Summary : Tetangga itu orang yang dekat. Orang yang bisa dimintai bantuan. Tetangga itu biasanya baik. Tapi tidak menurut Hinata. Untuk tetangga yang satu ini, Hinata sangat iri. Gimana ceritanya?/AU/OOC/SasuHina/DLDRDB : )

Warning : OOC maksimal, typos, bahasa tidak baku, absurd, DLDRDB.

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Neighbour (c) Fujiwara Hana

Romance Friendship

Pair : SasuHina :*

Chapter 1

Ujian Akhir Semester baru saja selesai minggu lalu. Nilai yang diperoleh murid-murid Suna Gakuen terpampang jelas di papan pengumuman di depan kantor guru. Ada yang bersorak riang, ada pula yang bersedih hati. Tetapi kebanyakan dari mereka menampakkan muka yang ceria.

"Peringkatmu turun Hinata," Tenten menunjuk nilai Hinata di urutan nomor 398 dari 450 siswa.

Hinata hanya diam. Melirik nilai teman-temannya yang ternyata cukup tinggi ia mendesah kecewa.

Ino menepuk bahu Hinata. Menenangkan suasana hati Hinata yang sedih. Sebenarnya nilai Ino juga tidak bagus-bagus amat. Ino mencapai peringkat 280 sedangkan Tenten cukup bagus, yakni 147.

Hinata yang pada dasarnya cukup manja mulai menunjukkan wajah ingin menangis. Padahal dirinya sudah berusaha dengan keras. Belajar setiap hari tanpa mengenal lelah dan waktu. Bahkan ia merelakan waktu bermainnya untuk belajar.

"Bagaimana ini Ino-chan? Ayah pasti akan memarahiku,"

Ino yang mendengarnya merasa iba. Ayah Hinata memang terkenal galak dan keras. Ia bahkan tak segan-segan untuk memarahi putra-putrinya di depan orang banyak jika memang kesalahan terdapat pada putra-putrinya.

"Dunia sungguh tidak adil. Aku yang belajar keras mendapat peringkat bawah. Sedangkan dia yang setiap hari selalu bermain mendapat peringkat atas. Menyebalkan!" raung Hinata sembari meletakkan jari telunjukknya pada seorang nama. Uchiha Sasuke.

Ngomong-ngomong ada yang belum tahu kalau Uchiha Sasuke adalah tetangga Hinata? Ya, Uchiha bungsu merupakan tetangga Hinata yang terkenal dengan kejeniusannya, ketampanannya, kekayaannya, dan lain-lain yang tidak mungkin untuk disebutkan semuanya.

Sebenarnya Hinata tidak sangat membenci tetangganya yang satu ini. Tetapi, semenjak mellihat Sasuke setiap hari hanya bermain dan jarang belajar namun masih sanggup mendapat peringkat sempurna Hinata jadi gemas sendiri atau bisa dibilang Hinata iri.

Ino yang mendengar raung kekesalan Hinata langsung mendekap mulut Hinata agar suara Hinata yang cukup keras tidak terdengar oleh orang yang sedang mereka bicarakan.

"Sstt... jangan keras-keras Hinata. Nanti kalau si sombong itu dengar bagaimana?"

Hinata merengut memandang Ino. Tambah sebal ketika Tenten setuju dengan pendapat Ino.

Daripada berdebat di depan kantor guru, mereka bertiga memilih untuk pergi menuju kantin untuk mengisi perut kosong mereka. Sembari menuju kantin, Hinata membuka ponsel ungunya ketika merasakan getar di saku rok seragamnya.

"Halo. Tumben telpon," Hinata menjawab judes. Suasana hatinya sedang tidak enak sekarang. Kalau bisa, Hinata tidak mau menerima panggilan siapapun. Tetapi berhubung pacarnya yang menghubungi, Hinata merelakan untuk menerima panggilan telponnya.

Suara di seberang terdengar tertawa renyah, "Hei hei hei kenapa tiba-tiba marah? Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Ino dan Tenten saling melirik bosan. Mereka terkadang jengah melihat atau mendengar pacar Hinata yang menurut mereka pura-pura perhatian pada Hinata. Ino dan Tenten sudah berulangkali mengatakan kepada Hinata agar berhati-hati pada pacarnya.

"Tidak ada," jawaban jutek keluar dari bibir mungil Hinata. Dan obrolan mereka berhenti ketika Hinata, Ino dan Tenten sampai di kantin. Mengambil meja terpojok dan terbersih, Hinata mendaratkan pantatnya dengan kasar.

"Apa yang pacar super duper sempurnamu bilang?" Ino menyindir secara langsung. Mengutak atik ponselnya, Ino tersenyum begitu melihat pesan dari Sai.

Hinata tidak menjawab, hanya diam. Sedangkan Tenten sibuk membuka buku pelajaran.

.

.

.

Kediaman Hyuuga tampak sejuk dengan pepohonan hijau yang mengelilingi setiap dinding. Rumput-rumput tampak melindungi tanah dari teriknya panas matahari. Dana kecil tampak memperindah pemandangan di kebun. Terdapat bangku terbuat dari kayu di samping kolam, tempat dimana Hinata biasa belajar.

"Mulai hari Minggu besok kau resmi menjadi guru privat putriku, Hinata Hyuuga," Hyuuga Hiashi tampak mengucapkan terima kasih sebelum menutup telepon dari kenalannya.

Hyuuga Hitomi yang sejak tadi berada di samping Hyuuga Hiashi menyesap tehnya pelan, meletakkan cangkir tehnya yang sudah tersisa setengah ia melirik suaminya, "Apakah tidak apa-apa tidak kita bicarakan dengan Hinata, suamiku?"

Wajah tegas Hiashi membuat Hitomi sadar bahwa keputusan yang telah Hiashi buat sudah mutlak dan tak bisa diganggu gugat. Sebenarnya Hitomi merasa kasihan dengan Hinata yang sudah berusaha keras. Ia terkadang merasa bahwa Hinata terlalu memforsir tenaganya setiap hari sampai-sampai Hinata kekurangan tidur.

"Hinata harus menjadi putriku yang patut dibanggakan," ujarnya tegas seraya meninggalkan ruang tengah menuju kebun belakang kediaman Hyuuga.

"Apakah Hinata akan baik-baik saja?" gumam Hitomi bingung.

.

.

.

Pukul 07.00 pagi suara pintu diketuk dari luar terdengar. Hinata yang biasanya bangun pukul 8 pada hari minggu enggan untuk bangun. Rasa kantuknya mengalahkan segalanya. Kemarin ia, Ino dan Tenten berbelanja keliling kota untuk menghilangkan penat di pikirannya. Jangan heran, walaupun Hinata manja, tetapi ia memikirkan prestasi di sekolahnya. Ia tidak mau menjadi anak yang tidak bisa membuat orang tuanya bangga.

TOK TOK TOK.

Ketukan semakin keras terdengar. Dengan uring-uringan Hinata membuka selimut tebal yang menutup seluruh tubuhnya. Mengucek-ucek matanya pelan, Hinata bangun dari posisi tidurnya. Hinata sadar bahwa orang yang mengetuk pintunya sudah tidak sabar, tetapi Hinata tidak peduli. Yang terpenting Hinata harus ke kamar mandi dulu baru kemudian membuka pintu.

"Apaan sih Hanabi-chan? Kan kakak sudah bilang jangan mengetuk pintu kakak dengan keras?" Hinata berbicara sambil membuka pintu kamarnya kasar. Masih belum jelas pandangan Hinata. Sosok yang berdiri di hadapannya lebih tinggi darinya. Tunggu, bukankah Hanabi lebih pendek darinya? Pandangan buram Hinata jatuh pada rambut orang di depannya yang terlihat aneh, mirip pantat ayam. Dalam hati Hinata tertawa sendiri. Eh? Bukan Hanabi!

"Bisa kita mulai lesnya? Waktuku tak pantas untuk kau buang begitu saja," suara di depannya sungguh maskulin, berat dan membuat Hinata merinding.

Karena selain manja Hinata juga telat mikir. Ia baru sadar kalau orang di depannya berjenis kelamin laki-laki. Dengan perlahan, Hinata melirik kondisi tubuhnya yang terbalut piyama dan terlihat kumel. Dalam hati ia merutuk, siapakah gerangan orang yang mengirim laki-laki di depannya ke hadapannya ini? Dan les? Apa ia tak salah dengar?

Suara ketukan sepatu terdengar jelas. Orang didepannya sungguh tidak sabar dengan sikap lelet Hinata. Menerobos masuk kamar Hinata, laki-laki itu langsung duduk di lantai dan mengambil meja kecil milik Hinata untuk meletakkan buku-buku yang ia bawa.

Hinata yang masih kaget kemudian melirik ke belakang dan mendapati wajah orang tersebut yang tampak membuka buku kecil dan tampak memilih pensil yang akan digunakan.

"S-sasuke?!" Hinata terlonjak kaget. Mengapa orang itu harus Uchiha Sasuke? Dengan langkah berdebam, Hinata mendekatkan dirinya ke arah Sasuke. Duduk di depan Sasuke dan dipisahkan meja kecil Hinata bersedekap.

"Ngapain kamu disini?"

Sasuke yang mendengar Hinata bersuara akhirnya menoleh ke arah Hinata. Onyxnya yang terbingkai kacamata berframe hitam melirik jahil.

"Mencerdaskan otakmu,"

Bisakah seseorang memberitahukan Sasuke mengenai bahasa yang sopan? Sasuke sialan. Beraninya ia mengejek dirinya. Iya Hinata mengakui bahwa Sasuke memang jenius, tapi dia juga tidak harus menghina dirinya kan?

"Siapa yang menyuruhmu?"

"Paman Hiashi," Sasuke menuliskan beberapa soal di bukunya kemudian melemparkannya pada Hinata, "kerjakan soal ini sekarang,"

Hinata yang merasa bahwa dirinya belum menyetujui perihal les ini tidak menunjukkan pergerakan mengambil buku yang disodorkan oleh Sasuke.

"Aku belum setuju untuk belajar denganmu. Dan lagipula aku ada acara hari ini, jadi silahkan kau pulang saja dan tidur cantik,"

Sasuke yang mendengar penolakan dari Hinata kemudian menegakkan tubuhnya. Kepalanya ia topangkan menggunakan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masih memegang pensil dan memutar-mutarnya.

"Dengan serigala berisik itu, huh?" Sasuke tersenyum miring.

Inilah salah satu alasan Hinata membenci Sasuke. Selain sombong ia juga suka merendahkan dan menjelek-jelekkan orang lain sesuka hatinya. Sebenarnya Sasuke cukup tampan menurut kriteria Hinata, tapi apa daya, mulut tajam Sasuke terlalu berat untuk dipertimbangkan menjadi status teman.

"Bukan urusanmu, tuan sok jenius!" Hinata sebal. Sebal karena Sasuke sering mengejeknya. Sebal karena Sasuke merupakan anak kenalan Ayahnya yang dekat. Sebal karena Sasuke pintar tanpa harus berkutat dengan buku pelajaran setiap hari.

"Tentu saja urusanku nona manja. Karena mulai sekarang aku senseimu," Sasuke menekankan kata-kata 'senseimu'. Hinata yang mengetahui bahwa ia tak akan menang dalam perdebatan ini akhirnya mengalah. Mengambil ponselnya kemudian menempelkan ke telinganya.

"Maaf Kiba-kun, hari ini tidak jadi. Ada seseorang yang menyebalkan datang tak diundang yang mengaku sebagai guru lesku," Hinata melirik Sasuke yang tersenyum mengejek. Mematikan ponselnya setelah mendengar kata 'Bye', Hinata mengambil buku yang tadi dilempar oleh Sasuke.

Sasuke melihat jam di tangan kirinya, "Sekarang jam 07.30. Kita selesai jam 13.00,"

Pensil yang Hinata gunakan untuk menulis patah akibat tekanan yang Hinata berikan terlalu kuat.

"Jangan bercanda! Lima setengah jam nonstop? Yang benar saja!"

"Jika kau tidak mengocehkan hal yang tidak penting daritadi, mungkin aku akan berbaik hati memotong jam belajarmu,"

"Omong kosong. Orang kejam sepertimu tak mungkin berbaik hati terhadapku,"

"Nah itu kau tahu,"

"Uchiha sialan," Hinata bergumam yang tidak dapat didengar Sasuke.

TBC

AN : Akhirnya sempet juga bikin SasuHina MC, soalnya udah lama gak bikin SH MC yang amburadul kaya biasanya, hehe. Dilarang ngebash pair SH ^_^

Makasih buat yang udah fav&foll, reviewer dan silent reader di story sebelumnya. Maaf gak bisa balas satu persatu :3

Ucapan terima kasih untuk cerita sebelumnya, Hinata's Want

Yang udah fav&foll :D sankyu

Yang udah review makasih : ) saya balas reviewnya disini ya :D

Arcan'sGirl : maaf kalau sekuel kayaknya sulit, ehe. NM : makasih : ). Echi richi : XD makasih. Line-chan SHL : makasih : D, maaf kalau sekuel kayaknya sulit. Rinne and Hime : kalau sedikit gampang buatnya, hehe. Uchihaii : kayaknya nggak : ), makasih : ). Hayi Yuki : Hinata emang polos :p, iya Sasu-chan ngelamar Hinata lagi SMA, makasih : D, kalau sekuel sulit, hehe, salam kenal kembali : ). Kazeko kimi : ah masa? Jadi terharu,hehe, ini udah buat SH : ). wiendzbica732 : hehehe, Hime belum klepek2 soalnya masih polos dan unyu : ). : makasih : ) buat fic sasuhina? Pasti dong, nggak perlu dipaksa pasti saya buat : D. : makasih XD. Aindri961 : : D. PaleGreen : ; ), kalo sekuel maaf belum bisa, hehe. Buat sekuel lebih susah daripada buat fic baru, wkwk.

Salam hangat dari saya :D : ) XD