Title: ANGEL

Cast: Sehun & Luhan

Author: Cloudy

Summary: "Lalu jika aku membuat permintaan, apa kau akan pergi?"

Disclaimer: They belong to God and their family

Warning: Yaoi, OOC, many typo(s), EY(T)D

A/N: Aloha~ Saya kembali dengan Fic baru yang rencananya akan jadi Twoshot. Do'akan saja Saya punya banyak waktu dan ide buat lanjutin fic ini ^.~

Fic ini spesial untuk Han Hyena yang udah minta ini dari lama, maaf baru terealisasi sekarang .

Happy Reading ^.~

.

.

.

.

Do not Plagiarism and Copycat

.

.

.

.

Dia bagaikan setitik warna yang menetes pada kebisuan danau

Bagaikan tinta yang menggores kertas

Walau dirinya bagaikan warna putih,

Namun kehadirannya membawa begitu banyak warna

Dan sang pembawa warna itu hadir dalam hidupku


"Ayolah, kita sudah pernah membahas ini. Berhentilah berwajah seperti itu." Pria dengan mata bulatnya itu menghapus surai roux pria yang lebih tinggi darinya itu. Raut tak rela dan cemas terpancar jelas pada wajah karismatiknya.

"Kau harus berjanji padaku. Jangan hancurkan rumah, apalagi dapur tercintaku dan kamarku! Jangan coba-coba datang ke night club! Dan satu lagi, aku tidak ingin mendengar kabar kau menghamili seorang gadis, mengerti?!" Hanya anggukan malas yang dapat diberikannya, dia sudah terlampau malas mendengar nasehat yang sama berulang kali bahkan dua hari yang lalu nasehat yang diterimanya lebih panjang lagi hingga seluruh bentuk kriminalitas disebutkan pria bermata bulat itu. Ugh, apa sebenarnya dia seorang ahli hukum? Bagaimana bisa menghapal banyak jenis kriminalitas? Benar-benar tipikal penjaga, seperti seorang ibu.

"Sudah, jangan cemberut seperti itu lagi. Setengah jam lagi kau tak akan melihatku lagi selama dua bulan, aku tak ingin melihat wajah cemberut namdongsaengku sebelum aku pergi." Kembali pria bermata bulat itu menghapus surai pria yang merupakan adik laki-laki tunggalnya itu.

"Kau harus selalu mengirimiku makanan, hyung. Aku benar-benar akan menghajar Kim Jongin itu karena seenaknya membawamu dan membuatku kelaparan nantinya!" Pria bermata bulat itu terkikik geli melihat tingkah adiknya yang sangat manja, tapi bagaimana bisa dia meninggalkan adik tercintanya itu? Kim Jongin, kau benar-benar hebat!

"Arraseo, aku akan mengirimkan banyak makanan dari Paris nanti sampai kau tidak akan kelaparan. Oh Sehun benar-benar namdongsaengku yang manja." Wajah berkarisma Oh Sehun itu semakin cemberut saja mendengar ejekan kakaknya.

"Oh Kyungsoo-ya, jangan mengejekku terus!"

"Ya! Oh Sehun, kemana sopan santunmu? Aku ini hyungmu!" Dengan tidak ellitnya Sehun meringis kesakitan ketika sebuah jitakan bersarang di kepalanya akibat ketidak sopanannya.

"Kau jahat sekali, hyung! Kemana juga Kkamjong itu, sudah sepuluh menit dia tidak kemari juga?" Sehun mengelus kepalanya yang cukup merasa sakit juga dengan jitakan Kyungsoo sembari menyapukan pandangannya pada sekitar, mencari orang yang disebutnya Kkamjong itu.

"Mencariku? Aku tepat di belakangmu, adik ipar."

"Cih, adik ipar? Seperti aku memberikan restu saja untukmu menikahi hyungku!" Jongin mengambil duduk di samping Kyungsoo sembari memberikan segelas kopi yang tadi dibawanya pada calon-istri-nya-kelak itu.

"Jadi kau tak ingin memberiku restu? Tak apa, artinya aku tidak perlu repot-repot membelikanmu PSP keluaran terbaru sebagai oleh-oleh. Lumayan juga." Mendengar kata PSP keluaran terbaru, Sehun buru-buru menatap Jongin senang. Hei, kemana perginya wajah poker face itu? Sehun terlihat seperti anak anjing yang mengibas-ibaskan ekornya lucu.

"Wow, apa yang kau bicarakan, calon kakak ipar?" Kyungsoo hanya dapat bersweatdrop melihat tingkah adiknya yang langsung takluk hanya karena sebuah PSP keluaran terbaru. Sekali lagi kau benar-benar hebat, Kim Jongin!

"Pesawatnya sebentar lagi berangkat, sebaiknya kita masuk sekarang, Jongin." Kyungsoo dan Jongin segera bangkit berdiri seraya mengenakan tas punggung mereka. Kyungsoo memeluk adiknya erat.

"Sehun, ingat pesan hyung. Dan tolong jangan hancurkan rumah!"

"Tentu, hyung. Jangan terlalu cepat memberiku keponakan, ya." Kyungsoo melepas pelukan mereka untuk kemudian menjitak kepala adiknya yang kurang ajar itu.

"Dasar kau ini!" Omel Kyungsoo yang kemudian mengecup kening adik satu-satunya itu.

"Jangan mendahuluiku menikah, Oh Sehun!" Ucap Jongin seraya memeluk calon adik iparnya tersebut sekaligus sahabatnya sendiri.

"Akan ku usahakan. Jangan melakukan adegan lemon terlalu banyak saat akan kembali, ya. Kau juga harus menemui orangtuamu disini setelah menemui orangtua kami di Paris, kan?" Jongin menyeringai kecil, betapa sahabatnya itu benar-benar mengenalnya.

"Kau tahu itu sangat sulit, lihat saja nanti." Kembali Kyungsoo hanya dapat merutuki sifat kekasihnya itu, ucapan perpisahan macam apa ini?

"Kami pergi dulu, Sehun. Jaga dirimu!" Lambaian tangan pria berkulit putih susu itu menghantarkan kakak dan 'calon kakak ipar'nya menuju terminal keberangkatan mereka.

"Hidup bebas selama dua bulan, apa yang akan ku lakukan?" Sehun hanya mengedikkan bahunya acuh terhadap pertanyaannya sendiri. Dimasukkannya kedua tangannya pada kantung celana denimnya dan melenggang keluar, menuju Audi A6 kesayangannya.


BRUKK

Kantung plastik besar berisikan belanjaan itu melayang sukses di sofa diikuti sang pelempar yang menghempaskan dirinya di samping barang belanjaannya itu. Selepas dari bandara tadi dia mampir ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan juga keperluan yang lain dan rasanya sekarang dia benar-benar lelah.

Mungkin berendam dan sekaleng beer setelah mandi bisa mengurangi penatnya. Dalam hati ia lega ditinggal dirumah sendirian, bersikap sedikit nakal dengan membeli beberapa kaleng beer dan dua botol soju tentu saja akan menyemburkan murka kakaknya jika saja Kyungsoo ada di sini. Ayolah, setidaknya dia tidak menghamili gadis kan? Ini masih ringan.

Maka setelah dia berendam dan mandi, Sehun segera melangkahkan kakinya ke arah dapur dan mengambil sekaleng beer dari kulkas. Tangannya yang tidak digunakan untuk memegang kaleng beer digunakannya untuk mengeringkan rambutnya yang masih lumayan basah dengan handuk yang masih menggantung di lehernya agar tetesan air dari rambutnya tak membasahi tubuhnya yang kini shirtless.

Dihempaskannya tubuhnya pada sofa dan mulai menyalakan TV LED di depannya, mengganti saluran TV itu setiap dua puluh detik. Satupun acara TV tak menarik perhatiannya. Sehun memutuskan melangkahkan kakinya ke arah balkon apartemen tanpa mematikan TVnya.

"Ya! Oh Sehun, kau tidak kedinginan seperti itu?" Sebuah suara familiar terdengar di telinganya, membuatnya menoleh ke arah balkon apartemen tetangganya.

"Aku tak akan sakit hanya karena shirtless, Tao hyung." Pria tinggi dengan mata pandanya itu hanya mengedikkan bahunya acuh, Sehun memang susah dinasihati.

"Hei, hyung. Dimana Krismu itu?"

"Dia di dalam, menonton TV. Memangnya kenapa?"

"Tidak, hanya saja sekarang aku sendiri dan tak akan ada orang yang menutup telingaku jadi jangan keras-keras kalau sedang 'main'." Seketika rona merah memenuhi wajah manis Tao, benar-benar menambah kadar manis wajahnya.

Hening menyelimuti keduanya, hanya angin malam yang bersirkulasi masuk ke apartemennya saja yang terasa. Suara dari TV juga masih terdengar olehnya, menemaninya yang menikmati langit malam dengan sekaleng beer di tangannya dan pria bermata panda yang ada diseberang balkon.

Tiba-tiba saja didengarnya suara TV yang awalnya stabil menjadi terputus-putus, Sehun yang penasaran segera menengok ke ruang TVnya yang menampilkan gambar terputus-putus. Sangat aneh, terlebih lampu apartemennya mulai berkedip-kedip.

"Taozi, kenapa lampunya seperti ini?" Ternyata apartemen sebelahpun demikian. Apakah akan ada pemadaman listrik? Tapi tidak mungkin seperti ini. Sehun menggaruk kepalanya bingung. Ada apa dengan apartemen ini?

BRUKKK

Suara yang terdengar amat keras itu sontak membuat Sehun terlonjak kaget, terlebih ketika dia melihat asal suara tersebut. Sehun ragu-ragu mendekati sumber kegaduhan itu dan membelalak lebar ketika dilihatnya seorang pria dengan pakaian serba putihnya berada di balkonnya, dia tak sadarkan diri. Buru-buru Sehun mendekati pria itu.

"Ya! Bangunlah! Ya! Ya!" Ditepuk-tepuknya pipi pria itu yang terasa sangat halus di tangannya. Ish, apa yang kau pikirkan, Oh Sehun! Segera diceknya denyut nadi pada pergelangan tangan pria itu. Masih berdenyut, itu artinya dia masih hidup.

"Sehun, siapa dia?" Sehun mendongakkan kepalanya, mendapati Tao dan Kris yang memandangnya bingung.

"Entahlah, hyung. Aku akan merawatnya." Segera ditelusupkan tangannya pada belakang lutut dan punggung pria itu dan mengangkatnya menuju kamarnya, merebahkan tubuh ramping dan lebih kecil darinya itu di kasur empuknya.


Ting Tong

"Tunggu sebentar!" Sehun dengan terseok-seok berjalan ke arah pintu, meregangkan ototnya dan mengusap rambutnya kasar, mata sipitnya juga masih melekat rapat seolah terlalu berat untuk membukanya barang sebentar. Benar-benar khas orang yang bangun tidur.

"Tao hyung?" Mengenali sosok pria dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang khas itu, Sehun membukakan pintunya dan mempersilakan tetangga manisnya itu masuk dengan sekantung plastik cukup besar di tangan kanannya.

"Aku pikir kau akan membukakan pintunya abad depan." Sindirnya sarkastik sembari mengganti sepatunya dengan sandal rumah di rak sepatu apartemen Sehun. Sementara orang yang disindir hanya menggaruk tengkuknya.

"Apa yang kau bawa, hyung?" Sehun melangkahkan kaki jenjangnya ke arah dapur untuk membasahi tenggorokannya yang kering dengan segelas air putih.

"Abalon. Kris kemarin mendapat banyak abalon dari rekan kerjanya, daripada semuanya tak termakan lebih baik ku bawa beberapa kemari." Tao mulai membuka kulkas milik Sehun kemudian menjejalkan beberapa bahan makanan ke dalamnya.

"Oh ya, bagaimana keadaan orang yang pingsan kemarin? Apa dia sudah membaik?" Merasa teringat dengan tamu tak diundangnya kemarin, Sehun bergegas menuju kamarnya dan mendapati pria dengan paras ayunya itu masih tertidur lelap diranjang miliknya. Sehun memilih mengambil pakaiannya di lemari kemudian beranjak keluar dengan langkah yang sebisa mungkin dibuatnya tak bersuara.

"Dia masih tidur." Tao nampak menganggukkan kepalanya mengerti. "Ah, aku akan membuatkannya bubur abalon. Apa kau juga mau, Sehun?" Sehun mulai melanngkahkan kakinya ke kamar Kyungsoo, lebih tepatnya kamar mandi milik Kyungsoo.

"Not bad!" Sahutnya sedikit mengeraskan suaranya dari dalam kamar mandi. Tao hanya dapat menghela napasnya pasrah, mengenal sikap kurang sopan Sehun selama dua tahun ini membuatnya kebal saja menanggapi sikap Sehun. Diambilnya apron milik Kyungsoo kemudian mulai meracik bahan-bahan untuk membuat sarapan Sehun dan tamunya.


"Eunghh. . ." Suara lenguhan kecil meluncur dari bibir cherry pria yang lama terlelap itu. Serangan rasa sakit di kepalanya tiba-tiba saja menghinggapinya. Mata yang bagaikan rusa dengan manik hazel itu terpejam erat, sebelah tangannnya mencengkeram surai sewarna madunya, mencoba mengurangi rasa pening yang menyiksanya. Ugh, berapa lama ia tidur?

Mata rusa itu mengerjab-ngerjab ketika rasa pening di kepalanya berangsur-angsur menghilang, metode menjambak rambut ternyata cukup ampuh juga. Manik hazel itu mulai menelisik tempatnya berada kini. Ruangan ini tak nampak seperti lorong rumah sakit yang biasanya maupun kamar tercintanya. Lalu dia ada dimana sekarang?

Cklek

"Oh, kau sudah bangun?" Baru saja ia ingin melontarkan sebuah pertanyaan, sosok pria yang tadi membuka pintunya telah terlebih dahulu berlalu dari hadapannya. Hei, bahkan pertanyaannya saja belum ia jawab!

Pria cantik itu kemudian mencoba menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang, rasanya dia tak memiliki tenaga walau untuk turun dari ranjang sekalipun. Terlebih dengan aroma maskulin pada ranjangnya entah mengapa membuatnya enggan untuk beranjak, terlalu nyaman dan hangat. Yeah, hingga membuatnya lupa akan hal penting.

Tak lama pintu kamar itu terbuka kembali, menampakkan sosok pria cantik dengan lingkaran hitam manis di bawah matanya yang membuat ia tampak seperti panda. Di belakangnya menyusul pria yang membuka pintunya pertama kali tadi, sosok pria dengan tubuh tinggi, kulit putih dan wajahnya yang terkesan datar namun begitu tampan.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya pria cantik itu sembari meletakkan nampan berisi semangkuk bubur, kimchi dan air putih di meja nakas tepat di samping ranjang. Ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Aku Tao, dan dia Sehun. Eum. . . bolehkah aku tahu siapa namamu?"

"Luhan, Xi Luhan." Pria cantik yang bernama Tao itu menyunggingkan senyumnya yang membuat atmosfer di kamar itu terasa hangat.

"Baiklah Luhan-ssi, maaf aku tak bisa menjagamu sekarang. Sebentar lagi Kris-ge pulang dari gym. Sehun akan merawatmu dengan baik." Wajah datar Sehun sontak saja terkejut dengan ucapan Tao. Hei, tidak seperti itu perjanjian mereka tadi!

"Aku pulang dulu. Annyeong Luhan, Sehun!" Tanpa mempedulikan Sehun yang baru akan melayangkan protesnya, Tao sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka. Menyisakan Sehun yang nampak salah tingkah dan Luhan yang terdiam tak tahu apa-apa.


Hening tercipta diantara dua pria dalam ruangan itu. Selepas Tao meninggalkan mereka tadi, belum sepatah katapun keluar dari bibir mereka.

Luhan mencoba mengalihkan kecanggungannya dengan mulai menyantap bubur yang dibuatkan Tao untuknya. Lambungnya yang sudah lama tak terisi menyambut baik bubur yang terasa hangat dan nikmat, membuatnya bersemangat memasukkan bersendok-sendok bubur ke mulut kecilnya. Sementara Sehun hanya mengamati Luhan sembari mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Diam-diam bibir tipis itu melengkung ke atas, membentuk senyum tipis pada wajah datarnya melihat tingkah Luhan yang menurutnya lucu, terlebih dengan bubur di sudut bibir cherry menggemaskan itu.

"Makanlah perlahan, tak akan ada yang merebutnya darimu." Ucapan yang terkesan menyindir itu membuat Luhan tersedak dan mencoba menggapai-gapai air putih di meja nakas. Dengan sigap Sehun mengambilkan segelas air putih dan membantu Luhan. Sehun menampilkan ekspresi seolah berkata 'apa ku bilang'.

Rona merah terlihat di wajah Luhan, ia sungguh malu terlebih dengan suasana cannggung diantara mereka. Atau kau bisa menyebutnya Luhan yang terlalu kikuk. Wajah Sehun kembali datar seperti sedia kala. Oke, satu hal yang Luhan pelajari. Sehun sangat pandai dalam poker face, dia pasti bisa menang di meja poker.

Selesai menyantap buburnya, Luhan meletakkan mangkuknya pada meja nakas kemudian menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.

Eh! Tunggu dulu!

Dengan wajah panik Luhan mencoba meraba-raba punggungnya. Ada yang salah, sesuatu yang dimilikinya hilang! Wajahnya seketika memucat mengingat apa yang terjadi kemarin. Uh-oh, tolong jangan bilang apa yang dipikirkannya benar-benar terjadi.

"Se-Sehun-ssi, apa kau. . ." Pertanyaannya terputus walau dia sudah mendapatkan perhatian Sehun, membuat Sehun mengerutkan alisnya. Dia ragu apakah dia harus bertanya atau tidak. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat, kebiasaannya ketika panik.

"Ada apa?" Luhan bergumam kecil, mencoba menyusun kata yang ingin ditanyakannya.

"Apa. . . Apa kemarin sayapku patah?" Pertanyaan lirih Luhan sukses membuat Sehun melongo. Hei, dia tak salah dengar kan? Apa sebenarnya dia anak umur lima tahun?

"Manusia tak memiliki sayap, Luhan-ssi." Ucapan Sehun yang seolah menyindir kewarasannya membuat telinga Luhan panas. Ini sebuah hinaan, eoh?

"Tapi aku punya sayap!" Sehun mendengus geli membuat amarah Luhan terasa di ubun-ubun. Emosinya yang terpancing membuat energinya tak terkontrol.

"Luhan-ssi, ka. . ."

SRETT

Sehun harus menelan bulat-bulat cemoohannya melihat Luhan yang memekik gembira sambil mengelus sayapnya. Ya, SAYAPNYA! Benda putih lembut dengan bubu-bulu bagai burung itu membentang dari punggungnya.

Hei, lelucon macam apa ini? Ku rasa dia sedang tak waras.

.

.

.

.

TBC

Oke, gimana hasilnya? Maaf kalau mengecewakan n(_ _)n
Untuk chapter 2 aku post sesuai review, jika banyak akan segera diluncurkan

So, review please ^_^