Tittle :Ahjussi
Chapter : 1
Cast : Kim Jong In, Oh Sehun, Kim Jun Myeon, Park Chanyeol , Do Kyung Soo, Byun Baekhyun
selama 10 tahun tak menyadari identitasnya yang ia ingat hanya namanya, dan selama 10 tahun pula seorang kim jong in harus merasa hidup bagaikan di neraka. keputus asaan membawanya kedalam sebuah cerita bahagia. Jong In tak pernah menyangkah setelah 10 tahun ia akhirnya bisa bertemu dengan keluarga satu-satunya. meski perjalanan panjang menantinya. Jong In yakin ia akan bahagia kemudian
HunKai. dan pairing-pairing lain di dalam cerita~
Aku tak pernah berfikir akan berakhir seperti ini, harapan demi harapan hilang bahkan lenyap untuk selamanya. Aku sudah berusaha sekuat tenaga ku untuk bisa mendapatkannya, tapi tuhan berkehendak lain. Seakan takdir mempermainkanku lagi dan lagi, aku bahkan tidak tau arah mana yang aku tuju. Aku menyerah dengan keadaan, orang bilang jika kita berserah dan berdoa pada tuhan maka tuhan akan membantu kita. Dan itulah yang aku lakukan saat ini berserah kepadaNya walau aku tak tahu Ia akan membantu atau tidak. Aku hanya tak tahu harus berbuat apa, biarkan salju ini menimbun tubuhku hingga orang lain menganggapku hanya sebuah boneka salju. Tidak ada yang menginginkanku, aku hanya menjadi sebuah benalu. Ayah ibu yang selalu sayang pada adik perempuanku dibandingkan aku. Aku hanya dianggap seorang pria yang menumpang pada keluarga mereka. Tak ada yang memperdulikanku bahkan hanya untuk melirik ke arahku. Kini semua harapanku hilang begitu saja setelah impianku hancur.
Salju semakin lebat melarikan diri dari awan yang bertebaran di langit, cuaca semakin ganas menusuk kulit. Malam semakin larut membuat sebagian seisi kota berhamburan untuk sekedar menghangatkan diri atau pulang kerumahnya masing-masing. Ya rumah sebuah bangunan yang di dirikan untuk keluarga atau tidur dan merasakan kenangan manis bersama keluarga. Berkumpul makan bersama bahkan bermain menghabiskan waktu bersama. Itu adalah sebuah keinginan yang mendalam yang selama ini aku inginkan. Bercakap dengan seorang pria yang biasa dipanggil ayah, bercerita keseharian pada wanita yang biasa disapa ibu atau bertengkar dengan seorang adik yang nantinya akan membaik dengan sendirinya. Tapi itu hanya sebuah harapan dan tak akan pernah sekalipun aku merasakannya. Dan salju itu terlihat semakin banyak dan semuanya menjadi gelap.
Putih semuanya putih, apa sekarang aku berada disurga?, aku berharap bahwa ini lebih baik daripada di dunia yang seakan tak pernah menginginkanmu.
"kau sudah bangun?" aku menoleh saat suara itu menelusuk masuk kedalam pendengaranku.
"ini dimana?" itulah kata pertama yang aku ucapkan saat menyadari bahwa ini bukanlah surga.
"dirumah ku"aku menatap tangan kananku dan melihat sesuatu menempel pada punggung tangannku "dokter bilang kau terkena hypotermia, lagipula apa yang kau fikirkan di tengah badai salju hingga kau tertimbun seperti itu" aku berfikir sejenak memperhatikan pria dengan setelan jas berwarna biru dengan dasi merah yang melengkapi penampilannya. Dia cukup tampan dengan kulit putih dan rambut yang tertata rapih.
"tidak ada tuan" hanya itu jawabanku
"tak usah dipaksakan, tidurlah tubuhmu butuh kehangatan dan istirahat" ia meletakan semangkuk besar bubur "nikmati makananmu, dan jika kau merasa baik temui aku di luar" ucapnya lagi, dia terlihat sangat baik. Masih adakah kebaikan di dunia ini setelah apa yang ku lalui sebelumnya.
Brrkkkkk aku merasakan nyeri yang amat sangat aku baru ingat aku belum makan dua hari ini menatap mangkuk bubur itu sepertinya enak. Dengan perlahan aku mengambil mangkuk berisi bubur dan menghabiskannya. Setelah kurasa perutku sudah terisi, aku berdiri sambil membawa selang infus yang menggantung di tangan kananku. Berjalan keluar kamar untuk menemui tuan baik hati tadi. Bahkan aku belum menanyakan namanya. Aku menuruni tangga agak kesusahan ya terlihat saat aku berusaha mengangkat tongkat yang menjadi penyangga kantung berisikan antibiotik mungkin, entahlah. Tuan baik hati itu duduk sambil menatap layar televisi, pakaiannya sudah berubah menjadi pakaian rumahan. Hoodie dan celana pendek meskipun celananya masih saja terbuat dari bahan katun.
"oh kau sudah baikan, apa buburnya enak?" tuan baik hati itu menolehkan wajahnya menatap kedatanganku "duduklah" pintanya.
"tuan terima kasih banyak atas bantuan anda" itu seuntai kalimat yang bisa aku berikan ya walaupun sebenarnya aku tak ingin di tolong oleh siapapun, aku hanya ingin perlahan meninggalkan dunia ini.
"tidak masalah" wajahnya putih tawanya renyah dan tubuhnya indah walaupun tinggiku melebihinya mungkin.
"jika berkenan apa saya boleh tau nama tuan?" tanyaku pensaran, tuan baik hati ini menoleh kearahku matanya seakan meniliksik kedalam sudut mataku.
"Kim Jun Myeon" jawabnya singkat bersamaan dengan senyumnya, gigi nya putih betul-betul terawat "dan kau?" aku tersentak saat dia bertanya, aku memikirkan banyak hal jadi mungkin terlihat linglung. "Kim Kai" jawabku, aku tak ingin kembali ke rumah jadi aku tak ingin ia mengetahui namaku "umurmu?" tanyanya lagi dan kesekian kalinya aku tersentak kembali, "aku 18 tahun" ya Jong In kau berbohong lagi, sampai kapan kau akan membohongi tuan baik hati ini, 18 yang benar saja SMA saja kau belum lulus, dasar pembohong. Ya mungkin aku akan menyelesaikan sekolahku nanti setelah ada uang aku akan mengambil paket C untuk mencari kerja.
"wah sangat muda, apa kau sudah lulus sekolah?" tuan baik hati ini kembali memperhatikan layar tvnya
"sudah tuan"
"ah jangan panggil tuan, aku hanya dipanggil tuan oleh asisten rumah tanggaku dan karyawan pribadiku" jawabnya lagi "umurku 29 tahun, panggil aku paman atau kalau bisa Hyung mungkin agar aku sedikit terlihat muda" aku tertawa kecil, jarak usia kami benar-benar jauh mana bisa aku memanggilnya Hyung kalau di hitung-hitung perbedaan jarak denganku adalah 13 tahun, yap aku baru berusia 16 tahun.
"kalau begitu kau menginginkan sesuatu untuk cemilan, aku bisa memesannya" aku menggeleng "ah infusmu sudah habis, sebentar aku akan melepaskannya dulu" tuan baik hati atau paman baik hati itu berlari kecil menuju sebuah kotak putih bertuliskan pertolongan pertama. Seteleah ia melepaskan jarum kecil yang menempel pada pungung tanganku dan memberikannya sedikit perban, mungkin aku tak tau dan tak mengerti.
"ini sudah malam, kembalilah tidur. Aku akan mengerjakan beberapa pekerjaan" tuan baik hati itu mengapa tak menanyakan rumahku atau dimana aku tinggal, fikiran itu terus saja berputar di kepalaku. Apa aku bisa tinggal sementara disini hingga aku menemukan pekerjaan paruh waktu. Atau aku harus keluar esok pagi.
Pagi berikutnya aku terbangun karena matahari terlihat amat terang dari biasanya, ah musim semi akan segera datang, cuacanya bagus setelah badai salju kemarin. Aku merasa lebih segar dari biasanya. Aku berjalan menuju lantai bawah, aku baru tau bahwa ini adalah sebuah apartemen. Kosong, kenapa apartemen ini terasa amat sunyi kosongkah? Apa tuan baik hati itu sedang mandi?.
Kai-ssi maaf meninggalkanmu sendiri, jam 9 nanti akan ada orang yang membersihkan apartemenku, minta padanya untuk buatkan makan pagi untukmu. Aku harus segera berangkat ke kantor. Maaf~
Junmyeon ^.^
"Apa-apaan dengan emoji ini" aku mengusap perutku, lapar ini kan sudah jam 11 dan orang yang membersihkan apartemen tuan baik hati itu tak terlihat. Dan semua tampak rapih dan bersih, apakah orang itu sudah selesai dengan pekerjaannya. Aku berjalan menuju kulkas untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa aku makan. Yap kulkasnya lengkap sekali, sayuran makanan ringan daging dan minuman kalengan. Tuan baik hati itu kaya sepertinya, mana ada orang yang miskin bisa menempati mansion sebesar ini. Aku merasa bersalah telah berbohong padanya. Aku mengambil sosis dan sebutir telur, aku kan sudah mandiri sebelumnya aku bisa memasak tentu saja. Aku tersenyum meyakinkan, walaupun aku mengingat kapan terakhir kali aku memasak. Seingatku di rumah Baekhyun dan itu membuat seisi dapur tertutup kabut, ah maksudku asap.
"yash aku hanya perlu menggorengnyakan" aku mencari wajan dan spatula, jangan lupakan minyak, dimana mereka. Membuka satu demi satu lemari yang ada di dapur. Dimana dia...
"kau siapa?"
"aww" aku mengutuk suara siapapun itu, aku mengusap kepalaku yang tebentur laci diatas kepala dan ini rasanya sakit. Aku bangkit dan mendapati sesosok laki-laki tinggi dengan mata lebar dan telinga yang agak mirip dobi di salah satu film yang Baekhyun pernah meminjamkannya.
"aku tanya kau siapa, kenapa ada disini?" pria itu menunjukku seakan aku adalah maling yang akan menggasak seisi rumahnya.
"hmm aku Kim Kai" jawabku sederhana, toh pertanyaankan siapa aku bukan hal-hal yang harus kujawab panjang lebar.
"lalu apa yang kau lakukan disini" aku berfikir sejenak apa yang akan aku jawab, hmmm ah. Aku menunjukan note yang dibuat oleh tuan baik hati sebelum berangkat kerja.
"hebat sekali si bapak sombong itu mengijinkanmu berada dimansionnya terlebih memberikan note seperti ini" pria itu mengambil notenya lalu mengepal dan membuangnya. "jadi bisa kau jelaskan Kim Kai, ada hubungan apa kau dengan pemilik rumah ini?" detik berikutnya aku dibuat berfikir lagi, dasar caplang.
"hmm begini tuan..." aku menjeda ucapanku karena aku menunggu pria jangkung di depanku untuk mengucapkan namanya
"Chanyeol" ah
"tuan Chanyeol, saat badai salju datang tempo hari, tuan Jun Myeon dengan baik hati menyelamatkan ku dari tumpukan salju yang menutupiku" jawabku, aku tak mengatakan omong kosong bukan, tapi melihat ekspresi si caplang satu ini sepertinya dia tidak percaya, sebal.
"oke" ia berbalik ingin meninggalkanku, ya aku tersenyum kecil "ah kau tidak bisa memasak ya" dia berbalik lagi, aku menghela nafas dan menunduk menutup wajahku
"iya" dengan nada menyedihkan bisa dibilang, pria jangkung itu berbalik berjalan menuju tempatku berdiri, ia mengambil wajan dan spatula yang berada di atas rak. Ia mengambil sosis dan telur yang sedari tadi aku pegang. Ia ingin memasak untukku?
"kau akan berdiri saja disana?" ucapnya membuatku tersadar, "duduklah aku akan membuatkanmu sarapan, walaupun seharusnya bukan sarapan" aku tahu seharusnya ini makan siang, tidak ada salahnya kan jika makan siang dan pagi ku gabung, kan irit makananya.
"jangan memberikan tatapan seperti itu padaku, kau seperti seorang perempuan yang selalu merengek, padahal ini kan pertemuan kita yang pertama" tuan jangkung itu berbicara sambil mengadukan spatulanya pada wajan yang ada di atas kompor yang menyala.
"maaf" jawabku menunduk
"berapa umurmu" tanyanya seraya meletakan sepiring makanan yang ia masak. Wah keliatannya lezat
"apa" tanyaku memalingkan tatapan dari makanan yang dibawanya
"kau sangat lapar ha?"
"tidak juga"
"terlihat dari matamu, aku bahkan melihat tetesan liur di ujung bibirmu" aku buru-buru mengelapnya, dan berpaling kelain arah agar si jangkung satu ini tidak memperhatikannya.
"umurku 18 tahun" jawabku sambil menyendokan satu suapan untuk dimakan. Chanyeol duduk dihadapanku sambil meminum kopi,
"tuan sendiri?" tanyaku, mulutku sudah penuh dengan sosis dan juga telur. Ini nikmat, walaupun awalnya aku menyadari tampilannya amat sangat lezat tapi tak kusangka pria satu ini memasak selezat ini padahal hanya sebutir telur dan beberapa potong sosis.
"tuan, aku seperti sedang berbicara dengan asisten rumah tanggaku. Aku 24" aku mengangguk mengiyakan. Ia menopang dagunya memperhatikanku, aku bisa melihatnya dari sudut mataku. Tapi sepertinya aku mengingat ucapan itu. Mungkin sebelumnya seseorang mengucapkan kata yang sama.
"apa yang tuan perhatikan" ia tersenyum kecil mendengarnya, "kau bilang umurmu 18 tahun, tapi ku lihat umurmu hmm 14 tahun sepertinya"
"aku tidak" aku mengelak, ia mengangguk kecil
"aku tahu, jadi bisakah kau makan dengan benar adik kecil" ia mengelap saus yang menempel di ujung bibir "adik kecil ini sangat lapar ya" aku merengut di antara tundukku.
"aku akan menelepon bapak tua itu" Chanyeol berbalik dan mengambil ponselnya untuk menghubungi tuan baik hati. Bapak tua? Aku rasa tuan Jun Myeon tak setua itu, ya walaupun perbedaan umurnya denganku sangat besar. Ia kembali setelah menerima telepon, aku buru-buru menundukan wajahku memakan sisa sosisnya.
"bapak tua itu memintaku untuk mengantarmu pulang" aku tersentak, aku tidak ingin pulang. Tidak ketempat neraka itu, tidak untuk menerima berbagai macam kekerasan lagi dan tidak untuk bertemu dengan keluarga iblis itu. Aku bahkan tidak tau mereka mencariku atau tidak.
"aku tidak punya rumah" jawabku pelan, sungguh aku tak ingin kembali kesana, aku sudah jauh berjalan meninggalkan rumah itu, ah masih pantaskah bangunan itu sebagai rumah.
"ah benarkah?, orang tua atau apa" aku semakin menunduk lemah dan menggeleng kemudian.
"kalau begitu ikut aku, kau perlu baju, kau tak ingin menggunakan pakaian bapak tua itu kan" aku memandang tubuhku sendiri, aku baru ingat ini baju tuan baik hati itu dan jangan lupakan aku tak menggunakan celana, aku hanya menggunakan kemeja putih besar, kurasa ini bukan milik tuan baik hati .
"tapi aku tidak punya pakaian untuk aku gunakan, pakaian yang sebelumnya ku pakai tidak tau kemana" aku mendengar helaan nafasnya.
"aku tidak mungkin memberikan celanaku karena celanaku ada di mansionku, tunggu disini" ucapnya sambil berlari menuju sebuah ruangan, mungkin kamar tuan baik hati. Ngomong-ngomong kapan aku akan berhenti memanggil tuan baik hati, dengan tuan baik hati. Baik aku akan memanggilnya dengan ahjussi mungkin, ia itu cocok dengannya. Ah Chanyeol kembali dengan celana selutut dan jaket tebal.
"gunakan ini, aku rasa untuk celana mungkin muat, aku tak berfikir ukuran kalian berbeda" ia menggeleng sambil memberikan celananya, aku berniat ke ka kamar mandi
"gunakan disini aku sudah tak punya waktu banyak"aku merespon agak lama "kau kan laki-laki tak perlu malu menggunakan didepan laki-laki lain. Cepat aku tunggu di luar" ucapnya sambil melemparkan jaket tebal. Walaupun diluar cuaca sangat indah dan musim semi sudah sedikit memunculkan tanda-tandanya, tapi diluar masih sangat dingin. Dan kenapa dia memberiku celana pendek, inikah dingin. Aku membuka pintu apartemennya, dan mendapati Chanyeol berdiri di depan sambil memainkan ponselnya.
"kau sudah selesai" aku mengangguk pelan "kalau begitu ayo" aku berjalan mengikutinya dan menengok sebelum pergi meninggalkan mansion ahjussi, 1209, itu adalah angka yang aku ingat dan angka itu adalah nomor manison ahjussi.
Aku hanya melongo menatap sebuah mobil didepanku saat ini, warna merah menyala dan merknya aku tidak tahu, aku bahkan tidak tahu merek-merek mobil di korea, ya aku kasihan pada diriku sendiri.
"masuklah, kau tidak ingin hanya berdiam diri disana kan" sejak kapan si jangkung itu sudah ada di dalam mobil. Aku berjalan mendekat dan membuka pintu mobil, jangan lupakan sabuk pengaman, aku yakin si jangkung ini suka adrenalin maka tak menutup kemungkinan jika dia tiba-tiba ngebut.
"jadi tempat seperti apa yang ingin kau datangi?" aku berfikir sejenak
"MD?" jawabku
"MD? Merek baju apa itu, aku baru mendengarnya" aku melongo
"apa Chanyeol-ssi tidak tau MD, itukan wilayah di Seoul"ia terlihat berfikir,
"maaf aku tak tahu aku baru 1 tahun di Korea, jadi aku tak mengenali jalan. Kau bisa menunjukannya padaku" untuk kesekian kalinya aku menghela nafas.
/
wah cerita baru setelah beberapa lama, stuck dengan yang sebelumnya. gak mau janji bakaln berjalan dengan mulus ff ini karena dulu janji tetep aja stuck. butuh dukungan dan doa agar gak abis ide
please review, review kalian amat berarti membangun semangat saya untuk menulis...~/p
