"Sudah lama tidak bertemu."

Hyukjae tersenyum tipis ketika memandang sesosok pria tampan yang baru saja datang menghampirinya dari dalam sebuah cafe kecil yang berada tepat di depan halte bus yang saat ini sedang ia tempati. Ia mengamati sosok itu, menyadari bahwa rupa pria itu benar-benar tidak pernah berubah sama sekali sejak ia melihatnya 15 tahun yang laluă…ˇKecuali postur tubuhnya yang terlihat sangat gagah dan mempesona.

"Kau, Lee Donghae?" Tanya Hyukjae sekedar memastikan. Ia beranjak dari tempat duduk yang berada di halte bus, dan menghampiri pria bernama Donghae itu dengan senyum bersahabat yang sangat menyenangkan. Membuat pria tampan itu terkekeh pelan ketika melihat betapa manisnya teman sekelasnya dulu ketika menginjak pendidikan menengah pertama 15 tahun yang lalu. Donghae mengusap belakang kepalanya yang tidak gatal sebelum mengajak pria manis itu untuk mampir di cafe sederhana miliknya.

"Hm, mau mampir? Kebetulan cafe itu adalah tempat usahaku." Donghae mengarahkan ibu jarinya kearah belakang tubuhnya, memperlihatkan bangunan bernuansa biru laut yang diatasnya terdapat sebuah papan yang bertuliskan Happy Cafe.

"Wah, benarkah? Jika kau tidak keberatan, aku akan mampir." Seru Hyukjae dengan senyum lembut yang mampu membuat Donghae tersenyum malu. Ia mempersilahkan Hyukjae untuk mengikutinya dan membiarkan pemuda mungil itu lebih dahulu memasuki cafenya yang cukup banyak di datangi pengunjung saat ini.

"Ingin ku buatkan apa? Coffee, jus buah atau air putih?" Tawar Donghae dengan tawa rendah ketika menawarkan Hyukjae air putih, seraya mempersilahkan Hyukjae untuk duduk di kursi yang berada tepat di samping jendela yang mengarah kepada pemandangan kota Seoul yang cukup padat. Hyukjae hanya tersenyum ketika menempatkan dirinya pada kursi yang telah Donghae dorong untuk ia duduki, dan mengamati arsitektur bangunan cafe yang tidak begitu luas itu namun terkesan mewah dan berkelas.

"Tak ku sangka kau sudah sesukses ini, aku pikir dulu kau akan menjadi bocah nakal selamanya yang hanya akan membuat bibi Lee berteriak sambil menarik kupingmu hingga usiamu 40 tahun. Rupanya kau sudah semandiri ini, hebat sekali." Kagum Hyukjae, ia kembali memandang wajah Donghae yang tengah menatapnya dalam. Memberikan senyum memukau yang tidak pernah berubah meski waktu sudah memisahkan mereka selama 15 tahun lamanya.

"Jadi, Hyukjae si ketus baru saja memujiku? Lalu bagaimana denganmu? Kau pasti lebih hebat dariku kan? Hm, biarku tebak... Apa kau sekarang sudah membuka kursus musik sendiri? Ah! Atau kau membuka rental komik terbesar seasia tenggara?! Benarkan?" Ujar Donghae jenaka. Ia segera mendudukan tubuhnya tepat dihadapan Hyukjae, seraya memanggil pegawainya yang sedang melayani pelanggan tak jauh dari tempat duduknya.

"Huh, jangan konyol. Itu tidak mungkin terjadi." Kekeh Hyukjae pelan. Hyukjae meraih tas kecilnya yang berada di pinggangnya, meraih sebuah kartu tanda pengenal dan menyerahkannya pada Donghae.

"Aku hanya bekerja sebagai sopir sewaan di sebuah perusahaan rental mobil. Cukup sepadan untuk ku yang tidak melanjutkan studyku setelah lulus SMP. Jika kau berminat memakai jasaku, silahkan hubungi nomerku yang tertera di kartu nama." Hyukjae tersenyum tipis ketika Donghae menerima kartu namanya dengan raut wajah yang tiba-tiba terlihat muram. Ia tak mengerti kenapa pria dihadapannya bereaksi tak sesuai dengan perkiraannya. Hyukjae kira pria itu akan menertawakannya, dan menjadikannya sebagai bahan pembicaraan yang terdengar konyol.

Donghae menghela nafas, ia melihat pegawainya telah berada di hadapannya.

"Apa kau sudah makan? Mau ku pesankan sesuatu?" Tanya Donghae kepada Hyukjae yang terlihat sedang melamun. "Hyukjae?"

"Ya?" Hyukjae menerjapkan kedua matanya, ia memandang Donghae dan pegawai wanita yang tengah berdiri di samping mejanya secara bergantian.

"Kau mau makan apa? Biar aku yang traktir." Jelas Donghae dengan senyum tipis, ia meraih daftar menu yang di bawa oleh pegawai wanitanya dan menyerahkannya pada Hyukjae. "Pilihlah makanan yang kau sukai."

"Tidak perlu, aku hanya mampir untuk melihat-lihat." Tolak Hyukjae dengan halus. Ia menggaruk pipinya yang terasa gatal, dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia merasa malu ketika mata teduh itu menatapnya begitu dalam, seakan mampu menelanjanginya hingga tak ada satupun dari dirinya yang akan tersembunyi dari hadapan seorang Lee Donghae.

Donghae mendengus, ia meraih daftar menu dan menunjuk salah satu makanan yang akan dipesannya untuk Hyukjae. Tidak peduli orang itu suka atau tidak, ia hanya ingin Hyukjae merasa nyaman lebih lama dengan dirinya. Dan menikmati obrolan sampai semalam suntuk bersama dengannya. Alasan yang aneh untuk seseorang yang pernah menjadi pengagum rahasia dari pria manis dihadapannya yang tetap terlihat indah meskipun dengan kehidupannya yang tidak baik.

"Ku kira kau hanya bercanda ketika kau mengatakan akan bekerja setelah lulus SMP. Karena saat itu kau di kenal sebagai siswa pemalas." Gurau Donghae setelah menyerahkan buku daftar menu kepada pegawainya dan kembali memfokuskan pandangannya kepada Hyukjae yang tengah tertawa pelan setelah mendengar perkataannya.

"Ketika kau terdesak karena kebutuhan hidup yang semakin menyesakkan, maka kau harus benar-benar merubah cara pandangmu untuk membuat semuanya menjadi baik-baik saja." Ucap Hyukjae dengan senyum simpul yang mampu membawa Donghae jatuh begitu dalam kepada pesonanya yang menenangkan. Donghae sampai tak mampu berkata-kata ketika melihat mata penuh impian itu menghunus bola matanya hingga mengenai hatinya yang mendamba.

"Apakah... Terasa berat? Apa selama ini, kau menanggung beban berat?"Tanya Donghae tanpa sadar.

"Aku menikmatinya. Sungguh." Hyukjae mengarahkan telapak tangannya menuju tangan Donghae yang berada disisi meja. Menepuk punggung tangan besar itu dengan senyum yang tak pernah pudar dari paras manisnya. "Di bandingkan dengan yang lain, aku jauh lebih sering menghabiskan waktu mengelilingi seluruh Korea. Menikmati betapa indahnya ciptaan Tuhan, dan bertemu dengan orang-orang yang berbeda dalam segala kehidupan dan juga masalah mereka. Bukankah pantas jika aku menikmatinya? Sama seperti ketika kau membangun cafe ini dengan jeri payahmu, semua terasa memuaskan dan tidak sia-sia. Akupun juga seperti itu."Jelas Hyukjae penuh keyakinan. Lagi dan lagi, dirinya tanpa sadar telah membuat seorang pria seperti Lee Donghae kembali terjerat akan pesona Hyukjae yang begitu mengagumkan. Bukankah ini yang ia tunggu-tunggu selama ini? Mana mungkin ia kembali membiarkan pria itu pergi? Mana mungkin ia membiarkan hari ini menjadi pertemuan akhir bagi mereka? Tidak, Donghae tak akan membiarkan hal itu terjadi.

"Kau hebat. Seharusnya kau bisa hidup lebih sepadan dengan cara pandangmu itu."

"Bagiku ini sudah cukup."

"Bisakah, setelah hari ini berakhir... Bisakah kita bertemu kembali?" Donghae segera meraih tangan Hyukjae yang sejak tadi menepuk punggung tangannya, menggenggam tangan putih itu dengan sangat kuat.

"Aku ingin menghabiskan waktu yang panjang bersama denganmu, Hyukjae."

.

.

.

.

.

.

.

Salam hangat