You Love Him, Not Me Anymore

Present by: Haren-sshi

YunJae, slight JaeSica

Don't Like Don't Read

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Seorang pemuda nampak memamerkan senyumannya di pagi yang cerah ini. Ia melirik jam yang terpasang pada pergelangan tangan kirinya. Pukul 9 pagi. Sesuai janji, ia akan mengunjungi rumah kekasihnya yang sudah satu bulan ini menjalin hubungan.

Tarikan napas lalu menghembuskannya. Sebelum kemudian ia mengetuk rumah itu dan memperhatikan penampilannya. Cukup rapi dan tidak ada yang perlu dibenahi lagi. Ia bukan ingin berkencan dengan kekasihnya, hanya berkunjung saja.

Pemuda ini pun sekali lagi mengetuk rumah itu yang sebelumnya tak ada respon sama sekali. Ia menunggu lagi untuk satu menit ke depan untuk mendapatkan respon.

Tak ada respon, lagi. Tapi ia tak menyerah. Ia ingin mengetuk lagi pintu rumah kekasihnya. Namun, sebelum tangan itu mencapai pintu, pintu itu pun terbuka. Menampilkan seorang pemuda yang lebih tinggi darinya menyambutnya di depan pintu. Sungguh ia tak mengenal orang ini. Kelihatannya pemuda yang menyambutnya ini seumuran dengannya. Entahlah, ia hanya menebak.

Sejenak mereka hanya saling pandang cukup lama. Sebelum kemudian sang pemuda yang menyambutnya ini berdehem dan menampilkan senyumannya.

"Cari siapa?" Tanya sang pemuda yang menyambutnya ini. Pandangannya tetap tertuju pada pemuda di hadapannya yang masih setia berdiri di depan pintu.

Yang ditanyai malah tergagap. "A-aku ingin bertemu dengan Jessica. Apa dia ada di dalam?"

Sang pemuda terdiam, membuat pemuda yang berdiri di depan pintu ini mengangkat alisnya. Apa dia terlihat tidak sopan?

Tiba-tiba suara hentakan kaki terdengar dari dalam rumah. Segera saja pemuda yang berdiri di depan pintu itu melirikkan mata besarnya ke dalam. Mencari tahu siapa yang tengah berlari di dalam rumah ini.

"Jae oppa!" Tiba-tiba seorang gadis menerobos dan mendorong sang pemuda yang menyambutnya ini ke samping. Dan tentu saja sang pemuda itu mengaduh karena kepalanya sempat terbentur sisi pintu. Membuatnya sedikit meringis sambil menggosok-gosokkan kepalanya yang mungkin akan segera benjol. Tampaknya sang gadis hanya terlalu antusias.

"Oppa, ayo masuk. Kenapa malah menunggu di luar?" sang gadis menggenggam tangan si pemuda yang tampak sedikit kaget akan sikap sang gadis.

"I-itu—"

"Yunho oppa, kenapa malah membiarkan kekasihku ini berdiri di luar? Apa kau tak tahu kalau sekarang ini musim dingin?" Sang gadis melontarkan protesannya kepada sosok yang bernama Yunho ini. Sementara Yunho tampak mengacuhkan perkataan adiknya itu.

"Dia kekasihmu, Jes?"

Jes atau biasa dipanggil Jessica itu mengangguk. "Wae?"

"Kupikir dia temanmu. Wajahnya tampak… em… cantik." Komentar Yunho saat melihat wajah si pemuda yang merupakan kekasih dari Jessica. Membuat Jaejoong tertawa kecil mendengar komentarnya itu.

"Aku namja." Jawabnya singkat. Barangkali Yunho akan menganggap dirinya sebagai pasangan sejenis Jessica.

"Ne, ne. Aku tahu. Kalau Jessica tak menyebutmu sebagai kekasihnya mungkin aku akan mengira dirimu perempuan." Yunho tertawa sejenak. "Karena aku tahu Jessica bukanlah seorang yang memiliki penyimpangan seksual."

Jessica nampak cemberut. Ia mencubit pinggang Yunho sebagai balasannya. Karena ia cukup tersinggung dengan perkataan kakaknya itu. "Oh, ayo masuk, Oppa." Jessica pun mengabaikan Yunho dan mengajak Jaejoong masuk. Yunho masih saja meringis kesakitan akibat cubitan Jessica yang terasa begitu panas di pinggangnya.

Jae mengangguk. Ia menerima ajakan Jessica untuk masuk ke dalam rumah. "Orang tuamu kemana?" Jaejoong tampak segan memasuki rumah kekasihnya ini ketika ada orang tua kekasihnya di rumah. Namun sepertinya keadaan rumah ini sepi dan hanya terlihat Jessica dan seorang pemuda yang ia pun tak tahu siapa dia.

"Orang tuaku sedang liburan, ke luar kota. Dan sebagai gantinya Yunho oppa yang menemaniku di rumah." Jessica pun mengajak Jaejoong menuju ruang tamu.

"Yunho? Pemuda tadi itu?"

Jessica mengangguk. "Ya. Ah, aku lupa mengenalkanmu padanya."

Jessica kemudian meninggalkan Jaejoong di tempat. Ia berlari menuju halaman depan, menyeret Yunho untuk menuju ke hadapan Jaejoong. Ingin mengenalkan kakaknya itu pada kekasihnya. Yunho hanya pasrah saja saat dirinya diseret-seret oleh adiknya itu.

Kini Yunho berhadapan kembali dengan Jaejoong. Dan Yunho tak bisa memungkiri bahwa ia cukup tertarik dengan Jaejoong. Parasnya yang membuatnya tertarik.

"Jae oppa, perkenalkan, ini Yunho oppa. Dia adalah kakak kandungku."

Jessica mmenyikut pinggang Yunho yang terlihat diam saja. Tanpa ada reaksi sedikitpun. Setelah sikutan itu barulah Yunho menyadari sesuatu. Ia mengulurkan tangannya pada Jaejoong.

Sejenak Jaejoong ragu untuk menyambut uluran tangan itu. Pada akhirnya ia pun menyambutnya. "Jaejoong. Kim Jae Joong. Kau bisa memanggilku Jaejoong saja."

"Ah, baiklah Kim Jaejoong-sshi. Aku Yunho. Jung Yun Ho. Adik dari Jessica. Kau bisa memanggilku Yunho."

"Ah, ne." Jaejoong pun melepaskan salaman perkenalan tersebut.

Perasaan Yunho saja atau memang tangan pemuda ini begitu lembut? Tak kalah lembut dengan milik Jessica yang merupakan adiknya. Apa pemuda ini begitu merawat dengan baik tubuhnya?

"Di luar sangat dingin. Bagaimana kalau aku membuatkanmu coklat hangat?" Tawar Jessica pada Jaejoong. Memang di luar cuaca cukup dingin dan Jaejoong merasakan itu. Ia pun mengangguk sebagai jawaban atas tawaran kekasihnya itu.

"Kurasa tak ada salahnya minum coklat hangat di cuaca yang dingin ini."

Jessica segera pergi dari hadapan keduanya menuju dapur. Sebelum Jessica melangkah lebih jauh, Yunho pun berteriak. "Jess, aku juga ingin segelas coklat hangat."

Jessica menyahutnya dengan anggukan. Dan tentu saja Yunho bisa melihat tanggapan tersebut.

Sejenak keduanya menjadi hening. Berdiri di satu ruangan membuat keduanya canggung. Apalagi mereka tak mengenal satu sama lainnya. Bertemu saja baru beberapa menit yang lalu.

"Silakan duduk, Jaejoong-sshi. Pasti capek kalau berdiri sedari tadi."

Jaejoong mengangguk. Ia pun menyamankan dirinya di atas sofa putih ini. Dan Yunho juga duduk di seberangnya. Mereka terdiam lagi. Jaejoong tampak sibuk melihat-lihat dekorasi rumah yang tampak sedikit berubah semenjak terakhir kali ia datang ke rumah ini. Selebihnya terlihat tetap.

Sedangkan Yunho tampak sibuk memandangi Jaejoong. Ia memperhatikan paras Jaejoong yang terlihat cantik di matanya. Sesungguhnya… ia baru kali ini melihat wajah seorang pria yang terlihat cantik. Dan itu membuat Yunho terlihat senyum-senyum sendiri.

"Jaejoong-sshi," Jaejoong menoleh saat Yunho memanggilnya, "Sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengan adikku?"

Jaejoong tampak berpikir. "Kurang lebih satu bulan ini, kurasa."

"Begitu." Yunho terdiam. Ia kembali memperhatikan paras Jaejoong. Jaejoong yang diperhatikan seperti itu tampak salah tingkah. Ia tertawa kecil mengatasi salah tingkahnya.

"Aku baru kali ini melihatmu, Yunho-sshi. Apakah kau baru datang dari luar kota?"

"Sebenarnya selama ini aku berada di Jepang. Aku kuliah di sana dan menetap di sana selama beberapa tahun. Dan dua bulan yang lalu aku baru saja lulus S1. Dan kini aku harus melanjutkan S2 lagi di Jepang." Yunho menjawab dengan panjang lebar.

"Benarkah?" Jaejoong terpukau. "Aku ingin sekali kuliah di Jepang. Tapi sayangnya aku tak punya cukup biaya." Jaejoong terkekeh kecil. "Sepertinya kita seumuran. Aku juga baru lulus kuliah dua bulan yang lalu."

"Kapan-kapan aku akan mengajakmu ke Jepang." Yunho pun ikut terkekeh.

Tanpa disadari mereka bisa mengakrabkan diri. Mereka tampak membicarakan masalah kuliah masing-masing, selain itu berbagai pertanyaan pun dilontarkan dan dijawab dengan sekena. Mereka juga tertawa bersama ketika membicarakan hal yang lucu, meski itu terasa canggung.

Jessica datang dari dapur dengan tiga mug yang berisi coklat hangat di atas nampan yang ia bawa. Dengan hati-hati Jessica membawanya agar tidak tumpah menuju ke ruang tamu. Tempat dimana kekasihnya dan kakaknya berada.

"Kelihatannya kalian sudah mengakrabkan diri." Komentar Jessica ketika mata coklatnya memperhatikan tingkah laku keduanya yang nampak seperti teman lama yang jarang bertemu. Tawa mereka langsung berhenti ketika gadis bermarga Jung itu muncul dari arah dapur.

Jessica menyerahkan satu mug pada Jaejoong yang langsung diterima Jaejoong dengan senang hati sambil tersenyum. Satunya lagi untuk kakaknya itu dan satu untuk dirinya.

Jessica pun duduk di samping kekasihnya. "Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya asik sekali." Tanya Jessica. Ia mencium aroma coklat yang menguar dari mug yang dipegangnya. Kemudian menyeruput coklat hangat itu. Seketika rasa coklat yang manis itu membasahi tenggorokkannya.

"Hanya pembicaraan masalah kuliah. Jadi tidak ada yang terlalu spesial." Jawab Yunho. Ia menyeruput coklat hangat yang berada di tangannya.

"Benar." Jaejoong menimpali. "Kebetulan sekali kami satu jurusan. Dan kami menceritakan pengalaman kami." Lanjutnya kemudian. Tak lupa ia juga meminum coklat hangatnya.

"Rasanya hanya aku yang tidak nyambung di sini." Jessica meletakkan mugnya di atas meja di hadapannya. "Aku jurusan hukum. Sedangkan kalian jurusan seni."

"Tapi kau juga sedikit-sedikit tahu tentang seni, apalagi musik, Jes." Ucap Yunho.

Lalu pembicaraan mereka pun berlanjut. Ketiganya saling berbagi pengalaman, dan menceritakan berbagai pengalaman yang mereka alami, entah itu lucu atau ada unsure kesedihan. Tanpa mereka sadari, hari beranjak siang. Hingga pada saat itu Jaejoong sadar bahwa matahari sudah cukup meninggi. Dia sudah terlalu lama berada di rumah kekasihnya, dan juga tidak ada lagi topic yang ingin dibicarakan. Maka dari itu Jaejoong memilih untuk pamit dan kembali ke rumahnya.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Hari yang cukup cerah siang ini. Dan hari yang cukup menyenangkan untuk mengajak kekasihmu jalan-jalan. Maka dari itulah Jaejoong tengah merapikan blazer berwarna gading yang kini tengah dipakainya. Tak lupa ia mengambil kalungnya sebagai aksesoris tambahan. Sedikit parfum maka sempurnalah penampilannya hari ini.

Ya, memang. Kim Jae Joong akan mengajak kekasihnya jalan-jalan hari ini. Ia sudah berjanji akan hal itu kepada Jessica.

Jaejoong pun meraih kunci mobilnya dan bergegas turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua. Hampir saja dirinya akan terpeleset kalau tidak ia segera berpegangan pada sesuatu yang bisa menahan berat tubuhnya agar tak terjatuh.

Sebelum keluar dari pintu rumahnya, ia berpamitan kepada sang ibu yang kala itu sedang merangkai bunga di ruang tengah yang baru saja dipetik dari taman kecil belakang rumahnya. Dan tentu saja sang ibu meneriakan kata 'hati-hati' kala melihat anaknya itu tengah menuju pintu depan.

Mobil berwarna merah itu kini terparkir rapi di garasi. Mobil yang sudah dua tahun ini bersamanya kemanapun ia pergi. Hadiah ulang tahun dari kedua orang tuanya. Membuatnya tak bisa menyembunyikan raut bahagianya kala itu. Baru kali ini, ia mendapatkan kado yang begitu mewah. Kelewat mewah sebenarnya.

Butuh waktu kira-kira dua puluh lima menit untuk sampai di tempat kekasihnya. Dan dua puluh lima menit itu sudah berlalu. Kini Jaejoong sedang memarkir mobilnya di depan halaman rumah Jessica. Setelah mengunci pintu mobilnya, Jaejoong pun bergerak menuju pintu rumah Jessica yang terlihat tertutup.

Jaejoong mengetuk pintu rumah itu dan menunggu. Ia melirik jamnya yang terpasang manis di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul dua siang.

Pintu terbuka. Menampilkan seorang wanita cantik dalam balutan dress selutut yang membuatnya tampak manis. Jaejoong tersenyum atas sambutan kekasihnya itu.

"Pergi sekarang?" Tanya Jaejoong. Yang disahut dengan anggukan sekali dari Jessica.

Mereka belum beranjak dari tempatnya ketika mendengar suara lain yang menginterupsi kepergian mereka.

"Kalian mau kemana?" Jaejoong menoleh, begitupun dengan Jessica. Dilihatnya seorang Jung Yun Ho yang berdiri di depan pintu.

"Aku ingin pergi dengan Jae oppa. Wae?" Sahut Jessica dengan berujung pada pertanyaan.

"Aku ikut ya?" Tanya Yunho lagi.

Jessica mengernyitkan alisnya. "Untuk apa?"

"Aku kan sudah lama tidak mengunjungi Seoul. Mungkin saja tempat ini ada yang berubah. Lagipula, aku bosan di rumah."

Jessica kembali mengernyitkan alisnya. Sesungguhnya ia tak keberatan kakaknya itu ikut. Lagipula ini bukan kencan mereka. Ia hanya meminta kekasihnya itu untuk menemaninya berbelanja. Jessica melirik kea rah kekasihnya, meminta pendapat.

Jaejoong mengangkat bahunya. Nampaknya tak keberatan sama sekali jika Yunho ikut.

"Baiklah. Oppa bisa ikut dengan kami."

Raut senang menghampiri wajah Yunho. Ia memamerkan senyumannya yang menawan. "Tunggu lima menit. Aku akan bersiap-siap dulu."

Lima menit berlalu. Dan Yunho sudah siap dengan kaos yang dilapisi jaket dan celana jeans yang membalut tubuhnya. Penampilan yang sederhana. Tapi tak mengurangi ketampanan yang dimiliki oleh Jung Yun Ho.

"Ayo, berangkat."

Mereka bertiga pun memasuki mobil Jaejoong yang terparkir manis di depan rumah mereka. Jaejoong mengambil posisi sebagai pengemudi. Lalu Jessica yang mengambil tempat duduk tepat di samping Jaejoong. Sedangkan Yunho mengambil di bagian kursi penumpang.

Di dalam mobil, Yunho merasa perannya sebagai nyamuk pengganggu. Berulang kali matanya melirik ke arah Jaejoong dan Jessica. Mereka berdua nampak mesra. Dan beberapa kali Jessica membisikkan sesuatu ke telinga Jaejoong. Dan setelah itu mereka tertawa.

Tidak tahu kah mereka bahwa ada orang selain mereka berdua di dalam mobil? Apalagi kemesraan mereka membuat Yunho iri. Ia belumlah memiliki seorang kekasih hingga detik ini.

Jaejoong melirik Yunho yang duduk di kursi penumpang melalui kaca spion. Wajahnya kelihatan kusut dan tengah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Jaejoong tersenyum melihat wajah kusut milik Yunho.

Kini mereka berada di pusat perbelanjaan. Jessica menggaet lengan Jaejoong dengan mesra. Sedangkan Jaejoong tak kelihatan keberatan sama sekali. Malah ia menikmatinya. Sedangkan Yunho, ia memasang tampang masam melihat kemesraan dua sejoli yang berjalan tepat di depannya.

Sungguh membuatnya iri,

Jessica menunjuk toko yang terletak tepat di sampingnya. Ia melihat berbagai aksesoris yang menrik perhatiannya. Jaejoong menganggukan kepalanya ketika Jessica mencoba mengajaknya. Dan mau tak mau Yunho pun mengikuti langkah mereka berdua.

Gadis itu mengambil seuntai kalung perak dengan matahari sebagai bandulnya. Tampak sangat manis. Jessica menanyakan pendapatnya pada Jaejoong. Jaejoong mengangguk sebagai jawaban kalau kalung itu sangat cocok untuknya. Jessica ingin membelinya. Tapi ketika Jaejoong mencoba mengutarakan keinginannya untuk membayar kalung itu, Jessica menolaknya dengan halus. Ia masih punya cukup uang.

"Hei, Jaejoong-ah. Sepertinya jam tangan ini cocok untukmu." Yunho tiba-tiba berkata sembari memperhatikan sebuah jam tangan berwarna putih. Ia menarik pergelangan tangan Jaejoong dan mencoba mencocokkan jam itu ke tangan Jaejoong. "Kelihatan pas sekali."

Jaejoong meringis. "Aku tak tertarik membeli jam." Tolak Jaejoong halus.

Yunho pun menatap Jaejoong. "Kenapa? Tak punya uang? Kalau begitu biar aku yang membelikannya untukmu."

Jaejoong hendak berkata untuk menolaknya lagi. Tapi tak sempat saat Yunho mulai berjalan menuju kasir.

Jessica mengernyitkan alisnya. Sejak kapan kakaknya itu memanggil kekasihnya dengan 'Jaejoong-ah'? setahunya, kakaknya itu memanggil Jaejoong dengan 'Jae' saja tanpa embel-embel apapun. Dan sejak kapan juga kakaknya itu suka menraktir orang seenaknya? Padahal dengan adiknya sendiri pun pelitnya minta ampun.

"Oppa, kau tidak membelikan aku jam juga?" Jessica merengek pada Yunho saat mereka berada di kasir. Ia mencoba menampilkan wajah memelasnya agar kakaknya itu mau membelikannya jam.

"Kau kan punya banyak uang. Untuk apa aku harus membelikanmu jam?"

Jessica merenggut. Benar kan? Kakaknya itu pelit sekali. Kenapa dengan kekasihnya itu ia rela membuang uangnya?

Kini mereka keluar dari toko aksesoris. Mereka berjalan ke sekeliling untuk mencari sesuatu yang ingin dibeli. Masih dengan memeluk lengan Jaejoong, Jessica berulang kali menyeret masuk ke berbagai toko untuk membeli sesuatu. Dan Jaejoong tidak keberatan sama sekali.

Tiba-tiba mata Jessica pun bertubrukkan dengan toko pakaian dalam khusus wanita. Ia ingin membeli sesuatu di sana. Dan rasanya tidak mungkin sekali menyeret Jaejoong masuk ke dalam sana. Sudah pasti Jaejoong akan merasa sangat tidak nyaman sekali berada di tempat yang cukup private itu.

"Oppa."

Jaejoong menoleh sambil menggumam. "Ne?"

"Aku mau ke toko itu." Jessica menunjuk toko yang menyediakan pakaian dalam wanita. Dan benar saja Jaejoong langsung salah tingkah. "Aku yakin oppa takkan mau masuk ke sana. Jadi, kalian tak apa kan aku tinggal masuk ke sana?" tanyanya sembari melirik Yunho.

Jaejoong mengangguk. "Ne. Masuk saja. Tak usah khawatirkan kami. Kami takkan bertengkar." Canda Jaejoong yang langsung disambut dengan dengusan dari Jessica.

"Kalau kau ingin ke toko sana, jadi kami akan pergi ke toko itu, ne?" Yunho pun menunjuk ke arah toko pakaian khusus pria yang terletak agak sedikit jauh. Jessica menganggukkan kepalanya tanda tak keberatan sama sekali. "Ayo, Jaejoong-ah." Ajak Yunho sembari menarik tangan Jaejoong dan menggenggamnya.

Jessica lagi-lagi mengernyitkan alisnya melihat genggaman tangan itu. Jessica tak pernah tahu seberapa dekat antara Jaejoong dan Yunho. Tapi memang akhir-akhir ini kakaknya dan kekasihnya itu terlihat semakin akrab. Jessica mengendikkan bahunya. Ia tak ambil pusing dengan semua ini. Dengan cueknya, ia pun memasuki toko tersebut.

Yunho masih menggenggam tangan Jaejoong. Menarik pemuda itu untuk memasuki toko besar yang berisikan pakaian-pakaian khusus pria. Yunho ingin membeli beberapa pakaian. Mengingat ia membawa sedikit sekali pakaian untuk pergi ke Seoul. Semua pakaian-pakaiannya ada di Jepang saat ini.

Apalagi dia pulang ke Seoul hanya untuk liburan selama sebulan. Di kampusnya sedang sibuk untuk mempersiapkan penerimaan mahasiswa mahasiswi baru. Jadi Yunho mengambil kesempatan itu untuk libur. Apalagi orang tuanya kini berlibur ke luar kota, dan ia pun diminta untuk menemani adik satu-satunya itu.

Yunho menuju ke salah satu rak pakaian yang menyediakan kemeja. Ia memilih-milih kemeja untuk dibelinya. Kemudian ia menarik sebuah kemeja dan mencocokkannya ke badannya. "Bagaimana menurutmu?" Tanya Yunho meminta pendapat Jaejoong.

Jaejoong memegang dagunya. Memberi tatapan menilai. "Warnanya kurang cerah. Tidak terlalu cocok denganmu." Dan Yunho pun mengembalikan kemeja itu ke tempat asalnya.

Jaejoong ikut memilih. Dan ia menemukan satu lalu menjulurkannya pada Yunho. "Kurasa ini cocok untukmu."

Yunho menggeleng. "Aku kurang suka motifnya. Terlalu ramai."

Jaejoong mengangguk paham. Ia mengembalikan kemeja yang dipegangnya ke tempat asalnya. Lalu mencoba memilih kembali. Hingga akhirnya ia menemukan satu lagi. "Kalau yang ini?" Jaejoong menyodorkan kepada Yunho.

Yunho tersenyum. Ia mengambil kemeja itu dari tangan Jaejoong dan mencocokkannya pada tubuhnya. "Benar-benar cocok. Aku akan mengambil ini." Yunho pun menatap Jaejoong lalu tersenyum. "Kau pintar memilih."

Jaejoong tersenyum, memamerkan gigi-giginya yang putih. Ia tampak salah tingkah mendengar ucapan Yunho yang terdengar seperti pujian untuknya.

-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-

Kini Jessica tampak kerepotan dengan barang belanjaannya. Cukup kesulitan, mengingat ia cukup belanja banyak hari ini. Jessica bukanlah orang yang boros. Ia sudah lama tak belanja banyak seperti ini sejak tiga bulan yang lalu.

Jessica baru ingat bahwa sabtu depan ada undangan pesta ulang tahun dari temannya, Sooyoung. Dan Jessica tak mempunyai pakaian bagus untuk menghadiri acara pesta temannya tersebut. Jadilah ia ketika ia baru saja keluar dari toko pakaian dalam wanita, ia menuju toko yang menjual dress.

Gadis itu menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk mencari keberadaan sang kakak dan kekasihnya. Barang kali kedua pemuda itu telah menyelesaikan acara belanjanya di toko yang tadi ditunjuk Yunho. Namun tampaknya kedua pemuda itu tak menampakkan batang hidungnya sedikitpun. Dan Jessica berasumsi bahwa kedua orang terdekatnya itu belumlah menyelesaikan kegiatannya.

Jessica menghampiri toko pakaian khusus pria yang berada beberapa meter dari tempatnya berada. Sesekali matanya melirik ke arah toko sepatu yang menjual berbagai high heels yang terlihat sangat menarik. Jessica menggelengkan kepalanya. Meskipun ia tertarik, ia tak ingin membelinya. Sudah banyak high heels miliknya yang tersimpan rapi di rak. Jadi rasanya ia lebih baik menyimpan uangnya saja untuk di tabung.

Kini ia berada di depan toko. Kaca toko yang bening memudahkan Jessica untuk mencari-cari kedua pemuda yang kemungkinan masih berada di dalam. Jessica enggan masuk. Selain karena di dalam sana banyaklah pemuda yang ingin membeli pakaian, dilihatnya tidak ada satupun gadis yang berada di dalam.

Dengan mata coklatnya itu, ia melihat kedua pemuda yang dikenalnya sedang asik memilih beberapa pakaian untuk dibeli. Kelihatannya itu semua untuk Yunho. Terlihat dari Jaejoong yang berulang kali mencocokkan baju di tubuh Yunho.

Lagi, Jessica mengernyitkan alisnya. Kakaknya itu, tidak terlalu suka ada orang yang memilihkan pakaian untuknya. Bahkan dirinya dan ibunya saja ditolaknya secara halus ketika ia dan ibunya memilihkan pakaian untuknya. Kakaknya berkata bahwa selera dirinya berbeda dengan Jessica dan ibunya. Padahal Jessica tahu betul bagaimana selera Yunho, apalagi ibunya.

Ini benar-benar aneh. Jaejoong adalah orang yang baru saja dikenal oleh Yunho dalam dua minggu ini. Dan tampaknya mereka sangat akrab, malah kelewat akrab. Jessica pernah memergoki mereka berdua dalam satu kamar mandi di rumahnya. Waktu itu Jessica tak ambil pusing karena mereka sama-sama laki-laki. Jadi wajar saja.

Dan kini Jessica memutar kembali ingatan. Jessica tak cukup bodoh bahwa kakaknya itu cukup banyak berubah selama ia di Seoul. Dan Jessica bisa menebak… itu semua karena kekasihnya… Kim Jae Joong.

Jessica harus menyelidiki sesuatu. Berbagai rencana mulai berputar di otaknya.

TBC

Hello! ^^

Fic ini hanya terdiri twoshoot aja. Terpaksa dibagi dua karena kalau dijadiin oneshoot takutnya kepanjangan. Jadi fic There is Always You dipending dulu sebentar. Tapi masih dalam tahap pengetikkan kok ^^

Cukup bingung sih memilih siapa yang cocok jadi kekasihnya Jaejoong. Maunya sih OC, tapi karena Haren tak mau pusing mencari nama untuk ceweknya, jadilah Haren ngambil nama Jessica SNSD. Dan kebetulan sekali marga Jessica itu Jung, pas sekali buat jadi adiknya Yunho. Dan maaf banget kalau ada yang nga suka ama slight pair JaeSica di sini. Jujur aja, Haren nga terlalu suka ama SNSD, tapi bukan berarti Haren safer loh :D

Dan dimohon untuk tidak ada pembashingan di kotak review ya? Kalau emang nga suka, ya nga usah dibaca fanfic ini. Nga repot amat kan daripada ngeflame di kotak review? ^^

Reviewnya boleh? :D

Oh ya, sekedar informasi buat para ELF nih. Mungkin ini termasuk penting kali ya? ^^

Kalau memanggil oppadeul, jangan disingkat-singkat kaya Yeppa, Kyuppa, dsb. Karena kalau kita memanggil dgn sebutan spt itu, maka ELF luar tidak menghargai ELF INA. Baiknya kita memanggil oppadeul dengan Kyuhyun oppa, Leeteuk oppa, dsb.

Jangan panggil Ryeowook oppa dengan sebutan 'Wookie'. Karena Wookie itu sejenis monyet purba. Kalau nga percaya, coba deh search via google. Haren udah nyoba loh! ^^

Dan terakhir, jangan panggil Eunhyuk dengan sebutan 'Unyuk'. Karena 'Unyuk' itu dalam bahasa sangsekerta artinya anjing. Jauh banget kan dengan Eunhyuk yg selalu dikaitkan dengan monyet? ^^

Nah, kalau sudah tahu, jangan diulangi lagi ya? Biasanya di fanfic-fanfic banyak nih, apalagi soal Wookie. Kalau bisa, beritahu ama ELF yg lain ya? ^^