RE-Publish

Ini fanfic yang udah lamaaaaa~ banget. Jaman SMA dulu, 3 tahun yang lalu (Pas masih alay-alaynya). Tapi atas permintaan Sabaku no Maura.. akhirnya dibikin lagi deh kelanjutannya. Berhubung akun FFN yang lama udah gabisa kebuka, jadi Riie chan bikin akun baru, dan mau publish ulang.. ada sedikit penambahan dalam fic yang baru ini, tapi tetap gak mengubah jalan ceritanya kok. ^^

Anime Naruto – Masashi Kishimoto

Sabaku no Gaara

Enjoy :D

.

.

.

Suatu pagi disekolah, tampak di ruang kelas X sangat sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Hanya ada segelintir murid teladan yang baru datang ke sekolah, satu diantaranya adalah Sasuke. Yaaah mumpung dirumah gak punya kerjaan dia datang duluan, dari pada di rumah, liet muka kakaknya yang gonta-ganti softlens mulu. Tak seperti biasanya, murid yang pemalas+berisik+omdo+bodo' telah hadir didepan pintu kelas sambil cengar-cengir gak karuan.

"Ohayou Sasuke."Sapa Naruto sambil berjalan dari pintu ke tempat duduknya.

"Si super bodoh? tumben datengnya pagi banget, kayaknya ada yang nggak beres nih? Perasaan hari ini gak mendung-mendung amat."Kata Sasuke setengah tidak mempercayai keadaan yang ia rasakan pagi itu. Mendengar hal itu, Naruto langsung melototi Sasuke sambil menduduki kursinya dan meletakkan tas kedalam laci meja.

"Apanya yang nggak beres? Gue dateng pagi, emangnya ada yang aneh? Gaya rambut lu tuh yang gak beres.."sambung Naruto sambil melipat kedua tangan didepan dadanya.

"Ya enggak, biasanya lo kan telat mulu, gue heran aja, kok bisa." Kata Sasuke lagi sambil bertekan dagu dimejanya.

"Hahaha, gue kan murid teladan, mana boleh telat, dasar idiot!"sambil menaboki (menampar deh kalau nggak ngerti, bahasa gue mah aneh.) Sasuke yang berada di sebelahnya. Sasuke hanya meringis kesakitan sambil memasang wajah cemberut (bibir sama hidungnya adu mancung). Beberapa saat kemudian, teman-teman Naruto yang lain mulai berdatangan. Mulai dari Kiba, Shikamaru, Hinata, Choji, dan Shino.

"Oii Kiba, lo kan gak boleh bawa hewan ke sekolah." Kata Naruto sambil menunjuk Akamaru yang berada diatas kepala Kiba.

"Terserah gue dong, emang siapa yang ngelarang? Jiraiya? Orochimaru? Atau Tsunade? Haah? Gue gak takut." Jawabnya dengan suara yang lantang sambil memukul-mukul mejanya.

"Dibilangin juga." Naruto pun menyipitkan kedua matanya, bermaksud memberikan sinyal kalau dia gak suka.

"Loh Naruto, itu Naruto? tumben lo dateng pagi." Naruto menoleh keasal suara yang sebelumnya ia kira adalah bisikan setan. Eehh~ ternyata itu Choji.

"Berisik lo gendut! Tadi malem gue gak main PS, otomatis gue gak begadang, soooooo gue gak telat and bangun pagi banget."sambil bertekan dagu tanpa menghiraukan Choji yang mengeluarkan aura membunuh karena abis dibilang GENDUT.

"Jadi lo sering telat, gara-gara main PS mulu ya? Pantes aja lo bego' nggak pernah belajar sih." Ujar Shikamaru setengah tak tertarik.

"Walaupun gue sering begadang, tapi gue gak punya kantung mata kan? Niiiiih." Naruto pun menarik kantung matanya dengan jari telunjuk.

"Iya juga ya, kalau lo punya kantong mata, ntar kaya' Gaara lagi." Setelah mengatakan itu, Kiba pun tertawa terbahak-bahak di ikuti Naruto. Shikamaru hanya menghela napas panjang, bermaksud untuk tidak ikut campur karena ia telah melihat kehadiran Gaara yang telah berdiri di depan kelas, Shikamaru pun memberikan isyarat lewat ekspresinya kepada Naruto dan Kiba dan hasilnya gagal, mereka berdua terus tertawa.

"Lo berdua ngatain gue?" saat mendengar suara orang yang mereka kenal, seketika Naruto dan Kiba berhenti tertawa dan mencari asal muasal suara. Begitu mereka melihat, Gaara yang telah berada di depan kelas.

"Sabaku kyuu."

"Uaaaaahhhhh" teriak Naruto dan Kiba begitu perisai pasir Gaara langsung menyerang mereka, raut wajah Gaara yang cool, berubah menjadi mengerikan. Tak lama setelah itu, Sakura dan Ino masuk ke kelas sambil memperhatikan pasir yang berserakan dilantai, dilengkapi dengan dua benda aneh dikursi.

"Apaan nih? Siapa yang bikin jailangkung di kelas?" Kata Sakura sambil celingak-celinguk melihat hasil seni yang WAW itu.

"Tapi kayaknya gue kenal deh." Ino pun menghampiri benda tersebut sambil mengelus-elus patung pasir itu.

"Tuuh, Gaara yang bikin, jailangkung Naruto ama Kiba." Jawab Sasuke datar sambil menunjuk Gaara dengan mulutnya. Sakura dan Ino hanya tercengang mendengar ucapan Sasuke. Tak lama kemudian, Asuma-sensei masuk kedalam kelas dan berjalan kemeja guru yang berada dekat dengan papan tulis. Naruto dan Kiba yang masih membatu tidak dihiraukan teman-temannya.

"Tolooooong" kata Naruto dan Kiba tak lebih dari sekedar bisikan. Itu karena mulut mereka yang kesumbat pasir, jadi gabisa teriak.

"Dua benda aneh apa disana?"Tegur Asuma-sensei begitu melihat sesuatu yang mencolok diantara murid yang lainnya.

"Gara-gara Gaara tuh sensei." kata Choji sambil terus mengunyah papan pembatas jendela (becanda kok, jangan serius amet).

"Gaara, sudah selesai main-mainnya, sekarang waktunya belajar." sambil menatap kearah Gaara yang terlihat masa bodoh dengan kedua temannya itu. Gaara pun terdiam sambil merontokkan pasirnya. (pokonya pasirnya berjatohan gitu deh, dari padet jadi halus, gue gak ngerti tu gimana nulisnya).

"Buaaahhh.. hah.. hah.." Kata Naruto dan Kiba serentak sambil ngos-ngosan setelah pasir itu lepas dari tubuh mereka.

"Gila lo Gaara! untung aja gue nggak mati. Kalau gue mati.. lo gue gentayangin, dijamin deh, tanpa di undi." Ujar Naruto dengan napas yang tersendat-sendat sambil menatap Gaara yang sejak tadi cuek.

"Sorry deh." Singkatnya seolah tidak mau memperpanjang kejadian, situasi dan kondisi. Sementara Asuma-sensei yang telah berada di depan kelas tampak celingak-celinguk kayak lagi nyari Kurenai yang ilang.

"Kalian gak punya spidol?" katanya sambil terus melihat isi didalam laci meja, yang biasanya jadi tempat menaruh peralatan tulis tersebut.

"Ada sih sensei, tapi spidolnya permanen." sahut Sakura yang merupakan sekretaris kelas.

"Permanen? Permanen itu bukannya yang sering nyanyi di jalanan ya?" celetuk Naruto sejadi-jadinya. (maksudnya sih mau bikin plesetan, tapi gak lucu.. jadi kayak setan?)

"Itu bukan permanen! Tapi pengamen!" sambung Kiba setengah nyolot. Sakura pun langsung melototi mereka berdua, dengan sensasi cakra yang mengisyaratkan "diem! dasar idiot!". Mendengar tingkah temannya, Hinata hanya tertawa pelan, sementara Ino tertawa terbahak-bahak.

"Sudah.. sudah.. kalau begitu kita baca buku latihan saja." Asuma-sensei pun mulai membolak-balik halaman bukunya. Diikuti seluruh murid yang ada di kelas.

"Satu orang bisa tolong bacakan halaman 34, biar bisa kita simak bersama-sama. emm..." Mata Asuma-sensei mulai bergerak memandangi siswa yang ada didalam kelas dan terhenti pada Shino.

"Shino, sejak tadi kamu diam terus, ayo cepat baca." perintah Asuma-sensei. Shino pun bergegas memulai membaca buku sambil terbata-bata dan berulang-ulang memperbaiki kacamatanya.

"Kenapa Shino? Kamu nggak bisa baca?" tegur Asuma-sensei hingga membuat Shino menghentikan bacaannya.

"Gimana mau baca sensei, kacamata itemnya aja nggak dibuka." Celetuk Kiba sambil terbahak-bahak diikuti teman yang lainnya.

"Sembarangan! Ini lagi trend bego." Protes Shino sambil membenarkan kacamatanya.

Beberapa jam kemudian sekolah pun berakhir. Bel pulang menggema diseluruh pelosok sekolah. Tampak keramaian siswa-siswi pulang dengan bahagia (Bahagia(?)). Hari itu, seperti biasa Sakura pulang bersama-sama dengan Ino dan Hinata. Saat di perjalanan pulang, mereka tidak sengaja berpapasan dengan Temari dan Kankuro yang sedang shopping setelah pulang sekolah.

"Temari-senpai." sapa Ino sambil menghampiri mereka berdua.

"Belanjanya kok banyak banget, beli apa aja nih?" tanya Sakura yang juga menghampiri Temari dan Kankuro sambil melirik bungkusan yang mereka bawa.

"Nih, beli alat-alat fitness, kami lagi ngeborong loh." Temari pun menunjukkan bungkusan itu kehadapan Sakura and friends.

"Alat fitness? Buat apaan?" tanya Ino sambil mengerutkan keningnya.

"Buat Gaara." sambung Kankuro hingga membuat kerutan pada dahi ketiga gadis itu.

"Buat Gaara?" Hinata pun mulai buka suara (saking herannya).

'Iya, tuh bocah kan males banget bergerak, jadi kami beliin ini aja, siapa tau nanti dia bisa jadi atlet." Kata Temari sambil menoleh kearah Kankuro bermaksud untuk mendapat persetujuan.

"Loh, bukannya Gaara emang atlet ya?" ujar Ino sambil mengangkat satu alisnya. Temari pun ikut mengangkat satu alisnya juga, dengan maksud ingin mengetahui jawaban dari Ino, karena setau Temari, Gaara gak pernah minta izin jadi atlet. (Emang harus ijin dulu gitu?)

"Atlet Panah, wuuhhh jago banget deh, tepat sasaran mulu." mendengar hal itu, Temari hanya menatap Ino dengan raut wajah yang kurang tertarik.

"Yeee.. kalau itu sih gue tau. Maksud gue yang kerenan dikit kek, atlet lari kek, silat kek, yang banyak gerakan gitu. Biar dia cepet tinggi." sahut Temari sejadi-jadinya.

"Iya sih, kalau diukur-ukur, Gaara yang paling pendek dari cowok-cowok yang ada di kelas, di Anime Naruto ultimate ninja juga.. pas udah jadi Kazekage juga." kata Sakura sambil menekan dagunya dengan mata melirik keatas.

"Aduh... gossip mulu. gue pegel nih! dari tadi pegang burden." protes Kankuro yang sejak tadi tidak begitu dihiraukan para girls.

"Oh iya, gue lupa ada lo." Kata Temari sambil menoleh Kankuro dengan wajah yang cengengesan. "Kalau gitu, kami balik dulu ya." Sambung Temari lagi sambil melambaikan tangannya kearah Sakura and friends. Sementara itu dirumah Naruto, berkumpul temen-temen cowo'nya.

"Idih, rumah lo banyak pasir Naruto, jorok banget sih. Gue jadi gak bisa tiduran dilantai kan." Keluh Shikamaru sambil meneliti tiap sudut lantai rumah.

"Yeee.. Gaara tuh yang bikin! kalau masuk kerumah, sepatunya nggak digetok. Kan pasir yang nempel dikakinya jadi berantakin rumah." Jawab Naruto sambil mengambil sesuatu dari kulkas untuk dihidangkan.

"Gue kirain gara-gara dia main jutsu dirumah lo, nggak tau nya…" perkataan Shikamaru terhenti saat melirik Gaara.

"Apa lo bilang? Enak aja nuduh gue. Periksa nih ada ato nggak pasir disepatu gue?" Keluh Gaara sambil duduk santai dipojokan. (Biasanya sih mojok bareng gue) #PLAK

"Heheh.. becanda, kan kalau yang berhubungan ama pasir, pasti bekennya Gaara, jadi gue nuduh lo aja." sambil membawa setoplas keripik dan beberapa gelas orange juice untuk dihidangkan sama Gaara, Shikamaru ama Kiba. Choji gak diajak, abisnya rakus ntar ngabisin semua makanan lagi. Shino gak pernah mau gabung gak tau deh kenapa, mungkin bantu-bantu cuci piring kali ya. Sasuke mau les tuh, tumben-tumbenan aja gak ikut. Biasanya always forever together.

"Hei Naruto, punya daging nggak? Akamaru laper nih." Tanya Kiba sambil mengelus-elus kepala Akamaru dan menilahat Naruto yang menaruh makanan diatas meja.

"Apa kata lo? Daging? Gue tiap hari aja ngirit, makan ramen mulu, lo mau kasih anjing daging." sambil menunjuk-nunjuk Kiba dengan spatula yang entah muncul dari mana.

"Kalau gitu apa aja deh yang lo punya, kasian nih, anjing gue laper." Kiba memasang ekspresi memelas.

"Oh, kemaren Sasuke bawa empek-empek, itu aja ya." sambil bergegas lari kedapur.

"Terserah deh, suka-suka lo." tak lama Naruto kembali sambil membawa sepontong empek-empek. Gaara mengambil komik yang letaknya tak jauh dari kepala Shikamaru. Tak sengaja Gaara mengendus bau rambut Shikamaru.

"Lo pake sampo ya?" kata Gaara yang telah mengambil komik miliknya sambil menutup hidung dengan tangannya.

"Kok tau, aduh ketahuan ya?" sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mungkin nggak gatel.

"Sampo cewek lagi, sunsilk kan? Yang urang–aring?" terka Gaara sambil mulai membuka halaman awal komik.

"Hahaha? Pake sampo cewe? Mendingan lo pake sampo anjing aja, kayak gue." ledek Kiba.

"Idih, Ogah, ntar kayak mbah surib lagi (alm)" balas Shikamaru sambil mulai membaringkan tubuhnya kelantai yang banyak pasir.

"Loh, kok lo tau Gaara? Tau dari mana kalau itu sampo sunsilk yang urang-aring? Jangan-jangan lo pake juga ya?" sambung Naruto yang mulai duduk didekat mereka.

"Enak aja, tuh sampo yang biasa Temari pakai, baunya gue kenal banget, pengennya dia sih, pakai itu biar rambutnya item, ehh masih aja pirang." Terang Gaara kepada tiga temannya sambil sibuk membaca komik.

"Oh, dia pake itu juga ya?" sambung Shikamaru. Gaara mengangguk.

"Emang kenapa?" Sambung Gaara lagi sambil mengerutkan keningnya.

"Gak, gue pernah ketemu dia waktu beli sampo itu, dia ngetawain gue, ehh, ternyata dia ikut-ikutan gue juga pake sampo itu." jelas Shikamaru sambil tertawa-tawa (padahal gak ada yang lucu). Sementara Kiba masih tetap asik memberi makan Akamaru.

"Hei Gaara, lo tiap pulang sekolah gak pernah langsung balik kerumah, gak takut dimarahin ya?" tanya Naruto pada Gaara.

"Nggak." singkat Gaara. Naruto, Shikamaru dan Kiba pun terdiam sambil menatap Gaara. Maksud dari ucapannya adalah menyinggung tentang kedua orang tua Gaara. Merasa menjadi pusat perhatian, Gaara pun menghentikan bacaanya dan melihat ketiga temannya.

"Kok lietin gue?" tanya Gaara heran.

"Kami tau kok, sebenernya lo mau cari tau tentang kematian ibu lo." jawab Naruto yang membuat Gaara ternganga beberapa detik. (kalau beberapa jam masuk laler mampus tuh).

"Enggak." singkat Gaara lagi dan kembali memfokuskan bacaanya.

"Kami mau kok bantu lo." Gaara pun langsung menatap ketiga temannya itu. Ia diam sesaat sebelum melanjutkan.

"Kalau mau bantu, kita cari bokap gue dulu, sampe sekarang gue nggak tau dia kemana." jawab Gaara yang sepertinya setuju dengan ide teman-temannya itu.

"Lo masih sering kontak gak?" tanya Shikamaru sambil mengunyah keripik kentang.

"Dia aja gak suka gue, gimana mau kontak ama gue." Shikamaru mengeryitkan dahi sesaat, kemudian..

"Eh, kemaren kan gue sempet pegang hp Temari, terus gue buka inbox, kayaknya ada pesan deh dari bokap lo, tapi gak gue buka." pernyataan Shikamaru membuat teman-temannya curiga.

"Lo macarin kakak gue ya?" tanya Gaara setengah menuduh.

"Eh, bukan tunggu dulu."

"Iya juga, kalau gak, kenapa lo bisa pegang hp dia?" sekak Naruto. (lo kira main catur apa?)

"Dengerin dulu." bantah Shikamaru lagi.

"Udah, ngaku aja, udah ketauan kok." ledek Kiba sambil tertawa. Shikamaru hanya menghela napas panjang. Ia pikir, percuma juga dijelasin sama orang yang gak mau denger.

"Tapi cocok juga ya, couple rambut duren." ledek Gaara juga sambil menarik-narik rambut Shikamaru.

"Iya ya, rambutnya sama-sama tajem, bisa aja lo." Kata Naruto sambil memukul Gaara. Gaara hanya menyipitkan matanya melihat Naruto tanda tangannya sakit dipukul.

Beberapa saat kemudian... Dimeja, setoplas keripik kentang kosong, minuman orange juice bersih, Gaara, Shikamaru dan Kiba mulai memasang gaya SMP (selesai makan pulang). Namun hal itu telah terbaca oleh Naruto, gimana nggak terbaca, setiap hari selalu begitu kok.

"Eh eh eh, enak aja, cuciin nih piring gue, beresin nih meja, SMP lo pada." bentak Naruto sambil menarik baju teman-temannya.

"Kita kan udah SMA sekarang, (selesai makan amiiiin)." jawab Kiba yang bajunya masih ditarik Naruto. Mau gak mau mereka membereskan rumah Naruto, Gaara beresin meja, Shikamaru cuci piring, Kiba nyapu lantai, Naruto berleha-leha sambil mandor.

"Sekalian ya, kacanya dilap juga." perintah Naruto pada Gaara. Mendengar hal itu, Gaara diam dan berniat mengusili Naruto ("Enak aja dia merintah gue" inner Gaara) tak lama Gaara menyemprotkan cling ke muka Naruto. Spontan Naruto yang berbaring di lantai kaget, Kiba yang melihat itu pun membantu Gaara mengusili Naruto dengan mengusap-usap kemoceng di wajah Naruto. Shikamaru yang melihat tingkah merepotkan beberapa temannya itu hanya berjalan kearah mereka, gak niat buat jahilin juga sih, tapi si Naruto udah berprasangka buruk duluan.

"Eh, mau apa lo?" kata Naruto sambil menatap Shikamaru yang mendekatinya.

"Apaan lo? Orang gue mau lewat juga." Jawab Shikamaru sambil berjalan melewati Naruto. Naruto hanya menyipitkan matanya sambil memasang kuda-kuda dengan dua tangan didepan wajahnya, kayak mau karate. Tiba-tiba setelah keributan itu, Gaara meringis kesakitan sambil memegangi dadanya. Ketiga temannya pun panik dan bergegas mendekati Gaara.

"Eh, Gaara, lo nggak apa-apa?" tanya Naruto sambil memegang pundak Gaara.

"Sesek napas nih." kata Gaara yang masih memegangi dadanya dan berbicara sambil ngos-ngosan.

"Nggak biasa kena debu ya? Tapi gak mungkin juga sih." ujar Shikamaru.

"Gak, ngaco lo." Gaara pun berusaha membusungkan dadanya agar terlihat baik-baik saja.

"Muka lo pucet tuh? Kayak seminggu gak berak." sambung Kiba yang ikut mengkhawatirkan temannya itu.

"Gue pulang duluan ya." jawab Gaara tanpa menghiraukan perkataan Kiba.

"Mau kami anter nggak? Ntar lo pingsan dijalanan lagi." tawar Naruto sambil mengikuti Gaara berjalan ke pintu keluar.

"Nggak usah, emang gue mau mati apa? Kalau gue koma, baru lo semua harus jenguk gue." Spontan perkataan Gaara pun membuat teman-temannya kaget+curiga. Mereka saling berpandangan satu sama lain sambil mengernyitkan dahi.

"Maksud lo ngomong gitu?" Naruto pun mengerutkan dahinya membuat kedua alis pirangnya betautan.

"Becanda bego, udah gue mau pulang." Gaara pun bergegas meninggalkan teman-temannya itu. Saat dijalan pulang, bukannya pulang kerumah, malahan Gaara berhenti di sebuah toko untuk membeli sebotol air mineral, setelah itu Gaara langsung mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, yang ternyata adalah beberapa butir obat dan langsung menegaknya sekaligus dengan air yang ia beli tadi.

"Kok makin sering kambuh ya?" kata Gaara sambil menatap botol minuman yang ia genggam.

.

.

.

Keesokan harinya.

Dari kejauhan, Gaara melihat banyak siswa-siswi memadati papan mading yang ada di loby sekolahan. Sepertinya ada sesuatu yang menarik hingga mereka rela berdesak-desakkan di sana, Gaara yang baru datang pagi itu pun penasaran apa yang sedang dilihat teman-temannya itu.

"Liet apa sih?" kata Gaara sambil mendekati teman-temannya.

"Eh, nih, sekolah ada A-CA-RA." dikte Naruto kepada Gaara. Gaara hanya tercengang sambil mengangkat satu alisnya (Emang Gaara punya alis? Think again).

"Iyaaa, kita bakal nginep di sekolah selama 2 hari, kayak acara LKS (latihan kepemimpinan siswa) gicuu deh." sambung Kiba dengan senangnya.

"Ngebosenin, gue nggak ikut." Kata Gaara sambil menunjukkan ekspresi lesunya tanda tak tertarik.

"Kenapa? Pasti lo takut sama setan yang muncul di sekolahan kan?"sambung Naruto seenaknya.

"Enak aja!"

"Trus kenapa nggak mau? Asik lagi, kita bisa seneng-seneng bareng selama masih ada waktu. Selama masih ada waktu loh." terang Kiba dengan memperjelas kalimatnya. Gaara pun diam sejenak seperti ada sesuatu yang menganjal dipikirannya. Setelah beberapa detik berpikir.

'Iya deh, gue ikut.''spontan Naruto langsung memeluk Gaara.

"Duuh, temen gueee.."Gaara pun langsung menjauhkan diri dari Naruto.

"Apaan sih? Najis lo." Kata Gaara sambil membersihkan bajunya (Dia kira Naruto ada penyakit menular apa?) melihat tingkah temannya itu, Kiba hanya tertawa. Tak lama datang Sasuke dengan mata yang membengkak.

"Hah? Kenapa mata lo? Jelek banget. Cocok sama muka lo." ledek Naruto sambil menunjuk muka Sasuke dengan cekikikannya.

"Enak aja lo, mata gue iritasi nih." Sasuke pun memasang kacamata hitamnya.

"Iritasi kenapa?" pasti abis ngintip orang BAB kan?" ledek Kiba juga.

"Menurut gue sih, pasti lo kecapean belajar di les baru lo, jadi bengep gitu."terka Gaara sambil menatap Sasuke.

"Hah payah, tebakan lo semua meleset nih."

"Terus kenapa?" tanya Naruto penasaran.

"Gue coba-coba pake softlens Itachi, ehh abis itu mata gue perih banget, langsung merah, gue bawain tidur, eh pas bangun mata gue bengkak gini." jelas Sasuke. Mendengar hal itu, teman-temannya hanya terdiam sambil ternganga.

"Kirain apaan." sambung Gaara melepas kesunyian beberapa saat.

Setelah berisik di loby, Gaara dan teman-temannya pun kembali kekelas, tapi sepertinya Naruto tidak, (kenapa nggak hayoo? Kasih tau nggak yaa? "hyaaaaahhh" langsung dirasengan Naruto).

"Eh Gaara, kemaren gue pinjem loker lo kan buat naroh celana olahraga gue?" Gaara pun berhenti dan membalikkan badannya kearah Naruto.

"Iya, Terus?"

"Pinjem kuncinya dong, foto bokap ama nyokap gue ketinggelan disaku celana gue, mana satu-satunya lagi."pinta Naruto sambil menadah tangannya. Gaara pun mengambil kunci dari saku celananya.

"Jangan bongkar-bongkar barang gue ya."sambil memberikan kuncinya pada Naruto.

"Oke deh." Naruto pun bergegas berlari menuju loker yang tidak jauh dari papan mading. Gaara dan teman-temannya pun kembali kekelas dan duduk dibangkunya masing-masing.

.

"Mana ya fotonya?" sambil bongkar-bongkar loker Gaara, padahal udah diingetin jangan dibongkar. Dasar dodol garut.

"Nah ini fotonya." sambil melihat foto miliknya dan menciumnya. "Untung nggak ilang." belum sempat menutup lokernya Naruto menemukan sesuatu di loker Gaara yang membuat matanya terbelalak.

"Be.. benda apa nih?"

.

"Kok lama banget sih Naruto?" gerutu Kiba sambil mencari kutu Akamaru (?)

"Jangan-jangan." Gaara mengernyitkan dahi, ia langsung berdiri dan berlari keluar kelas. Kiba dan Sasuke hanya tercengang melihat tingkah Gaara yang langsung lari tanpa izin dan permisi. Harusnya kan dia lapor 1 kali 24 jam.

"Kenapa sih tu anak?" kata Sasuke sambil melihat kepergian temannya itu dengan heran.

"Nggak tau tuh. Dadakan sih."sahut Kiba yang juga sedang memandang Gaara. Gaara pun bergegas berlari menuju ruang lokernya.

"Kalau sampai Naruto ngeliet itu, gawat!" gerutu Gaara dengan napas ngos-ngosan sambil terus berusaha berlari kencang. Saat sampai diloker, Gaara melihat Naruto dengan ekspresi yang mengerikan. Gaara pun mendekati Naruto perlahan, namun saat Gaara telah berada didepan temannya itu, tanpa diduga pukulan keras melayang ke pipi Gaara dan membuat Gaara sampai jatuh terduduk dilantai. Gaara mengusap darah yang keluar dari sisi bibir dengan punggung tangannya.

"Apa-apaan lo?" tanya Gaara heran sambil meringis kesakitan memegangi pipinya.

"Kenapa lo nggak bilang masalah ini ke kita?" bentak Naruto sambil mencengkram kerah baju Gaara yang masih terduduk dilantai. Gaara hanya diam tanpa membalas tatapan Naruto.

"Lo nemuin itu ya? Kan udah gue bilang, lo jangan bongkar barang-barang gue." sambil mulai berdiri dan menepis tangan Naruto

"Kita tuh temenan udah lama, kenapa masalah besar kayak gini lo sama sekali nggak cerita? Jadi lo nganggep kami semua apa?" bentak Naruto lagi.

"Gue gak bisa cerita sama kalian." Jawab Gaara pelan sambil menunduk. Naruto hanya menghembus napas panjang.

"Gue minta tolong, lo jangan bilang siapa-siapa tentang ini." pinta Gaara yang akhirnya mulai membalas tatapan Naruto.

"Tapi kenapa?" Naruto mengernyitkan dahinya tak mengerti dengan alasan apa yang membuat Gaara tidak ingin mengatakannya pada mereka.

"Gue Cuma gak mau, dipandang lemah gara-gara hal kayak gini."Naruto hanya menatap Gaara sendu.

"Cuma lo yang baru tau masalah ini, Kankuro ama Temari juga nggak tau, ini rahasia, jangan pernah bilang siapa-siapa. Gue minta tolong." pinta Gaara sambil menutup lokernya. Naruto pun hanya terdiam, dan membuat ruang loker yang sepi menjadi hening.

.

"Mana tuh Gaara, jadi ikutan ngilang?"gerutu Kiba sambil melihat kearah luar berulang-ulang.

"Emang Gaara ama Naruto kemana?" Shikamaru yang tak tahu apa-apa karena baru datang pun ikut-ikutan celingak-celinguk.

"Susul aja, bentar lagi bel masuk bunyi nih." Sasuke pun mulai berdiri, Tak lama kemudian munculah Naruto dan Gaara.

"Dari mana aja lo bedua?" tanya Sasuke kepada mereka sambil duduk kembali kebangkunya.

"Gue dari loker, kenapa sih?" jawab Naruto sambil berjalan masuk kekelas.

"Lama banget?" tanya Kiba juga sambil memandangi Gaara. Kiba langsung mengernyitkan dahi begitu menyadari terjadi sesuatu pada Gaara.

"Bibir lo kok berdarah?" tanyanya sambil menatap Gaara, Gaara hanya menyeka darah dengan jari jempolnya tanpa mengatakan apapun.

"Sebenernya…" Naruto mulai buka suara hingga membuat perhatian mereka teralih kepadanya, Gaara juga langsung menatap Naruto sambil mengernyitkan dahi.

"Sebenernya apa?"tanya Sasuke pada Naruto. Gaara terus menatap Naruto dengan cemas. Perkataan Naruto pun terhenti.

To be continue