I AM A GIRL, SO WHAT?

Naruto © Masashi Kishimoto Sensei

Fict © Pinctada Maxima

Warning : AU, OOC, Gender Switch, Typo(s), Tidak masuk akal, Alur dan cerita monoton, dll.

Don't like, don't read.

Saya tidak mendapat keuntungan apa pun dari fict ini, selain kesenangan belaka. Tidak ada niatan khusus untuk membashing suatu chara, murni untuk jalannya cerita.

Selamat membaca ….

.

.

.

Suasana pagi yang semarak di salah satu sekolah ternama di Konoha. Para gadis tampak berkerumun di depan pintu gerbang guna menanti para pangeran sekolah tercinta mereka, Senju International High School (SIHS). SIHS adalah sekolah bertaraf internasional yang mewajibkan para siswa-siswi untuk tinggal dalam lingkungan asrama. Asrama putih yang dikhususkan untuk para siswi terletak terpisah, terhalang tembok tinggi nan kokoh yang memisahkan asrama hitam yang dikhususkan untuk para siswa.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya mata para siswi dimanjakan oleh indahnya paras rupawan beberapa siswa yang menjadi idola seantero SIHS, bahkan sekolah lain.

"KYAAA~~"

Para gadis pun mulai bersorak sorai mendapati para pangeran sekolah tersebut mulai mendekat ke arah mereka, tepatnya gerbang guna memasuki halaman sekolah.

Seorang pemuda blonde tersenyum lebar, memperlihatkan cengiran—yang hampir menyerupai cengiran rubah— dan sukses membuat sebagian besar gadis-gadis tersebut berteriak histeris.

"KYAAA~~ NARUTO-SAMA KAWAII!"

Para siswi banyak yang menahan napas sejenak, ketika mendapatkan reaksi terbilang ramah dari salah satu idola mereka.

"Ha-ah, asyiknya menjadi populer," ucap Sang pemuda blonde tersebut.

"Cih, kau menggelikan, Dobe," cibir seorang pemuda berambut raven dengan style unik—menjurus langka— yang berjalan tepat di sampingnya, jengah.

"Ck ... urusai, Teme," balasnya ketus, matanya mendelik penuh ketidaksukaan.

"Hn, Dobe." Sang raven menyeringai melihat si pemuda blonde mengerucutkan bibirnya sebal.

"KYAAA~~ SASUKE-SAMA!"

Suara histeria para fansgirls pun semakin membahana. Sukses memekakkan telinga.

"Ck, kau bahkan lebih populer dariku," ketus si pemuda blonde.

"Hn," jawab Sang pemuda raven a.k.a Sasuke-Teme.

"Ck, Teme." Berdecak, si blonde a.k.a Naruto-Dobe mengembungkan kedua pipinya, childish.

"Yare-yare, sebaiknya kalian bertengkar di dalam kelas saja," usul seorang pemuda tampan berkulit pucat dengan senyum—yang bertengger awet— pada wajahnya.

"KYAAA~~ SAI-KUN!" Tak kalah populer, nama pemuda tersebut ikut diteriakkan oleh para siswi sekolah berbasis asrama tersebut.

Sai tersenyum pada para fansgirls-nya sebelum menarik kedua temannya yang sudah serius beradu deathglare menuju kelas mereka.

.

Menghela napas lega, Sai mendudukkan dirinya di bangkunya setelah berjuang dengan kerasnya menerobos, dan membelah lautan manusia yang sedari tadi menggerombol— mengerumuni mereka mulai dari gerbang menuju kelasnya. Cukup sulit dan bertambah berat dengan dirinya yang harus menyeret Naruto yang terus bersikeras melanjutkan adu tatapnya dengan Sang sepupu, Sasuke. Sementara, Sasuke hanya berjalan santai nan tak acuh dengan gagahnya.

"Ahh ... Sakura-chan~"

Suara cempreng Naruto terdengar riang saat salah satu primadona sekolah mereka muncul memasuki kelas tersebut.

"Berisik, Naruto," balasnya ketus, dan malah berjalan menuju bangku terpojok. "Sasuke-kun~" ucapnya ramah nan lembut—berbanding terbalik saat berbicara pada Naruto. Menghela napas kecewa, Sakura akhirnya menyerah dan berlalu saat pujaan hatinya sama sekali tak menggubris keberadaannya sedikit pun dan tetap serius memandang ke arah luar jendela.

Sementara itu, Naruto merenggut sebal saat mendapati si gadis permen kapas yang begitu memuja Sang sahabat sekaligus rival abadinya, Sasuke Uchiha.

"Ha-ah, selalu saja begitu?" desahnya frustasi dan langsung mendapat tepukan bahu prihatin dari pemuda berkulit pucat di sampingnya, Sai.

"Bersabarlah, Naru-chan," hibur Sai seraya tersenyum lebar. Hanya pada Naruto-lah, Sai dapat tersenyum tulus, tak seperti senyum palsu yang selalu dipertahankannya setiap saat.

"Aku akan kembali ke tempatku." Naruto bangkit dari duduknya dan berjalan menuju bangku terpojok.

"Naruto ...," lirih Sai saat Naruto berlalu.

"Minggir, Teme," ketus Naruto.

Teme alias Sasuke mengalihkan pandangannya dari jendela dan menatap mata beriris sapphire Sang pemuda blonde. "Hn," Jawabnya seraya menggeser sedikit tubuhnya, membuat Naruto langsung duduk di sampingnya.

"Naa, Teme."

"Hn," gumam Sasuke seraya kembali menatap jendela.

"Boleh kupinjam PR Fisika-mu. Aku lupa mengerjakannya," pinta Naruto malu-malu.

"Hn, dobe seperti biasanya." Sasuke menatap malas Naruto, kemudian tersenyum mencemooh.

"Ck, Teme. Boleh tidak?" tanya Naruto kesal.

"Hn."

Naruto tersenyum lebar, sementara Sasuke mendengus seraya mengeluarkan buku fisikanya dari tas dan menyerahkannya pada Naruto.

"Arigatou, Teme. Kau memang sahabat terbaikku." Naruto tersenyum lebar, sebelum akhirnya mulai sibuk menyalin PR dari buku Sasuke-Temenya.

Sementara Sasuke kembali menatap ke arah luar jendela dan tersenyum kecut. 'Sahabat, eh?' batinnya miris.

.

.

.

Naruto mengembungkan pipinya kesal saat teman sekamarnya sama sekali tak menggubris curhatan—atau tepatnya celotehannya— semenjak setengah jam lalu. Pemuda raven tersebut justru sibuk dengan novel tebalnya, dan memang sepertinya tak ada niatan memberi komentar apa pun.

"Teme …."

"Teme~"

"..."

"Uchiha-Teme."

"..."

"Haah …." Naruto akhirnya menghela napas panjang dan menekuk wajahnya. "Kau menyebalkan, Suke," lirihnya.

Puk ….

Sasuke akhirnya menutup novel tebalnya, lalu menatap malas si blonde yang kini terlentang di atas tempat tidur dengan bantal yang menutupi wajahnya. "Apa maumu sebenarnya, Dobe?" tanyanya malas.

Mengubah posisinya menjadi terduduk, si blonde tersenyum atau jelasnya menyengir lebar. "Ehehe ... ayo, temani aku ke kedai ramen Ichiraku. Aku lapar, Teme."

"Hn." Sasuke bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela.

"Bhuuu ... Teme~" Naruto mengerang kesal dengan penolakan Sang raven dan melemparkan bantal oranye-nya kesayangannya ke arah Sasuke yang tentunya dengan mudah dapat menghindar.

"Kau ajak saja Sakura, bukankah kau dari tadi membicarakannya," usulnya, terkesan tak acuh.

Naruto bangkit dan menghampiri Sasuke. Iris biru memukaunya menerawang jauh ke luar jendela sana. "Mana mau dia pergi denganku. Ayolah, Teme~ ya, ya, ya?" Naruto menatap Sasuke dengan mata yang nampak berkaca-kaca, tatapan yang biasa digunakannya untuk meluluhkan siapa pun.

Mendengus sejenak sebelum akhirnya mengacak surai blonde si Dobe yang 15 cm lebih pendek darinya gemas yang sontak membuat Naruto merenggut sebal.

"Hn, dasar dobe." Tersenyum tipis dan meraih jaket hitam yang tergantung di dalam lemarinya.

"Ehehe, kau memang yang terbaik, Teme." Naruto tersenyum lebar dan segera menggandeng lengan Sang sahabat keluar dari kamar asrama bercat biru tersebut.

.
.

Naruto terus saja mengoceh di sepanjang perjalanan, yang tentunya hanya ditanggapi dengan gumaman 'Hn' andalan Sang bungsu Uchiha. Dan, sesampainya di kedai ramen favoritnya, Naruto langsung memesan semangkuk besar miso ramen extra pedas, sedangkan Sasuke hanya memesan segelas ocha hangat saja.

Dengan semangat Naruto menyeruput mie ramennya, membuat Sasuke mendengus melihat cara makan yang tergolong mengerikan tersebut. Tak sampai sepuluh menit, Naruto sudah hampir selesai dengan mangkuk ketiganya.

"Ramen buatan paman Teuchi memang paling enak." Naruto tersenyum lebar seraya menepuk perutnya yang kini terlihat membuncit.

Paman Teuchi dan Ayame, pemilik kedai tersebut ikut tersenyum melihat tingkah dari pelanggan setia mereka.

"Dasar ramen-freak," dengus si pemuda raven.

"Ck, hanya orang bodoh yang tak mengakui kelezatan ramen." Si blonde berdecak kesal.

"Hn," balas Sasuke tak peduli seraya beranjak pergi setelah membayar pesanan mereka berdua.

"Sampai jumpa lagi Paman Teuchi, Ayame Nee-san." Naruto melambaikan tangan, dan segera berlari mengejar Sasuke.

"Seperti biasa, selalu bersemangat." Teuchi terkekeh dan dibalas anggukan putrinya, Ayame.

.

.

"Naa, Teme."

"Hn?"

"Kenapa kau tak menjadikan Sakura-chan pacarmu?"

Mendengus pelan, Sakuke menatap Naruto jengah. "Hn."

"Jawablah yang benar, Teme. Bahkan 'Hn' mu itu sama sekali tak termasuk dalam kategori sebuah kata." Naruto mengerucutkan bibirnya, kebiasaannya saat kesal.

"Hn."

"Gaahhh ... Dasar Sasu-Teme!" teriak Naruto kesal.

"Urusai, Dobe. Kau membuat kita menjadi bahan perhatian, usuratonkachi," dengus Sasuke.

"Salahmu, Teme!" seru Naruto tak terima dan berjalan cepat meninggalkan Sasuke yang menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya. Orang-orang sekitar yang semula memperhatikan mereka, kembali ke aktifitas masing-masing.

Sasuke menghela napas, kemudian menatap langit malam yang berhiaskan bintang dan bulan yang berbentuk bulat sempurna. "Sekali dobe, tetaplah dobe," ucapnya pelan.

.

.

.

Keesokan harinya ...

"OHAYŌ, MINNA!" Naruto berseru saat memasuki ruang kelasnya.

"Berisik, Naruto," geram Sakura yang merasa terganggu dengan suara super cempreng si blonde.

"Ehehe …." Naruto hanya menyengir tidak jelas seraya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Semangat seperti biasanya, Naruto." Kiba tersenyum dan ber-high five ria dengan Naruto.

"Hyaaa …. Mari kita kobarkan semangat masa muda!" seru pemuda beralis tebal, Lee, dengan mengacungkan jempol dan menunjukkan deretan gigi rapinya yang tampak super kinclong.

"Ck, mendokusei. Kalian mengganggu tidurku," keluh pemuda berkuncir seperti nanas dengan nada malas, terkesan tak memiliki semangat hidup.

"Dasar rusa pemalas," cibir Naruto, dan hanya dibalas dengusan si pria berkuncir nanas sebelum kembali tertidur seperti semula.

"Ha-ah ... dia tidur lagi." Kiba mendesah lelah, kemudian duduk di samping pemuda tersebut. "Hei, Shika, bangunlah. Ayo, ajarkan aku matematika." Kiba mengguncangkan tubuh Shikamaru, namun tak mendapat respon apa pun.

Srek ...

Pintu kembali terbuka dan menampilkan pemuda berambut raven mencuat melawan grafitasi, berkulit putih mulus dan berwajah tampan yang menjadi idola hampir setiap Siswi SIHS, Uchiha Sasuke.

"Kau menghalangi jalan, Dobe," sahut Sasuke datar—yang langsung ditanggapi palingan wajah Naruto. "Ck, masih marah rupanya," ucapnya saat Naruto berlalu menuju tempat duduknya.

"Sasuke-kun~" Seorang gadis berambut merah jambu menyapanya dengan malu-malu. "Ini bento untuk makan siangmu."

Sasuke menatap datar kotak bento berwarna pink tersebut sebelum akhirnya berlalu dengan cueknya.

Sementara Sakura, si gadis musim semi tersebut hanya mendesah kecewa. "Ditolak lagi," lirihnya.

Puk ...

Seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya, membuat Sakura menoleh. Seorang gadis berambut pirang diikat tersenyum. "Kita berusaha lagi lain kali."

"I-Ino?" lirihnya.

"Sa-Sakura-chan, be-berse-mangatlah," dukung gadis lain berambut biru gelap panjang, Hinata.

"Arigatou Ino, Hinata-chan." Sakura tersenyum. Akhirnya mereka bertiga duduk di tempatnya.

Naruto tersenyum lebar ke arah gadis yang baru saja duduk di bangku sebelahnya. "Ohayō, Hinata-chan."

"O-Ohayō, Na-Naruto-kun," jawabnya pelan dengan wajah tertunduk, menyembunyikan semburat merah di wajahnya.

"Ehehe ..." Naruto terkekeh mendapati sifat malu-malu yang selalu ditunjukkan oleh Sang Gadis bermarga Hyuuga tersebut.

"Diamlah, Dobe. Kau mengganggu konsentrasiku," ketus teman sebangkunya.

"Ck, aku masih marah padamu, Teme," sahutnya.

"Hn."

"Aish, kau menyebalkan Teme, Uchiha bastard."

"Hn."

"Bhuuu~"

"Jangan tunjukkan wajah jelekmu itu, Dobe," ucapnya jengah.

"Huuh ..." Naruto memalingkan wajahnya. Tapi, tak lama Naruto kembali menoleh ke arah Sasuke yang tengah sibuk dengan buku tebalnya. "Naa, Teme ...," panggilnya pelan.

"Hn?" tanyanya tanpa menatap Naruto.

"Tadi kau menolak bento dari Sakura?"

"Hn."

"Kenapa tak diterima saja? Kau bisa memberikannya padaku kalau kau tak mau memakannya."

"Hn."

"Ck, hentikanlah gumaman ambigumu itu, Teme."

"Hn."

"Arggghh ... terserah kau sajalah," kesal Naruto, sebelum akhirnya mengeluarkan buku dari tas ransel oranye miliknya. Sementara Sasuke hanya menyeringai tipis.

.

.

Setengah jam berlalu setelah bel berbunyi. Namun, tak ada tanda-tanda akan kedatangan Sang Guru. Anak-anak pun sudah semakin bosan menunggu.

"Neji, cepat kau panggil Kakashi-Sensei di ruang guru!" seru Kiba pada Sang Ketua Kelas.

"Percuma," balasnya cuek.

"Ck, dasar ketua kelas tak bertanggung jawab," gerutunya sebal.

Srak ...

Pintu pun terbuka, dan memunculkan seorang pria dewasa berpenampilan nyentrik—yang wajahnya tertutupi masker.

"Ohayō, ...," sapanya ringan, tak merasa bersalah telah datang terlambat dan membuat muridnya hampir mati kebosanan.

"Ohayō, Sensei," balas hampir setiap murid, malas.

"Gomen, tadi aku tersesat dan menolong nenek yang ingin menyeberang di jalan bernama kehidupan."

Sing ...

Hening.

Semua murid hanya diam ketika—lagi-lagi— mendengar alasan tak masuk akal yang terlewat sering diucapkan Sang Sensei.

"Hehe ..." Guru bernama Hatake Kakashi tersebut tertawa kering seraya menggaruk kepala bersurai putih keperakannya. "Tapi, Sensei datang membawa kabar gembira untuk kalian." Sang Sensei tersenyum di balik maskernya.

"Apa itu Sensei?!" seru Ino.

"Apa kita tidak jadi ulangan, Sensei?" tanya Naruto penuh harap.

"Sayang sekali, Naruto ... kita tetap ulangan," jawabnya, dan langsung membuat Naruto lemas seketika.

"Lalu, apa, sensei?" sahut Kiba.

"Kita kedatangan murid baru hari ini."

"Laki-laki ... atau perempuan? Tampan tidak?" seru Sakura dengan mata berbinar, penuh harap.

"Hmm ... Kalian lihat saja sendiri." Kakashi tersenyum misterius, kemudian memberi kode pada seseorang yang berdiri di balik pintu untuk masuk dan memperlihatkan dirinya.

Tap ... tap ... tap ….

Sesosok asing berambut oranye kemerahan berpenampilan menarik memunculkan dirinya, sukses membuat hampir semua murid menahan napas mereka untuk sejenak.

"Silahkan perkenalkan dirimu," titah Sang Sensei.

Si murid baru mengangguk sejenak dan mengarahkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Tak lama mata beriris hijau kemerahannya menangkap sesosok familiar yang tengah menatapnya tak percaya dengan wajah nyaris pucat, membuat Sang Murid baru menyeringai tipis. Seringai tersebut justru menjadi pesona tersendiri untuknya. "Perkenalkan, Namikaze Kyuubi, pindahan dari Uzushio ... salam kenal."

Sementara, seseorang membelalakkan matanya, seraya bergumam lirih. "Ini tidak mungkin."

.

.

Bersambung~

.

Aish, Tada mah siapa atuh, cuma newbie yang baru belajar dan mencoba eksis. Emang terbilang mainstream, tapi gak apa, kan, buat meramaikan pair ini?

Btw, fict ini dulu pernah saya publish di Fb. Adakah yang kenal dengan saya? #gakada

18 Agustus 2015