"You Piss Me Off"

Disclaimer©Masashi Kishimoto

Warning : full of typo's and the others

Like Or Not, Please RnR… ^^

.

.

Chapter 1

"Matanya seperti padang rumput. Begitu teduh. Dan…" mata onyx Sasuke berkilat penuh bahagia seiring meluncurnya tiap bulir kata dari bibir tipisnya. Si pendengar hanya manggut-manggut entah sebagai tanda setuju atau hanya sekedar menegaskan bahwa dia tidak pernah absen mendengarkan cerita -lebih tepatnya curahan hati- sahabatnya sejak kecil ini.

Sunyi…

"Hinata, kau mendengarku?" kini wajah stoic Sasuke yang tadinya menerawang memandang langit malam sukses teralih sepenuhnya kearah wanita bersurai indigo disampingnya. Hinata yang dipandangi lekat-lekat seperti itu hanya bisa gelapan, berusaha mencari titik pandang lain -apa saja- selain mata sekelam malam milik sahabatnya ini.

"Heh? Te-tentu saja aku me-mendengarkan ceritamu, Sa-Sasuke." sanggah Hinata secepatnya sebelum wajahnya memanas dan Sasuke semakin curiga dengan gelagatnya. Tapi Hinata memang tidak pernah belajar mengelabui Sasuke dari pengalaman sebelumnya sehingga lihatlah apa yang terjadi. Sasuke semakin mendekatkan wajahnya kearah Hinata sambil memicingkan mata elangnya, berusaha menemukan kejujuran di wajah Hinata. Yang mendapat perlakuan seperti itu –dalam hal ini Hinata- hanya bisa menundukkan kepalanya semakin dalam berusaha menyembunyikan wajahnya yang tidak sepucat biasanya melainkan merah padam.

"Kalau begitu, katakan padaku dengan jelas apa yang baru saja kukatakan. Bisa kan?" nada suara Sasuke yang terdengar lebih menggoda semakin membuat Hinata hilang kendali atas rona di wajahnya. Sasuke tahu benar sifat mendarah-daging milik Hinata ini. Dia hanya bisa terkekeh geli mendapati Hinata belum berubah sejak dulu.

"Yare, aku jadi penasaran bagaimana caranya kau mendekati 'Naruto-kun'mu itu. Ngomong-ngomong, sudah berapa lama?" tanya Sasuke sambil sesekali melirik kearah sahabatnya itu. Senyum tipis terangkai di bibir tipis Sasuke. Hinata mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk. Tidak ada bekas aliran airmata, yang tersisa hanya semburat merah tipis di wajahnya. Senyum tipis Sasuke tidak dapat bertahan lama dan pada akhirnya terganti oleh kekehan.

"K-kau cerewet sekali, Sa-Sasuke." gerutu Hinata. Sebenarnya tidak bisa dibilang 'menggerutu' juga karena tetap saja ekspresi Hinata terkesan….. malu-malu? Sasuke semakin terkekeh geli melihat kelakuan sahabatnya ini. Pada dasarnya memang Hinata tidak bisa marah pada orang lain. Itu setahu Sasuke.

Sasuke tiba-tiba bangkit dari duduknya dan sedikit meregangkan otot. Ditatapnya langit malam tak berujung dengan kerlap-kerlip bintang disana-sini. Air mukanya berubah menjadi lebih tegas. Hinata hanya menatap bingung atas reaksi Sasuke yang berubah tiba-tiba. Tak berapa lama Sasuke menoleh kearah Hinata, menatapnya lama dan dalam. Hinata yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa memainkan kedua telunjuknya sangat gugup. Hinata tahu benar apa yang akan dikatakan Sasuke. Dan kali ini dia benar-benar yakin bahwa Sasuke tidak main-main.

'Tidak, Sasuke.' Hinata menjerit dalam hati. Sayangnya Sasuke tentu saja tidak akan mendengarnya.

"Bantu aku…."

'Tidak, aku tidak…'

"Bantu aku mendapatkannya."

'Cukup! Jangan sebut namanya.'

"Bantu aku mendapatkan Sakura Haruno."

Deg!

Hinata menatap ragu-ragu sosok menjulang di sampingnya. Wajah rupawan bak dewa dari khayangan begitu serasi dengan kulit sepucat porselen. Tidak! Lihat tatapan memelasnya. Tidak pernah dalam 17 tahun hidupnya bersama Sasuke, ia mendapati sosok di sampingnya menurunkan ego Uchiha yang telah mengurat di nadinya. Seorang Sasuke Uchiha memohon atas nama…. Sakura Haruno?

"Hina- "

"Ba-baiklah. Aku akan me-membantumu."

CTTTAAAARRRR….

Petir seakan bersahut-sahutan di benak Hinata setelah menyadari apa yang baru saja ia katakan. Dilihatnya lagi wajah Sasuke yang telah berubah menjadi lebih tenang dan….. bahagia. Ya, Sasuke terlihat lebih bahagia sekarang. Bukankah itu bagus, Hinata? Kau hanya perlu mendekatkan Sasuke dengan seorang wanita. Lagipula ini bukan pekerjaan sulit sepertinya. Sejauh ini tidak ada wanita yang menolak pesona lelaki bermata onyx dengan rambut model khas ini. Mungkin kau hanya butuh waktu sekitar 3 bulan. Tapi yang jadi masalahnya adalah…

Hinata POV

Kurasakan tangan besar dan hangat yang begitu kukenali mengacak-acak rambut indigoku penuh sayang. Ketengadahkan wajahku dan kudapati sosok Sasuke yang menatapku dengan bahagia. Wajahnya yang selalu tampak datar kini begitu mudah mengumbar senyum. Dulu hanya aku wanita selain Mikoto-baasan –ibu Sasuke- yang dengan mudah mendapat senyum tulus dari Sasuke. Kini Sasuke tersenyum padaku, masih dengan senyum yang sama tapi senyum itu demi wanita lain. Ya, demi Sakura Haruno.

"Arigatou. Kau memang sahabat yang bisa diandalkan. Ayo pulang!" ucap Sasuke tulus sembari meraih jemari mungilku. Sejenak aku tertegun dan tampak ragu namun tangannya yang menawarkan kehangatan serta keyakinan untuk melindungiku membuatku sadar bahwa Sasuke-ku belum berubah. Ya, masih ada bagian dari Sasuke-ku yang belum lenyap.

Kusambut uluran tangannya dengan senyum malu-malu milikku. Kugenggam erat jemarinya seakan dia bisa pergi kapan saja tanpa mengatakan 'sampai jumpa'. Begitu bahagianya aku saat kurasakan jemariku digenggam erat olehnya. Rasanya seperti ungkapan cinta yang terbalaskan.

Cinta yang terbalaskan?

Apa seperti ini rasanya?

Apakah perasaan seperti ini yang kau tunggu darinya, Sasuke?

Perasaan terbalaskan?

Aku terlalu larut dalam pikiranku hingga tanpa sadar kami sudah tiba di depan kediaman Hyuuga –rumahku-. Aku bahkan tak sadar sudah berapa lama kami –atau lebih tepatnya Sasuke- berdiri sembari menungguku keluar dari awang-awang lamunanku.

"E-eto, kita sudah sa-sampai?"

'Well done, Hinata. That's the foolist question among this century.' Aku merutuki diriku yang terlalu terbawa khayalanku hingga tak sadar akan kalimat yang meluncur dari mulutku. Kuarahkan pandanganku ke bawah takut-takut akan perasaan Sasuke yang mungkin merasa diacuhkan olehku.

"Dasar gadis bodoh. Menurutmu siapa lagi yang masih memilih tinggal di rumah tradisional Jepang seperti ini selain keluargamu? Ck!" gerutu Sasuke. Aku hanya tertawa geli melihat ekspresi langka Sasuke. Dalam hati aku juga membenarkan perkataan Sasuke. Ayahku memang kolot.

Sasuke masih menggerutu tentang kekolotan keluargaku sampai akhirnya aku meremas lebih kuat jemarinya, mengisyaratkannya untuk berhenti dan menoleh kearahku. Saat kudapat perhatiannya, aku tersenyum tulus padanya meski agak kaku.

"Arigatou, Sa-Sasuke. Hari i-ini sungguh he-hebat. Jaa!" ku ucapkan sebaris kalimat itu dengan sekali tarikan nafas. Langsung saja aku menghambur masuk ke kediamanku tanpa menoleh meski hanya untuk melambaikan tangan. Saat pintu rumah kututup, aku mendengar Sasuke berteriak.

"Besok kujemput jam 7 tepat. Oyasumi!" sahut Sasuke sambil berlalu menuju rumahnya yang hanya berjarak 3 rumah dari kediamanku.

"Oyasumi, Sasuke." Bisikku kemudian menaiki tangga dan masuk kedalam kamarku. Kuhempaskan tubuhku di kasur berseprai biru kesukaanku. Permintaan Sasuke kembali menari-nari di benakku.

'Sakura Haruno. Kau…..'

To Be Continued

Taaaarraaaaaaa…

Hallo,minna-san. Perkenalkan nama saya Miruza Fuyumi.

Saya pendatang baru dalam dunia pembuatan fanfic.

Yoroshiku,,ne… ^^

Saya sadar akan banyak kesalahan dalam fanfic ini.

Saya akan terima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari senpai semuanya..

Hontou ni arigatou.. ^^

#ojigi..