LUST
Red Thread prequel.
Rate M
"Shhh! Ahn!"
Jimin mendesah, menggelinjang sambil meremas sprei dengan kuat saat merasakan sesuatu menggelitik di selangkangannya. Lidah pria itu terlalu mendominasi bahkan mencoba untuk masuk.
"Owh shhh! Sajangnim."
Pria dengan wajah manis itu kini bersimpu, memamerkan sebuah tali hitam berbahan kain. Wajahnya manis tapi memancarkan aura paling berbahaya di dunia. Dia memberikan seringan setan yang menantang. Entah dari mana pria itu mendapatkan tali hitam tersebut, tetapi Jimin hanya pasrah dengan apa yang akan Pria itu lakukan dengan kondisi Jimin sekarang. Jimin bersimpu di atas kasur dengan tangan terikat ke belakang. lace bikini hitamnya masih terpasang rapi di tubuhnya. Entah mengapa pria itu tak juga melepaskan benda itu. Jimin menoleh ke belakang dimana pria itu menggenggam kain sutera panjang, itu dasi. Mungkinkah dasi itu digunakan untuk menutup matanya.
Jimin masih duduk manis, menunggu pria itu. Pria itu kini naik keranjang dan bersimpu di belakang Jimin. Sesuatu yang kenyal dan lembut menggelitik telinganya, membuat Jimin tak kuasa menahan desahannya lagi. Jimin tak habis fikir, mengapa segala hal yang dilakukan pria itu teras begitu panas. Jimin bahkan tak pernah bisa menahan desahannya. Hanya sebuah hisapan dan gigitan kecil di telinganya, lelaki itu mampu membuat selangkangan Jimin terasa sangat basah.
"Pejamkan matamu dan tetap pandang ke depan."
Jimin menurutinya, layaknya sub yang mematuhi domnya. Saat Jimin memejamkan mata, ia merasakan sesuatu melingkar di matanya, sebuah kain lembut yang beraroma maskulin. Benda itu melingkar kuat di kepalanya hingga ia benar-benar tak bisa membuka mata.
"Hak! Ugh!"
Jimin tersentak saat merasakan rambutnya dijambak kasar hingga kepalanya mendongak. Itu terlalu kasar tetapi sangat sensual secara bersamaan. kepalanya perih karena jambakan kasar pria itu. Tapi belum Jimin siap, ia kembali tersentak saat sesuatu yang keras dan kenyal memasuki vaginanya sekaligus. Pria itu masuk dengan cara kasar. Beruntung areanya sudah banjir sehingga itu tak menyakitkan. Ini pertama kalinya, ada seseorang masuk ke dalam lubangnya seperti apa yang pria itu lakukan barusan. Dengan mata tertutup, tangan terikat dan posisinya yang bersimpu, lelaki itu mencelanya secara fisik dengan begitu hina. Tapi entah mengapa ia justru merasa semakin terangsang dan lebih nistanya, Jimin menginginkan diperlakukan lebih kasar lagi.
"Haahhh ahhh!"
Jimin mendesah lagi ketia kedua tangan pria itu mencubit dan memijit kedua putingnya. Pria itu baru saja masuk dan menghentakannya cepat seperti orang gila. Jimin bersumpah ini adalah seks terbaik dalam hidupnya. Tak ada lelaki manapun yang bisa membuat gesekan kulit senikmat itu di daerah sensitifnya.
"Tolong aku ingin keluar!"
"Kau memang jalang!"
Jimin bisa mendengar tawa melecehkan pada kalimat Pria itu. Jimin dikatai jalang, tapi entah kenapa ia tak sakit hati, ia merasa justru merasa senang. Satu tangan pria itu turun menuju clitoris Jimin memijatnya dengan ibu jari. Sungguh tak ada rangsangan yang lebih berat dari ini. Jimin menggelinjang berusaha menjauh dari rangsangan yang terlalu besar untuk bisa ia terima. Tapi pria itu justru menekan penisnya lebih dalam. Membuat intensitas itu jauh lebih tinggi yang mempu membekukan otaknya. Ia merasa seperti akan meledak. Mengeluarkan sesuatu yang berontak ingin keluar dari bawah sana.
"Oh tidak. Aku mohon!"
Jimin merasakan gigitan di telingannya. "Keluar saja, maka aku akan memberimu hukuman yang lebih gila. Wanita jalang!"
'Tidakah dia bisa berhenti bicara kotor? Karena itu sangat merangsang.'
Jimin kejang, ia tak mampu menahannya. Salahkan cara pria itu yang begitu gila memompanya dengan pijatan kasar di area sensitifnya. Ketika Tubuhnya menggelinjang. Kemudian menjadi kaku dalam hitungan detik, ia merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari kewanitaannya sendiri.
Plak! Jimin terkejut saat tangan pria itu menampar pipinya dan ia merasakan cengkraman kuat di rahangnya. "Lihat betapa murahannya dirimu!"
Pria itu menekan semakin dalam, membuat Jimin tak mampu lagi menahan tubuhnya. Ia lemas pasca orgasmenya dan tekanan pria itu membuat kenikmatan diareanya semakin meningkat. Jimin tak tahan lagi lalu matanya terbuka, menatap kosong langit-langit kamarnya. Gelap, Jimin melihat sekeliling kamar dengan nafas yang masih menderu akibat mimpinya.
"Apa itu tadi?."
...
"Itu aneh! Apa wanita bisa mimpi hingga benar-benar basah?" Tanya Taehyung duduk di sofa.
"Aku juga tak tau dan anehnya lagi, aku tak tau siapa dia. Aku hanya yakin bahwa dia adalah bosku."
Taehyung menjauhkan badannya dari Jimin. Bosnya Jimin itu adalah pria tua yang memiliki dua anak, berperut buncit dan rambutnya hanya sedikit. Taehyung bregidik ngeri dan jijik bersamaan saat membayangkan Jimin dan atasannya melakukan adegan ranjang.
"Kau dengan bosmu yang... Itu?!"
Jimin terlonjak dan memukul Taehyung. "Kau gila! Kau membayangkan hal menjijikan. Bukan dia tapi,,, Entahlah yang aku tau dia tampan, manis dan dingin bersamaan."
"Jangan bohong."
"Aku tidak bohong. Aku familiar dan,,, Bagaimana bisa aku memimpikannya?."
Jimin melamun, ia baru saja memimpikan pria yang tak asing di ingatannya. Ia tak tau siapa pria itu, tapi entah bagaimana, hatinya merasakan sesuatu yang aneh. Perasaan dimana ia menyukai pria dalam mimpinya. Pria yang bahkan Jimin tak kenal. Jantungnya kembali berdetak kencang dan udara terasa menipis. Jimin sesak merasakan perasaan yang Jimin sendiri tak mengerti.
...
Rambut hitam seperti pekatnya malam, wajah manis dan tenang terlihat sangat dingin. Kulit pucat dan setelan jas hitam membuat pria bernama lengkap Min Yoongi itu seperti memancarkan rasa dingin dan manisnya ice mint. Ia memasuki gedung lalu orang-orang yang melihatnya langsung menunduk hormat.
DING!
Pintu lift terbuka, membuat benang terlihat samar di kegelapan. Nafas Jimin tercekat melihat seorang pria yang muncul dari balik pintu lift. Wajah itu, adalah wajah pria yang menidurinya dalam mimpi malam tadi. Dia dingin, persis seperti perasaan yang Jimin rasakan dalam mimpinya. Menyadari kode dari mata Yoongi yang bertanya ia akan masuk atau tidak, Jimin langsung masuk ke dalam lift begitu saja. Otak Jimin tiba-tiba menginterupsi khayalannya. Jimin tak seharusnya masuk karena wangi tubuh bosnya itu membuat sesuatu di dalam rok Jimin terasa basah. Wangi parfum pria itu, sama persis seperti yang ada dalam mimpinya. Membuat otak Jimin menjadi keruh karena mimpi kotor yang terus memenuhi otaknya.
'Ada apa dengan diriku?'
Pernahkah kalian merasakan terangsang dan ingin dimasuki detik itu juga?. Itu terdengar gila dan jalang, tapi itulah kenyataan yang Jimin hadapi sekarang. Jimin bahkan tak bisa menahan diri hingga ia terpaksa bersandar di dinding lift. Jimin melihat monitor lift berada di angka enam. Itu berarti tinggal satu lantai lagi. Jimin tak bisa berlama-lama di dalam lift, terutama dengan pria kinky di depannya. Lalu ketika Jimin melihat angka tujuh, lift terbuka dan Jimin segera lari untuk mencari toilet.
"Ada apa denganku?," Jimin mencoba mengontrol nafasnya yang memburu. Jimin mengingat lagi suasana dalam lift yang tegang bersama pria itu. "tadi itu intens sekali. Pria itu... dia nyata."
Jimin mencuci wajahnya di westafel, tak peduli dengan make-upnya yang hilang. Yang Jimin pedulikan adalah mimpi Jimin yang menjadi teka-teki bagi dirinya sendiri. Jimin sangat heran dengan khasusnya. Pertama Jimin mimpi basah dan dalam mimpi tersebut bukan kekasihnya yang menyentuhnya. Jimin tak mengenalnya sama sekali, lalu bagaimana Jimin bisa memimpikan tidur dengan pria yang asing bagi Jimin dan yang paling membuat Jimin heran adalah detile mimpinya bisa sama persis seperti apa yang tadi ia temui.
'Tidak ada namanya kebetulan hingga seidentik itu bukan?'
...
Jimin memegang erat file di tangannya ketika melihat pria itu bersama seseorang yang sama saat mereka bertiga di lift. Jimin menunjukan pria itu pada Taehyung.
"Yang memakai jas hitam dengan motif paisley."
Sepertinya, Jimin terlalu fokus menatap pria itu sehingga ia tak melihat bagaimana raeksi Taehyung. Sahabat sekaligus hommattenya itu kini melotot dengan nafas tecekat.
"No way."
"Aku yakin! Bahkan anehnya lagi, wangi tubuhnya persis seperti apa yang ada dalam mimpiku."
"Apa kau tau siapa dia?"
"Bos?" Jawab Jimin ragu, ia hanya mengingat kembali mimpinya, tentang felling bahwa dia adalah bosnya sendiri.
Melihat wajah ragu Jimin, Taehyung yakin sahabatnya itu tak benar-benar tau siapa itu Min Yoongi. Taehyung memukul keningnya sendiri. "Apa kau secupu itu? Dia sudah menjabat hampir enam bulan disini Jimin."
"Bos? Benar-benar bos?"
"Min Yoongi. MD T&T Bighit. Dia pangeran Bighit, dan semua wanita tau dia serta mengaguminya."
"Bukankah pangeran kita itu Kim Namjoon?."
"Kau bodoh Park Jimin. Kim Sajangnim itu bukan pangeran tapi putera mahkota di keluarga Kim. Sedangkan Min Sajangnim dia adalah pewaris kedua."
"Dan,,, Aku memimpikannya?" ucap Jimin tak percaya.
"Ya! Dan pasti sangat enak meskipun hanya mimpi." Ucap Taehyung membayangkan tubuh Yoongi.
"Sangat,,," Bayangan lidah pria itu muncul, mengingatkannya akan sensasi sentuhan dari daging kenyal dan basah. Membuat desahannya ingin keluar begitu saja.",,o~h!"
Plak! Taehyung memukul Jimin begitu mendengar desahan keluar dari mulut temannya. Taehyung tau mereka itu gila tapi melakukan hal gila di depan umum ada batasnya. Jimin harus bangun dari hayalannya, sebelum ada berita bahwa temannya menstrubasi di lobi kantor.
"Jangan membayangkan hal nista bodoh! Ini tempat umum!"
...
Jimin memotong steak lalu memasukan potongan daging itu ke dalam mulutnya. Matanya melirik sebentar pria yang sibuk dengan tab di hadapannya. Dia Eric Nam, pria yang sudah menjadi kekasihnya selama setahun. Dia adalah owner dari AS Club, sebuah club mewah yang ada di hotel-hotel bintang lima. Erik tipe yang sangat menyukai pekerjaannya, tetapi Erik bukan tipe yang mengabaikan wanita demi pekerjaan. Dia tipe yang sangat menghargai waktu dan wanita. Tetapi kali ini, Jimin sedikit bingung karena kekasihnya itu terlihat sangat sibuk dengan gadgetnya. Merasa diabaikan Jimin angkat bicara.
"Sepertinya ada hal yang sangat menarik di dalam sana sehingga kau mengabaikan wanita seksi di depanmu!."
Erik mendongak dan menatap Jimin, ia terlihat sedikit terkejut menyadari apa maksud Jimin. Rasa bersalah kini terlihat di wajah tampan pria itu. Erik menyimpan tabnya lalu memegang garpu dan sendoknya.
"Aku minta maaf. Aku mendapatkan tempat di LA dan desain interiorku mengirim desainnya padaku. Konsepnya sangat bagus hingga membuatku sangat terkesan. Aku benar-banar semangat untuk mengembangkan sayapku di Amerika."
Jimin terperangah. Jimin tak tau jika kekasihnya itu akan memiliki bar baru disana. "Pantas kau mengabaikan makan malam ini."
"Sayang!," Erik menggenggam tangan Jimin dan mengecup punggung tangannya. " aku tak bermaksud mengabaikanmu. Aku minta maaf ok?"
Jimin tak bergeming dan melepaskan tangannya dari genggaman erik.
"Aku berjanji kaulah yang akan menggunting pitanya saat sayap Amerikaku jadi."
"Tentu itu harus. Kapan kira-kira semuanya selesai?"
"Mungkin pertengahan musim panas."
Senyum Jimin hilang dari wajahnya. Musim panas bukanlah waktu untuk liburan bagi karyawan BigHit, karena pada musim liburan perusahaan akomodasi manapun akan sibuk dan sulit sekali libur. Jimin tak mungkin mendapat cuti seharipun. Karena jika ia cuti, maka akan ada pekerjaan yang menumpuk. Erik menatap senyum Jimin yang hilang lalu ia ingat pekerjaan kekasihnya itu.
"A! Benar! Maafkan aku!"
Jimin memakan steaknya lagi dan mengabaikan Erik. "Konsentrasi saja dengan pekerjaanmu!"
...
Mobil mereka sudah sampai di depan gedung tempat Jimin tinggal. Jimin segera membuka pintu tapi dicegah kekasihnya.
"Kau masih marah padaku?"
Jimin bengong, ia tak mengerti kenapa Erik berkata demikian. "Kenapa aku harus marah?"
"Lalu kenapa sejak tadi kau tak tersenyum padaku?"
Jimin terkejut sendiri, memikirkan perkataan Erik. Jimin tak tersenyum karena ia merasa bosan dan itu sedikit aneh. Mengapa Jimin bisa merasa bosan bersama Erik. Padahal momen bersama Erik itu sangat sulit. Seharusnya ia menikmatinya tapi sekarang Jimin tak mengerti. Apakah karena ia diabaikan? Tidak mungkin Jimin marah karena hal sepele seperti itu.
"Aku hanya sedikit lelah. Belakangan aku sering lembur."
Erik mengusap rambut Jimin lalu mengecup kening gadis itu. "Istirahatlah!"
"M! Terimakasih."
Jimin fikir tadi ia mengantuk, tapi ketika di kasur Jimin tak bisa tidur sama sekali. Hatinya terus merasa sesak dan jantungnya terus berdebar kencang. Ia merasakan firasat aneh. Ia merasa seperti dunia akan membawanya memutari kehidupan dengan paksa.
...
Jimin melihat-lihat pakaian di butik La Belle lewat online. Tiga bulan lagi ulang tahun perusahaan dan akan ada pesta megah di BigHit dimana para karyawan wanita berlomba-lomba untuk tampil cantik karena akan ada banyak pengusaha datang. Itulah keuntungannya bekerja di dunia akaomodasi. Karena di dunia inilah kita bisa menemui banyak pengusaha muda yang sukses.
Taehyung yang baru selesai mandi keluar kamarnya untuk mencari makan di dapur. Tapi melihat hommattenya itu memandang laptop dengan mata yang berbinar, ia penasaran. Taehyung akhirnya berjalan ke belakang Jimin dan melihat apa yang sedang temannya lakukan. Melihat deretan koleksi pakaian di situs official butique langganan temannya, Tae ikut terpana. Koleksi musim semi yang super indah.
"Waaaw!"
Jimin terperanjat mendengar suara sahabatnya yang sudah mengintip dari belakang. Berikutnya, Jimin membiarkan Taehyung menekan tombol next pada gallery untuk melihat detile.
"Lace musim semi ini. Semuanya sangat indah."
"Ini akan pesta nanti adalah musim semi pasti akan banyak wanita memakai warna cerah."
"Itu mainstreem. Aku fikir jika kau satu-satunya yang memakai pakaian hitam itu lebih menarik."
Jimin mengerutkan keningnya. Anti mainstreem dalam benak temannya bisa jadi hal yang benar-benar mencolok dan Jimin bisa bayangkan bagaimana Taehyung selalu berdandan berlebihan. Meskipun, temannya itu pantas mengenakan apapun."Tidakah out of style?"
"Black Lace bisa jadi pilihan terbaik untuk musim semi yang seksi."
"Benar!"
"Hanya ada tiga. Sayang sekali."
Taehyung menekan tombol pesan pada long dress berbahan Lace yang elegan itu dan Jimin baru menyadari bahwa Taehyung telah mencuri start pada pakaian yang ia incar sebelumnya. Jimin berbalik dan ingin sekali membunuh temannya itu.
"Yack!"
"Ha ha ha.. Kau bisa pilih yang lain. Lihat! Masih ada dua."
Tetapi keduanya bukan pilihan bagi Jimin. V neck berbahan sutera motif dan lace. Kedua model itu sama-sama memiliki potongan dengan punggung terbuka, lebih parah lagi adalah potongan di kaki dress.
"Tak ada pilihan sama sekali."
"Ada! Pakailah yang ini." Tunjuk Taehyung pada long dress dengan belahan kaki yang terlalu tinggi ",,Maka kau akan ditawar puluhan juta oleh pengusaha hidung belang."
"Kurang ajar kau!" Jimin melihat-lihat lagi lalu hatinya jatuh pada long dress berwarna peach.
"Peach? Kau akan kembaran dengan ratusan wanita dan masuk kategori membosankan."
"Ayolah! Ini bukan red carpet atau semacamnya."
"Jangan peach! Kita kembaran saja! Lihat! Ini Terlihat elegant."
Jimin kembali membiarkan Taehyung berkuasa terhadap pilihannya. Taehyung dengan paksa memasukan black lace body shape versi pendeknya Taehyung. Lagipula, mereka memang sering kembaran dan baju yang Taehyung pilih lebih terlihat formal daripada dua option black lace sebelumya.
...
"Semakin hari aku melihatnya, dia semakin terlihat tampan."
Rambutnya pekat seperti malam yang intens dimana kau akan merasa pasrah dibunuh mahluk seperti itu. mendadak syal yang melingkar di leher Jimin terasa mencekiknya. Jimin menariknya sedikit memberi kelonggaran untuknya bernafas.
'oh tuhan! Bagaimana bisa aku menjadi tertarik pada pria hanya karena mimpi?'
Begitulah hari-hari seorang Park Jimin di kantor. Keluar dari ruangannya hanya untuk pergi ke lorong dimana bosnya itu biasa lewat. Jimin menjadi gila karenanya, dan rasa tertariknya semakin besar setiap hari. Seperti bisikan dewa cinta di telinganya, Jimin bertindak seperti bunga matahari yang selalu menatap mentari. Bertindak konyol hanya untuk melihat pria dingin itu.
...
"Tidakah potongan dadaku terlalu rendah?''
"Itu hanya perasaanmu." Sela Taehyung yang tersenyum bangga dengan lace dress yang sangat pas melekat di tubuhnya sendiri.
"Kau memberi komentar tanpa melihatnya lebih dulu."
Taehyung menoleh dan tersenyum nista melihat dada Jimin. "Oh waw!"
"Aku merasa seperti pelacur kelas atas."
"Ya! Aku yakin akan ada bos muda yang langsung menidurimu setelah pesta."
Jimin tersenyum tanpa sadar ketika mendengar kalimat yang dilontarkan sahabatnya. Tidur dengan bos seksi adalah mimpi yang tak akan jadi nyata. Jika ada pengusaha muda tampan maka pasti ada juga wanita karir yang cantik. Bagaimana ia bisa membandingkan dirinya? Secantik apapun para karyawan BigHit tetap tak bisa dibandingkan dengan tamu VIP yang jelas memiliki latar belakang yang lebih.
"Kenapa dengan wajahmu?! Senyumlah bodoh! Kau menjatuhkan make-up cantikmu dengan wajah murung itu."
"Aku hanya memikirkan kedatangan tamu VIP wanita yang pasti cantik-cantik."
"Hey! Ini ulang tahun perusahaan. Kita kesana untuk pesta bukan untuk kompetisi ratu musim semi atau semacamnya." Taehyung merapikan rambut panjang Jimin dan menjatuhkannya di sebelah kiri kepala Jimin. Rahang tegas, dagu panjang dan leher jenjang. Bagian kanan wajah Jimin adalah engle yang bagus. Jadi Taehyung berusaha memperlihatkan itu, dan jelas saja. Jimin terlihat seksi dan menawan secara bersamaan. "Waah dengan seperti ini, mimpimu tidur dengan Min sajang akan jadi kenyataan."
Jimin tersenyum "Haruskah aku menggodanya? Selagi Erik tak ada?"
"Untuk apa? Tanpa menggodanyapun, dia akan datang sendiri padamu."
Jimin menahan tawanya membayangkan adegan panas yang mungkin terjadi. Kedua wanita gila itu selalu bercanda dan berkhayal jorok meskipun salah satu dari mereka sudah memiliki kekasih. Anggap saja mereka itu sekarang menjadi siluman penggoda. Sama seperti kebanyakan gadis yang mungkin sekarang memiliki pemikiran yang sama untuk pesta ulang tahun perusahaan nanti.
...
Pesta perusahaan di awali suasana formal yang diisi sambutan-sambutan. Taehyung dan Jimin selalu berdiri berdampingan. Setiap orang memegang champagne dan terlihat bahagia, terutama ketika sang pangeran perusahaan maju memberi sambutan kedepan. Para karyawan sangat terlena dengan penampilan gagah dan suara berat seorang Kim Namjoon. Terlalu maskulin hingga membuat para wanita meleleh.
Panitia membawa sebuah map berbahan kulit berwarna putih dengan logo BigHit di tengahnya. Lalu dibelakangnya, ada panitia yang membawa sebuah kotak putih dengan logo yang sama. Sebuah kotak yang membuat karyawan tak sabar menunggu. Itu adalah kotak berisi card yang akan diberikan pada setiap divisi dan departemen perusahaan yang terbaik. Sebuah kartu kredit dengan nominal yang cukup besar. Namjoon memberikan map itu sementara panitia menyebutkan nama sebagai perwakilan departement.
"Aku harap aku bisa mewakili HRD ke depan lalu menyentuh tangannya."
"Kau sudah mendapat penghargaan kemarin. Mungkin tahun ini kau juga bisa mendapatkan uang lagi."
"Ini adalah yang kedua kalinya dibawah pimpinan yang sama. HRD akan diwakili oleh Nona Kim Taehyung. Silahkan maju ke depan!"
Pengumuman itu sukses membuat Jimin mencium dan memeluk Taehyung. Jimin tau sahabatnya itu adalah orang yang pekerja keras, teliti dan perfectionist. Bahkan merekrut karyawan saja, Taehyung sangat tajam memandang bakat seseorang. Sahabatnya itu pantas mendapatkannya.
"Dan ini adalah langganan pemenang kita. Bagian perencanaan dan perancangan Tour and Travel BigHit. Tuan Ahn Minhyuk. Selamat!"
Jimin tepuk tangan keras, itu divisinya dan itu hal yang sudah biasa tiap tahunnya. Tentu saja divisinya itu harus diberi penghargaan mengingat bagaimana staf bekerja siang malam. Jimin menunggu, sama seperti yang lain. Tetapi bosnya tak juga datang. Itu aneh. Taehyung bahkan mendekati Jimin dengan wajah bingung.
"Kemana bosmu? Bukankah biasanya dia itu paling semangat mengambil bonus?!"
"Entahlah!"
Jimin memegang map berisi sertifikat penghargaan Taehyung sementara, pemiliknya menerima ucapan selamat dari karyawannya. Lama menunggu, salah satu panitia maju ke depan dan berbisik pada mc. Sang moderator mengangguk lalu panitia itu pergi.
"Karena tuan Ahn Minhyuk sedang ada keperluan keluarga, maka nona Park Jimin yang akan mewakili. Kepada nona Park Jimin silahkan maju kedepan."
Baik Taehyung maupun Jimin saling tatap sebelum Jimin akhirnya maju ke podium. Jimin sedikit gerogi, terutama ketika melihat Min Yoongi. Namjoon tersenyum dengan lesung pipitnya. Senyuman itu hampir saja membuat Jimin pingsan. Bahkan tangannya saja lembut dan tegas. Namjoon memberikan selamat, dan ia meleleh. Bagaimana Jimin bisa tak tertarik jika meliat pria dengan paket maskulin luar biasa ada di depannya. Ingin ia berlama-lama bersalaman tapi sang putera mahkota sudah membuka tangannya hingga Jimin terpaksa harus melangkah menuju seseorang yang siap dengan kotak putih di tangannya. Awalnya semua baik-baik saja, sebelum tangan Jimin dan Yoongi bersentuhan, mereka sama-sama membeku. Ada semacam kejut liatrik yang tiba-tiba muncul. Mereka merasakannya dan saling tatap dalam kebekuan. Hanya beberapa detik sebelum akhirnya mereka sadar sedang jadi pusat perhatian. Kemudian Jimin berjalan ke arah Taehyung dengan wajah pucat. Tae yang heran tentu mendekatinya.
"Kenpa denganmu? Apa kau baik-baik saja?"
Jimin menggeleng lalu memeluk Taehyung. "Aku tak tau, rasanya seperti ada yang tidak benar."
Buruk! Hatinya seperti merasakan sesuatu yang tak nyaman. Seperti kompas hidupmu hancur dan Jimin kehilangan arah. Disebuah kegelapan yang meremas hatinya, memilikinya, seolah Jimin kini bukan lagi milik dirinya. Jimin menatap Min Yoongi yang kini sedang berdiri di samping kekasihnya, Jung Hoseok. Perasaan macam apa yang membuat Jimin terseret begitu dalam. Itu tak masuk akal.
.
.
tbc
.
.
