Disclaimer: Masashi Kishimoto

Chapter 1

Awalnya mereka tidak saling mengenal. Mereka berdiri dimasing-masing ujung jembatan yang berlainan, berusaha untuk tidak saling peduli, padahal sesekali mata mereka saling melirik.

Sang gadis memandangi sungai yang begitu biru hingga nampak membiaskan wajahnya. Sang lelaki melempar kerikil kecil disaat bersamaan hingga membuat gelombang air bersamaan.

Begitu terus, tanpa ada yang mau menyapa. Tanpa ada yang mau menunjukkan reaksi interaksi terlebih dahulu.

Sampai akhirnya, disuatu waktu, sang lelaki mulai merasa bosan dengan kesepian yang menyelimuti hatinya.

Dia mendekati sang gadis, tersenyum simpul dengan mata biru safirnya yang bersinar, mungkin karena pantulan cahaya matahari senja kala itu.

Sang gadis terkejut, tapi ia juga tersenyum. Tak mau diungkiri, hatinya menunggu lelaki itu menyapanya. Membuka interaksi pertama mereka.

"Hai."

"Hai."

Dan, itulah interaksi pertama mereka di senja kala itu.

-X-

Sakura bukanlah murid-murid biasa saja di sekolah.

Dalam beberapa waktu saja, kau bisa mengenalnya langsung, tanyakan saja pada salah satu murid-murid disana, maupun guru-guru.

Semua orang mengenalinya.

Sakura Haruno-nama lengkap gadis itu, salah satu murid populer di sekolah, bahkan mungkin yang paling populer. Mungkin dia bukan murid paling cerdas di sekolah, tetapi setidaknya dia murid paling aktif di sekolah sehingga banyak memiliki kegiatan klub. Dia terkenal sebagai pengurus organisasi sekolah, anggota klub atletik, memasak, hingga sepak bola sebagai astisten pelatih, juga sebagai gadis yang paling banyak ditembak cowok tapi paling banyak juga nolak cowok.

"Kamu suka kehidupan seperti ini?"

Sakura menoleh saat seseorang menyapanya. Hinata, mungkin gadis paling kalem, gak banyak bicara, tetapi sekaligus paling cerdas di sekolah, sehingga populer gara-gara cerdasnya tersebut. Tetapi entah bagaimana justru berkawan akrab dengan Sakura yang berbeda jauh sekali ini.

"Enggak... enggak tahu."

"Kamu sepertinya menikmatinya."

Sakura berdeham pelan, membereskan buku-bukunya. "Apa kamu pernah merasa ingin menjadi orang lain?"

"Pernah." ucap Hinata ringan. "Tetapi aku merasa cukup dengan kehidupanku. Aku merasa, inilah takdirku."

Sakura berdeham lagi. Dengan membawa bukunya, ia pergi kearah lorong loker, membiarkan Hinata mengikutinya.

"Aku tahu kalau hidupmu menyenangkan, kok. Kau sudah punya kekasih, tentu gak mau merubah apa-apa lagi, atau semua berubah." ujar Sakura, lalu membuka lokernya.

Yah, bagaimanapun, Hinata lebih maju daripada Sakura soal percintaan. Sedikit menakjubkan bagi siswa-siswi sekolah pada mulanya. Dan justru menjadi semakin gencar untuk menembak Sakura, dan berbagai upaya dilakukan, mulai dari paling normal sampai paling konyol sekalipun.

Sejurus kemudian, berbagai bentuk cokelat dan bunga berbagai aroma berhamburan dari loker tersebut.

Hinata tertawa kecil. "Ya. Sesekali balaslah penggemar-penggemarmu itu."

Sakura tertawa merendah, nadanya terdengar hambar. "Arigatou telah ngasih saran seperti itu. Mau balas bagaimana, jika tak ada nama sekalipun?"

"Lalu, mau diapakan hadiah itu?"

"Terserah. Biar saja dimanfaatkan petugas kebersihan sekolah. Aku tak peduli, bahkan jika kamu mau mengambilnya sekalipun."

Hinata mendesah. "Aku bisa dimarahi Sasuke, nanti. Jadi, bisa kita pulang bareng hari ini? Sudah lama kita nggak bareng."

"Gomen, Hinata... aku ada urusan diluar."

"Lagi?" dalam hati Hinata merasa kecewa.

Sakura tersenyum tipis. "Kamu kan, bisa pulang bareng Sasuke."

"Tapi dia ada klub atletik hari ini, pulangnya sangat sore. Kamu sendiri gak..." Hinata berdecak pelan, menyesal akan ucapannya sendiri. Dia anggota utama klub atletik, bolos bukan masalah!

"Hm, hm, terkadang, kecerdasanmu salah dalam hal sepele juga." ucap Sakura sambil tersenyum geli. Selesai sudah dia memasukkan buku-bukunya.

Hinata menarik napas panjang. "Baiklah... kalau kau memang ada urusan diluar... tetapi urusan apa? Ini sudah berjalan sekitar dua minggu... kau sudah bolos berkali-kali."

"Aku tidak peduli," tiba-tiba Hinata merasa ucapan favorit Sakura belakangan ini adalah 'aku tidak peduli' dan memang sering itu yang terdengar. "Mereka yang memasukkan aku dalam klub, bukan aku yang mau."

"Hhh."

"Gomen, Hinata. Mata ashita."

Hinata hanya bisa menarik napas panjang, lalu menghembuskannya lagi. Berulang kali jika memang keras kepala Sakura mulai kambuh.

-X-

Sejak pertama kali bolos klub dan menemui lelaki berambut pirang bermata biru itu, Sakura menjadi terus-terusan bolos. Dan menunggu. Lagi, dan lagi.

"Ini sudah berjalan sekitar dua minggu... kau sudah bolos berkali-kali."

Kata-kata Hinata.

Mungkin Hinata benar. Seharusnya bolos sejak awal bukanlah pilihan yang tepat. Harusnya dia mengikuti kata Hinata sejak awal, jangan bolos. Sehingga dia tak akan bertemu lelaki itu.

Memang tak ada kesan spesial. Hanya kata hai yang saling terucap, lalu hening bersamaan. Setelah senja berakhir, langit menggelap, keduanya mengucap selamat tinggal, tanpa ucapan sampai bertemu lagi nanti.

Itu juga tak berlangsung lama.

Namun sejak awal, lelaki itu sudah menarik perhatian Sakura. Caranya melempar kerikil-kerikil digenggaman tangannya dan melemparinya kedalam sungai.

Tanpa sadar, sejak itu, dia menunggu lagi dan lagi, disini. Dipenghujung jembatan yang menemukan mereka.

Tapi baiklah, lelaki itu tak datang lagi hari ini. Sakura seharusnya berhenti menunggu.

Sakura berbalik, tiba-tiba napasnya tercekat.

Lelaki itu datang kali ini, tersenyum padanya, menatapnya dengan mata sebiru air sungai.

-X-

Satu, dua, tiga... capeekkk!

Memang capek rasanya... apalagi dengan tugas-tugas sekolah yang makin numpuk aja tiap harinya. Tetapi adanya sesuatu rasa yang tak dapat didefinisikan saat membuat fanfict pertama ini.

Ide chapter ini terinspirasi dari berbagai sumber... salah satunya novel favoritku berjudul: Swiss: Little Snow in Zurich karya Alvi Syarin, lalu Remember When karya Winna Efendi, dan 90% sisanya dari imajinasiku sendiri yang keluar tiba-tiba saat ngetik "chapter 1" diawal cerita.

Saat bikin akun di , sesungguhnya gak ada niat bikin pair NaruSaku. Tetapi kebetulan, teman "SEBANGKU" yang ngenalin ini ngefans banget sama NaruSaku, jadi pengennya sih ini dijadiin sebagai rasa terima kasih banyak untuknya(semoga orangnya peka dan langsung review :p).

Juga, aku belum terlalu ada yang sreg banget soal pair... jadi kalau ada yang mau ngasih saran pairing, boleh, boleh, nanti diusahain dibuat semampuku dan kalau ada idenya ya (tapi kalau bisa, jangan saranin yang yaoi. Kalau itu, rasanya aku betul-betul gak sreg. Nanti yang ada hasilnya malah kacau banget lagi...)

Oke, baca chapter selanjutnya, ya. Maaf kalau basa-basinya panjang banget, disini, hehehe xD terima kasih telah membaca.. kalau mau baca fanfic yang lainnya juga ya, udah ada dua yang dipublikasikan. ^^ Arigatou gozaimasu!