Shine Angel and Dark Devil
.
Disclaimer: Vocaloid milik Yamaha, Crypton, dan produksi yang memproduksinya *yo dawg*
...
Pada abad sebelum sekarang dimana sihir dan naga masih berlaku, terdapat sebuah daerah yang dipimpin ratu cahaya. Daerah dimana seperti dalam cerita dongeng biasa dimana ada kota, ada desa, ada istana, dan tentu dikelilingi hutan lebat. Nama daerah itu bernama 'Shiny Winga', nama yang diberikan olehratu langsung.
Miku Hatsune namanya. Beliau adalah ratu cahaya yang sekilas terlihat seperti gadis dengan twintail biru panjang yang sampai menyentuh dataran yang ia pijak. Tapi sebagian orang yang memiliki 'indra keenam', mereka bisa melihat sayap putih di belakangnya.
Gadis itu tengah melamun di kursi ratunya, entah memikirkan apa. Bahkan para prajurit hanya bisa diam mematung di tempat ia harus berdiri, karena tidak dapat sedikitpun perintah dari beliau.
Tapi bukan sang ratulah karakter utama kita disini. Mari kita pergi ke suatu tempat, dimana gubuk kecil berdiri di atas jurang yang amat tinggi. Gubuk yang didiami si kembar dengan rambut blondehoney namun beda kelamin.
Si gadis berambut pendek yang baru setengah menguasai sihir putih, bernama Kagamine Rin. Dia orang yang cukup ceroboh dan pemalas, tapi berperasaan. Beda dengan si laki-laki yang juga merupakan kakaknya walau beda tipis waktu lahirnya, Kagamine Len. Dia orang yang cerdas, cekatan, dan kuat dalam memainkan senjata.
Takdir apakah yang dapat membuat dua bersaudara itu saling tinggal bersama.
"Len! Aku sudah bisa sihir membuat daun menjadi pisau!" sorak si gadis sambil memamerkan daun kering yang dipegangnya sekaku pisau. Ia berbahagia di dalam gubuk mereka dengan wajah cerah.
"Etto, Rin. Jangan sampai ujung daun itu mengenai perabotan," tegur kakaknya yang kini tengah memasak di atas tungku api. Rin menghentikan aksi gilanya, dan mendekati Len.
"Masak apa?" tanyanya penasaran.
"Masak sup," ucap kakaknya datar, terus mengaduk-ngaduk air dimana terdapat berbagai macam isi dalam pancinya. Mungkin seperti sayur misal wortel, labu, dan lainnya.
"Ah masa' sup lagi sih!" keluh Rin manja. Len tertawa kecil.
"Aku buat jus jeruk nanti kok."
"Hontou ni?"
"Iya. Nah, siapkan piring dan peralatan makan lainnya. Masakannya sebentar lagi siap."
"Haik!"
Rin langsung mempercepat langkahnya menuju lemari piring, dan mengambil dua buah mangkuk disana. Lalu gelas, sendok, garpu, dan lainnya yang biasa mereka pakai saat menikmati enaknya kaldu kuah dari sup buatan chef Kagamine Len.
"Rin! Kau yakin membawa semua alat makan itu sekali balik!?" Len kaget melihat Rin menyusun mereka menjadi sangat tinggi dalam dekapannya. Jika sihir Rin masih bekerja dengan stabil sampai tujuan sih, tidak apa-apa. Tapi jika diingat kemarin Rin melakukan hal yang sama dengan sekarang dan jangan ditanya apa yang terjadi, Len pasti bakal protes karena mangkuk mereka hanya tinggal dua buah itu saja.
"Yakinlah pada kemampuan Rin si penyihir hebat yang akan menguasai ilmu ruang hampa dengan baik!" Rin dengan bangganya membawa semua perabotan itu seakan seperti pemain sirkus. Len hanya menggeleng lalu menatap Rin was-was, sampai apa yang dipikirkannya benar-benar terjadi.
Rin tersandung kaki kursi, lalu ingin terjatuh.
"KYAA!" teriak Rin antara merasakan kaki yang tersandung itu nyut-nyutan, atau takut hidungnya yang semula pesek jadi makin pesek karena sebentar lagi hidungnya akan mendarat di lantai datar.
Len dengan sigap menangkap Rin dengan satu tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menangkap semua perabotan yang betebaran di udara dengan gesitnya.
"Fuh! Sudah kuduga Rin bakal ceroboh lagi," gerutu Len.
"Ma-maaf..." Rin menunduk menyesal, dengan masih dalam posisi memeluk tubuh Len erat.
"Ingat, ini terakhir kalinya kau melakukan hal seperti ini," nasehat Len. "Jika aku masih melihat dirimu melakukan hal serupa, kupotong kaki Rin dengan pedangku."
"Len jahaaatt!" Rin menjerit ketakutan mendengar ancaman dari Len.
"Beberapa mangkuk kita sudah pecah karena keteledoranmu! Ingat Rin, kita hanya punya dua mangkuk ini yang tersisa. Uang kita untuk makan saja payah, apalagi untuk membeli mangkuk."
"Tetap saja Len jahat!" cetus Rin, membuat Len yang sudah sabar maksimal melepaskan Rin langsung.
Rin jatuh di lantai dengan tidak elitnya. Len dengan cueknya berjalan mendekati meja makan dan menaruh semua perabotan yang ia bawa dan menyusunnya rapi.
"Nah Rin, am-"
Saat Len melengok ke tempat Rin tersungkur tadi, sosoknya sudah tidak ada di tempatnya semula.
"Hahh, ngambek lagi kan dia?" desah Len lalu ia mengambil pedang besar yang bersandar di perapian dan keluar rumah.
xXx
"Ratu Hatsune Miku, saya membawa kabar buruk bagi ratu."
Ratu Miku yang tadinya melamun di jendela pun, langsung melengok pada sosok berjubah abu-abu kusam dengan kepalanya ditutup oleh penutup kepala.
"Kabar buruk? Apa?" tanya Miku. Sosok itu tertawa kecil di balik penutup jubahnya.
"Saya takkan memberi informasi ini dengan gratis," jawabnya. Miku memicingkan matanya dengan paparan wajah marah.
"Kaito. Kau mau apapun, akan aku kabulkan," kata Miku tenang, menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya. Sosok yang Miku panggil 'Kaito' pun kembali tertawa kecil.
"Raja Kegelapan, mulai menyerang daerah ini lagi."
"Apa!?" Miku yang mendengar berita itu hanya memberikan reaksi kaget sebentar.
"Kalau begitu, siapkan prajurit dan kau pimpin pasukan, Kaito."
"Yes, my majesty..."
xXx
"Ah Len menyebalkan!" Rin kini duduk berjongkok di tepi kolam, hanya menggunakan jubah kusam hitam untuk menutupi jati dirinya sebagai seorang penyihir. Ia melempar batu yang digenggamnya, dan batu yang ia lempar memantul ke permukaan air sampai tiga kali hingga pantulan terakhir benar-benar menjadi akhir ia tenggelam.
"Seharusnya Len tidak perlu semarah itu kan? Rin kan tidak sengaja!" omel Rin. "Lagian, Rin kan memang seorang penyihir sejak kecil! Len tidak berhak memarahiku dong!"
Rin melipat kedua lengannya di atas lututnya, ingin menangis.
Mari kita tinggalkan gadis berambut pendek blondehoney berjubah hitam ini.
Len bingung harus pergi kemana. Ia telusuri pasar kota, sambil tetap menjaga pandangannya untuk menemukan sosok saudara kandungnya itu. Saat Len baru saja makin mempercepat langkahnya untuk ke wilayah selanjutnya ketika melewati lorong gelap kecil, ia menabrak seseorang yang sehabis keluar melintasi lorong itu.
Lelaki berambut blondehoney panjang yang diikat ekor kuda dengan paksa karena rambut pendeknya itu terjatuh dengan pantat mendarat terlebih dahulu.
"Aww! Kalau jalan hati-hati dong..." gerutu Len. Ia menatap sosok perempuan berambut hijau muda dengan berpakaian gaun merah hitam. Gadis itu menatap Len dengan manik hijaunya, memaparkan raut wajah bersalah.
"Maaf! Aku tidak lihat dirimu!" kata gadis itu dengan rasa bersalah, lalu merendah memberikan uluran tangannya. Len menerima uluran tangannya, dan gadis itu membantu Len berdiri.
"Yah, tidak apa-apa jika memang tidak sengaja," ucap Len setelah dibantu berdiri oleh gadis itu. Ia mengepak mantel merah tuanya dimana pasir-pasir debus melekat ketika ia terjatuh tadi.
"Mantelmu kotor ya? Mau ke rumahku sebentar?" ajak gadis itu prihatin. Len menggeleng.
"Tidak. Tidak usah repot-repot!" Len tersenyum. "Aku mau mencari saudaraku dulu. Bisa-bisa dia hilang diterkam naga."
"Saudara ya... Hei, sebagai permintaan maaf, aku boleh temani?"
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."
"Aku punya Griffin loh!"
Len berpikir sejenak. Griffin, hewan terbang seperti elang dengan berbadan singa, pasti terbangnya laju apalagi jika dipicu dengan ketajaman matanya. Humm, Len bisa mengandalkan hewan yang biasa menjadi hewan tunggangan para tentara ini.
"Setuju!" jawab Len antusias.
"Gumi," kata gadis itu pendek, memperkenalkan dirinya. "Panggil saja aku Gumi."
"Len," sahut Len ramah.
"Baik. Len!" Gumi langsung mengeret tangan Len masuk ke dalam lorong gelap itu kembali.
"k-kita mau kemana!?" Len kaget ketika Gumi malah menariknya ke dalam lubang besar hitam tanpa dasar di depan mereka.
"Aku tadi lewat sini kok, jadi tenang saja!" jawab Gumi santai.
Saat mereka masuk, dua sosok berjubah gelap berdiri menatap mereka berdua yang berlari masuk melewati portal dimensi lain.
"Jadi, kita ditugaskan raja Mikuo untuk membereskan tempat ini? Terlalu gampang."
"Hati-hati, disini ada ratu Miku. Kita tidak tahu seberapa besar kekuatan saingan raja kita itu."
"Bosan! Oh ya, aku merasakan hawa memikat dari pria yang diseret gadis itu tadi."
"... Aku juga merasakannya."
To be Continued
A/N: Fanfic fandom Vocaloid pertamaku. Mohon maaf jika ceritanya sangat pendek! *bow*Aku senang sekali waktu menonton video dimana cerita Miku menyuruh Rin untuk menari demi sang naga. Awal inspirasiku dari sana, walau ini agak jauh dari aslinya karena Miku disini tokohnya protagonis.Makasih yang sudah meluangkan waktunya membaca!Review? Saran kritik boleh!
