Kou Patisserie
Original character : Kiseki no Sedai and Kuroko Tetsuya by Fujimaki Tadatoshi
All OCs by Kohikaru (Evilyoung)
Original story by Kohikaru (Evilyoung)
-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-
Aku bertemu dengannya di musim dingin 10 tahun yang lalu. Di bawah langit gelap dengan bulan purnama yang begitu indah, rambut merahnya tampak begitu terang. Bagaikan api, kehangatan menyelimuti tubuhku di suhu yang begitu dingin. Dari wajahnya yang tampak begitu berwibawa, aku pun mengaguminya.
-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'.-
Sepasang kaki melangkah secara bergantian dengan sangat tergesa-gesa. Rambutnya yang diikat kuda melambai-lambai tertiup angin. Keringat mulai melewati pelipis dan lehernya. Dengan nafas yang teratur dan tatapan yang terpusat pada suatu tempat, dia melewati kerumunan manusia yang berlalu-lalang di sekitarnya. Tanpa mempedulikan hal lain, dia terus melangkah ke depan.
Dia berhenti di depan sebuah pintu bercat putih yang terpasang di belakang sebuah gedung bertingkat 2. Dengan sedikit menahan lelah, dia pun segera memutar gagang pintu dan menariknya keluar.
"Sumimasen! Aku baru saja selesai rapat klub, jadi aku datang terlambat. Sumimasen!" serunya sambil membungkuk 90 derajat.
"Aa… souka. Cepat ganti pakaianmu dan segera bantu Haruka di dapur. Tampaknya dia sedang badmood, jadi, berhati-hatilah." Sahut seorang pria paruh baya dengan tenang dan tersenyum. Matanya yang begitu sipit dengan kacamata rangkap membuatnya terlihat begitu tua.
"Hai! Arigatou gozaimasu, Manajer-san!" balasnya sopan. Dia langsung menegakkan kembali punggungnya dan memasuki sebuah ruangan yang tak jauh dari sana.
Dia berjalan mendekati sebuah loker tinggi berwarna krem yang berada di paling ujung menghadap barat. Diambilnya sebuah kunci yang diletakkannya di dalam saku hoodie hitamnya. Lalu, dia membuka loker tersebut.
Dia melepaskan tas ranselnya serta hoodienya dan menaruhnya di rak bawah lokernya. Jemari tangannya mengambil sebuah seragam dengan baju putih dengan kancing yang ada di kanan serta kiri bagian depan, celana panjang berwarna hitam serta sebuah kain panjang bertali berwarna hitam yang tergantung rapi di dalam lokernya.
Dilepas seragam sekolahnya yang sejak pagi dikenakan olehnya dan diganti oleh seragam tadi. Tidak butuh waktu lama untuknya mengganti pakaian, dalam waktu dua menit dia sudah selesai dan menggantung pakaian sekolahnya di dalam lokernya. Dirapikan ikatan rambutnya sebelum dia keluar dari ruangan yang sepi itu.
Dia melewati lorong bercat putih dan memasuki sebuah ruangan dengan aroma yang begitu manis. Terlihat tiga orang pria sedang sibuk dengan pekerjaan mereka dengan adonan yang diletakkan di atas meja steinlesl yang membentuk huruf 'U' itu. Jika orang awam melihat mereka sedang bekerja, mungkin orang tersebut akan langsung jatuh cinta dengan karisma mereka. Ya, jika itu orang awam.
"Sumimasen! Aku terlambat karena ada rapat klub di sekolah!" serunya pada ketiga orang pria itu. Ketiga orang pria itu pun langsung menghentikan kegiatan mereka dan menoleh padanya.
"Mitsukicchi~! Akhirnya kamu datang juga!" kata seorang pria bertubuh langsing yang memiliki wajah manis. Jemari tangannya yang kurus dan panjang namun bagus itu menggenggam kedua tangan gadis yang masih berdiri di dekat pintu.
"Shimamura-senpai, wajahmu terlalu dekat." Ucap gadis yang dipanggil 'Mitsukicchi' dengan datar.
"Apa benar rapatnya sudah selesai? Kali ini kamu tidak kabur lagi kan, Mitsuki-kun?" tanya seorang pria bertubuh kekar dan berkulit cokelat dengan jenggot yang tidak begitu panjang.
"Ah hai, Ichinose-san. Aku tidak mau mereka mengeroyokiku di esok paginya." Jawab gadis itu sambil sedikit terkekeh.
"Oi, sampai kapan kamu mau berdiri di sana, huh?" tanya seorang pemuda bersurai biru dongker dengan nada kesal dan tatapan intimidasi.
"Aa sumimasen, Takahashi-senpai." Sahut gadis itu yang buru-buru pergi ke tempat pemuda yang entah sudah berapa lama keningnya berkerut itu.
Shimamura berjalan mendekati Ichinose. Pemuda yang jauh lebih pendek dari pria berkulit cokelat itu berbisik padanya.
"Aku rasa sebentar lagi mood si anak Manajer-san itu berubah." Bisik Shimamura.
"Hem… kau benar, Shimura." Balas Ichinose sambil mengangguk setuju.
"Shimamura desu." Ucap Shimamura membenarkan namanya yang salah disebutkan oleh Ichinose.
Itu tadi adalah bagian dalam belakang gedung tingkat pertama. Sekarang kita menuju bagian depan tingkat pertama.
"Irasaimasen! Silahkan masuk dan memilih tenpat duduk yang tersedia." Sapa hangat seorang pemuda bersurai cokelat yang memiliki wajah yang menenangkan.
"Hai Hakurei-sama!" sahut tiga orang gadis SMA yang terpesona dengan senyum pemuda itu.
"Tidak perlu memakai embel '-sama', oujo-san." Kata si pemuda yang dipanggil 'Hakurei-sama' yang kedua alisnya terangkat itu.
"Konnichiwa! Ini daftar menu makanan dan minuman yang ada di sini. Silahkan dipilih." Ujar seorang gadis mungil bersurai orange panjang yang diikat kuda dengan pita berwarna merah. Gadis cantik itu tersenyum ramah dengan dua orang pemuda yang baru saja duduk di tempat duduk mereka.
"Aono-chan kawaii na~!" puji kedua pemuda itu dengan wajah berbunga-bunga.
"A-arigatou gozaimasu!" balas gadis tersebut.
"Sumimasen telah membuat Anda menunggu. Satu cheese cake dengan saus strawberry dan satu ice moccacino pesanan Anda." Seorang pria berkacamata dengan frame hitam menaruh sepiring sedang satu potong cheese cake yang diberi saus strawberry dan dihiasi oleh daun papermint serta secangkir ice moccacino di atas meja seorang wanita yang menjadi pelanggan di sana.
"Arigatou, Sakurai-san!" si wanita itu pun tersenyum pada pria tersebut.
"Selamat menikmati hidangan Anda." Ucap sopan Sakurai sebelum akhirnya dia pergi.
"Kakoii~!" gumam wanita tersebut.
Kita lanjut ke lantai dua…
PRANG!
"AAAA!" teriak seorang gadis yang tidak sengaja menyenggol gelas perfaitnya dan menyebabkan benda tersebut jatuh.
"Sumi-chan, hati-hati!" seru pemuda yang duduk tepat di hadapan gadis itu.
"Daijoubu desu ka? Apa ada yang terluka?" tanya seorang gadis berambut hitam sebahu dengan sopan.
"Daijoubu desu. Demo…, gelasnya…." Gadis yang tidak sengaja memecahkan gelas parfait itu pun menundukkan kepalanya.
Lalu, si pemuda berjongkok dan berusaha untuk merapikan pecahan gelas tersebut. Namun, belum sampat mengambil satupun pecahan itu, tangannya dihentikan oleh seorang pemuda bersurai cokelat tua.
"Anda tidak perlu membersihkan ataupun menggantinya, biar kami saja yang urus." Kata pemuda itu dengan tenang.
"Karena ini adalah tugas kami." Ucap si gadis bersurai hitam dan si pemuda bersurai cokelat tua itu bersamaan dengan kesan yang elegan.
Yoshioka-san! Saka-san! Kalian baik sekali! Seru kedua remaja itu dalam hati yang terharu dengan kedua orang di depan mereka.
Inilah keseharian mereka di Kou Patisserie, sebuah toko kue yang tidak begitu besar namun memiliki desain menarik dan lokasi yang strategis. Hidangan yang disajikan pun sangat nikmat dan membuat siapapun ketagihan. Bukan itu saja, di toko ini kalian bisa menemukan karyawan-karyawan yang cukup professional dan tentunya sangat sedap untuk dipandang mata.
Demo na, ini bukan cerita tentang cara membuat kue ataupun tentang bisnis kue, ini kisah romance yang di lokasinya banyak terdapat di toko kue bernama 'Kou Patisserie'.
-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-
Hari sudah malam, toko pun sudah tutup dari beberapa menit yang lalu. Semua karyawan sedang membersihkan toko sebelum mereka makan malam bersama. Ya, Kou Patisserie memiliki kebiasaan makan malam bersama setelah bersih-bersih di setiap malam minggu. Manajer Kou Patisserie biasa memasak makan malam untuk semua karyawannya dengan senang hati serta sukarela.
"Mitsuki, bisakah kamu menaikkan bangku di dekat pintu masuk?" tanya Hakurei yang sedang mengepel lantai.
"Oh, hai Hakurei-san." Jawab Mitsuki sambil mengangguk pelan. Gadis itu pun langsung berjalan menuju bangku yang masih menapak di atas lantai marmer berwarna hitam itu.
Sebelum dia menaikkan bangku-bangku itu ke atas meja, dia melirik keluar yang dihalangi oleh dinding dan pintu kaca. Langit biru gelap itu cukup menarik perhatiannya karena ada banyak cahaya terang di sana. Mikazuki ka… Man'getsu masih lama ne… gumam Mitsuki dalam hati. Setelah itu, dia kembali bekerja.
KLINING
"Aa, sumimasen, kami sudah tutup. A–" ucapan Mitsuki terhenti ketika melihat seseorang yang baru saja masuk dan berdiri di belakangnya. Seakan pita suaranya putus, gadis itu tidak melanjutkan omongannya,
"Hisashiburi, Hotaru." Sapa orang tersebut yang mengenakan pakaian rapi berjas sambil tersenyum ramah pada Mitsuki. Suara orang tersebut pun terdengar lembut.
"Ooh! Akashi-dono! Waah, kamu benar-benar sudah menjadi penerus ayahmu, ne! Kamu semakin dewasa!" seru Manajer sambil menjabat tangan kanan pria bersurai crimson itu dengan bangga.
"Arigatou, Takahashi-san!" sahut Akashi.
"Kenapa kamu tidak bilang dulu jika ingin ke mari?" tanya Manajer penasaran.
"Ah, tiba-tiba saja aku rindu masakan Takahashi-san. Makanya aku datang ke mari. Apa aku mengganggu?" jawab Akashi sambil melihat-lihat ke sekelilingnya.
"Aa.. Iie!" jawab karyawan Kou Patisserie – kecuali Mitsuki – dengan lantang.
"Oh souka. Yokatta na." ucap Akashi yang menunjukkan ekspresi leganya.
"Kami baru saja ingin makan malam bersama, Akashi-san. Anda boleh bergabung dengan kami." Kata Ichinose.
"Ne ne, hari ini Manajer-san masak banyak sekali makanan." Sahut Aono.
"Akashi-san pasti akan ketagihan dengan masakan Manajer-san!" sambung Saka.
"Wah, sepertinya kita akan berpesta malam ini." celetuk Shimamura.
"Saa, ayo kita duduk. Haruka sudah menghidangkan makanannya." Ajak Manajer pada karyawannya dan Akashi.
"Haaaii!" seru mereka dengan semangat.
Akashi tersenyum melihat kehangatan dari para bawahannya itu. Ya, Kou Patisserie adalah milik perusahaan Akashi Corp. Namun, ini bukan dijadikan toko kue keluarga. Semua saham toko ini berasal dari perusahaan tersebut beserta bangunan dan tanahnya. Hanya saja, Akashi bekerja sama dengan sang Manajer setelah merasakan makanan yang dibuat oleh Manajer 6 tahun yang lalu. Jadi, toko kue ini terbilang cukup baru.
"Hotaru?" panggil Akashi yang baru sadar gadis di dekatnya itu sedari tadi terdiam, "Doushita?" dia pun mendekatkan wajahnya dengan Mitsuki.
Mitsuki terkejut dan langsung memalingkan wajahnya, "Iie. Lebih baik kita segera menyusul mereka. Jika terlambat, kita tidak akan mendapat jatah." Ujar Mitsuki yang terkesan menghindar. Lalu, gadis itu jalan di depan Akashi.
Nande Akashi-san datang ke sini? Aah.. canggung sekali rasanya. Gerutu gadis tersebut dalam hati. Dia pun segera duduk di bangku sebelah Takahashi. Sedangkan Akashi duduk di sampingnya. Kenapa dia malah duduk di sampingku? Teme! Kesal Mitsuki dalam hati.
"Ne, ne, Mitsukicchi, karena hari ini hari sabtu, bagaiamana–" Shimamura mempertemukan kedua telapak tangannya dengan masing-masing jari tangannya melewati sela-sela jarinya. Matanya begitu berbinar dan tersenyum bahagia.
Namun, belum selesai dengan ucapannya, Mitsuki dengan datar memotongnya, "Iiedayo."
"O-oi, aku belum berbicara apa-apa." Kesal Shimamura. Mitsuki hanya bergumam 'Itadakimasu' dan tak menghiraukan pemuda di hadapannya itu. Lalu, pemuda itu langsung melihat ke Takahashi yang sudah makan terlebih dahulu.
"Aku tidak punya waktu untuk meladeni hobimu." Kata Takahashi dingin.
"Aono-chan?" Shimamura mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada gadis cantik dan paling muda di sana yang duduk di samping Shimamura.
"A-ano saa, Shimamura-san, aku harus menyelesaikan tugas sekolahku. Gomennasai!" tolak Aono dengan sopan dan suara yang lembut.
Shimamura menghembuskan napas panjang dan dia berkata, "Aku akan mentraktir kalian pizza."
"OK!" seru ketiganya dengan lantang.
"Kalian benar-benar licik." Gumam Shimamura yang tampak lesu.
"Apa yang akan mereka lakukan?" tanya Akashi yang berbisik pada Ichinose.
"Ooh, biarkan saja mereka, Akashi-san. Mereka hanya melakukan kegiatan sampingan mereka." Jawab Ichinose setelah meneguk habis minumannya.
"Kegiatan sampingan?" ulang Akashi.
"Shimamura memiliki hobi yang cukup aneh. Dia suka melakukan crossdresser dan mengabadikan setiap momennya lewat foto atau video ke internet." Jelas Saka.
"Akhir-akhir ini Shimamura suka mengajak ketiga anak itu untuk menemaninya melakukan hobinya itu." Sambung Hakurei.
"Demo, jika sedang crossdresser, Shimamura dan Mitsuki-kun cocok sekali. Sedangkan gender Takahashi-kun dan Aono-chan tidak bisa dibohongi." Ucap Sakurai.
Akashi hanya terdiam. Lalu, matanya memicing pada gadis di sampingnya yang sedang menyantap makanannya dengan tenang. Ketika gadis itu menyadari ada yang sedang memandangnya, dia pun menoleh.
"Doushita no, Akashi-san?" tanya Mitsuki yang masih setengah mengunyah.
"Malam ini kau pulang ke rumah?" tanya Akashi balik.
"Oh, aku akan menginap di mansion Shimamura-senpai." Jawab Mitsuki setelah menelan makanannya.
Akashi tidak berhenti menatap gadis itu dengan kedua manik matanya. Walaupun dia terdiam, Mitsuki bisa membaca apa yang dipikirkan Akashi lewat pandangannya. Mitsuki membuang pandangannya ke arah lain. Dia tidak suka ditatap dengan tatapan khawatir oleh pria di sampingnya itu.
"Tenang saja, aku tidak akan terjun dari tempat tinggi dan koma selama sebulan." Kata Mitsuki dengan ekspresi datar dan suara yang sedikit dikecilkannya. Akashi mengerutkan dahinya.
"Aku bukan Miyuki-Oba-san." Gumam Mitsuki yang membuat Akashi terkejut dan memalingkan wajah. Kedua tangan Akashi pun mengepal.
Ya, benar. Mitsuki bukanlah orang yang sudah meninggal 17 tahun yang lalu. Mitsuki bukanlah orang yang sudah membuat seorang Akashi Seijuurou hampir kehilangan segalanya. Bahkan, Mitsuki bukanlah orang yang dapat meluluhkan hati pria itu walaupun sudah tidak ada di dunia ini.
Mitsuki bertemu dengan Akashi sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu, ada acara pesta ulang tahun perusahaan tempat ayah Mitsuki bekerja. Mitsuki berjalan terlalu jauh ketika ayahnya sedang berbincang dengan rekan kerja di penginapan. Dia pun tersesat di sebuah taman yang cukup jauh dari penginapan. Akhirnya gadis kecil itu hanya duduk di ayunan sambil menangis.
"Doushite nai teru no?" Akashi yang menemukan Mitsuki. Pemuda yang masih berumur 24 tahun ketika itu tersenyum ramah pada Mitsuki. Dia membawa Mitsuki kembali ke penginapan.
Ayah Mitsuki langsung menghampiri kedua anak yang baru saja memasuki lobby penginapan. Bahkan pengawal pribadi Akashi juga menghampiri mereka. Orang-orang itu begitu cemas dan terus bertanya-tanya pada mereka karena menghilang begitu saja. Akashi hanya menjawab, "Dia tampak kesepian. Aku khawatir dia tidak betah berada di sini. Jadi aku hanya mengajaknya jalan-jalan." sambil mengeratkan genggamannya pada jemari kecil milik Mitsuki.
"Otou-san, Akashi-san bekerja di tempat otou-san bekerja?" tanya Mitsuki kecil.
"Hem? Akashi-kun? Ooh… dia calon CEO perusahaan tempat otou-san bekerja. Tahun depan dia sudah menjadi CEO, tepat setelah kelulusan sarjananya." Jawab Otou-san Mitsuki.
"Ooh.." Mitsuki hanya ber-oh-ria.
"Dulu, Akashi-kun dekat sekali dengan imouto otou-san." Ujar Otou-san Mitsuki.
"Miyuki-oba-san?" sahut Mitsuki.
"Aa… Mereka satu sekolah, tapi selalu berbeda kelas. Mereka sama-sama menjadi anggota OSIS. Akashi-kun cukup terbuka pada Miyuki-chan. Bahkan mereka terlihat seperti lebih dari teman." Jelas Otou-san Mitsuki. Lalu, tiba-tiba saja ekspresi wajah pria berumur 34 tahun itu menjadi sedih. Mitsuki hanya terdiam memerhatikan Otou-san nya.
"Sejak kecelakaan yang menimpa Miyuki-chan, Akashi-kun selalu menjenguk dan menemani Miyuki-chan. Anak itu seperti tidak rela Miyuki-chan menderita. Demo na, satu bulan lamanya Miyuki-chan koma, dia pun dipanggil oleh Kami-sama. Kami semua begitu shock. Sejak hari itu, Akashi-kun menjadi orang yang sangat tertutup dan sering menyendiri. Otou-san sangat kasian padanya."
Mitsuki mengedipkan matanya dua kali. Lalu, dia memandangi langit bercat biru dongker dengan bulan purnama sebagai hiasan di tengahnya. Mata Mitsuki berbinar memandangi pemandangan seperti itu.
"Omong-omong tentang Miyuki-chan, Hotaru yang sekarang sangat mirip dengan Miyuki-oba-san, lho! Sangat mirip!" ucap Otou-san Mitsuki sambil tersenyum dan menepuk puncak kepala anaknya itu pelan.
Mitsuki hanya terdiam. Ah, pantas saja Akashi-san begitu baik dan ramah padaku. Kata Mitsuki kecil dalam hati.
Sejak itu, Akashi cukup perhatian pada Mitsuki, membuat gadis itu beranggapan bahwa Akashi menganggapnya sebagai 'Chiharu Miyuki' bukan sebagai 'Mitsuki Hotaru'. Ayah Mitsuki adalah kakak pertama Miyuki. Ia mengganti marganya setelah kedua orang tuanya meninggal karena sakit dan mengambil marga kakek dari ibunya. Maka dari itu, Akashi sering membuat kesalahan saat memanggil marga Mitsuki yang membuat Mitsuki kesal.
Akashi pun cukup agresif pada Mitsuki kecil setelah kejadian Mitsuki jatuh dari tangga darurat di kantor. Jadi, Mitsuki selalu bilang, 'Daijoubu. Akashi-san tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa pun yang terjadi, jangan mengkhawatirkanku, seperti mengkhawatirkan Miyuki-oba-san. Watashi wa Chiharu Miyuki janai." Sambil tersenyum.
Ucapan itu membuat Akashi sedikit menjauh dari Mitsuki. Dia juga memanggil gadis kecil itu dengan namanya, Hotaru.
Tapi, selama 6 tahun terakhir, Mitsuki menjadi sosok yang berbeda dari oba-sannya. Dia bahkan lebih terbilang acuh tak acuh pada orang sekelilingnya, walaupun dalam suatu kondisi dia tetaplah seorang gadis yang baik dan pendiam. Bentuk wajahnya pun lebih mendekati Otou-sannya.
-o-o-o-o-o-o-o-o-o-o-
Keesokan harinya, di kamar Shimamura yang cukup berantakan dengan gaun-gaun dan kemeja-kemeja, keempat remaja sedang tertidur di tempat yang berbeda. Takahashi tidur di lantai, Aono tidur di atas kasur Shimamura, Mitsuki tidur di bangku dengan kepala berbantal kedua lengannya di atas meja belajar Shmamura, sedangkan si pemilik kamar tidur di tumpukan pakaiannya sendiri.
Pagi itu, bel kamar Shimamura berbunyi berulang kali. Tidak ada yang sadar dari tidurnya kecuali Mitsuki. Mitsuki yang masih setengah sadar itu bangkit dari duduknya dan melangkahi tubuh Shimamura dan Takahashi yang sebenarnya mengganggu jalan itu. Dia membuka pintu kamar Shimamura dengan pelan dan mata yang masih tertutup rapat.
"Sumimasen, Shimamura-senpai masih tidur." Ucap Mitsuki dengan suara seraknya sambil mengucek mata kanannya dengan punggung tangan kanannya.
"Ohayou, Hotaru."
Mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya, Mitsuki langsung mebuka lebar kedua matanya. Cepat-cepat gadis itu menutup pintu. Detak jantungnya begitu tidak beraturan. Dadanya tampak naik turun dengan cepat. Akhirnya dia bisa sadar sepenuhnya ketika dia menampar pipinya sendiri dan terasa sakit.
"Mitsuki-san, siapa yang datang?" tanya Aono yang berjalan mendekati Mitsuki dengan sempoyongan dan hampir menginjak kepala Shimamura.
Mitsuki dengan tergesa-gesa mendorong Aono kembali ke tempat tidur Shimamura. Mitsuki menjawab, "Bukan siapa-siapa. Hanya cleanning service. Lebih baik kamu kembali ketempat tidur dan beristirahat."
BRAK
Akashi membuka pintu kamar Shimamura yang tidak dikunci oleh Mitsuki. Mitsuki mematung. Aono menoleh ke belakang dan melihat Akashi dengan wajah kantuknya, "Ohayou gozaimasu, Akashi-san!"
"Ne Hotaru, siapa yang kau panggil cleanning service?" tanya Akashi dengan tatapan mengintimidasi. Mitsuki pun merinding.
10 menit kemudian….
"Are, Aono, dimana Mitsuki?" tanya Takahashi yang baru bangun dan melihat Aono sedang menonton tv sendirian.
"Diculik pria tampan." Jawab Aono datar.
"Shimamura?" tanya Takahashi lagi.
"Ada di kamar mandi bersama pakaian kotor." Jawab Aono sambil menunjuk kea rah kamar mandi.
"Ha?" bingung Takahashi. Pemuda itu pun langsung melangkah ke arah yang ditunjukkan Aono. Dia membuka pintu kamar mandi.
"Shimamura–" perkataan Takahashi terhenti ketika melihat seorang pemuda masih tertidur di lantai kamar mandi berkasur dan berselimut pakaian kotor. Pemuda itu tampak sangat menikmati waktu tidurnya hingga mengigau.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, teme?" tanya Takahashi dengan suara rendah.
-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-
Mitsuki mengerutkan keningnya. Akashi yang baru saja keluar dari mobilnya setelah memarkirkannya di samping toko kue miliknya. Pria itu langsung menepuk kepala Mitsuki pelan. Sambil tersenyum ramah, Akashi berkata, "Ayo masuk."
Karena penasaran, gadis bersurai ungu kebiruan itu bertanya ketika berjalan mengikuti si pria bersurai crimson itu, "Kenapa Akashi-san membawaku kemari? Apa ada sesuatu yang tertinggal?"
Akashi menoleh pada gadis yang 17 tahun lebih muda darinya itu, "Mulai hari ini sampai satu bulan kedepan Kou Patisserie ditutup karena akan ada perbaikan dan perubahan design. Apa kamu lupa?" sebelah alis Akashi pun terangkat. Mitsuki mengedipkan kedua matanya. Dengan tampang innocent, Mitsuki meminta maaf karena dia lupa. Akashi hanya terkekeh lalu membuka kunci pintu depan toko kue yang masih dalam keadaan tutup.
"Lalu, apa yang mau Akashi-san lakukan?" tanya Mitsuki lagi.
"Kamu pintar menggambar, bukan?" tanya Akashi balik.
"Eh? Tidak juga." Jawab Mitsuki.
"Souka." Sahut Akashi yang membuat Mitsuki bingung karena tidak ada penjelasan yang seharusnya didapat olehnya.
Akashi langsung memasuki toko tersebut. Sepatu hitam mengkilatnya membuat suara ketika beradu dengan lantai marmer berwarna hitam putih. Mitsuki dengan setia mengekorinya. Akashi memerhatikan dari satu sudut ke sudut lain, dari ruangan satu ke ruangan lain, dari hiasan satu ke hiasan lain. Dia tampak begitu serius. Sedangkan gadis remaja di belakangnya hanya menatap punggungnya penuh arti. Namun, gadis itu langsung memalingkan wajahnya ketika dirasakan dadanya begitu sakit.
"Hotaru." Panggil Akashi sambil membalikkan tubuhnya.
"Hai." Sahut Mitsuki.
"Aku ingin kau yang merancang ulang letak dan design interior toko ini." kata Akashi.
Mitsuki terkejut, "Ha? Iie, iie. Aku tidak bisa. Akashi-san tahu bukan, aku sudah kelas 3, aku harus fokus dengan sekolah. Lagipula, aku tidak bisa menggambar design interior." Tolak Mitsuki.
"Aku akan mengajarimu semua pelajaran yang tidak kamu mengerti." Tawar Akashi secara cuma-cuma.
Sekali lagi Mitsuki menolak, "Arigatou atas tawarannya Akashi-san. Aku tidak ingin merepotkanmu."
"Ah, iie, ini keinginanku." Bantah Akashi. Lalu, dia tersenyum dan melanjutkan perkataannya, "Dan juga, aku tidak pernah menerima penolakan, Hotaru."
Mitsuki menghembuskan napas, kedua alisnya saling bertautan, dan bibirnya sedikit dimanyunkan, "Wakarimasu ta. Demo… aku butuh referensi."
"Mau aku temani jalan-jalan? Dengan melihat berbagai macam bangunan dan design-nya dapat membantumu lebih mudah menentukan sketsanya." Tanya Akashi sambil berjalan menuju mobilnya. Dia membuka kunci mobil dan mengambil sesuatu di bagasi.
"Apa harus sekarang mengerjakannya?" tanya Mitsuki balik.
"Tentu saja. Lebih cepat selesai, lebih baik. Kalau bisa, selama satu minggu ini sketsanya sudah selesai. Paling lambat dua minggu baru selesai. Karena aku harus mengurus orang-orang dari toko bangunan." Jelas Akashi. Pria itu menutup pintu bagasi dengan cukup keras, lalu mengunci mobil kembali.
"Hem…" dehem Mitsuki sebagai sahutan.
Akashi berjalan mendekati Mitsuki dengan tangan kanannya yang menenteng tas karton. Tas tersebut diserahkannya pada Mitsuki. Gadis di hadapannya itu menatap polos pada tentengannya itu.
"Segeralah mandi dan mengganti pakaianmu. Setelah itu, kita pergi ke kantorku." Ucap Akashi seperti memerintah gadis itu.
Mitsuki mengambil tas karton itu dan bertanya, "Untuk apa ke kantormu, Akashi-san?"
"Tentu saja untuk memberimu makanan gratis, ojou-san." Jawab Akashi sembari menyentil kening Mitsuki.
"Itai!" rintih Mitsuki yang mengusap keningnya.
"Aku juga tidak mungkin berkencan dengan seorang gadis yang masih bau dengan rambut yang cukup berantakan ini, bukan?" canda Akashi.
"Sumimasen… kita tidak akan berkencang, Akashi-san." Sahut Mitsuki datar. Gadis itu langsung berjalan menuju kamar kecil khusus karyawan.
"Apa kamu tidak menyesal tidak berkencan denganku, ojou-san?" canda Akashi lagi.
"Iiedayo!" seru Mitsuki yang setengah teriak tanpa melihat ke Akashi.
-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-.'-
Takahashi keluar dari kamar Shimamura bersama Aono. Dari wajah mereka, tampaknya mereka sudah melakukan rutinitas di pagi hari –secara bergantian pastinya. Lalu, keduanya pergi ke tempat parkiran sepeda yang ada di samping mansion Shimamura. Setelah melepas rantai sepeda mereka masing-maisng, mereka pun bergegas menyusuri jalan yang cukup sepi dengan udara yang begitu sejuk.
Takahashi membiarkan Aono berjalan lebih dulu darinya. Kenapa? Karena, jika dia membiarkan gadis yang lebih muda empat tahun darinya itu berada di belakangnya, sudah dapat dipastikan gadis itu akan menghilang dari pengawasannya.
Mereka mengayuh sepeda mereka menuju tempat kerja mereka yang akan direnovasi. Terlihat dari kejauhan Akashi sedang berdiri di samping mobil hitamnya sambil memandangi layar handphonenya. Tak lama, keluarlah Mitsuki dari dalam toko dengan pakaian yang sudah diganti dan wajahnya tampak lebih cerah dari sebelumnya.
"MITSUKI-SAAAAANNNN!" seru Aono dengan penuh semangat memanggil sang senior di sekolahnya itu. Sang empunya nama pun menoleh padanya. Aono sesegera mungkin memarkirkan sepedanya di tempat parkir sepeda. Setelah itu, dia berlari menuju Mitsuki yang masih memandangnya dengan senyum di wajahnya.
Takahashi yang baru saja memarkirkan sepedanya hanya menggeleng melihat kelakuan gadis cantik itu. Selesai merantai sepedanya dan sepeda Aono, Takahashi berjalan mendekati ketiga manusia yang sedang berbincang.
"Ohayou!" sapa Takahashi dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.
"Ohayou, Takahashi-senpai." Sahut Mitsuki.
"Ohayou, Takahashi-kun." Sambung Akashi.
"Ne, ne, kalian sedang apa di sini?" tanya Aono penasaran. Matanya begitu berbinar.
"Kami tidak melakukan apa pun." Jawab Mitsuki datar, "Kalian berdua kenapa datang kemari?"
"Karena Akashi-san yang menyuruh kami datang kemari." Kata Takahashi.
Mitsuki terdiam sesaat. Lalu, dia menoleh ke pria yang berdiri di sampingnya, seperti sedang bertanya.
"Aku pikir jika kita pergi berdua saja, kamu tidak akan betah. Maka dari itu aku meminta mereka berdua ikut dengan kita." Jelas Akashi.
"Jadi, kita akan pergi kemana?" tanya Aono antusias.
"Keliling kota Kyoto! Ah, atau kita pergi ke Tokyo saja?" usul Takahashi.
"Chotto, kita bukan bertamasya." Ujar Mitsuki.
"Mou… sekali-sekali kita berpergian gratis dan makan pun ditraktir oleh Akashi-san, Mitsuki-san. Jadi kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang jarang terjadi ini!" kata Aono.
"Demo…." Belum selesai mengucapkan kalimatnya, seseorang menghentikannya.
"Akashi-san!" panggil seseorang yang datang dari arah timur. Ketiga anak muda yang tadinya meracau pun hening. Mereka berempat menoleh ke asal suara yang terdengar lembut di telinga.
"Ah, Ayuzawa." Sapa balik Akashi yang bergegas menghampiri seorang wanita cantik bersurai cokelat tua. Mereka berdua tampak berbincang-bincang.
"Mitsuki-san, siapa wanita itu?" bisik Aono.
"Aku tidak tahu." Jawab Mitsuki polos.
"Bukankah itu sekretaris Akashi-san? Aku pernah bertemu dengannya sekali di kantor Akashi-san." Kata Takahashi.
"Sekretaris Akashi-san?" kaget Aono dengan suara berbisiknya, "Sekretarisnya cantik sekali!" decak kagum Aono.
"Hem.." sahut Mitsuki sambil mengangguk.
Takahashi melirik pada Mitsuki. Dia memandang tidak suka ketika kembali melihat Akashi berdua dengan wanita yang dipanggil Ayuzawa itu. Tanpa penjelasan, Takahashi menepuk kening Mitsuki seraya berkata, "Kalau ada apa-apa, katakana padaku."
"Ah… hai.." jawab Mitsuki.
Akashi berjalan mendekati ketiga anak muda itu bersama sang sekretaris. Akashi mengatakan bahwa Ayuzawa akan ikut bersama mereka. Dengan kata lain, Akashi harus ke kantor sekarang dan mentraktir mereka sarapan. Lalu, Akashi akan mengganti mobil dengan yang lebih besar agar tidak berdesak-desakan. Mereka setuju dan segeralah mereka pergi ke kantor Akashi.
"Kimi… Mitsuki Hotaru-san?" tanya Ayuzawa setelah beberapa saat yang lalu sampai di cafeteria.
Mitsuki mengangguk, "Hai, Mitsuki Hotaru desu."
"Oh sou desu ka." kata Ayuzawa dengan ekspresi yang terlihat merendahkan.
Mitsuki memautkan kedua alisnya. Takahashi yang berada tepat di belakang Mitsuki juga melakukan hal yang sama dengan Mitsuki. Secara tidak langsung, Ayuzawa memberi kesan tidak baik di benak Mitsuki, serta Takahashi. Namun, hal itu mereka sembunyikan.
Selesai sarapan, Akashi mengajak rombongannya menuju ke parkiran mobil. Mitsuki menarik lengan baju senpainya sebelum mereka keluar dari cafeteria. Takahashi menoleh dengan ekspresi bingung pada Mitsuki.
"Ah, gomen, boleh aku pinjam earphonemu? Tadi Akashi-san langsung menyeretku ke toko, jadi aku hanya membawa handphoneku saja." Tanya Mitsuki.
"Hem? Oh, baiklah." Jawab Takahashi. Pemuda itu membuka tas ranselnya dan mengambil sebuah benda berwarna hitam dan berkabel. Dia menyerahkan benda tersebut pada gadis di hadapannya dan diterima oleh gadis tersebut.
"Ok, arigatou na, Takahashi-senpai." Ucap Mitsuki yang dibalas dengan senyuman oleh Takahashi. Lalu, keduanya pergi ke parkiran.
Akashi membuka pintu mobil bagian supir. Belum lama, datanglah Mitsuki bersama Takahashi menghampiri ketiga orang yang sedang menunggu mereka berdua. Aono bertanya darimana saja mereka dengan wajah cemberutnya yang terlihat lucu. Takahashi hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Hotaru, duduklah di depan." Kata Akashi.
"Lebih baik Takahashi-senpai yang duduk di depan. Dia tahu dimana tempat yang bagus." Tolak Mitsuki.
"Oh, souka." Sahut Akashi yang terlihat sedikit kecewa, "Takahashi-kun, ayo masuk. Yang lainnya juga masuk."
Dan akhirnya, mereka pun memasuki mobil dengan urutan dari depan ke belakang, Akashi-Takahashi, Aono-Ayuzawa, dan yang di belakang duduk sendiri adalah Mitsuki. Gadis itu sengaja duduk sendirian. Karena dia tidak ingin diganggu dan dengan sendirian, dia bisa lebih konsentrasi ketika melihat referensinya nanti. Ditambah, Mitsuki tahu apa yang akan terjadi selama perjalanan. Jadi, dia memutuskan untuk diam sembari mendengarkan musik.
"Apa kalian sudha siap?" tanya Akashi setelah menyalakan mesin mobil.
"Hai!" sahut Aono, Ayuzawa dan Takahashi bersemangat.
"Ok, let's go!"
.
.
.
.
"Aku tidak begitu peduli apa yang terjadi pada Akashi-san dan Ayuzawa-san."
.
"Aku tidak ingin melihat Mitsuki-san terdiam seperti ini. Apa ada yang bisa aku lakukan agar Mitsuki-san bisa tersenyum?"
.
"Tidak ada orang yang ingin membuat orang lain terluka, apalagi orang itu adalah orang yang paling disayang."
.
"Kita sudah 6 tahun saling mengenal, tidak mungkin aku tidak tahu seperti apa kamu di saat seperti ini. Kamu bisa mengatakan apa pun padaku. Aku pasti akan mendengarmu."
.
"Aku ingin, kamu menceritakan apa saja yang terjadi padamu selama beberapa tahun belakangan ini."
.
"Aku tidak ingin berharap terlalu jauh."
.
To Be Continue….
-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-.*.-
Halohaa minna-saan! Aku datang kembali membawa fanfic baru! Hohoho..
Duh, baru saja selesai dengan fanfic kerajaan, sekarang udah mulai lagi fanfic tentang percintaan di kota Kyoto, eaa.. wkwk
Tokoh utama tetap Akashi Seijuurou, kok. Mana penggemar si rambut merah crimson? /Author angkat kaki/? Wkwk lebih tepatnya author suka dubbernya sih u,u (Kamiya-saaaan! /angkat banner/)
Bagaimana dengan chapter 1 nih? Menarik? Membosankan? Lebih baik review aja deh. Nanti aku balas reviewnya di chapter selanjutnya ya!
Arigatou! Jaa na!
