FF | KyuMin | Fade into You [ Remake ] By Kate Dawes
Remake By Akiyuerahime
Casts : Cho Kyuhyun [ as Max Dalton ] | Lee Sungmin [ as Olivia Rowland ] | Park Hyomin [ as Jacqueline Mathers ]| Itano Tomomi [ as Krystal Sherman]| Choi Siwon [ Chris Cooper ] | Jo Kwon [ as Kevin ]
Rated : M
Chapter : 1 / 4
Warning : GS | NC [ Sex activity ] | Typo and Misstypo
Genre : Romance | Angst | Drama
Disclaimer : Story line by Kate Dawes, i'm nothing T^T
Note : Remake ini saya buat karena kecintaan saya pada chara Max Dalton XD Dan berhubung saya banyak pekerjaan sehingga harus –kembali- mengundur pem-bublish-an FF saya yg on going, saya me-remake ini sebagai hiburan dan permintaan maaf saya T_T Jeongmal Mianhae, semoga teman2 bisa memaklumi kesibukan saya :'(
Walau hanya re-make, semoga FF ini berkenan dan bisa diterima ^^
Saya bersedia membuat GS kembali karena ini merupakan FF Remake, bukan hasil pemikiran saya sendiri, semoga readers mengerti maksud saya 8D
Daniel Powter feat May J [ Back to your heart ] | Oneshot [ BAP ] | Caffeine [ Yoseob ] | Michael Buble [ lost ] –
Sungmin's POV
Aku telah tinggal dan bekerja di Seoul hanya tiga minggu ketika aku bertemu dengan pria yang akan mengubah segalanya bagiku. Aku pernah mendengar namanya sebelumnya, tapi hanya selama beberapa minggu terakhir ketika bekerja sekitar Seoul.
Sebagai seorang gadis biasa, baru lulus dari Shappire University, dan kemudian pindah ke Seoul. Aku belum pernah mendengar tentang Cho Kyuhyun sebelumnya. Mungkin pernah, tapi aku tidak pernah sedikitpun memperhatikan ketika namanya muncul di dilayar sebuah film. Dia adalah penulis dan produser, aku mengaku bersalah – sebenarnya tidak peduli – untuk tidak mencari tahu siapa dia sebelum aku mulai melihat namanya di dokumen dan mendengar namanya di kantor.
Sebelum berjalan kekantornya, aku tidak pernah melihatnya sebelumnya, aku menemani bosku Jo Kwon, untuk sebuah rapat. Jo Kwon sedang melobi, agar salah satu klien di agensi kami bisa mendapatkan peran di film yang diproduseri oleh Cho Kyuhyun.
Tampang Cho Kyuhyun seharusnya tidak akan membuatku terkejut, jika aku mau sedikit repot mencari dia di google dan sedikit mencari tahu tentang dirinya sebelum rapat dimulai. Tapi aku tidak melakukannya. Terserah jika mau menyebut aku sebagai orang baru, tapi itu sesuatu yang benar-benar tak terpikirkan sebelumnya olehku, fokusku adalah presentasi ke klien.
Hampir sebagian besar waktu kami selama satu jam berada di kantor Cho Kyuhyun, aku duduk di sana menatapnya, tak bisa fokus dengan rapat yang berlangsung Tingginya kira-kira 6 kaki (182 cm), dengan bahu lebar dan pinggang langsing, itu bukan bentuk fisik seorang binaragawan, tipe kesukaanku, tapi dia memiliki bentuk tubuh seperti huruf V. Kukira pakaian yang dikenakannya cukup membantu juga. Celana panjang abu-abu gelap, dan kancing kemeja putih dengan dua atau tiga kancing pertama terbuka, mengungkapkan kulit halus dan putih pucat.
Rambutnya cukup panjang untuk bisa diacak-acak jika saja ada seorang gadis punya kesempatan untuk menggerakkan jari-jari diatasnya. Pada awal pertemuan, rambutnya tampak disisir ke belakang dan aku bertanya-tanya apakah ia adalah salah satu dari orang-orang yang berlebihan memakai gel. Tapi setelah berjam-jam, rambutnya mulai mengering, dan aku pikir mungkin dia baru saja mandi di kamar mandi pribadi di kantornya. Mungkin dia sudah bekerja sebelum rapat, dan dalam tiga puluh menit ketika aku menunggu di ruang tunggu, dia berada di kamar mandi sambil menyabuni ...
See? Itulah sebabnya kenapa aku merasa terganggu. Dan sejujurnya, ini sedikit membuatku marah. Aku datang ke kota ini untuk bekerja, membangun diriku sendiri, memulai hidupku. Aku tak mau menjadi tidak mampu dalam mengendalikan diri disetiap area hidupku, apalagi dengan pria. Aku pernah bermasalah dengan pria, dan ketika aku tiba di Seoul, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan mengucapkan selamat tinggal pada semua itu untuk waktu yang sangat lama.
Bekerja. Aku berada di sini untuk bekerja. Aku terus berusaha untuk meyakinkan diri sendiri, mengulanginya seperti mantra terus dan terus dan berulang-ulang...
"Bagaimana pendapat anda, Ms. Lee?"
Ini akan menjadi cukup buruk jika kata-kata itu keluar dari mulut Jo Kwon. Tapi itu keluar dari mulut Kyuhyun, aku duduk disebelah bosku dan diseberang seorang mogul Seoul, tertangkap basah karena aku melamun.
Aku sudah menatap ke arah Kyuhyun, memindahkan pandanganku dari bibir kematanya. Aku langsung melihat bahwa matanya campuran antara biru terang dan abu-abu, tapi kali ini aku melihat bahwa satu alisnya dinaikkan untuk menekankan pertanyaan yang ditujukannya padaku. Aku tak memiliki petunjuk tentang konteks dari pertanyaannya tersebut. Dan benar-benar membuatku terlihat bodoh dan tidak berguna. Tapi tak ada cara lain,dan aku membiarkan itu terjadi.
Tanpa ragu kukatakan, "Dengan segala hormat, Mr. Cho, saya menghargai diminta untuk memberikan masukan, tapi Mr. Kwon adalah ahlinya di sini." Kataku dengan senyum dan menatap sekilas ke arah Jo Kwon.
Untungnya, Jo Kwon mengerti isyaratku dan langsung memberikan argumen untuk mendukung klien kami.
Diselamatkan oleh sedikit kecerdasan. Ini jarang terjadi padaku, tapi ketika itu terjadi, sepertinya selalu terjadi ketika itu benar-benar penting.
Ini adalah bagian di mana kamu akan berpikir bahwa aku akan mendapatkan kontrol diri dan memperhatikan apa yang dibicarakan. Tapi seperti yang dikatakan Jo Kwon , aku menatap Kyuhyun. Sepertinya semuanya baik-baik saja, dia bisa berpikir aku hanya menonton reaksinya terhadap permainan Jo Kwon. Tapi itu salah.
Aku seorang gadis dari Busan. Cukup normal. Cukup jinak, sebenarnya. Aku sudah tidak perawan, dan aku sudah pernah berhubungan seks. Aku belum pernah menonton pornografi, dan yang membuatnya lebih aneh lagi adalah bahwa gambaran itu yang muncul di kepalaku. Mereka seperti sekelumit adegan dalam sebuah film, seperti cahaya yang berkedip dan kau mengingat aksi yang dilakukan dalam film tersebut. Dalam hal ini, aku yang melakukan aksi itu, telungkup, dengan Kyuhyun di belakangku... merobek bajuku langsung di tempat tidur.
Beberapa kali ia melirik padaku, aku khawatir bahwa dia bisa melihat apa yang aku pikirkan. Aku tahu, ini gila.
Ketika rapat usai, Kyuhyun bangkit dan menghampiri Jo Kwon, dia menjabat tangan Kevin dan menempatkan tangan yang lainnya di belakang lengan Jo Kwon. Aku belajar di mata kuliah psikologi bahwa itu adalah sikap yang menunjukkan kekuasaan dan dominasi. Aku tak terkejut, itu sudah biasa di Seoul.
Kyuhyun menatapku, "Ms. Lee, senang bertemu dengan anda."
"Terima kasih Mr. Cho."
Aku menerima uluran jabat tangannya, "Panggil aku Kyuhyun."
Tangannya besar dan kuat, dan jabat tangannya hangat, Jika aku ingin sedikit melodramatis, ada aliran listrik kecil yang berlompatan dari tangan kami. Tapi itu tidak terjadi, kehangatan jabat tangannya sudah cukup mendebarkan.
"Baik Kyuhyun-ah, panggil aku Sungmin."
Dia tersenyum, "Sungmin" dan kita semua pun berbalik menuju pintu.
Jo Kwon pergi duluan menuju keruang tunggu, dimana dia dengan cepat langsung bercakap-cakap dengan sekretaris Kyuhyun, "Sepertinya kita hampir setiap hari berbicara ditelpon…"
Percakapan mereka meredup ketika aku merasa tangan Kyuhyun dipunggungku. Dia membungkuk dibahuku, mulutnya dekat ditelingaku.
"Cara mengelak yang bagus, tadi."
Aku menoleh, "Apa maksudmu?"
"Ketika aku bertanya, apa yang kau pikirkan Sungmin, kau menanganinya dengan sangat bagus Sungmin-ah."
"Aku tidak-" Aku akan mulai berbohong tapi dia langsung menyelaku.
"Tidak apa-apa." Dia tertawa. "Aku sedang menggodamu. Lain waktu kita akan bicara, segera, aku yakin itu."
Aku merasakan aliran darah mengalir deras ke mukaku. Bagus, merona dalam suasana profesional.
Jo Kwon menemui kami lagi, dan sekali lagi berterima kasih kepada Kyuhyun, aku tidak pernah sesenang itu ketika akhirnya kami dalam perjalanan pulang.
Perjalanan kembali dari studio ke kantor sangat singkat, dan ketika menyetir, Jo Kwon selalu mengatakan bahwa rapat berjalan dengan lancar, dan artis kami, Park Hyomin sudah hampir bisa dipastikan akan mendapat peran, dan itu adalah hal yang besar bagi agensi kami.
Ketika lampu merah, Jo Kwon menatapku "Ngomong-ngomong, kau melakukan hal yang sangat bagus disana. Aku sangat menghargainya."
"Apa itu?"
"Cara kau memperlakukanku, maksudku, kau sudah cukup paham dalam masalah ini dan bisa berkomentar, kalau tidak, aku tidak akan mengajakmu sama sekali, tapi… baiklah terima kasih."
"Sama-sama."
Aku sedikit khawatir Jo Kwon mengetahui alasanku yang sebenarnya, Kyuhyun yakin untuk memilihnya, Tapi Jo Kwon berpikir aku hanya asisten yang baik, yang membiarkan bosnya untuk menangani semuanya.
Sisa hari berjalan dengan baik, meskipun banyak dihabiskan dengan memikirkan tentang Cho Kyuhyun. Aku yakin, aku tidak pernah melihat contoh yang sempurna, ketika orang-orang berkata tentang pria bisa menjadi cantik.
Aku selalu berpikir itu kata sifat feminin, dan kukira ada beberapa orang terkenal yang layak menyandangnya, tapi aku belum pernah melihatnya sebelum aku melihat Kyuhyun. Aku tak habis pikir, dia harusnya menjadi bintang film daripada menjadi orang dibelakang layar, Kenapa? Apakah dia pernah berakting dan tidak menyukainya? Atau gagal?
Menjelang sore, aku akhirnya meng-google namanya menggunakan telpon genggam. Aku merasa sedikit paranoid akan tertangkap basah ketika melakukan penelitian tentang dirinya setelah rapat, yang seharusnya aku lakukan sebelumnya.
Yang pertama muncul adalah daftar dari situs IMDb-nya. Ada satu foto dirinya, yang diambil ketika acara red carpet, itu bukan foto close-up, jadi tidak mewakili dia sama sekali. Aku menscroll kebawah, dibagian daftar kreditnya: tiga judul film sebagai penulis, Sembilan judul film sebagai produser. Tak ada akting atau sutradara.
Aku sudah kagum padanya pada saat rapat berlangsung, dan semakin kagum, ketika mengetahui bahwa ia menulis salah satu film favoritku, dan pernah dinominasikan untuk mendapatkan Oscar.
Whoa. Pria ini adalah orang besar dari yang kukira, dan aku tiba-tiba merasa bodoh karena tidak mengetahuinya. Meskipun Jo Kwon tidak menjelaskan, tapi dia sudah mengatakan bahwa ini adalah pertemuan terpentingnya yang dia dapatkan sepanjang tahun ini. Pikirku karena kami akan menjual Park Hyomin, sekarang aku tahu, itu karena kami akan bertemu salah satu orang besar di Seoul.
Aku scroll keatas, dan melihat tanggal lahirnya. Dia baru 29 tahun. Dan sangat tidak biasa, meraih kesuksesan di level diumurnya yang masih muda. Dia terlihat santai, ramah, tidak sombong dan tidak menutup diri. Terutama dengan komentarnya yang melegakan hati, ketika aku meninggalkan kantornya.
Pada akhirnya aku benar-benar terpesona dengan Cho Kyuhyun, dan aku tak tahu berapa banyak kenikmatan dan rasa sakit yang akan kurasakan di beberapa bulan kedepan.
Aku meninggalkan kantor dengan gugup, bukan hanya gara-gara Kyuhyun, tapi juga karena aku masih baru dengan pekerjaanku, baru untuk seluruh bisnis di Seoul, dan aku adalah bagian utama dari apa yang bisa menjadi masalah besar dengan bintang pendatang baru dan sebuah film blockbuster (film yang sangat sukses dan populer). Permainan telah dimulai – Jo Kwon bilang kita mungkin akan tahu sesuatu minggu depan.
Untuk mengurangi kecemasanku, aku membuka tutup Volkswagen Beetle baruku, dan membiarkan udara Seoul menerpa rambutku ketika aku menyetir pulang. Mobil adalah belanja termahalku seumur hidupku. Aku sudah menabung semenjak lulus kuliah untuk uang muka. Itu adalah perjalanan yang menyenangkan dari Busan ke Seoul.
Ketika sampai di rumah aku membuka pintu dan menemukan Tomomi sedang mengangkangi seorang pria di sofa.
Tomomi Itano dua tahun lebih tua dariku, dan sudah tinggal di Seoul selama tiga tahun, sebenarnya dia gadis berdarah jepang. Dia adalah teman kakakku Heechul, dan benar-benar sudah seperti saudara, ketika dia tahu aku menuju selatan Seoul ia menawarkan agar aku tinggal di sana selama yang aku butuhkan.
Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tahu seluruh kebenaran tentang mengapa aku ingin melarikan diri dari Busan. Kebanyakan orang berpikir itu hanya tentang keinginan sebuah awal baru setelah kuliah. Dan kebanyakan orang juga berpikir itu karena aku putus dengan Choi Siwon setelah tiga tahun berpacaran dengan serius.
Apa yang orang-orang tidak ketahui adalah pada saat tingkat terakhirku di Busan, Siwon sudah berselingkuh dengan lebih dari 3 wanita. Itu saja alasanku untuk mencampakkan dia, tapi ada hal penting yang tidak aku ceritakan, sekalipun kepada orang tuaku. Satu-satunya orang yang tahu hanyalah kakakku Heechul dan Tomochiin.
Tomochiin datang ke Seoul untuk mengejar mimpinya sebagai artis, tapi seperti kebanyakan yang lain, dia akhirnya menjadi seorang waitress sambil menunggu dia ditemukan oleh seorang pencari bakat. Yang membuatku kagum, dia tidak pernah memintaku untuk melakukan sesuatu dan meminta Jokwon untuk menawarinya pekerjaan. Dia bertekad untuk melakukan usahanya sendiri.
Ketika dia mendengar pintu terbuka, dia menoleh " Oh, hey."
Dia tidak beringsut dari pria itu. Mereka berdua berpakaian, dan aku merasa tidak enak, karena aku masuk pada saat mereka baru saja memulai. Tentu saja dia bisa melakukannya dikamar, tapi ini adalah Flat miliknya, jadi aku tidak bisa mengeluh.
"Hey, maaf." Aku berbalik dan menutup pintu.
"Jangan khawatir."
Aku berbalik dan berjalan melalui ruang tamu dan kamar tidurku, tetapi Tomochiin menghentikanku.
"Ini Junho." katanya menatapku kemudian menatap Junho.
Aku tersenyum, "Hai."
Dia menatapku melalui kelopak matanya yang berat, "apa kabar?"
Aku kembali menatap Tomochiin, yang menyandarkan kepalanya dibahu Junho, sambil tetap mengangkanginya. "Aku akan kekamarku."
Dia bangkit meninggalkan Junho, "Tidak apa-apa, kami sedang memikirkan apa yang akan kami lakukan untuk makan malam."
Ada dimana saat aku ragu-ragu tentang tempat makan, tapi tidak pernah terpikir untuk mencoba menjawab pertanyaan sambil mengangkangi seorang pria tampan. Mungkin aku yang ketinggalan jaman.
"Ada ide?" katanya
"Kau libur malam ini?"
"Oh, ya. Mereka memiliki terlalu banyak acara untuk dijadwalkan dan bertanya apakah aku ingin pergi."
Hal itu terjadi setidaknya lima kali dalam tiga minggu sejak aku tiba di Seoul. Aku bertanya-tanya kenapa Tomochiin mampu membiayai hidupnya meski sering libur, tapi itu bukan urusanku.
Junho sedikitpun tidak memperhatikan percakapan kami, Matanya tertuju ke arah Tomochiin, terutama ke payudaranya, yang kelihatan berusaha keluar dari baju Tomochiin yang ketat, aku merasa bahwa Junho benar-benar tidak peduli dengan rencana makan malam pada saat itu.
Akhirnya kami memutuskan untuk makan malam di Little Sushi. Sayangnya Junho ikut bergabung bersama kami. Aku ingin bercerita semua tentang Kyuhyun kepada Tomochiin, tapi aku tak ingin Junho ikut mendengarnya. Aku tidak mengenalnya. Faktanya adalah aku tidak pernah mendengar Tomochiin bercerita tentang Junho.
Sesudah makan malam, dia berkata akan pergi ke tempat Junho, dan mungkin akan pulang larut malam.
Dalam perjalanan pulang, aku berpikir apa yang akan kulakukan malam ini. Aku bisa saja menelpon Heechul, tapi terlalu cepat untuk bercerita tentang Kyuhyun pada kakakku itu. Dia pasti hanya punya hal negatif tentang itu. Dan berkata untuk berhati-hati terhadap orang-orang "type Seoul", seperti juga orangtuaku sering bilang.
Aku menghabiskan malam dengan menonton beberapa film karya Kyuhyun di Netflix, dan bertanya-tanya kapan aku berjumpa dengannya lagi.
Minggu depannya, aku tidak melihat Kyuhyun, aku bicara sekali dengannya, ketika Jokwon memintaku untuk menghubungkannya dengan Kyuhyun ditelpon.
Hyomin menelpon setiap hari untuk bertanya apakah aku mendengar sesuatu tentang dia yang akan mendapatkan peran di film itu. Jokwon meyakinkannya bahwa menunggu adalah wajar, dan hari kamis dia sudah memerintahkanku untuk memberitahu Hyomin bahwa Jokwon berada di sebuah rapat, yang berarti aku harus mengambil alih tugas menghibur dan meyakinkannya.
Satu malam, sesudah makan dan minum lebih dari segelas anggur, aku bercerita kepada Tomochiin tentang pertemuanku dengan Kyuhyun.
"Cho Kyuhyun?"
"Ya."
"Siapa dia?"
Aku tertawa, "Aku tak tahu siapa dia sebelumnya, sampai aku mencari tahu. Dan ini terjadi setelah aku bertemu dengannya, " Aku menceritakan semuanya tentang rapat itu.
"Oh, ya aku tahu filmnya, ya ampun, aku hanya tidak tahu namanya."
Mayoritas kita seperti itu. Menurut Jokwon, dan dikonfirmasi oleh pengalamanku sendiri, orang jarang tahu penulis dan produser, kecuali untuk beberapa nama besar.
"Dan," aku berkata "bagian terburuknya adalah, dia sangat tampan dan seksi."
"Kenapa itu menjadi bagian terburuknya?"
"Karena, aku harus bekerja dengannya dan aku tidak bisa fokus ketika dia ada didekatku atau ketika dia ada di telpon."
Tomochiin meneguk minumannya dan menggelengkan kepalanya. "Kau di Seoul, sayang. Bersiaplah untuk terpesona oleh banyak orang."
Tomochiin menelpon ke kantor pada hari jumat sore. "Ayo ke Gangnam!"
"Apa? kapan?"
"Akhir pekan ini."
Aku tidak siap untuk bepergian kemanapun, apalagi ke Gangnam, " Untuk apa?"
"Untuk apa? Ini Gangnam sayang! Kita tidak butuh alasan apapun. Tapi jika kau membutuhkan alasan, ini bagus untuk merayakan sebulan pertamamu bekerja pada the biz (bisnis hiburan)."
Tomochiin adalah satu-satunya orang yang aku kenal yang menyebut dunia hiburan dengan "the Biz." Itu membuatku bertanya-tanya apakah dia berusaha terlalu keras. Mungkin itu sebabnya ia tidak bisa mendapatkan representasi.
Aku melihat jam di komputerku – 4.16 "Kedengarannya bagus, pertama-tama kupikir aku tak punya pakaian khusus ke Gangnam, dan – "
"Oke, kau mencari-cari alasan untuk tidak pergi, tapi kau akan pergi."
"Kata siapa?"
Suaranya menggema, seperti pada saat dia berjalan kekamar mandi. "kataku. Ini adalah bagian inisiasi. Ayolah ini hanya dua hari. Percayalah, kau tak akan menyesalinya."
Hening, akhirnya aku memikirkan sesuatu. "Siapa saja yang pergi?"
"Hanya kau dan aku."
Aku senang, ketika mendengar Junho tidak ikut. Ada sesuatu pada laki-laki itu yang tidak aku sukai, seperti cara dia menatap Tomochiin, cara dia menatapku, ketika Tomochiin meninggalkan kamar. Dia tak banyak bicara. Tapi dia suka menatap dalam-dalam, itu sangat mengganggu, aku tak tahu, apa yang Tomochiin lihat pada diri Junho, dan aku tak akan bertanya, itu bukan urusanku.
Dia semakin membujukku. "Aku akan membayar biaya bensin dan semua hal lainnya, serahkan padaku."
"Kau tak perlu melakukan itu."
"Aku tahu aku tak perlu. Tapi aku mau."
"Baiklah," kataku. "Kapan kau ingin pergi?"
Pada pukul sembilan malam itu, kami sudah menyetir dua jam dari sekitar empat jam perjalanan menuju Gangnam. Cuacanya bagus, dan sedikit macet, meskipun kami terjebak di belakang sebuah RV di suatu tempat yang memperlambat kami.
"Bagaimana kabar Heechul?" Tomochiin bertanya.
Ini membuatku sadar, aku sudah tidak berbicara dengannya sekitar seminggu, suatu rekor bagi kami. Aku sangat sibuk dan tidak sempat menelponnya. Dan tentu saja, dia juga tidak menelponku, jadi aku tidak merasa bersalah. Dua jalan yang berbeda, hanya itu.
"Kukira dia baik-baik saja," Jawabku.
"Kau kira?"
Aku menjelaskan bagaimana aku tidak menelpon Heechul akhir-akhir ini.
Tomochiin mengecilkan suara stereo. "Kupikir dia akan suka disini."
"Ha, aku meragukan itu."
"Aku tahu, maksudku, jika dia diberikan kesempatan, jika dia diberikan sedikit kesempatan."
Yang kami bicarakan adalah kakak perempuanku, dan nada bicara Tomochiin sedikit negatif sarkastis jadi aku hanya mengangkat bahu dan berkata, "Ya."
Apa yang coba dia katakan adalah, kakakku telah mengambil rute yang sama dengan ibuku, menikah muda, punya anak dua, dan menjadi ibu rumah tangga, tak ada ambisi lain di luar hal-hal itu. Jujur, aku menghormati itu. Aku hanya berharap Heechul bisa melihat dunia sebelum dia menetap. Dia hanya dua tahun lebih tua dariku, tapi dia bertindak seperti dia berumur tiga puluh tahun. Dia bertindak seperti ibuku. Dan melihat bagaimana aku sudah punya dua orang tua yang ingin membuat setiap keputusan untuk hidupku, hal terakhir yang aku butuhkan adalah yang orang tua yang ketiga.
Dan, sungguh, ia seharusnya tahu itu. Tekanan untuk menjadi Mrs. Choi Siwon adalah seperti sesak napas yang terjadi secara lambat dan konstan. Beberapa kali setelah aku putus dengan dia, ibuku telah mendesakku untuk menumpahkan seluruh kebenaran tentang apa yang telah dilakukan Siwon. Apa yang menghentikanku dari melakukan hal itu adalah perasaan bahwa itu hanya akan membuat mereka lebih protektif terhadapku. Dan dengan kota yang sekecil itu, ada setiap kesempatan di mana dunia akan mendengar ceritaku, dan orang-orang tidak akan percaya padaku. Sebaliknya, mereka akan bersatu di belakang Choi Siwon, seorang jemaat gereja Korea, dan mantan gelandang dari tim yang dua kali juara football di SMA. Satu-satunya pilihanku adalah untuk tetap menunduk dan pergi saja.
"Oh, well," Tomochiin berkata. "Dia yang rugi."
"Ya."
Percakapan itu tidak akan semakin jauh bahkan jika aku berusaha menghentikannya, karena tak lama kemudian kita melihat lampu-lampu Gangnam dan orang-orang seperti memberi isyarat untuk datang ke sana. Aku sangat gembira.
Kami tiba di hotel, menyerahkan kunci mobil ke valet, dan masuk kedalam, yang hanya bisa aku gambarkan sebagai sensory overload.
Cahaya, musik, denting mesin permainan, berdengung, bersenandung dan berdering. Orang dimana-mana. Orang-orang yang terlihat sedih. Orang-orang yang mencari kegembiraan. Orang-orang tampak seperti kesurupan. Aku pasti bagian dari kelompok terakhir.
Kami langsung ke kamar, menyegarkan diri, dan berpakaian untuk malam pertama kami di Gangnam. Aku punya gaun hitam favoritku, heels hitam, anting bulat dari perak, dan kalung perak dengan liontin anggrek Gehry - hadiah dari ibuku.
"Aku tidak terlihat seperti pelacur, kan?" Kata Tomochiin.
Aku menjulurkan kepalaku keluar dari kamar mandi, sambil memakai anting-anting. " Tentu saja tidak, kau terlihat seksi."
Aku melihat diriku lagi di cermin. Aku benar-benar merasa agak seksi.
Kami turun ke kasino pada tengah malam. Ini sudah menjadi lebih sibuk dalam waktu yang relatif singkat ketika kami berada di lantai atas.
"Ini adalah ketika Gangnam benar-benar akan dimulai," kata Tomochiin padaku saat kami keluar lift.
Sementara dia bersikeras membayar semuanya, aku tidak akan membiarkan dia memberiku uang untuk berjudi. Aku menghargai dia membayar tagihan untuk tempat kami menginap tapi tidak untuk berjudi. Aku merasa lebih nyaman kehilangan uangku sendiri.
Dan dalam waktu singkat. Roda rolet telah mengisapku dan mengambil anggaran perjudianku untuk malam ini. Setelah itu, aku hanya minum tiga gelas anggur dan melihat orang-orang, dan pada akhirnya memang sangat menarik hiburan di tempat seperti Gangnam.
Orang terakhir yang aku ingin lihat adalah Kyuhyun, tapi dia di sana, berdiri di dekat meja permainan craps, terlihat menakjubkan, tentu saja. Dia memiliki janggut yang sepertinya tidak bercukur selama dua hari tapi selain itu wajah halus, dan ia mengenakan celana panjang hitam, blazer hitam, dan kemeja biru, tanpa dasi. Dia tampak lebih tinggi dari kupikir saat ini. Mungkin itu hanya kontras frame yang kuat di samping setengah lusin atau lebih orang lain. Dan wanita. Siapa yang bisa melupakan wanita? Mereka semua pirang, dan mereka semua tergantung pada dirinya diantara guliran dadu.
Aku memikirkan kembali pertanyaan Tomochiin apakah dia tampak seperti pelacur dan menyadari, aku tidak perlu khawatir. Wanita-wanita ini tampak lebih dari pelacur. Mungkin itulah mereka. Perkiraanku tentang Kyuhyun tiba-tiba jatuh sedikit.
Aku berdiri di sana mungkin selama lima menit, menonton, dan kemudian Tomochiin muncul di sampingku.
"Sialan blackjack. Ini curang!"
Tanpa berhenti menatap Kyuhyun, aku berkata, "Kalah besar, ya?"
"Yup. Aku biasanya lebih baik di... apa yang kau lihat?"
"Bukan apa," kataku. "Siapa."
"Oke. Siapa." Dia berbalik untuk berdiri disampingku dan melihat kearah yang aku tunjuk.
"Dia hot."
"Sudah kubilang. Itulah Cho Kyuhyun. "
Tomochiin memegang gelas anggur miring di mulutnya. "Oh, wow."
"Ya. Wow saja tidaklah cukup."
"Lihatlah pelacur-pelacur tak tahu malu itu di sekelilingnya."
Sekarang, sudah cukup banyak yang aku lihat. Beberapa dari mereka tampaknya melangkah terlalu jauh hingga sepertinya akan menjatuhkan gaun mereka di sana di kasino terbuka dan membiarkan dia melakukan apapun pada mereka.
"Mari kita pergi ke tempat lain," kataku.
Tomochiin mulai mengatakan sesuatu tentang permainan yang disebut Keno ketika aku melihat Kyuhyun sekali lagi. Seharusnya tidak kulakukan. Dan aku tidak akan bertatapan dengannya, dan dia tidak akan melambaikan tangannya kearahku.
"Oh, tidak," kataku pelan.
"Itu tidak harus permainan Keno. Kita bisa menemukan...-"
"Tidak," kataku.
"Dia melihatku."
Tomochiin memandang ke seberang ke arah Kyuhyun. "Dia memanggilmu kesana."
Aku tahu aku seharusnya datang. Kami memiliki bisnis dengannya dan mengabaikan dia bukan keputusan bisnis yang cerdas. Banyak yang tergantung dengan keputusannya mengenai apakah Hyomin akan mendapatkan peran atau tidak.
"Pergilah!" Tomochiin mendorongku.
"Aku ingin melihat tampang wanita-wanita itu ketika kau sampai di sana."
Aku menatapnya. "Terima kasih banyak."
Dia tersenyum dan berkata, "Kau selalu dapat mengandalkanku untuk memberi dukungan."
Saat aku mulai berjalan menuju Kyuhyun, itu seperti seseorang telah menurunkan volume suara se isi kasino. Mataku tertuju pada dirinya. Itu adalah pengalaman pertamaku. Aku melalui kerumunan wanita di sekelilingnya. Mereka enggan untuk memberikanku jalan sampai Kyuhyun mengulurkan tangannya dan aku mengulurkan tangan untuk meraihnya.
"Halo, Sungminnie."
"Mr. Cho. Maksudku, hai, Kyuhyun. Maaf. Kau mengatakan kepadaku untuk tidak memanggil , dan aku..." Ya Tuhan, betapa memalukan. Aku terdengar begitu bodoh, aku bahkan tidak menyelesaikan kalimatnya. Aku memutuskan untuk hanya diam.
"Sebenarnya, aku lebih senang di panggil Mr. Cho."
Aku menghargai humornya. Ini membuatku nyaman sedikit.
"Apa yang kau minum?"
"Anggur. Chardonnay."
Ia melambai ke pelayan dan menyuruhnya untuk membawa Chardonnay. "Dan satu White Russian untukku."
Pelayan berkata, "Ya, Sir," dan ketika ia berjalan pergi Kyuhyun berbalik kearahku.
"Terima kasi," kataku.
"Sungmin-ah, kau tahu tentang permainan craps?"
Aku menatap meja yang membingungkan, kemudian naik ke bandar. Aku tak pernah bermain craps dan tidak mungkin akan tahu caranya dalam dua detik, terutama dengan anggur yang menjelajah melalui aliran darahku dan suhu yang naik ketika berada di situasi ini.
"Aku akan menganggap itu sebagai jawaban tidak," kata Kyuhyun.
"Kau benar."
"Tidak masalah." Dia ke meja dan mengambil dadu. "Lagipula, Kau di sini hanyalah untuk keberuntunganku."
"Aku tidak yakin aku tipe keberuntungan yang kau inginkan." Aku berhenti dengan singkat dan mengatakan bahwa aku telah kehilangan anggaran judi di bawah tiga puluh menit.
Kyuhyun menatapku dari atas dan ke bawah, kemudian naik lagi. "Kurasa kau persis seperti apa yang kuinginkan."
Wajahku memerah. Aku merasa panas menjalar mulai dari dadaku dan naik sampai keleherku. Apa yang aku butuhkan setelah mendengar itu adalah segelas air dingin. Tidak untuk diminum, tapi untuk menyiram wajahku dan membangunkanku dari pengalaman yang aneh.
Pelayan kembali dengan minuman kami. Kyuhyun menaruh uang seratus dolar pada nampan dan mengucapkan terima kasih. Dia menyodorkan segelas anggur, mengangkat gelas White Russian-nya dan berkata, "Untuk Gangnam." Kami mendentingkan gelas kami bersama-sama, dan saat aku menyesap anggur membiarkan mataku berkeliaran di kerumunan di sekitar kami. Para wanita pasti tidak menyukai apa yang mereka lihat. Aku membayangkan beberapa dari mereka telah menghabiskan beberapa jam menempel padanya seperti perban, dan di sini aku, seorang gadis yang bagi mereka tampaknya datang entah dari mana, dan sekarang adalah obyek rayuan Kyuhyun. Merayu dengan intens. Mungkin lebih dari itu...
Dia mengangkat genggaman tangannya di antara wajah kami dan membuka jari-jarinya, menunjukkan dadunya. "Tiuplah ini."
Alis didahiku terangkat. Tidak perlu pikiran kotor untuk paham dengan segala macam interpretasi cabul tentang kata-katanya, tapi itu bukan maksud kata-katanya. Itu adalah apa yang dia katakan. Ada nada memerintah, yang disampaikan dengan resonansi mendalam dari suaranya sangat jantan.
"Ayo lakukan," desaknya saat aku ragu-ragu.
Dia mengangkat tangannya dekat ke wajahku. Aku menarik napas tajam, kemudian meniup dadu, dan sepersekian detik kemudian ia meluncurkannya ke atas meja. Ketika dadu itu akhirnya berhenti, aku melihat bahwa masing-masing telah mendarat pada angka dua.
"Hard way four." bandar berkata, dan meraup dadu.
Orang-orang di sekitar kita bersorak. Kyuhyun menatapku. "Kerja yang bagus."
"Itu bagus, kukira?"
***
Selama lima belas menit berikutnya, ia mencoba menjelaskan permainan itu padaku. Aku hanya paham sangat sedikit. Tapi Kyuhyun sangat baik. Pada saat aku berdiri di sampingnya, ia telah memenangkan lima puluh ribu dolar. Itu hanya salah satu aspek tambahan pada malam itu yang membuat kepalaku berputar.
Tomochiin telah berada di kerumunan, dan ketika kami berhenti bermain aku memperkenalkannya kepada Kyuhyun.
"Tomomi, senang bertemu dengan Anda. Cho Kyuhyun. "
Dia tersenyum ketika mereka berjabat tangan. "Saya adalah penggemar dari karya Anda."
"Terima kasih."
Ini adalah bagian di mana kupikir Tomochiin akan memberi isyarat halus - atau mungkin tidak begitu halus - petunjuk bahwa ia adalah seorang aktris, tapi itu tidak dia lakukan.
Jadi aku yang melakukannya. Tapi dia menghentikanku sebelum aku terlalu jauh. "Aku akan meninggalkan kalian berdua," katanya tiba-tiba. "Mr. Cho, senang rasanya benar-benar bertemu Anda." Ketika dia menatapku, aku melihat bahwa dia benar-benar seperti tidak nyaman.
"Aku akan menunggu dikamar. Atau ... terserah. Selamat bersenang-senang!"
Dan dengan itu, ia pergi ke tempat lain di kasino, meninggalkanku berdiri bersama Kyuhyun, bertanya-tanya apa yang harus aku lakukan sekarang.
Kyuhyun dan aku akhirnya berada di area bar kecil yang dikelilingi oleh kaca. Ruangan itu penuh dengan musik piano live. Ketenangan ini memberi jeda yang bagus dari pengaruh energi tak henti-henti lantai kasino.
Ini gelas kelima dari anggur yang ku minum. Aku bukan seorang peminum, mungkin harus berhenti di gelas ke empat. Mungkin ketiga. Tapi disinilah aku, meminum lima gelas anggur dalam hitungan hanya dua jam, sementara Kyuhyun menikmati White Russian-nya.
Sial, apa yang sebenarnya sudah kulakukan, aku tak tahu. Aku sudah melebihi batasku menghabiskan waktu sendirian dengan seorang pria seperti ini. Kupikir akan ada banyak pembicaraan bisnis, tetapi dalam waktu kurang dari sepuluh menit ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak akan kusangka–sangka.
"Kenapa kau single, Sungmin-ah?"
"Mungkin aku tidak single." Aku memutuskan untuk bersikap main-main, daripada mengatakan yang sebenarnya: Oh, pacarku satu-satunya berselingkuh tiga kali dan kemudian membuatku ketakutan sampai aku harus pindah ke luar kota, pada dasarnya mengusirku keluar dari kota, dan sejak itu aku belum pernah berkencan, dan ngomong-ngomong di setiap tidurku aku bertanya-tanya apakah aku akan pernah benar-benar percaya pada seorang pria lagi karena Siwon telah menyembunyikan jati dirinya yang gelap dengan begitu baik, meskipun kupikir aku mengenal jiwanya. Masih tertarik?
Dia tersenyum tipis. "Kau tidak memakai cincin di jarimu." Dia mengambil tanganku dan ibu jarinya membelai tempat kosong di mana cincin itu akan berada. "Dan kau datang ke sini tidak dengan seorang pria."
Aku mendongak dan membalas tatapannya. "Ini adalah weekend khusus wanita. Menjauh dari pacar masing-masing selama beberapa hari."
"Benar." Matanya mengungkapkan rasa gelinya. Dia bisa melihat jauh kedalam diriku.
"Dan kau ke sini dengan siapa?"
Dia memandang sekeliling bar, lalu kembali menatapku. "Kau."
Kyuhyun menyentuhku, dan cara dia berkata "Kau," sarafku langsung kesemutan. Aku menyilangkan satu kaki ke kaki lainnya, dan tekanan di antara kedua kakiku memicu riak kegairahan. Aku belum pernah merasa begitu bergairah hanya karena duduk dengan seorang pria. Dan sekali lagi, aku belum pernah duduk berdekatan dengan pria manapun yang bisa menyaingi daya tarik seksual seorang Cho Kyuhyum.
Ini adalah ide yang buruk. Aku perlu untuk mengubah subyek pembicaraan atau keluar dari sana. Terlibat hubungan dengan Kyuhyun adalah sesuatu yang bisa menjadi bisnis yang buruk. Dan bahkan mungkin lebih buruk untuk membiarkan dia terus merayuku dan kemudian menolaknya. Aku tidak hanya harus melindungi diri, tapi juga harus melindungi pekerjaanku.
Dengan sopan aku mengucapkan terima kasih untuk segelas anggur dan berdiri.
"Punya kencan panas yang lain?" Tanyanya.
"Bukankah ini kencan yang panas?"
"Bisa saja."
"Senang berjumpa denganmu, Kyu. Tapi aku benar-benar harus pergi. Aku lelah setelah menempuh perjalanan berjam-jam..." Aku melangkah ke lantai kasino.
"Setidaknya biarkan aku mengantarmu kembali ke kamar."
"Baiklah," kataku.
Kami berjalan ke arah lift dan aku tidak bisa berhenti berpikir bahwa ia mungkin mencoba melakukan sesuatu. Untungnya, lift penuh sesak. Sayangnya, kami berdesak-desakan bersama-sama, dengan Kyuhyun ada dibelakangku. Aku bisa merasakan kejantanannya keras di atas Bokongku.
Ketika membuka pintu kamar hotel, aku berkata, "Tomochiin mungkin ada di sini. Jadi, sekali lagi terima kasih."
Dia menahan pintu tetap terbuka dan melihat ke dalam kamar dari atas kepalaku. "Dia tidak di sini. Bagaimana kalau sedikit kecupan untuk selamat malam?"
Aku menggeleng. "Maafkan aku-"
Sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatnya, ia mencondongkan tubuh ke arahku, dengan cepat, menekan mulutnya ke arah mulutku. Lidahnya memisahkan bibirku dan meluncur ke dalam mulutku. Dia terasa samar-samar seperti minuman Kahlua. Janggut dua hari tak di cukur terasa kasar dan maskulin, perasaan yang sudah lama tidak aku dapatkan. Kyuhyun berbau cologne mahal dan itu membuat aku ingin mengubur wajahku di lehernya dan menghirupnya aromanya.
Aku tahu aku tak sepantasnya seperti itu, tapi aku membiarkan dia terus menciumku. Dan membiarkan dia masuk ke kamar, dan semua pertahananku lepas sudah. Pintu tertutup di belakangnya dengan sekejap, dan dia mendorongku mundur sambil lidahnya menjelajahi mulutku.
Bagian belakang kakiku menyentuh tempat tidur dan aku hampir terjatuh. Dengan gesit lengannya menahanku, dan menurunkanku dengan lembut ke tempat tidur.
Kakiku terpisah dan gaun hitamku naik ke atas, memperlihatkan pahaku padahal malam ini aku tidak berencana memperlihatkannya kepada siapapun. Tangan Kyuhyun melilit bagian belakang salah satu pahaku dan dia menetap di antara kedua kakiku. Melalui celanaku, dan melalui kain celananya, aku merasakan ereksinya terhadapku.
"Tunggu," kataku, menarik mulutku menjauh darinya. "Kita tidak bisa melakukan ini."
"Tidak biasa bercumbu di tempat tidurmu?" Dia menciumku lagi.
Aku meletakkan tanganku di lengannya untuk mendorongnya. Tapi begitu aku merasakan otot bisepnya, aku meremasnya. Dia mengerang. "Kau menyukainya?"
Ya, aku suka, tapi aku tak akan mengatakannya dengan lantang.
"Kyu, aku serius."
Dia berhenti menciumku, berhenti menggosokkan dirinya terhadapku. Tapi disinilah dia. "Aku juga. Aku ingin kau, Min. Di sini. Sekarang."
Dia menundukkan kepalanya dan lidahnya dalam mulutku, menjilati lidahku.
Aku menutup mataku dan kemudian jariku membelai rambutnya. Aku bisa mendengar jantungku berdetak di telingaku dan udara yang semakin panas yang berasal dari napas Kyuhuyun yang berat yang membuat ciuman kami semakin panas. Tangannya mengelus pahaku dengan posesif, jari-jarinya membelai tepi celanaku. Ia menarik diri dari ciuman dan menunduk saat ia mengangkat ujung gaunku lebih tinggi, mengekspos kaki telanjang dan celana dalam sutra, yang kini sudah mulai basah.
"Ya Tuhan, Min. Kau begitu seksi." Suaranya begitu rendah hingga hampir berupa getaran pada saat itu, tubuh kita begitu dekat hingga seolah-olah aku bisa menyerap suara yang dia buat.
Situasi ini benar–benar panas.
Dia mendorongku, membiarkanku merasakan betapa keras kejantanannya. Aku mengangkat pinggulku untuk bertemu dengannya. Aku menatap matanya dan melihat keinginannya. Pikiranku berenang berfantasi, membayangkan menjadi obyek yang dia inginkan.
Kyuhyun meraba bahuku. Satu jarinya membuat tali gaunku tergelincir kebawah.
Ini dia. Ia akan membuatku telanjang. Keadaan tak akan bisa kembali lagi setelah itu. Bukan hanya karena ia tidak ingin berhenti, tapi karena aku juga tak ingin.
Ini buruk, berita buruk. Itu penuh dengan potensi untuk merusak hubungan bisnis kami. Ini bisa menghancurkan segalanya. Ini bisa menghancurkanku, secara profesional dan emosional.
Di atas semua itu, ada risiko besar tentang gaya hidup Seoul-nya yang terbiasa dalam situasi seperti ini sepanjang waktu. Saat benih keraguan dan ketakutan yang tidak menguntungkan memasuki pikiranku, aku tak bisa membuangnya. Aku tidak ingin masuk dalam daftar wanita petualangannya.
Aku harus menghentikan, sebelum semuanya jadi terlalu jauh.
Ketika aku mendengar pintu terbuka, aku mendongak dan mataku bertemu dengan mata Kyuhyun. Dia berkata, "Persetan," dan menarik dirinya dariku, pindah ke posisi duduk di tempat tidur.
Tomochiin muncul di kamar sebelum aku bisa merapikan diriku. Aku baru saja bangkit dari tempat tidur, gaunku masih naik sampai pinggulku. Memalukan, ya, tapi itu cara yang paling mudah keluar dari situasi ini.
Tomochiin terhenti. "Ups. Maaf. Aku akan pergi."
Kyuhyun tidak mengatakan apa-apa.
"Tidak, tidak, tidak apa-apa," kataku, menarik kembali gaunku menutupi kakiku agar lebih lebih terhormat.
Kyuhyun menatapku. "Benarkah?"
Aku mengangguk dan menatap Tomochiin. "Kyuhyun baru saja akan pergi."
Kyuhyun berdiri.
Aku berkata, "Aku akan mengantarmu keluar."
Tomochiin melangkah ke kamar mandi. "Guys, serius, jika kalian ingin aku pergi..."
"Kau baik sekali," kataku.
Ketika kami keluar ke lorong, Kyuhyun mendorongku ke dinding dan menciumku, lidahnya menjilat dengan nikmat melalui mulutku.
"Hampir saja," katanya.
"Ya. Syukurlah dia datang."
"Tidak, tidak bagus sama sekali. Aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan menyerah padamu, Min."
Aku menyilangkan tangan di depan dada. Mungkin lebih defensif daripada yang aku butuhkan. "Ini mungkin akan menjadi ide yang baik jika kau melakukannya."
Kyuhyun membungkuk, wajahnya hampir dua inci dari wajahku. "Apakah aku tampak seperti tipe orang yang tidak akan berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan?"
Dia menciumku lagi untuk satu menit penuh, kemudian melangkah mundur, mengamatiku dari atas kebawah, dan berkata, "Kau sempurna."
Lalu ia berjalan menyusuri lorong, tidak menengok lagi. Aku berdiri di sana dengan diam, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padaku selama beberapa jam terakhir.
Ketika Kyuhyun berbelok menyusuri lorong aku bersandar ke dinding dan berkata pelan: "Begitu. Juga. Kau."
TBC
Nyahahahahaha~ Saya bener-bener lagi gila sama novel ini XDDD
Kalo dipikir2 ya, Max Dalton itu Charanya lebih ke Siwon dari pada Kyuhyun. Tapi karena saya KMS, yaaaaaaaa~ -_- *disogok Kyu* lol
Maaf kalo ada kesalahan nama, ini deh susahnya kalo nge-remake ;O;
Chapter depan mungkin ada NC nya
Ini mungkin Cuma 4 chapter, per chapternya itu 3 bab di novelnya XD
Tapi ini Trilogy O.O
Jadi kalo Fade into you tamat, ntar nyambung ke Fade into Me. Buat yg udh baca Novelnya pasti ngerti
Ini ga saya protect buat perkenalan XD Chapter2 yg ada Ncnya bakal saya protect –sepertinya-, karena saya ga mau dibaca sama yg ga suka NC, takutnya ga nyaman. Jd ya saling menghargai saja ^^v
Ch2 udah ada di WP XD nanti saya umumin (?) kapan bakal bagiin Password, buat yang nanti mau pass-a sms aja ya
Oke, mind to RNR? 8D
