No Promises

Summary : Suatu saat hidup melambungkanmu tinggi ke langit, dan sesaat kemudian hidup serasa menghempaskan keras dirimu ke tanah.

Disclaimer : Kishimoto-san (buat chara-nya), Shayne Ward (buat lagunya), dan –err Ilana Tan (buat summary-nya)

Au : Saya lagi insyaf dari genre humor, sekarang lagi mencoba ganti suasana. Romance, I'm Comiiing!!! Doakan saya, yah?

(o.O)

Pertemuan

DUAAAARRRR!!!!!! (kata opening ini mengingatkan saya ama AvsR12, mirip sih…)

Suara petir terakhir memaksa Sakura menutup semua korden.

"Demi petir barusan, ke mana perginya Ibu dan Karin?! Ini sudah mulai gelap," Sakura mengomel sambil menutup korden ruang tamu.

'Apa itu?' Sakura mempertajam penglihatannya yang tertuju di balik semak halaman. Dia yakin baru saja melihat sesuatu bergerak.

KRASAKK!!

"Oke, itu semua sudah cukup menakutiku. Hei yang ada di luar! Tunjukkan wujudmu!" teriak Sakura sambil membuka jendela sedikit.

Ga ada jawaban.

Rasa takut Sakura dikalahkan oleh rasa ingin tahu. Dia memberanikan diri keluar. Diambilnya payung ungu milik Karin.

Dengan cepat dia melangkah ke arah halaman. Dia menghampiri rimbunan semak tadi.

Semakin dekat, jantung Sakura tak keruan. Dan saat dia menyibak rimbunan semak,

"Ya Tuhan!!' pekik Sakura. Tubuhnya terjengkang ke belakang, roknya basah.

Sebelah tangannya menutupi bibirnya. Pemandangan di depannya bisa dibilang mengerikan, seseorang tergeletak tertelungkup dengan pakaian sobek-sobek.

Sakura maju perlahan-lahan. Dengan hati-hati dibaliknya tubuh itu.

"Demi Ibu dan Karin! Orang ini…" Sakura segera memeriksa denyut nadinya, "Syukurlah dia masih hidup."

Sakura melempar payungnya, membiarkan dirinya basah. Hati-hati, dia mencoba memapah tubuh lemas orang itu dan dibawanya masuk.

CKLAAKK…

Pintu terbuka, Sakura berniat membaringkan orang itu di sofa ruang tamu.

"Jangan. Kalau Ibu dan Karin pulang tiba-tiba, bisa jadi masalah," gumam Sakura, "Di kamarku saja. Mereka terlalu kurang kerjaan hanya untuk datang ke kamarku."

Sakura menaiki tangga dengan hati-hati. Kamarnya terletak di lantai dua. Saat sudah sampai di depan kamar, Sakura membuka pintu dengan kakinya.

CKLAAK…

Sakura segera membaringkan tubuh orang itu di atas kasurnya. Kemudian dia segera mengobrak-abrik lemari pakaian bekas milik ayahnya.

"Baju, Baju, Baju. Cari yang muat," gumam Sakura panik, "Ketemu!" Sakura segera menarik kemeja putih yang agak besar dan celana kain.

Sakura mendekati tubuh orang itu. Dia mengelap wajahnya dengan handuk.

"Aduh, masa aku hanya menelanjangi dia?" Sakura mulai salting mukanya merona saat melihat wajah orang itu.

Berkali-kali dia hampir meraih baju orang itu, tapi secepat kilat, dia menarik tangannya lagi.

"Oke, Sakura. Tenang. Buka bajunya. Langsung ganti. Ga usah dilihat," Sakura mencoba memenangkan dirinya.

Secepat kilat, Sakura membuka baju orang itu, menggantinya, dan mengancingkan kemejanya. Semua dilakukan tanpa melihat.

"Selesai!" pekik Sakura pelan. Sekarang pandangannya beralih ke bawah, wajahnya makin memanas.

"Aku ga bisa. Terlalu rawan bagian itu," Sakura mulai bingung, "Ga usah diganti aja, deh!"

Sakura melihatnya –orang itu- sekali lagi, "Tapi kalo dia masuk angin gimana?"

Ide muncul di otak –yang nyaris bokep- Sakura. Dia mencari-cari selimutnya.

"Ketemu!" Sakura segera menutupi bagian bawah tubuh orang itu dan meraih celana kain bekas milik ayahnya yang tadi ia ambil dan mulai menggantinya.

Tubuh Sakura menegang dan mukanya merona. Sesaat tadi, beberapa nano-detik tadi, dia merasa tangannya telah menyentuh sesuatu.

"Selesai," kata Sakura sambil membuang muka.

TIba-tiba ponselnya berbunyi. Karin memanggil.

Sakura : Halo? Ada apa Karin?

Karin : Sakura, malam ini kita ga pulang. Mungkin pagi-pagi kita baru berangkat dari sini. Kamu jaga rumah, ya?

Sakura : Kenapa? Apa pekerjaan Ibu belum selesai?

Karin : Yup! Bisnis Ibu dengan Tsunade-sama masih agak lama, jadi kita masih harus di sini. LAgipula, masih ada badai besar.

Sakura : Ba.. baiklah

Karin : Dan jangan lupa untuk memasak sarapan besok pagi-pagi. Aku ingin sarapan sudah ada saat aku sampai.

Sakura : Oke.

Tut-Tut-Tut-Tut

Sakura memandang nista ponselnya, lebih kepada orang yang baru saja menelpon. Kemudian pandangannya beralih ke sosok yang sedang tidur pulas di atas kasurnya.

(o.O)

Sakura merupakan anggota keluarga Hatake. Ayahnya, Hatake Kakashi, adalah seorang komandan di kepolisian dan menjadi orang kepercayaan Namikaze Minato, Jenderal Besar Kepolisian. Sayangnya, Kakashi-san berumur pendek, beliau gugur dalam ledakan bom di Hiroshima.

Ibunya, Shizune, adalah peneliti yang juga murid salah satu Sannin, Tsunade-sama. Selain menjadi peneliti, Shizune-san juga seorang orangtua asuh. Anak asuhnya? Ya Karin dan Sakura. Beliau juga mantan dokter, lho!

Kakaknya, Karin, berusia sama dengannya. Mereka sama-sama bersekolah di Leaf Academy kelas XI. Merupakan tipe gadis pesolek yang bego cerewet. Dia diangkat anak beberapa bulan sebelum Sakura. Tapi diam-diam Karin sangat pandai meracik obat.

Sakura sendiri adalah anak angkat kedua di keluarga Hatake. Orangtuanya adalah korban perampokan sadis 14 tahun yang lalu. Kemudian di angkat anak oleh Kakashi-san –yang kebetulan menangani kasus orangtua Sakura. Sakura sangat mirip dengan Ibu asuhnya, sama-sama pandai dalam bidang kesehatan.

(o.O)

Jam di atas meja kamar Sakura menujukkan pukul 22.35, matanya mulai mengantuk. Sedangkan orang itu belum kunjung sadar.

"Apa aku tidur di kamar Karin dulu saja, ya?" gumam Sakura.

"A~~~~~~~" Orang itu mulai membuka matanya. Sakura memperhatikannya.

"Anou, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Sakura.

Orang itu memperhatikan Sakura seksama, "Siapa kau?"

"A… Aku Haruno. Haruno Sakura," jawab Sakura.

"Haruno… Sakura? Lalu, ini di mana?" orang itu bertanya sambil melihat sekeliling kamar.

"Di kamarku. Kamu kutemukan pingsan di semak depan. Saat hujan tadi sore,"

"Maksudku, di kota… Apa? Pingsan?" orang itu terlihat sangat terkejut.

"I… Iya. Kemudian aku membawamu masuk dan…" Sakura menunjuk tubuh orang itu.

Orang itu terbelalak melihat pakaiannya, "Kamu… Kamu… Mengganti pakaian… ku?!"

"Terpaksa… iya. Aku takut kamu demam," Sakura menunduk, "Tapi aku ga lihat apa-apa, kok!"

"Damn!" umpat orang itu.

"Ma… Maaf… Uhm… Kalau boleh bertanya… Apa… Apa kamu Uchiha… Sasuke? Maksudku, yang penyanyi itu…" Tanya Sakura hati-hati.

Orang itu menatap linglung Sakura, "Uchiha… Siapa?"

"Uhm… bukan, ya? Lalu… Kamu siapa?" Tanya Sakura agak kecewa.

"Aku… Ugh… Entahlah… Aku ga ingat apa-apa…" Orang itu memegang keningnya.

"Eeehh??" Sakura kaget.

"Kenapa?"

"Oh, ga apa-apa, kok! Kamu tidur aja. Udah malem,"

"Baiklah," orang itu menurut.

"Oyasumi nasai," pamit Sakura kemudian menutup pintu kamarnya.

Orang itu hanya tersenyum tipis, "Uchiha??" kemudian dia merebahkan diri.

(o.O)

Suasana masih sunyi. Sakura juga masih hanyut dalam dunia mimpinya. Sampai sebuah teriakan memekakkan telinga memaksanya membuka mata.

"KYAAAAA!!! Sakura bego! Ngapain tidur di kamarku?!" teriak Karin nyaring sambil menarik selimut Sakura.

BRAKK! Sukseslah Sakura terjungkal.

"Eh?? Karin?? Kok ada di sini? Bukannya lagi sama Ibu ke Tsunade-sama?" Tanya Sakura polos sambil mengucek-ucek mata.

"Cepet keluarrrrr!!!"

Sedangkan pria yang tidur di kamar Sakura ikut terbangun karena teriakan barusan. Dengan rambut ayamnya yang awut-awutan –tapi entah kenapa malah membuatnya tampak lebih menawan- menghampiri kamar Karin.

"Oe, Haruno… Ada apa?? Ngagetin, tau!" protes pria itu setengah sadar.

Karin yang sadar ada suara lain, langsung membalik badan ke arah pintu. Dia terbelalak melihat ada seorang laki-laki dengan pakaian setengah terbuka ada di depannya.

"KYAAA!!! Ibu!!! Ada laki-laki mesum di dalam rumah!!!" Karin kembali memakai toa-nya sambil berlari ke arah tangga.

Sakura dan laki-laki itu langsung sadar 100%, kemudian Sakura bangkit sedangkan laki-laki itu membenahi bajunya.

Shizune-san yang kaget mendengar teriakan Karin langsung berlari ke atas.

"Ada apa, Karin?" Tanya Shizune-san panik sambil menguncang-guncang tubuh Karin.

"I… itu…" kata Karin sambil menunjuk laki-laki yang berdiri di sebelah Sakura.

Shizune-san kaget, "Sakura!! Apa yang kau lakukan dengan laki-laki tak dikenal di dalam rumah, hah?!"

"E… di… dia,"

"Jadi selama kita pergi kamu selalu melakukan ini, Sakura?!" Shizune-san masih syok.

"Jangan-jangan… Laaki-laki itu… Pria… Hidung…" Karin masih gemetar.

Kemarahan Shizune-san meledak. Beliau menyeret laki-laki itu ke bawah.

"Ibu! Dengankan Sakura dulu! Dia bukan pria hidung belang!" teriak Sakura sambil mengekor ibunya. Karin mengekor Sakura.

Shizune-san tak menggubris. Saat sampai di ruang tengah, laki-laki itu dibanting ke sofa.

"Apa yang kamu lakukan terhadap anakku, pria tak tahu adab?!"

"Sa… saya… tidak…"

"Ibu! Dengarkan Sakura! Sakura hanya menolong dia saat badai kemarin!" pita suara Sakura nyaris putus.

"Badai?" Shizune-san memandang Sakura.

"I… iya…"

"Jadi, saat badai kemarin, Sakura tak sengaja menemukannya di semak halaman depan. Saat tahu dia masih hidup, Sakura membawanya masuk," Sakura menjelaskan.

"Kenapa ga dibawa ke rumah sakit, aja?" Karin nyeletuk.

"Saat itu lagi badai besar. Lagipula aku tidak punya uang cukup," Sakura menunduk.

Shizune-san menghela nafas.

"Dan dia tidak tahu identitasnya sendiri," sambung Sakura.

Shizune-san dan Karin terbelalak, kemudian memandang laki-laki itu. Laki-laki itu cuma tersenyum.

"Ibu… bisa tolong… periksa dia?" pinta Sakura.

"Eh?"

"Ibu kan mantan dokter,"

Shizune-san tampak bimbang, "Tapi sudah lama Ibu tidak melakukannya."

"Setidaknya peralatannya masih memadai, kan?" bujuk Sakura.

Shizune-san berpikir sejenak, "Ikut aku, bocah!"

Laki-laki itu mengikuti Shizune-san.

(o.O)

Karin dan Sakura HHC di ruang tengah.

"Oi, Sakura! Apa mungkin dia Uchiha Sasuke, yah?" Karin memecah keheningan.

"Awalnya aku juga berpikir begitu. Tapi ternyata bukan," dengus Sakura.

Suasana hening lagi.

"Kayaknya… aku familiar deh ama pakaiannya," Karin nyeletuk lagi.

"Itu kan pakaian ayah," jawab Sakura datar.

"Pakaian ayah?" Karin berpikir, "Ah! Jangan-jangan… kamu mengganti pakaiannya, ya?!"

Muka Sakura merona, "Abis… ga ada pilihan lain, kan?!"

"Jadi… kamu liat badannya, dong? Badan cowok? Live lagi!" goda Karin.

"Karin! Bukan waktunya ngomong kayak gitu!" Sakura masih merona.

Karin cemberut, "Six pack, ga?" tanyanya sambil nyengir.

"KARIN!!"

Sebelum Karin sempat membalas, Shizune-san sudah muncul bersama laki-laki itu.

"Ada sedikit kabar mengejutkan. Dugaan Ibu sementara, dia mengidap amnesia," kata Shizune-san.

"AMNESIA?!" teriak Sakura dan Karin bersamaan.

"Bisa sembuh ga, Bu?" Tanya Sakura.

"Masih bisa. Tenang saja," Shizune-san tersenyum.

Sakura menghela nafas. Karin masih sulit mencerna omongan Ibunya.

"Eh, Ibu! Sakura… ada permintaan,"

"Ya?"

"Uhm… Boleh ngga… dia tetap tinggal di sini?" Sakura berbicara hati-hati.

Shizune-san memandangnya heran.

"Hanya sampai dia sembuh. Kasian kalo dia dilepas di jalan sendirian," Sakura cepat-cepat menambahi.

Shizune-san memandang laki-laki itu, "Tapi hanya ada tiga kamar di rumah kita"

"Dan aku ga mau berbagi kamar denganmu!" tandas Karin.

"Aku juga ga mau sekamar denganmu!" balas Sakura.

"Lalu, dia harus tidur di mana?"

"Anou… kalian ga usah… repo--,"

"Loteng ga dipakai, kan?" usul Karin, tumben agak pintar.

"Loteng? Memang dia mau?"

Sakura dan Karin memandangnya penuh harap.

"Di mana saja saya terima," jawab Laki-laki itu.

"Tersera kalian saja," kata Shizune-san tersenyum kenudian melangkah menuju kamarnya.

Sakura dan Karin tersenyum riang.

"Eh-eh-eh! Gimana kalo dia dikasih nama Sasuke?" usul Karin tiba-tiba.

"Sasuke?" laki-laki itu heran.

"Kenapa harus Sasuke?" Tanya Sakura.

"Ya abis… dia mirip Sasuke, sih! Mau khan?" Karin mendekati laki-laki itu.

Laki-laki itu memandang Karin ngeri kemudian dialihkan pandangannya ke Sakura yang sedang tersenyum.

"Baiklah…" katanya pasrah.

"Oke! Mulai detik ini, namamu adalah Sasuke!!" teriak Karin riang.

"Iya-iya! Tapi… jangan keras-keras," protes Sasuke.

"Ayo kita bersihkan kamar barumu!" ajak Karin sambil menarik tangan Sasuke.

Sasuke tampak kebingungan sedangkan Sakura hanya tersenyum sambil geleng-geleng.

(o.O)

Au : Finnaly… chap satu selese!! Huaaakkk!! Cuapeeek! Susah banget, yah? Genre romance tidak memeperbolehkan saya menggunakan bahasa lebay nan ga mutu… Opening-nya saya ambilkan dari ide cerita 'The Prince Who Turn Into A Frog'.

Bagaimanapun, inilah hasilnya… Makasih sudah membaca, ya? Review plissss….

Eniwei busway… Ada yang mau jadi pacarnya Sasuke??