat Hyuna mencibir pelan, sebelum kembali sibuk mengoleskan lipstick di bibirnya.

" Arra-arra, kau cantik. Sangat cantik "

Hyeri tersenyum lebar, mendengar perkataan Hyuna. Matanya menatap yeoja itu, saat yeoja itu berhenti bercermin, dan menatapnya datar.

" Sampai-sampai kau tidak pernah berpacaran sampai sekarang? "

"YA JO HYUNA!"

"SSSSSSSSSSSSSSTTTTT"

Song Hyeri, wanita kutubuku yang sangat menyukai buku , dan bercita-cita suatu saat tulisannya akan menjadi kenyataan ini, adalah yeoja yang amat sangat cuek, tidak peka, dan tidak sensitive.

Yep, Song Hyeri hanya sensitive jika mengenai novelnya, ia tidak tertarik untuk bersosialisasi , atau sekedar bertegur sapa or bergosip ria. Ia berbeda dari gadis seumurannya, yang sibuk bermain kesana kemari, karena menurut orang-orang, masa SMA adalah masa-masa paling indah.

Yah setidaknya itu yang Hyuna selalu katakan, sahabatnya yang selalu menerima ia apa adanya, tetapi sifatnya berbanding terbalik dengan Hyeri.

Jo Hyuna, yeoja yang sangat periang ini, tidak tertarik dengan buku, dan sangat menyukai bersosialisasi, kalian bisa sebutkan nama anak-anak satu sekolah, satu saja, dan biarkan Hyuna menebak dari mana dan kelas apa dia. Hyuna pasti tau jawabannya.

Hyeri, bisa dibilang beruntung karena berteman dekat dengan Hyuna, karena setidaknya, temannya yang ' gaul ' itu sedikit menutup kekurangan Hyeri yang 'anti sosial'. Well, setidaknya Hyuna cukup membantu Hyeri, jika Hyeri dipanggil guru dan disuruh memanggil masing-masing ketua kelas untuk mengadakan rapat siswa yang selalu rajin di adakan tiap bulan di SMA Hakdo ini.

" Hyuna-a , coba baca "

Hyeri menyodorkan laptopnya kearah Hyuna, membuat yeoja itu menatap laptop Hyeri serius, sebelum tangannya menscroll pelan layar laptop tersebut.

Hanya butuh lima menit, anni, satu menit, untuk membuat Hyuna terlarut dalam tulisan Hyeri. Yep, kim Hyeri sangat suka menulis cerita , entah horror, romance atau drama, action, apapun yang ada di kepalanya , saat ide itu terlintas Hyeri akan mulai membuka laptop dan mengetik semua ide yang ada di kepalanya.

Hyeri meraih ponselnya, ia tahu jelas, Hyuna sudah masuk ke dunia nya sendiri, dan akan selalu begitu, jika Hyuna sudah membaca cerita buatan Hyeri.

Tangan Hyeri dengan lihai mengetik sebuah nama yang selama ini selalu mengisi hatinya siang dan malam. Dan menjadi tokoh utama disetiap cerita yang ia buat.

Park Chanyeol.

Ponsel Hyeri masih me loading , ketika ia mendengar suara laptopnya ditutup dengan kasar.

' DAK'

Hyeri menoleh ke arah Hyuna, menatapnya kaget, dan hendak menyemprot sahabatnya itu dengan kata-kata makian –mengingat laptop itu adalah belahan jiwanya – ketika ia sadari,kedua mata sahabatnya itu terlihat memerah.

" Ya, igeo mweoya? " ( Ya , ini apa? )

Jo Hyuna menatap Hyeri jengkel, sementara ia mati-matian menahan air matanya biar tak menetes. Ia bisa melihat temannya menatapnya kaget, dan kini bingung?

" W-Wae? "

Suara Hyeri terlihat takut-takut , membuat tangis Hyuna pecah, ia membiarkan air mata menetes dari sudut matanya , dan mulai merengek kencang.

" Nappeun yeoja! Kenapa kau bisa kejam sekali membuat kehidupan mu begitu miris? "

Hyeri mengedipkan matanya beberapa kali.

'Kehidupanku?'

Ia memiringkan kepalanya, menatap ke kiri dan kekanan, berusaha menerka-nerka apa yang dimaksud Hyuna dengan kehidupannya.

' Apa aku mengatakan sesuatu tentang kehidupanku pagi ini kepadanya? Apa aku bercerita bahwa aku dan appa bertengkar karena berebut kamar mandi ?'

Hyeri sedikit berdecak, sebelum menggelengkan kepalanya cepat.

' Anni, meskipun aku menceritakan itu, Hyuna tak mungkin menangis hanya karena hal itu kan?'

Hyeri menghela nafas, menyerah , sebelum menatap Hyuna dan mengerutkan keningnya.

" Aish, kenapa kau menangis? Kehidupanku kenapa? Ya! Kehidupanku baik-baik saja !"

Jo Hyuna masih sibuk mengelap air matanya, ketika ia mendengar Hyeri berbicara, reflek, tangannya segera terangkat dan hendak menoyor Hyeri, yang dengan cepat menangkis tangan Hyuna.

" Bukan di kehidupan nyata mu, aigo~ di ceritamu! Aish, neo paboya ? "

Hyeri perlu beberapa detik , sebelum ia mulai tertawa , membuat beberapa orang di perpustakaannya itu melirik ke arahnya, beberapa menggumamkan kata 'ssst' yang membuat Hyeri tersenyum canggung, sebelum menatap Hyuna dan mulai berbisik.

" Kau menangis karena nasibku di cerita? Aigo~~ ya itukan hanya cerita, neomu neomu paboya ? "

Hyeri berdecak kesal, seraya mendelik ke arah Hyuna. Sedang temannya masih mengelap wajahnya dengan tissue yang entah sejak kapan sudah berada di atas meja.

" Ceritamu itu, jika menjadi kenyataan, apa yang akan kau lakukan ? "

Hyeri terdiam. Perkataan Hyuna membuatnya terdiam beberapa saat.

' Apa Hyuna sedang sakit ?'

" Ya~ Jo Hyuna, apa yang kau katakana, ini cumin cerita, khayalanku, imajinasiku, takkan mungkin menjadi kenyataan dan merubah hidupku"

" Tapi kau menggunakan nama aslimu saat menulis cerita itu, dan dirimu yang menjadi tokoh utama dicerita itu !"

Hyeri kembali tertawa, dan kali ini tak segan-segan beberapa pasang mata menatapnya kesal, dan suara berbunyi ' SST' lebih keras terdengar. Ia kembali tersenyum canggung.

" Hyuna –a, aku membuat nama tokoh utama menggunakan namaku agar feelnya lebih terasa, agar aku bisa merasakan apa yang karakter utama rasakan, agar bisa kutuliskan di ceritaku, bukan karena aku ingin, menjadi tokoh utamanya~~ aigoo~ kau ini salah paham~~"

' Tidak ingin menjadi tokoh utamanya? Kau membuat cerita romance itu untuk mewujudkan fantasi mu yang tak terwujudkan? Tidak mungkin kau tidak mau menjadi tokoh utamanya kan?'

Jo Hyuna mendelik tajam, tangannya merapikan alat-alat make upnya, memasukkannya kedalam tasnya.

"Ya-ya~ oddiega ? " ( ya-ya~ mau kemana ?)

Suara Hyeri membuat Hyuna kembali meliriknya. Ia malas berdebat dengan sahabatnya yang kutubuku ini, karena berdebat dengan Hyeri hanya kan membuat otak kram dan mulut pegal. Karena Song Hyeri akan mencari alasan agar bisa mematahkan argument yang sedang di debatkan.

" Ya! Jo Hyuna, oddiega? "

Hyuna mengangkat tasnya, yang berisi peralatan make upnya, berdiri dari bangkunya, menatap Hyeri sinis.

"Kamar mandi, aku tidak bisa dandan disini karena dirimu akan menyodorkan cerita-cerita melankolis romance mu itu yang membuat air mataku mengalir"

" Mweo? Melankolis?"

Jo Hyuna menjulurkan lidahnya seraya berjalan meninggalkan Hyeri yang terlihat tak terima dengan perkataan Hyuna.

Beberapa langkah berjalan, Hyuna berhenti, menghela nafas, memejamkan mata, dan membalik badannya, kembali menghadap Hyeri, ia bisa melihat yeoja itu masih menatapnya tak terima, dan hendak berbicara lagi, tapi Hyeri memotongnya.

" Hyeri-a, mulai sekarang, tulis cerita yang menyenangkan, arrachi ? "

' Hyeri-a, jika suatu saat ceritamu menjadi kenyataan, apa yang akan kau lakukan ?'

Hyuna mengheka nafas, memutar tubuhnya dan meninggalkan Hyeri yang terlihat makin tak terima dengan perkataan Hyuna.

" Cerita menyenangkan ? cih "

Hyeri melengos kesal, justru karena hidupnya terlalu menyenangkan, maka nya ia membuat cerita yang menyedihkan untuk dirinya.

Tunggu sebentar, untuk dirinya ?

Hyeri terdiam, cerita ini untuk dirinya? Apa ia menginginkan kehidupan yang menyedihkan seperti cerita yang ia buat ?

Entahlah, Hyeri tidak menolak jika ia ingin sekali menjadi tokoh utama di dunia nyata seperti cerita-cerita yang ia buat selama ini. begitu penuh perasaan, begitu penuh.. emosi, begitu… menyedihkan ?

Apa ada orang yang ingin hidupnya menjadi menyedihkan ?

Hyeri masih berkutat dengan fikirannya, ketika akhirnya ia menyerah dan menyimpulkan bahwa Hyuna hari ini sedang eror.

" Walau bagaimanapun dipikirkan juga ceritaku takkan jadi kenyataan kan ? "

Ia terkekeh geli, karena baru menyadari fakta terpenting. Ia menghela nafas sejenak, sebelum memasukkan semua bukunya, memakai tasnya, berdiri sambil memeluk laptopnya, dan memutar badannya, ketika sesuatu menyenggol lengannya, membuat ' harta karun ' kesayangannya itu terbang indah melayang dan mendarat mulus beberapa meter di depannya, disusul sebuah bunyi asing yang membuat semua mata menatap 'harta karunnya' yang tergeletak pasrah di lantai perpustakaan.

'BRAKK!'

Satu detik.

Dua Detik.

Tiga Detik.

Hening sejenak, sebelum terdengar suara lengkingan panjang milik seorang perempuan yang membuat seisi perpustakaan mau tak mau menatap ke arah sumber suara.

"NAE AEGYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY" ( BAYIIIIIIIIIIIKUUUUU )

Park Chanyeol, menutup kedua telinganya, saat suara lengkingan panjang itu terdengar menggema ke seluruh penjuru perpustakaan. Kedua matanya tertutup rapat, ia menahan nafasnya beberapa saat, sebelum membuka mata dan dan menghela nafas perlahan.

Ia sangat benci suara teriakan. Sudah cukup banyak teriakan yang ia dengar saat konser dan sekarang ada seorang yeoja dengan suara menggelegar (?) berteriak di depannya.

"YA!"

Chanyeol tersentak. Kini matanya menatap lurus ke depan, menatap seorang yeoja yang terlihat menatapnya geram, dengan muka memerah dan terlihat sekali sedang menahan marah.

'Oke Chanyeol, jangan bersuara, hanya dengarkan saja ucapannya '

Song Hyeri menatap namja di hadapannya garang. Tangannya mengepal bersiap-siap diayunkan ke arah namja itu.

' Apa-apaan dia, di dalam perpustakaan memakai kacamata hitam dan masker, ommo, dia juga memakai topi! Seperti sorang koruptor yang sedang bersembunyi saja'

" Kau, tanggung jawab! Aku minta kau tanggung jawab atas aegy ku!"

'AEGY?'

Chanyeol terbelalak saat mendengar kata aegy dari bibir yeoja itu. reflek, kepalanya menoleh ke kanan dan kekiri, ia bisa merasakan beberapa pasang mata menatapnya kaget dan tak suka.

' SEJAK KAPAN AKU MEMILIKI AEGY DENGAN YEOJA INI ?'

Chanyeol menatap yeoja dihadapannya, hendak mengumpat, ketika ia sadar posisinya, tak seorang pun boleh mendengar suaranya. Bisa berbahaya jika ada orang yang mengenalnya sebagai Park Chanyeol.

" YA! APA KAU BISU ?"

'Bisu?'

Park Chanyeol menghela nafas panjang, masih berusaha menjaga tekanan darahnya yang perlahan beranjak naik. Berusaha tak terpancing, agar tak mengeluarkan suaranya. Ia seorang penyanyi, tidak mungkin orang-orang tidak sadar bahwa ia Park Chanyeol EXO , member Boyband yang sedang naik daun, jika mereka mendengar suaranya kan?

"KAU, BAHKAN KAU TIDAK MEMINTA MAAF? CIH, KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB DAN MEMINTA MAAF!"

Kepala Chanyeol berdenyut pelan, memangnya apa yang ia lakukan? Kenapa yeoja ini tiba-tiba meminta pertanggungjawabannya atas 'aegy' nya? Kenal saja tidak. Bertemu juga baru hari ini, dan itu tidak disengaja, karena ketika Chanyeol hendak melewati yeoja ini, tiba-tiba yeoja ini bangkit, dan tanpa sengaja tangannya mendorong lengan yeoja ini.

Dan sepertinya saat itu, tanpa sengaja ia membuat sesuatu dilengan yeoja itu jatuh, dan kemudian suara lengkingan terdengar menggelegar di seluruh perpustakaan.

" YA, KORUPTOR! TANGGUNG JAWAB, AKU TAK MAU TAHU KEMBALIKAN AEGYKU!"

' Koruptor? '

Yeoja itu terlihat hendak berkata lagi, dengan cepat Chanyeol menutup mulutnya, dan menyeret yeoja itu pergi bersamanya , menjauh dari kerumunan orang-orang yang sejak tadi menatapnya seakan-akan ia adalah namjachingu jahat yang menyuruh yeojachingunya untuk membunuh bayi dalam kandunganya.

" AS # #$KKDK#$%(^*Q (#( #&"

Suara gumaman tak jelas bisa terdengar dari balik tangan Chanyeol, tapi Chanyeol mengabaikannya, yang ada dipikirannya hanya satu, membawa jauh –jauh gadis ini, dari tempat nya berada, sebelum kesalahpahaman kembali meluas. Dan membuatnya menjadi seorang-lelaki-yang-tega-menyuruh-yeojachingunya-menggugurkan-anaknya-sendiri.

Orang-orang di dalam perpustakaan sibuk berbisik-bisik dan menerka-nerka kejadian yang terjadi barusan, suara bisik-bisik itu masih terdengar bahkan ketika kedua tokoh utama kejadian tadi sudah tak terlihat lagi di dalam perpustakaan.

Sebuah langkah kaki, terdengar samar di tengah bisikan orang-orang yang masih sibuk menerka-nerka apa yang terjadi, kaki itu berjalan perlahan, dan berhenti tepat di depan sebuah laptop putih yang tergeletak tak bernyawa di lantai.

Sebuah tangan terjuntai, mengambil laptop tersebut, mengangkatnya dan menimbang-nimbangnya pelan seraya menatap tempat dimana kedua tokoh utama itu menghilang.

Sebuah senyum terpancar dari sebuah raut tak terlihat, membisikkan beberapa kata, sebelum meniupkan nya ke arah laptop tersebut.

Song Hyeri, kini terdiam mengikuti kemana arah kaki namja gila yang telah merusak 'aegy' nya. Meski matanya tak bisa berhenti melotot dan hatinya terus-terus an mengumpat mengutuk namja yang kini 'memaksa' nya berjalan mengikuti kemana kaki namja itu bergerak.

' Apa dia gila ? '

Tenaga Hyeri sudah habis, terkuras, saat berteriak sekuat tenaga tadi, dan saat meronta-ronta ditengah perjalanan menuju keluar perpustakaan, saat namja itu menyeretnya keluar dari perpustakaan menuju tempat yang entah berada dimana, Hyeri sendiri tak tahu.

Yang jelas, Hyeri siap menelpon polisi jika namja itu berbuat macam-macam terhadapnya.

Kaki Chanyeol terus melangkah menyusuri jalan kecil, semakin menauh dari perpustakaan, sampai akhirnya ia berhenti di sebuah gang buntu, sepi tanpa orang sama sekali. Ia menghela nafas.

' Sepertinya tempat ini cukup bagus '

Park Chanyeol terdiam beberapa saat, sebelum menyadari bahwa tangannya masih membungkam mulut yeoja yang ia seret ke tempat ini.

Dengan kasar, ia melepaskan tangannya, dan tanpa sengaja ia mendorong yeoja itu sedikit menjauh, membuat yeoja itu bergerak bebas menuju depannya, dan kehilangan keseimbangan.

'BRUK'

Chanyeol memejamkan matanya. Saat yeoja itu terjatuh karena menabrak dinding di depannya. Ia menatap yeoja itu penuh penyesalan, sebelum bergumam dalam hatinya.

'Mian?'

"APPO!"

Hyeri mengelus pelan kepalanya, saat membentur dinding di depannya, sebelum memutar tubuhnya, menatap tajam kearah namja yang terlihat tak bereaksi atas apa yang terjadi padanya.

'AISH!'

"YA, APA TIDAK BISA LEMBUT SEDIKIT DENGAN YEOJA ?"

Hyeri mengelus keningnya perlahan, seraya tetap menatap namja itu tajam. Berharap namja itu bereaksi, tetapi namja itu tetap terdiam. Tak bereaksi.

'Apa dia batu? Hanya terdiam disana tidak bersuara sama sekali'

Hyeri mendelik kasar, menghela nafas, sebelum berjalan pelan, seraya menggulung lengan kemeja sekolahnya.

" Adjussi, sebenarnya aku tidak mau kasar terhadap anda, tapi melihat sikap anda yang sama sekali tidak ada itikad baik meski sudah 'membunuh' aegy ku, sepertinya aku harus bersikap kasar"

' ADJUSSI?'

Chanyeol menatap yeoja dihadapannya tak percaya. Penampilannya disebut adjussi?

Dan sejak tadi, yeoja ini berkata bahwa Chanyeol harus bertanggung jawab atas Aegy nya. Dan bahkan ia sekarang berkata bahwa Chanyeol membunuh aegynya. Memang dia siapa?

' Apa yeoja ini benar-benar gila?'

Chanyeol menatap yeoja dihadapannya, baju yang dipakai terbilang kuno, rambutnya terlihat berantakan, dan syal dengan warna yang tidak matching dengan sepatu boots yang ia pakai , membuat Chanyeol menaikkan alisnya.

Tadinya, Chanyeol berniat membicarakan baik-baik masalah ini dengan yeoja dihadapannya, tapi melihat cara yeoja itu berpakaian, dan pengakuan nya selama ini..

' Aku harus menelpon rumah sakit jiwa '

Tangan Chanyeol meraih ponsel di sakunya, menekan tombol darurat untuk rumah sakit. Ia tidak peduli sekarang jika yeoja dihadapannya, mengenalnya sebagai Park Chanyeol saat ia berbicara, baginya kini keamanan jiwanya lebih penting dari apapun.

Hyeri mengerutkan keningnya, ia siap memasang kuda-kuda taekwondo nya, ketika namja dihadapannya terlihat menelpon seseorang.

'Ommo! Apa dia memanggil kawan-kawannya ?'

"YA! Apa yang kau lakukan sekarang ?"

Hyeri berbicara setengah berteriak, menatap namja dihadapannya, menunggu reaksi nya, tapi namja dihadapannya terlihat hanya menoleh sejenak, dan kembali sibuk dengan ponselnya.

Hyeri tak bisa melihat jelas, wajah namja itu tertutup masker dengan mata tertutup kacamata hitam. Tubuhnya yang agak tinggi terbalut mantel hitam, yang terlihat mahal. Membuat Hyeri semakin yakin bahwa namja di depannya koruptor. Atau mungkin buronan polisi ?

Seketika wajah Hyeri memucat.

' buronan polisi ?'

Hyeri menatap namja tersebut dari atas sampai bawah, nyaris tak terlihat celah untuk melihat wajah atau mengetahui dengan pasti siapa namja di depannya. Dari ujung kepala sampai kaki, semua bagian tubuhnya tertutup.

' Sebenarnya siapa dia ?'

Hyeri termenung agak lama, memperhatikan lagi dengan seksama namja dihadapannya,ia bisa tau dengan sekali melihat bahwa pakaian yang dipakai namja dihadapannya adalah pakian mahal dan bermerek.

Bahkan Hyeri bisa mencium bau parfum mahal dari arah namja itu.

'Di-dia benar-benar burnonan polisi kah? tersangka kasus korupsi? OMMO! Liad itu semua yang dipakai barang mahal! Dia pasti tersangka korupsi yang sedang kabur! '

Pikiran-pikiran buruk Hyeri merasuki dirinya, jantungnya perlahan berdebar cepat, saat rasa takut mulai menguasai dirinya. Sedikit bergetar, tangannya tanpa sadar meraih ponselnya dan menekan tombol darurat kepolisian seoul. Ia tidak peduli apapun, yang penting saat ini adalah keselamatan jiwanya.

" Annyeonghaseyo, Kantor Polisi ?"

' Mweo? Kantor Polisi?'

Chanyeol mematikan telponnya saat mendengar suara yeoja dihadapannya, dengan cepat diraihnya ponsel yeoja itu, dan mematikan panggilannya.

" YA! APA YANG KAU LAKUKAN TERHADAP PONSELKU? "

Yeoja tersebut berusaha merebut ponselnya kembali dari Chanyeol, menyikut kasar pinggang Chanyeol, membuat namja itu terhuyung beberapa saat kebelakang seraya memegang pinggangnya.

'AISH YEOJA BRUTAL DARIMANA DIA?'

Ia bisa melihat yeoja tersebut kembali memencet tombol di hapenya, dan tanpa fikir panjang Chanyeol pun bergegas berusaha merebut ponsel yeoja tersebut.

Sikut-menyikut, tendang-menendang, jambak-menjambak, tinju-meninju,dan dorong-menorong pun terjadi. Kedua manusia itu sibuk berebut ponsel yang berpindah-pindah posisi hanya dalam waktu beberapa detik, sampai akhirnya tanpa sadar mereka melemparkan ponsel tersebut jauh dari jangkauan mereka. Hanya untuk membuat mereka terdiam beberapa saat, sebelum saling berpandangan, dan kembali berusaha menguasai ponsel tersebut.

" Ya! Ini ponselku !"

Hyeri meraih ponselnya dengan gesit, berusaha menyembunyikannya, tapi Chanyeol dengan cepat meraih ponsel Hyeri.

" Arra, tapi kau akan menelpon polisi jika aku memberikannya !"

Chanyeol mengangkat tinggi-tinggi ponsel Hyeri, berusaha menjauhkan ponsel itu dari Hyeri yang terlihat melompat-lompat, hendak mengambil ponsel tersebut.

" Ya, kau tau ini termaksud pencurian?"

Ujar Hyeri, sambil terus melompat-lompat, berusaha mengambil hapenya. Chanyeol mendesah panjang, sebelum menyembunyikan hapenya di balik mantelnya, membuat yeoja itu berhenti melompat. Ia menatap yeoja itu kesal.

" Ya, aku tidak bermaksud mencuri hanya menyimpannya sampai kita bicara baik-baik!"

Hyeri menghela nafas, ditatapnya wajah namja dihadapannya, kacamata, masker atau apapun itu yang menghalangi wajah namja itu kini sudah menghilang dari tempat sebelumnya. Ia bisa melihat wajah namja itu jelas. Sangat jelas.

' Tunggu aku merasa pernah melihatnya ?'

Hyeri terdiam sejenak, sebelum kembali meradang saat ia teringat aegynya yang rusak dan ponselnya yang kini 'dimiliki' namja dihadapannya.

"Bicara baik-baik? Bagaimana mungkin kita bicara jika daritadi kau hanya diam saja !"

Chanyeol menggertakkan dirinya, mendongakkan kepalanya, menghela nafas kasar. Kesabaran sudah cukup menghadapi yeoja dihadapannya.

'apa dia bodoh ?'

Chanyeol menghirup nafas dalam, sebelum menatap yeoja dihadapannya lelah.

" Ya! Jika aku bicara orang-orang akan mengetahui bahwa aku Park Chanyeol!"

" Memangnya kenapa jika kau Park Chanyeol?"

'Deg'

Hyeri terdiam. Matanya berkedip beberapa saat.

'Tunggu, apa dia bilang? Park Chanyeol?'

Hyeri terdiam lagi. Dadanya mulai berdetak tak tentu arah, mata dan mulutnya seakan seirama, membuka lebar secara perlahan tapi pasti. Debaran jantungnya makin terasa kencang, pikirannya melayang, sebelum akhirnya ia kembali tersadar ke dunia nyata. Dan tanpa fikir panjang, hanya satu kata yang terucap dari bibirnya.

"PARK CHANYEOL?"

Chanyeol masuk ke dalam dorm nya dengan langkah gontai, beberapa pasang mata menatapnya tanpa bersuara saat ia melintasi mereka dan berjalan menuju kamarnya tanpa suara sedikitpun.

" Dia kenapa?"

Baekhyun menggeleng pelan, Kai mengerutkan keningnya, sementara D.O berfikir sejenak, sebelum menghela nafas dan beranjak dari tempatnya duduk dan berkata seraya menatap mereka.

"Biar Aku yang menghampirinya "

'MWEO? KAU BERTEMU PARK CHANYEOL?'

Hyeri menjauhkan telinganya dari ponsel, suara Hyuna terlalu keras baginya. Ia tahu sahabatnya itu pasti akan bereaksi seperti ini juga ia bercerita.

"ya , tidak usah berteriak seperti itu! telingaku sakit!"

' kau sedang bercanda kan? Apa ini salah satu ide ceritamu ?'

Hyeri mencibir kesal, memang seperti sebuah cerita sih, bertemu idola secara tak sengaja dan akhirnya saling jatuh cinta.

' Aku? Dengan dia?'

Masih terngiang jelas bagaimana sikap namja itu terhadap Hyeri, dan meski Hyeri amat sangat mencintai namja itu,dan bahkan selalu berhayal di setiap cerita yang ia buat agar namja itu menjadi miliknya, mengingat sikap namja itu kepadanya tadi siang, membuat Hyeri mau tak mau menjadi ilfil kepada namja itu.

'Tampangnya memang sangat menipu'

Hyeri tanpa sengaja menatap poste milik Chanyeol yang ia pajang di dinding kamarnya , yang biasa ia ciumi setiap pagi, sebelum ia berangkat sekolah.

' Ya Song Hyeri!'

Suara Hyuna menyadarkan Hyeri dari pikirannya, membuat yeoja itu tersadar bahwa yang terjadi tadi siang bukanlah mimpi. Dan membuat moodnya seketika hancur.

" Hyuna-a , besok akan kuceritakan di sekolah , hmm? Aku tutup telponnya yaaa, jaljaaa~"

Hyeri menutup telpon Hyuna tanpa memberi kesempatan temannya itu berbicara. Ia bangun dari kasurnya, berjalan mendekati poster Chanyeol super besar dikamarnya dan menatapnya.

"Ya Park Chanyeol, kau fikir karena kau artis dan wajahmu tampan juga suara mu bagus kau bisa bersikap seenaknya saja ?"

Hyeri berdecak, sebelum secara brutal merobek poster Chanyeol dan membuangnya ke tempat sampah.

" Oh tuhan, terimakasih telah menyadarkanku dari kegilaanku selama ini"

" Lalu kau meninggalkan yeoja itu ?"

D.O menatap Chanyeol tak percaya sementara Chanyeol menghela nafas panjang.

" Kyungso-a, dia itu yeoja gila, kau mau aku ikut menjadi gila jika bersama-sama dengannya?"

D.O aka Kyungsoo tertawa kecil, yah, dituduh menghamili, dicakar, dijambak, dibentak, bahkan dilaporkan ke polisi oleh seorang yeoja yang mengaku sebagai fans pada akhirnya memang cukup gila.

" Kau yakin dia fans mu ?"

Chanyeol terdiam. Teringat bagaimana ganasnya yeoja bernama Song Hyeri itu menjambak dan mensikutnya, membuatnya tanpa sadar meraba pinggang nya yang seketika terasa ngilu.

"Sudahlah Kyungso, lupakan lupakan. Anggap saja aku sedang sial, Aish! Aku tak peduli dia fans atau anti fans ku, aku hanya berharap aku takkan bertemu dengannya lagi!"

Hyeri membuka galeri ponselnya, tanpa memilih-milih, ia memilih tombol select all di ponselnya dan mendelete semua poto, animasi, video dan gambar Chanyeol yang tersimpan di ponselnya.

" Aku fans mu? HAH! Anggap saja aku sedang gila saat mengaku sebagai fansmu, aku berharap kita takkan bertemu lagi!"

Malam itu, kedua manusia yang sebelumnya terliat 'baku hantam' , merebahkan diri mereka di kasur secara bersamaan. Mereka saling membayangkan wajah masing-masing, dan bergidik, dan memejamkan mata di waktu yang bersamaan.

Dan mengatakan harapan yang sama, bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi satu sama lain.

Tidak akan pernah.

Dan tidak akan sudi.

Beberapa menit di perlukan, sebelum akhirnya kedua manusia itu tertidur lelap, masuk ke dalam dunia mimpi masing-masing.

Tanpa mereka sadari, sesuatu di luar nalar dan logika mereka, sedang bekerja perlahan, menghentikan waktu yang sedang mereka jalani, dan membawa mereka jauh pergi dari dunia tempat mereka tinggal.

Kedunia antah berantah, yang tidak asing sebenernya, jika mereka sadari.

" HYERI-A! CHANYEOL-A IRREONABWA!" ( HYERI-A! CHANYEOL-A BANGUN!)

Song Hyeri bergelut dengan selimutnya, sebelum memaksakan tubuhnya bangun dari kasurnya, dengan mata terpejam.

Beberapa menit terdiam, sebelum kakinya mencari-cari sandal , dan memakainya, berjalan pelan menuju pintu kamarnya.

Park Chanyeol, masih terlelap dalam mimpinya, saat teriakan nyaring membuatnya terbangun seketika, mengerang kesal, menutup tubuhnya dengan selimut beberapa menit, sebelum akhirnya terbangun, dan berjalan menuju pintu kamarnya dengan mata tertutup.

Hyeri, membuka pintu kamarnya perlahan, menutup matanya dan menguap lebar, meregangkan tubuhnya. Berjalan perlahan, dan menutup pintu kamarnya.

Disaat bersamaan, Chanyeol pun melakukan hal yang sama, membuka pintu kamarnya, menguap dengan mata tertutup meregangkan tubuhnya, sebelum berjalan perlahan seraya menutup pintu kamarnya.

Kedua manusia tersebut melakukan semua hal tersebut dengan mata terpejam, tanpa menyadari, bahwa mereka melakukan hal yang sama, dihadapan masing-masing.

Kaki mereka melangkah bersamaan, menuju satu-satunya ujung koridor yang harus dilalui untuk mencapai ruang makan, ketika tubuh mereka tanpa sengaja bertabrakan, membuat kedua manusia itu tersentak, dan saling menatap kesal.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Mereka saling bertatap mata, tanpa berbicara sepatah katapun, mencoba menerka-nerka apa yang terjadi mimpi atau kenyataan, ketika mereka kembali mendengar suara teriakan dari ruang makan.

" YA! SONG HYERI, PARK CHANYEOL, SEDANG APA KALIAN?"

Kedua manusia itu tersentak dari pikirannya masing-masing, dan bergegas menuju ruang makan, hanya untuk membuat tubuh mereka kembali bertabrakan, dan kini , kedua indera mereka sudah sadar sepenuhnya, karena mereka bisa merasakan sakit.

'Sakit ?'

Kedua mata Hyeri terbelalak saat ia merasa sakit di bahunya yang menghantam dinding karena terdorong oleh bahu Chanyeol.

' Wait, Chanyeol?'

Park Chanyeol nyaris mengumpat saat bahunya 'mencium' dinding dengan mulus. Dan hal itu dikarenakan Song Hyeri, si yeoja gila yang ia kenal.

' Song Hyeri?'

Chanyeol terdiam sejenak, mengalihkan kepalanya secara perlahan, hanya untuk menatap yeoja yang menjadi orang terakhir yang ingin ia temui.

Kedua mata itu akhirnya bertemu, secara sadar. Saling menatap bingung, kaget dan takut. Beberapa hening sebelum akhirnya terdengar suara teriakan kencang dari kedua manusia itu secara bersamaan.

"WHAAAT?"

To Be Continued