Kami telah berteman sejak aku bisa mengingat, tidak jelas kapan tepatnya saat itu. Dia orang yang aneh, tidak banyak orang yang mau menjadi temannya. Dekat dengannya saja orang tak mau. Begitu pula denganku. Tak tahu apa yang aneh, namun kurasa sang takdir sengaja tak mau memisahkan kami. Hingga aku terbiasa dengan sifatnya yang menjengkelkan.
Bahkan saat ini, ketika aku menunggu kedatangannya untuk melakukan proyek penelitian dari sekolah. Sudah kukatakan padanya kita bertemu di halte bus dekat taman jam sepuluh pagi. Yah memang sudah kebiasanku datang setengah jam lebih awal jika ada janji untuk bertemu. Tapi yang benar saja, sekarang matahari sudah berada hampir di puncaknya, dan ia belum juga muncul!
"Musim panas, memang panas ya~" gumamku duduk bersandar lemas di bangku halte sambil melap peluh di kening dengan mata yang menatap langit yang penuh warna kesukaanku. Proyek penelitian indoor itu memang menyebalkan. Tapi tak semenyebalkan semut-semut yang biasa berkeliaran di rumahku sih.
Di sebrang sana aku melihat sesosok kuning yang berjalan terseok-seok, mungkin itu Cuddles, dan dibelakangnya telihat yang ungu dengan topi putih, pasti itu Lammy. Lammy kelihatan panik dari gerak geriknya, tapi kenapa Cuddles malah mengabaikannya dan terus berjalan? Ada apa diantara mereka? Apa jangan-jangan… Oh! Gawat, sepertinya aku berhalusinasi akibat panas yang terik ini. Aku melihat Lammy tiba-tiba mencekik Cuddles dengan tali tambang. Dari mana didapatnya tali itu? Lammy kemudian menyeret Cuddles, ke dalam semak-semak. Dan menghilang dari pandangan.
"Musim panas yang gila…" gumamanku semakin tak jelas. Lama sekali orang ini, sudah belasan bus lewat dan ia belum juga datang. Ponsel pun dia tak punya astaga… Kalau tahu ia selama ini aku pasti sudah naik bus duluan, bus yang mana saja boleh, yang penting ada ACnya. Dibawa mengelilingi kota pun tak masalah, yang penting ada ACnya…
Disaat kesadaranku yang makin melemah, aku mengendus sesuatu yang familiar. Bau permen, yang manisnya luar biasa memuakkan.
"Kau terlambat satu jam 12 menit dan 28 detik!" gerutuku kesal dan tak bersemangat sambil menoleh kearahnya.
Dan si laki-laki hijau itu hanya bisa tertawa.
Happy Tree Friends (c) Mondo Mini Shows.
Story (c) _Miu_Aka-Lover_
Friendship, humor, shonen-ai. Humanized. 15+
Seperti hidup kembali, beberapa saat setelah duduk di bangku bus aku kembali bersemangat. Kuletakkan kembali kacamataku di posisi yang benar, karena sebelumnya kunaikkan ke atas kepala saat menunggu di halte tadi.
"Jadi, kau ingat 'KAN apa proyek penelitian kita?" tanyaku sambil merogoh buku catatan kecil dari tas ranselku. Aku sengaja bertanya untuk menguji ingatannya. Seringnya ia malah bertanya balik padaku. Hanya sekali waktu itu ia bisa menjawab semua pertanyaanku, saat praktik memasak kue dari mata pelajaran tata boga. Dan tentunya bukan kue dengan hiasan permen yang kami buat, tapi permen dengan hiasan kue.
Ia terdiam sebentar, matanya tidak terlihat fokus dan memang tidak pernah terlihat fokus. Lalu ia menatap mataku langsung dan berkata, "Apa…?"
'Apa apa gundulmu! Proyek yang baru seminggu yang lalu diberikan sudah lupa saja! Setiap hari pula semenjak tugas diberikan oleh pak Lumpy kita diskusikan, mungkin lebih tepatnya aku diskusikan seorang diri karena kau tidak mau berhenti fokus dan terus memakan permen-permen itu!'
Mencoba untuk sabar, aku hanya bisa menarik nafas panjang dan mencoba untuk tenang. Andaikan aku mendapatka satu dollar dari sebuah tarikan nafas panjang setiap aku bersamanya, pasti aku sudah menjadi ilmuwan muda terkaya saat ini…
"Proyek penelitian di ruangan terbuka. Mengidentifikasi hewan-hewan yang ada dan mengelompokannya ke dalam jenis dan spesiesnya. Ketik , cetak beserta foto dokumentasi, dan kumpulkan hari Senin minggu depan." Kataku sambil membaca tulisan yang tertera di bukuku.
"Oh, hehehehe…" jawabnya.
"Haaah… Jadi, sekarang kita akan pergi ke kebun binatang di pinggir kota untuk melakukan penelitian. Mengerti?" tanyaku lagi sambil membalik halaman buku catatanku.
"Mengertii…"
'Happy Tree Zoo' aku membaca dalam hati plang nama yang bertengger besar di atas gerbang masuk. Mencoba untuk tidak mengingat lagi kenangan buruk terakhir kali ke tempat ini.
"Jepret!" suara kamera terdengar di telingaku. Ketika menoleh ke samping aku melihat si hijau yang mengarahkan lensanya ke arahku.
"Hei, simpan baterai kameramu untuk memoto hewan-hewan!" kataku kesal, dan risih(?).
Ia merengut kecil, "Baik…"
Kami memasuki gerbang kebun binatang itu. Pergi melihat dan mengamati segala yang diperlukan untuk bahan tugas. Nutty yang bertugas untuk mengambil gambar, dan aku yang mencatat materi keseluruhan.
"Hei, coba kesini. Lebih bagus jika fotonya diambil dari sudut ini." Kataku sambil memanggil Nutty yang sedang bengong melongo melihat beruang yang sedang memakan madu itu. Pasti dia lapar, aku belum melihatnya makan makanan manis semenjak ia datang tadi.
Sebuah kilauan flash menyilaukan mataku secara tiba-tiba, "Arghh! Sudah kubilang, bukan aku! Beruangnya Nutty! Beruang!" segera kubelokkan kepalanya yang masih dalam pose menjepret itu dengan tangan kiriku, ke arah kandang beruang itu dan langsung ia ambil fotonya dengan cepat.
"Kau lapar?" tanyaku kepada Nutty yang lagi-lagi melongo bahkan dengan air liur yang hampir tumpah ke jalan, di depan gerobak permen kapas. Ia sontak melihat ke arahku lalu terdiam beberapa saat, berfikir. Ia menggelengkan kepalanya.
Aku mendengus kecil, Hmph, buat apa kau berbohong Nutty." Ku rogoh dompet dari tasku, mencari beberapa lembar uang.
"Pak, tolong permen kapasnya empat-" iya empat, tiga untuk Nutty dan satu untukku. Bahkan kupikir aku akan memberikan setengah permenku untuknya, permen kapas itu begitu besar, melihatnya saja sudah membuat gigiku ngilu. Meski kutahu gigiku tak ada yang berlubang.
"Eh pak Lumpy?!"
"Yo! Apa kabar? Lama tak berjumpa."
'Lama tak berjumpa gundulmu pak, kemarin kita baru bertemu sepulang sekolah. Bukan orang setahun ga ketemu.'
"Kalian pasti sedang mengerjakan tugas yang kuberikan seminggu lalu." Katanya sambil memberikan empat buah permen kapas itu. Terlihat Nutty dibelakangku berjingkat senang.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil tertawa garing, "Baru sempat sekarang pak…"
"Dasar kalian ini," katanya sambil tertawa jahil dan mengacak-acak rambut Nutty yang memang sudah berantak dari awal. Sang korban malah asik memakan permen kapasnya.
Aku menyodorkan beberapa lembar uang, namun Pak Lumpy menolaknya "Tak usah, anggap saja bapak meneraktir kalian." Kini ia malah mengacak-acak rambutku.
"Ta-tapi Pak…-"
"Sudah ya, bapak mau pindah tempat berjualan…" kemudian pak Lumpy segera mendorong gerobak makanannya secepat kilat, seperti tukang kaki lima dijalan yang akan digerebek polisi. Sukses ia melindas batita dengan topi baling-baling tanpa di sadari.
Beberapa detik kemudian, guru Sainsku itu sudah hilang dibalik pepohonan…
Kemudian aku merasakan ada yang menarik pergelangan tanganku, "Ayo duduk." sambil tertawa.
Dan disini, kami duduk berdua dibelakang kandang tapir. Aku memeriksa semua tulisan yang aku buat hari ini. Rasanya ada yang kurang, sial harusnya tadi aku bertanya dulu pada pak Lumpy mengenai tugas ini. Aduuuhh… Kesal aku…
"… Ini permen kapasmu…" Ia menyodorkan sebuah permen kapas yang masih bertahan ditangannya, namun terlihat sebuah bekas gigitan besar dibelakangnya.
"Kenapa kau memakan permenku?" tanyaku sambil berpura-pura marah dan mengambil permen itu dari tangannya. Hampir setengahnya habis dimakannya, toh sebenarnya bukan masalah karena dari awal aku memang berniat memberikan setengah padanya.
"Aku tidak memakannya Sniffles, sumpah. Permennnya saja tiba-tiba menghilang sebagian..! Dan.. Dan…" katanya mengarang cerita dengan panik.
"Puh.."
"Kemudian roket yang kita naiki mendadak melaju cepat ke matahari- Sniffles?" ia memberhentikan ceritanya melihatku yang sudah terkikik geli.
Aku tertawa, pandai sekali ia membuat cerita karangan untuk membohongiku. "Iya, iya… Aku percaya…" dan kuambil permen itu sedikit demi sedikit.
"Permen ini, tidak terlalu manis… Eh, bukannya permen kapas harusnya tebuat dari banyak sekali gula? Kalau tidak manis begini, harusnya..-' dalam sekejap aku langsung menoleh ke Nutty, ia malah sibuk sendiri bermain-main dengan kamera tuanya.
'Biasanya ia akan muntah tak lama berselang jika memakan sesuatu yang tidak manis. Tumben… Bahkan ia tadi menolak saat ku tawari permen kapas ini. Ada apa dengannya?'
"Hei, aku kenyang. Untukmu saja…"
"…"
"Ini, ambil."
"… Tidak, aku tidak mau."
Dengan dramatis kujatuhkan permen kapasku, untung jatuhnya ke bangku taman. Tapi, yang benar saja… Sejak Kapan ia menolak tawaran permen?! Yang bukan permen namun bebentuk permen saja langsung ia lahap sampai rahangnya lepas tiga kali… Ini aneh, dunia akan segera kiamat!
Aku berdiri menghadap dirinya yang masih sibuk sendiri lalu segera mencengkram kedua pipinya hingga ia terlihat seperti ikan di akuarium dan menatapku, "KATAKAN. APA YANG TERJADI PADAMU? APA SI RAKUN KEMBAR HIJAU BUSUK ITU MELAKUKAN SESUATU PADAMU LAGI?!"
"…Hhidaak.. Sshiffti dan Lifftii hi-hidak.. hidakk veervuhaat jaahaat fadakhuu…" katanya dengan susah payah.
Aku melepaskan tanganku, baru kusadari mulutnya bahkan pipinya sangat belepotan akan permen kapas. Kuambil tisu dari tasku untuk membersihkan kedua tangan. Dan wajah Nutty yang belepotan, yaampun sampai rambutpun kena.
"Disco Bear… Tadi pagi aku bertemu dengannya." Jelasnya setelah kebersihkan mulutnya.
'BERUANG GENIT ITU…!'
"Tadi pagi…"
-FLASHBACK- (Normal PoV)
Pagi itu, pukul sembilan lewat 30 menit. Nutty sudah berada dalam perjalanannya menuju halte bus dimana ia janjian dengan Sniffles. Ia berjalan dengan amat girang seperti biasa, dan terus-terusan mengambil permen karet aneka warna dari kantong permen dipelukannya.
Tak terlihat olehnya sebuah kaki menjulur dari tumpukan sampah yang akan dia lewati.
"UGH!" jatuhpun tak dapat ia hindari, salah satu lengannya bertumpu ditanah.
'Fiuh, untung permennya tidak tumpah.'
"Hic."
Seonggok makhluk dapat terlihat terbenam diantara sampah, rambut kribo oranye besar muncul dibalik tumpukan botol plastik. Pasti itu milik Disco Bear.
Nutty yakin, itu Disco Bear. Tapi ia tidak yakin apa makhluk itu masih bernyawa atau tidak, diambilnya ranting kayu yang berada tidak jauh dari tangannya. Di colek-coleknya perut buncit berlapis baju disko kuning itu.
"Hahaha… Ahaha-Hic-hahaha…"
"GUSRAKK!"
Tumpukan sampah itu ambruk seketika memperlihatkan Disco Bear yang tergeletak mabuk tak berdaya. Kembali dicoleknya Disco Bear, kini kepalanya. Bahkan tadi tidak sengaja masuk ke lubang hidungnya.
"ANAK KURANG AJAR! HIC!" tiba-tiba saja Disco Bear mengambil ranting kayu Nutty lalu membuangnya dengan asal.
"Hic!"
Nutty terdiam. Terkejut lebih tepatnya.
Disco Bear menatap Nutty dari atas sampai kebawah lalu keatas lagi dan kebawah lagi, gitu terus seperti pajangan mobil.
"Hic, mau kemana kauu.. Anak-hic- muda….?" Tanya si kribo dengan wajah najis abis, muka merah, ileran kemana-mana, mata beler, hidup lagi.
"Aku mau pergi bertemu teman." Nutty kembali memakan permen karetnya, entah sudah permen keberapa ia makan. Kenapa mulutnya bisa muat ya?
"Aahh.. Hic. Pertemuaann… Hal terin-hic-dah dimuka bumi inii.." ucap Disco Bear sok puitis.
Nutty kembali memasukkan satu permen karet ke mulutnya.
"KATAKAN PADAKU! HIC!" Pria gemuk itu tiba-tiba berdiri dan segera berdiri didepan Nutty. Sosok besarnya seakan-akan ingin segera memakan makhluk hijau itu.
"APA KAU MENCINTAI GADIS YANG AKAN KAU TEMUI ITU?!"
"E-eh?"
"KATAKAN! HIC!"
"A-aku tidak akan menemui anak gadis… Dia laki-laki…"
"HIC! .KAN…"
"A-a-aku ti-tidak membencinya sih…"
"KAU TIDAK MENDENGAR PERTANYAANKU TADI?! APA KAU MENCINTAINYA?!"
Sebuah cengkraman keras di kaus lusuh Nutty.
"Aaaa… Aku-aku mencintainya!"
Terucap sudah, sebuah pengakuan yang membuat kaum fujo dan fudan berteriak senang. Padahal Nutty terpaksa mengatakannya, eh tidak juga sih sepertinya.
"Maka-hic-dari itu… Kau tidak hic memerlukan permen-permen ini hic!" dengan cepat Pedo Bear-eh Disco Bear merampas kantong Permen Nutty. Dasar ini om-om mabuk, bisa saja akal bulusnya.
Baru saja Nutty mau mengamuk marah, tangan besar Disco Bear sudah terlebih dahulu menahan wajahnya untuk tidak mendekat. "Kau tahu nak, hic! Cinta itu lebih manis dari segala jenis permen apapun di-hic-dunia ini…"
Nutty mendadak menghentikan amarahnya, "Benarkah..?"
Disco Bear kemudian duduk diatas tong sampah kaleng itu, dan dimulailah wajangan batin dari om-om mabuk itu…
-END OF FLASHBACK- (kembali ke Sniffles PoV dan segera masuk adegan yaoi, jadi yang ngga suka skip aja)
'PRIA TUA BUSUK GENDUT TAK BERGUNA SAMPAHAN ITUUUU!'
Nutty melanjutkan perkataannya "Jadi, ternyata Sniffless itu memang manis sekaliiiiii…" dan tiba-tiba Nutty mentackle(memeluk)ku dari depan.
"HE-HEI! HENTIKAN!" ga- gawat pasti mukaku jadi warna merah. I-ini tidak baik, aku harus segera pergi. Ugh, di-dia kuat sekalii..!
"Slurp."
Sebuah jilatan. Di pipiku, to-tolong…
"Manis!" Ia tersenyum, sangat lebar dan terlihat senang. Aku hanya terdiam, malu sekali rasanya diperlakukan seperti ini dikhalayak publik. Bu-bukan berarti kalau di tempat sepi aku tidak keberatan!
Kemudian Nutty membuka rahangnya lebar-lebar menampakkan sederet gigi besar nan sehat yang siap untuk memakanku. Ia benar-benar akan memakanku, mengerikan sekali! Aku akan mati!
"Hentikan…!" aku memejamkan mataku dengan kuat hingga air mataku jatuh.
Tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Kuharap ketika aku membuka mata semua ini hanya mimpi…
Namun ketika aku membuka mata segala pemandangan masih tetaplah sama, kecuali Nutty yang kini berwajah terkejut dan penuh penyesalan. Ia melepaskan pelukannya dan segera melap air mataku dan pipiku yang ia jilat tadi dengan lengan jaketnya yang kebesaran.
"Maaf…"
Dengan kagok ia segera berlari menjauh meninggalkanku. Meninggalkanku yang sudah kebingungan dan menjatuhkan diri diatas kursi taman.
Beberapa langkah lagi di ia akan benar-benar hilang dari pandanganku hingga…
"TENDANGAN KEADILAAANN!"
Pak Lumpy, dengan tidak elitnya mendadak muncul di balik pohon rambutan dan menendang ala kung fu punggung Nutty hingga tersungkur di aspal.
Apa yang sedang terjadi disini…?
.
.
.
"Ini bukan kali pertamanya Nutty menggigitmu bukan?" tanya Pak Lumpy sambil menutup pintu ruangan kesehatan dengan kakinya.
Aku segera memegang pinggang kiriku yang masih terdapat bekas luka gigitan Nutty sewaktu pentas drama natal beberapa tahun yang lalu. Aku ingat sekali kejadian naas itu, pinggangku terluka hingga mengeluarkan banyak darah, aku menangis dengan keras dan kemudian semuanya berakhir kacau. Dan semua itu salah pak Lumpy…
Ku tatap penuh amarah kepada sang tersangka yang menyebabkan semua insiden itu.
"Eh- U, Uhm. Jadi disimpulkan, sebenarnya ia tahu secara insting liar bahwa kau itu setara permen manis yang dapat ia makan."
Ku gebrak meja yang memisahkan kami berdua saat ini, "Tapi pak saat itu aku memakai kostum permen! Dan semua yang terjadi sekarang ini salah Disco Bear busuk tak berguna itu!"
Pak Lumpy kemudian memasang pose berfikir, "Nanti, bapak akan tegur Tuna Wisma itu…"
"Kok hanya ditegur pa-"
"Jadi, sudah dulu ya. Bapak ada janjian dengan teman untuk bermain golf." Katanya kemudian menyandang tas golf yang bersender di pojok ruangan sedari tadi. Padahal hari sudah menjelang petang.
"Tu, tunggu..! Pak Lumpy!" panggilku berdiri menyusulnya yang sudah keluar ruangan.
"Sudah, kau tunggu saja Nutty sadar kemudian berikan permen-permen yang kubawa tadi kepadanya." Kemudian Pak Lumpy pergi emninggalkanku.
Guru sialan, sekarang malah pergi dia.
"Uugh…" aku mendengar suara rintihan dari salah satu bilik.
Aku segera masuk kembali, "Hei, jangan paksakan dirmu."
"Apa yang ter..jadi… Uuh…" tanyanya sambil memegangi kepala.
"Pak Lumpy tadi menendang punggungmu dengan tendangan yang biasa kita tonton di film kung fu…" jelasku, lalu entah kenapa malah mengingat kejadian horor sebelumnya.
Kemudian ia menarik lengan kemejaku, dan merintih "Laapaar…"
Kuambilnya sebungkus permen yang tadi dibelikan Pak Lumpy di area makanan kebun binatang. "Ka-kau harus tetap banyak memakan permen seperti biasa."
Sial, pasti mukaku merah lagi.
"Dan ja-jangan lakukan hal seperti tadi lagi!"
Suara bungkus permen dibuka, lalu hap, dan lalu omnomnomnom. Nutty tidak menjawab perkataanku malah terus-terusnya memakan cokelat koin berbagai macam ukuran itu. Aku duduk di pinggiran kasurnya sambil menunduk, menyembunyikan wajahku yang memanas dengan anehnya.
Ah sudahlah, pasti dia sudah lupa…
"Sniffles." Panggilnya.
"Cup"
Sebuah ciuman singkat rasa cokelat mendarat di bibirku ketika aku menoleh ke arahnya, Nutty melakukannya lagi. Pasti aku akan dimakannya sungguhan kali ini. Duh Pak Lumpy baru saja pergi.
Aku terkejut lalu berdiri dan bersiap mengambil ancang-ancang untuk menjauh, mencari jarak aman. Namun kurang cepat dari Nutty ang lagi-lagi menarik lengan kemejaku. Nutty pun berkata…
"Hari sudah malam, ayo pulang!"
-End-
Note: Alaaaaah, ending apaan itu. Gajelas banget! Seenggaknya kelar lah ini fict, yaaay! Apa itu typo dan eyd, saya sudah tak paham semua itu…
Maaf ya, gue udah lama banget ga update cerita. Rasanya gaada sense ngarang aja beberapa tahun kebelakang ini. Ini aja utang Dari si Akang Poksi dah setaon lebih baru bisa gue kelarin. Hiks.
Sekian, reviewnya boleehh? Kritik juga boleh, tapi kritiknya yang cerdas yaa~
-Tambahan-
"Semua foto yang kuambil kemarin ada di flashdisk ini." Kata Nutty tadi pagi saat kita bertemu disekolah. Kami mendapatkan renggang waktu tambahan sehari karena Pak Lumpy tidak masuk hari ini.
Ku sambungkan USB berbentuk permen apelnya ke port di laptopku. Oh, hanya satu folder bernama 'Foto'.
"A… Apa-apaan ini…" ketika ku cek, keseluruhan 98 file foto hampir semuanya terdapat diriku di fotonya. Hanya satu foto beruang yang waktu itu kusuruh ia ambil yang benar-benar waras(?).
Sisanya entah foto berbayang, tidak fokus, maupun yang bagus sekalipun namun selalu ada aku disana. Berbagai macam ekspresi, berbagai macam view. Yang benar saja, dia ini stalker atau apa…
"NUTTTYYYYYYY!"
