Aku Tidak Akan Bahagia Jika Dia Belum Mati

NARUTO MILIK MASASHI KISHIMOTO

EDELWEISS

By : Anaphalis Javanica

HINATA POV

Aku, Hinata Hyuuga. Seorang pembunuh bayaran elite yang sangat dicari-cari oleh FBI, CIA, J-SAT, RBA, DENSUS 88, SPEZNATZ, KSK 7,SWAT dan SAS.

Aku menutup identitas asliku dibalik nama Edelweiss, tiap membunuh orang yang disuruhkan oleh clientku, aku akan melempari korban korbanku dengan bunga edelweiss sebagai ucapan perkenalan dan ucapan selamat tinggal dari dunia. Makanya agen-agen pemerintahan dari suatu negara mencap diriku dengan nama IBLIS ABADI.

Dulu aku adalah anak kecil polos yang dibuang oleh Ayahku, aku sangat tau alasan dia membuangku. Dia adalah pemimpin Yakuza yang sangat menginginkan anak laki-laki untuk dijadikan sebagai penerusnya. Aku dianggap lemah! Ibuku dan adik perempuanku bernasib lebih buruk dariku. Ayahku membunuh dan mengubur hidup hidup bayi yang ada didalam kandungan ibuku.

Dan saat aku dibuang di suatu pedesaan terpencil, aku ditemukan oleh Danzo-sama yang ternyata anggota dari kelompok ONI, ia sangat baik kepadaku. Ia tau bahwa aku adalah anak pemimpin Yakuza , tapi ia malah justru menganggapku sebagai cucunya. Padahal kelompok Oni dan Yakuza sering melakukan perang saudara, tapi Danzo-sama tetap saja berbaik hati kepadaku dan mengajariku berbagai macam jenis bela diri tradisional Jepang dari kecil hingga umurku 16 tahun.

Setelah kematian Danzo-sama akibat faktor umur yang sudah sangat tua pada waktu aku berumur 16 tahun, aku sangat terpukul dan terus berdiam diri di rumah tradisional sederhana yang dimiliki Danzo-sama. Tapi aku sadar , itu tidak ada gunanya. Dan mulai saat itu aku berjanji untuk tidak membuang buang waktu.

-0-

Saat ini aku sedang melancarkan aksiku. Dari atap gedung pencakar langit, aku memfokuskan tembak Accuracy International L115A3 AWMku kepada korban yang berada didalam gedung disamping posisiku sekarang .

Aku sudah memberikan tanda kepada korban dengan meletakkan bunga edelweiss di piring makanannya 7 menit yang lalu, namun si korban itu ternyata sangat bodoh dan tidak mengetahui serta tidak menghiraukannya. Mungkin ia mengira itu cuma hiasan makanannya, namun itu adalah salam kematian dariku.

"Selamat tinggal Perdana Mentri, semoga Tuhan tidak memberitahukan siapa yang mengantarmu keDia." kataku kemudian pelatuknya kutekan dan... berakhir.

Aku secepat mungkin membereskan senjataku dan menyimpannya dikotaknya. Segera mungkin aku harus keluar dari tempat ini karena kutau polisi Jepang akan menutup area ini dan mengintrogasi semua penghuni kawasan ini.

'Sangat mudah' batinku menggas dan melajukan motor Suzuki GS150Rku dengan cepat.

Ketika sampai didepan sebuah club malam, aku menepikan motorku sambil meraih BB Z10ku untuk menelpon clientku. Ketika clientku mengangkatnya

"Dia sudah mati." kataku

"Hmm bagus, aku suka cara kerjamu." kata orang diseberang telphone

"Hn, kusarankan kau segera mengirimkan uangku dengan cepat."

"Sudah masuk Edelweiss." kata orang itu lagi. Lalu kumatikan telphoneku. Kuelus elus motorku itu sambil berkata "Maaf, sebentar lagi aku bukan Tuanmu." lalu aku memasuki club malam itu dan duduk di depan meja bartender kemudian memesan vodka.

"Braakk."

"Apa yang anda lakukan tuan? tolong lepaskan saya." teriak seorang pelayan wanita yang sedang diganggu oleh pemesan minuman

"Ayolah , jangan munafik begitu sayang. Mari kita bermain main sedikit." kata pria pemesan minuman.

Pertengkaran itu bisa kudengar walaupun kerasnya hentakan musik yang sedang dimainkan Disc Jockey. Aku tidak tertarik namun aku juga kasihan melihat gadis itu yang malah dipermainkan oleh beberapa hidung belang teman si pemesan minuman tadi.

Aku pun menghampirinya dan menarik lengan gadis itu agar berada dibelakangku. Dan dapat kulihat, para hidung belang itu menatapku dengan tatapan main-main dan meremehkan.

"Kau juga mau ikut bermain dengan kami sayang?" kata pria pemesan minuman kepadaku

"Kau cemburu yah?" disusul pria hidung belang satunya dan dia mencolek daguku. Zzz cari mati rupanya.

"Yah, kurasa aku ingin bermain-main sedikit dengan kalian semua. Apa kalian sanggup?" kataku dengan suara mengejek. Mereka yang mendengarkan hanya tertawa terbahak-bahak. Dan

"Praakk!"

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa." jerit pelayan wanita itu ketika aku melemparkan botol bir yang berwarna hijau itu ke jidat hidung belang yang mencolekku tadi. Aku melihat hidung belang itu terluka parah dan darah bercucuran diwajahnya. Dia menjauh dan memegangi wajahnya itu. Masih ada beberapa hidung belang yang harus dibasmi. Dan ...

"Dukk, Prangg, Braakk."

"Lemah." ejekku melihat semua hidung belang itu terkapar tak berdaya. Club malam itu menjadi gaduh dan aku pergi meninggalkan club malam itu. Aku tidak membayar minumanku tadi.

-0-

Keesokan paginya aku pergi menjual motorku dan lancar lancar saja. Kini aku sedang berjalan menuju outlet mobil Suzuki, sebenarnya aku ingin membeli Ducati , namun sialnya uang hasil kerjaku masih 9 milyar. Tidak lucu kan hasil kerjaku dari umur 16 tahun sampai 22 tahun dihabiskan untuk 1 benda saja. Peluru untuk mengirim orang kesurga mau diambil darimana haa?.

-0-

Setelah melalui proses berjam jam yang hanya membeli mobil Suzuki Swift putih akhirnya mobil ini bisa kududuki juga dijalan raya. Aku terus menertawai penjual mobil ini karena dia tidak terlalu mementingkan identitasku. Yaa ID palsu, ia hanya tergiur dengan uang didalam ATMku. Dasar baka.

NORMAL POV

Hinata yang sedang menyetir mobil barunya itu berhenti tatkala lampu merah sedang berjalan. Ia melihat anak kecil yang sedang menangis diseberang jalan. Hinata yang mengingat masa lalunya itu langsung keluar dan menghampiri anak kecil itu. Sepasang onyx tengah membuka jendela kaca mobil BMWnya yang tengah duduk di kursi penumpang.

'Menarik' batin pemilik mata onyx itu sambil tersenyum yang sedang melihat Hinata mengajak anak itu memasuki mobil perempuan itu sambil memberikan beberapa lelucon kepada anak yang ditolonginya hingga anak kecil itu tertawa dan masuk kedalam mobil Hinata yang berada disamping BMW sang empunya sepasang mata onyx.

"Anda tidak apa-apa Tuan muda Aasuke?" tanya supir pribadi sang pemilik BMW.

"Hn." balas Sasuke.

Dan kemudian lampu hijau pun menyala. Hinata dan Sasuke-pun menuju arah yang berbeda

SASUKE POV

Aku terus saja memikirkan gadis baik hati itu. Entah mengapa wajahnya itu terus menghantuiku. Arggh sial!

"Heia adik bodoh." sapa Kakakku Itachi sinting ketika melihatku datang kekantornya

"Hn." balasku dengan bergumam tidak suka. panggilan bodohnya itu seakan-akan membuatku ingin sekali melihat Kakakku itu berbusa-busa mulutnya karena kucekik lehernya dengan sekuat tenaga.

"Ada apa kau memanggilku dikantormu huh?" tanyaku to the point sambil duduk diatas kursi kerjanya dan aku meletakkan kakiku diatas mejanya.

"Kau ini tidak sopan! Minggir!" bentaknya menyuruhku untuk pindah dari kursi dan meja murahannya ini.

"Cihh kursi dan meja ini berapa harganya?" ejekku sambil pindah dari kursinya menuju kursi tamu didalam ruangannya itu. Dan aku hanya melihat ia meminum kopinya itu sambil memutar bola matanya jengkel. Haha aku suka aku suka.

"Ehm, kau kupanggil kesini untuk memberitahukanmu tentang pembunuhan berencana yangditujukan kepadamu! Aku sudah menyewa bodyguard yang sangat elite untuk menjagamu bodoh." jelasnya.

"Lalu dimana dia?" tanyaku tidak sabar melihat bodyguard baruku itu. Mungkin saja bodyguard baru itu sama seperti bodyguard bodyguard yang kusewa dan tidak becus.

Kulihat Itachi sedang menelphone bodyguard itu karena ia bertanya dimana kau? Bisakah kau datang secepatnya dikantorku?.

Dan sambil menunggu bodyguard lelet itu aku dan kakak sintingku itu saling beradu argumen tentang siapa yang berani beraninya ingin mengambil nyawaku.

"Tok tokk."

"Masuk." kata Itachi. Dan wew gadis tadi yang kulihat menolong anak kecil di lampu merah.

"Perkenalkan, saya Anaphalis." kata gadis itu.

"Saya yang akan menjadi bodygurd Tuan Sasuke Uchiha." lanjutnya.

"H-hah? Hahahahahaha lmao!" tawaku terbahak-bahak karena yang akan melindungiku adalah seorang perempuan! Gila! Benar benar gila!

"Kau bercanda Itachi? Apa kau sakit? Hahahaha." lanjutku. Aku melihat wajah perempuan itu kesal dan menatap tajam kearahku. Dan jujur saja aku agak ngeri dilihat seperti itu. Dan akhirnya nyaliku ciutt dan diam.

-0-

Saat ini aku didalam mobil bersama 2 orang, yaitu supirku dan err bodyguardku. Bodyguardku itu menyarankan agar supirku berhenti saja dari pekerjaannya. Siapa dia? Seenaknya saja! Tapi tetap saja aku menuruti keinginannya. -_-

-0-

Sesampainya di kediaman pribadiku, aku disambut beberapa maidku. Aku menyuruh anaphalis sang bodyguardku itu untuk bicara 4 mata didalam ruang kerjaku.

"Apa kau ahli dibidang ini? Aku melihatmu hanya sebagai gadis lemah polos."

"Jangan liat dari luarnya Tuan."

"Kalau kau mati, aku tidak akan bertanggung jawab Anaphalis."

"Ya tentu saja, itu sudah menjadi resiko Tuan."

"Baiklah, kau akan pergi bersamaku nanti malam ke acara pertunangan sahabatku, aku pikir untuk mendapatkan pelakunya, kau harus jauh-jauh dariku dan mengamati dari belakangku ke segala arah, apa ada saran?"

"Tidak Tuan, aku akan melakukan seperti yang Tuan katakan."

"Kalau begitu kau boleh kekamarmu dan bersiap siaplah. Aku sudah menyuruh maid untuk membenahi semua keperluanmu." jelasku. Kemudian Anaphalis itupun pergi dari ruanganku.

NORMAL POV

Hinata menanyakan semua apa yang tidak diketahuinya kepada salah satu maid. Kemudian maid itu menyuruh Hinata untuk mengikutinya.

"Ini kamar anda dan semua yang ada didalam boleh anda gunakan Nona." kata maid itu sambil memberikan kartu mirip atm sebagai kunci pintu kamar barunya sementara.

'Seperti hotel saja' batin Hinata, ia tersenyum miris lalu menempelkan kartu itu kestandnya agar pintu itu terbuka. Dan bingoo! Terbuka.

Hinata masuk dan kembali mengunci kamarnya. Ia lalu merebahkan dirinya diatas bed yang nyaman itu.

'Hm sekarang baru jam 3, masih ada 2 jam untuk istirahat' batin perempuan itu lalu menyetel alarm di BBnya kemudian ia pun tertidur.

-0-

"Da chiugo pump up the volume up up. " 1 kalimat lagu Volume Up – 4minute itu yang dijadikan sebagai alarm soundnya Hinata, membuat sang pelaku penyetel alarm itu langsung terbangun.

Kemudian ia menuju kamar mandi untuk bersiap siap. Setelah 14 menit mandi, perempuan itu pun menggeledah lemari yang ada. Dan mendapati beberapa shirt dan dress. Hinata ingin dirinya tidak disadari oleh pelaku, karena yang akan didatanginya adalah sebuah acara pertunangan, maka Hinata-pun memilih gaun putih agak keunguan seperti pupil matanya. Yang sebatas lutut dan tidak memakai lengan.

Ada bunga bunga seperti mawar berwarna putih diujung sebagai renda dressnya. Sederhana itulah nuansanya. Tak lupa ia memakai celana short yang ada penyangga pistol dan pisaunya.

Hinata kini siap. Namun ia lupa pada kakinya! Ia yang baru saja ingin membuka pintu kamarnya pun kembali kelemari dan mencari tempat penyimpanan sepatu, dan hanya sebentar hinata sudah menemukannya.

'Pelayannya benar benar sigap menanggapi tuannya' batin Hinata

Hinata pun memilih sepatu wedges blink blink seperti dengan warna rambutnya itu. Ia pun benar benar siap.

-0-

Saat Hinata sudah sampai di ruang tamu, ia belum mendapati tuannya berada disitu. Mungkin baru bersiap-siap. Hinata-pun duduk dikursi tamu. Pelayan yang melihat Hinata itu langsung terkesiap. Hinata sangat cantik! Namun Hinata tidak menyadari hal itu. Dia bahkan tidak memakai make up sama sekali, jadi dia merasa biasa biasa saja.

"Kau sususudah si-siap?" tanya Sasuke dari belakang, Sasuke malah tergagap tatkala melihat Hinata berdiri dan berbalik kearah Sasuke.

Sasuke yang tentunya cowok tulen itu tentu saja pasti akan kaget dan grogi ketika melihat seorang malaikat secantik Hinata. Namun Sasuke tidak mengetahui bahwa malaikat yang bertugas melindunginya ini adalah Shinigami jahat .

-0-

'Kau benar benar bodoh Sasuke!' batin Sasuke meratapi nasibnya karena malu akan kegagapannya tadi. Sasuke sedang menyetir mobilnya dan hinata disamping tempat duduk Sasuke hanya terus terdiam dan melihat jalan didepannya.

-0-

Setelah sampai di parkiran gedung tempat temannya bertunangan. Sasuke pun berpencar dengan Hinata. Sasuke duluan masuk kedalam. Dan dari 16 meter kebelakang Hinata terus mengawasi Tuannya itu.

Sasuke nampak menyalami sahabatnya yang berambut kuning itu dengan pasangannya yang berambut pink. Hinata terus mengawasi gerak gerik orang orang, sambil meminum anggur merah.

"Kau sendirian kesini?" tanya pasangan sahabatnya itu yang bernama Sakura

"Hn." jawab Sasuke

"Wah teme, seharusnya kau cepat cepat mencari tempat untuk menepi!" kata Naruto sahabat Sasuke yang menjadi tunangan Sakura.

"Aku sudah mendapatkannya dobe." jawab Sasuke menyeringai

"Benarkah?" tanya Sakura tak percaya

"Huh untung saja ,kukira kau itu maho te~"

"BLETAKK."

"Argh sakit teme! Kau ini!"

"Kau baka diam saja."

"Hahaha." Sakura tertawa melihat tingkah tunangan dan sahabatnya ini.

Seorang wanita berambut merah memakai kacamata tengah menatap tajam ke arah Sasuke Sakura Naruto dan sepertinya memberi tanda ke seseorang melalui wireless yang ia sedang pakai. Hinata hanya tersenyum penuh kemenangan karena sudah mendapatkan pelakunya. Pelakunya itu tidak jauh darinya ,tepat didepannya.

Kini giliran Hinata mencari orang kedua atau masih banyak lagi yang sedang berjaga untuk melayani wanita rambut merah ini. Hinata meninggalkan wanita itu, ia naik ke lantai atas untuk mencari tanggan dan kaki wanita itu. Dan hahaha dapat.

'Ternyata Sniper amatiran'batin Hinata

'Ada 2 orang rupanya' pikirnya.

Kemudian Hinata pun berjalan dari belakang Sniper di sebelah kanan. Hinata mencekik leher Sniper itu dengan membekap mulutnya terlebih dahulu dan yah mudah, Sniper itu pingsan. Kini tinggal 1 orang untuk dibasmi kemudian menangkap otak dari percobaan pembunuhan ini.

Hinata melihat tembak yang akan digunakan Sniper tadi yang kini sedang pingsan dan diikat oleh Hinata.

'Ini kedap suara' batin Hinata dan ia pun tersenyum iblis. Ia mengarahkan tembak itu ke Sniper satunya yang sudah siap memuntahkan pelurunya ke arah Tuannya itu. Tapi sebelum itu, Hinata yang sudah master di bidang ini melepas laser tembak ini agar tidak diketahui. Setelah melepasnya Hinatapun menekan pelatuknya dan

"Crassh." suara darah bercucuran samar samar terdengar. Selesai. Hinata berjalan ke Sniper yang tertembak itu dan memberikannya bunga edelweiss.

Hinata dapat melihat raut wanita rambut merah itu dari atas, marah + kesal karena aba-abanya tidak diindahkan.

Hinata yang tidak mau repot malah mengundang musuhnya sendiri, ia menelphone polisi untuk segera datang dan menjelaskannya dari telphone Sniper yang sedang pingsan ini.

Hinata pergi dan kembali ke rumah pribadi majikannya.

Tak lama kemudian hinata dapat melihat dari jendela hitam taxi dari dalam, polisi sedang melakukan evakuasi digedung itu.

'Terima kasih atas laporan anda nyonya. Kami sudah menangkap pelakunya. Berambut merah dan berkacamata hitam serta anggotanya.'

Hinata hanya menyeringai melihat polisi berterimakasih kepadanya lewat sms.

"Moshi-moshi Sasuke-sama." Hinata menelphone Sasuke

"Ya, Anaphalis kaukah itu?" tanya Sasuke diseberang telphone

"Ya tuan, aku sudah menyelesaikan misiku dan aku berinisiatif pulang kerumah anda."

"Aku tidak per~"

"Tutt tutt tutt."

"Arggh dasar perempuan!" kesal Sasuke.

"Naruto ada apa ini?" tanya Sakura

"Aku juga tidak tau Sakura." kata Naruto yang heran karena ada banyak polisi yang ikut memeriahkan pestanya.

"Maafkan aku Naruto Sakura, sepertinya aku harus pulang sekarang." kata Sasuke pamit kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

-0-

Di kediaman pribadi sasuke

"Anaphalis!" bentak Sasuke

"Ya Tuan?" Hinata menjawab Tuannya itu dari atas

"Jelaskan apa yang terjadi! Kenapa Karin yang menjadi pelakunya?"

"Karin? Oh, rambut merah itu."

Sasuke dan Hinatapun saling memberitaukan kejadian kejadian yang terjadi dan menyimpulkannya.

-0-

Keesokan harinya

'Segeralah mengirimkan uang ke rekening ini 0285734683. Sesuai dengan kesepakatan dengan Itachi-sama.' Sasuke membaca secarik kertas yang diberikan salah satu maidnya.

'Cihh, pecundang' batin Sasuke kesal karena Hinata suka pergi tanpa seizinnya.

"ITACHI-NII!" suara Sasuke lantang nan keras dibalik handphone Itachi

"Yare-yare, kau ingin membuatku jantungan adik bodoh!? Ada apa?"

"Aku tidak puas dengan cara kerja bodyguard pilihanmu itu! Dia melarikan diri!"

"Apa?"

"Berapa uang yang ada pada perjanjianmu itu huh?"

"500 juta"

"..." Sasuke yang sedang berdiri dengan tangan kiri memegangi handphonenya lalu tangan kanannya memegangi secangkir kopi itu langsung jatuh terduduk di sofanya.

"Haishh kusso!" Sasuke sudah muak sekali dan melemparkan handphonenya ke lantai hingga terbelah menjadi beberapa bagian.

-0-

'Aku harus secepatnya mencari Ayahku ah mantan Ayahku itu dan membunuhnya. Supaya Ibu dan Adikku bahagia dan tenang disana. Lihat saja bu, aku akan menebas kepalanya dan mengeluarkan jantungnya! Barulah aku bahagia' batinku EDELWEISS.