Always By Your Side

Wanna One Fanfiction

Park Woojin x Park Jihoon

Warning: GS, OOC, Typo(s), Gaje, Ide pasaran, dll, DLDR.

By Peach Lavender

.

.

.

Woojin baru saja terbangun dari tidurnya akibat bel apartemen miliknya yang terus berbunyi sejak tadi. Siapa yang bertamu sepagi ini, bahkan Woojin baru saja tertidur selama dua jam karena sibuk mengerjakan laporan miliknya. Dengan malas ia beranjak dari kasur menuju pintu utama.

Grep

Woojin terkejut karena setelah membuka pintu seseorang tiba-tiba memeluknya begitu saja sambil menangis tersedu-sedu. Kantuk yang ia rasakan telah menghilang, ia telah tersadar dari keterkejutannya dan memutuskan membalas pelukan gadis yang semakin menangis di dalam pelukkannya itu.

"Ssstt... Apa yang terjadi Jihoonie?" Woojin mengelus punggung gadis yang bernama Jihoon itu untuk menenangkannya, tak lupa menutup kembali pintu apartemennya yang masih terbuka dengan Jihoon yang masih belum mau melepas pelukkannya.

Woojin membawa Jihoon ke sofa, gadis itu masih membenamkan wajahnya ke dada Woojin. Tidak biasanya sahabatnya menangis seperti ini, sudah seminggu ia tidak bertemu dengan gadis ini karena kesibukan mereka, Jihoon masih dalam keadaan yang ceria ketika terakhir kali mereka bertemu .

"Ceritalah, jika seperti ini aku tidak tahu apa masalahmu, Jihoonie." Ucap Woojin yang masih berusaha menenangkan sahabatnya itu, ia dapat merasakan kaos yang dipakainya telah basah oleh air mata Jihoon.

Jihoon melepaskan pelukannya, wajahnya sangat merah dan juga matanya sembab. Woojin yang melihat itu memutuskan beranjak dari tempat duduknya menuju dapur untuk mengambilkan segelas air dan sapu tangan untuk Jihoon. Ia telah kembali, Jihoon menerima segelas air itu dan langsung meminumnya dan tak lupa menghapus air matanya dengan sapu tangan yang telah diberikan oleh Woojin.

Woojin sudah duduk kembali di samping Jihoon, pandangannya tidak terlepas dari Jihoon. Ia masih penasaran apa yang membuat sahabatnya itu bisa menjadi seperti ini, ia masih menunggu Jihoon untuk tenang hingga gadis itu mau bercerita dengan sendirinya.

"Woojin..." Jihoon menatap Woojin dengan mata yang berkaca-kaca. Woojin masih menantikan apa yang akan dikatakan oleh Jihoon.

"A-aku hamil." Tangisan gadis itu kembali pecah, Woojin kembali terkejut mendengar ucapan Jihoon bahkan mulutnya sampai terbuka karena merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"B-bagaimana itu bisa terjadi? Apa kalian melakukan itu?" Tanya Woojin yang masih dalam keterkejutannya. Jihoon hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Woojin.

"Apa kalian sering melakukannya? Apa dia tidak memakai pengaman?" Tanya Woojin kembali, Jihoon hanya diam menunduk memandang gelas yang dipegangnya. Woojin memijit pangkal hidungnya, sakit kepala akibat kurang tidurnya bertambah karena ia tidak menyangka sahabatnya itu akan berbuat sejauh itu. Selama ini Jihoon selalu menceritakan tentang apa saja kepada dirinya, kecuali tentang hal itu. Sebagai sahabat ia merasa gagal dalam menjaga Jihoon.

Woojin menghela napasnya kasar. "Apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Apa kau akan menggugurkan kandunganmu? Atau kau akan memberitahu dia kalau kau hamil anaknya?" Jihoon yang menunduk langsung menatap Woojin setelah mendengar ucapan pemuda itu.

Woojin tahu jika Jihoon tidak akan menggugurkan kandungannya karena sahabatnya itu takut dengan segala hal yang berbau rumah sakit, terlebih lagi gadis itu menyukai anak-anak walaupun terkadang sifat kekanakan sahabatnya itu juga muncul. Woojin juga tahu Jihoon tidak akan memberitahu mantan pacarnya yang sempat ia hadiahi tonjokkan beberapa minggu lalu karena telah menyelingkuhi Jihoon dan lebih memilih orang lain.

"A-aku tidak tahu." Jihoon kembali menunduk. Woojin menghembuskan napasnya kasar, ia memutuskan ke dapur untuk membuat sarapan untuknya dan juga Jihoon serta menjernihkan pikirannya.

Jihoon yang melihat kepergian Woojin kembali meneteskan air matanya, ia tahu pemuda itu pasti sangat kecewa kepadanya. Ia memutuskan menyusul Woojin, sesampainya di dapur ia mendekat ke arah Woojin yang sedang memasak dan membelakangi dirinya. Jihoon menarik ujung kaos yang dikenakan Woojin tetapi tak ada respon yang diberikan oleh pemuda itu dan tetap melanjutkan kegiatan memasaknya.

"W-woojin... Jangan mendiamkanku seperti ini," Jihoon menyandarkan kepalanya di punggung Woojin dan memeluk pemuda itu dari belakang, tidak peduli jika Woojin risih terhadapnya.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu harus bagaimana menceritakannya kepadamu tentang hal itu. A-aku..." Ucapan Jihoon terhenti ketika pemuda itu melepaskan tautan tangan Jihoon di perutnya. Woojin telah mematikan kompornya ia berbalik menghadap sahabatnya itu, ia mengusap air mata yang masih mengalir di pipi Jihoon. Ia memang tidak bisa marah kepada sahabatnya ini.

"Duduklah, sebaiknya kita sarapan terlebih dahulu." Jihoon mengangguk, ia memeluk Woojin sekali lagi sebelum menuju meja makan.

.

.

.

Woojin dan Jihoon memang sudah bersahabat sejak mereka kecil. Banyak orang yang bersahabat sejak kecil tetapi pada akhirnya ketika menuju dewasa mereka berpisah atau bahkan melupakan satu sama lain. Berbeda dengan Woojin dan Jihoon, mereka tetap mempertahankan persahabatan mereka hingga sekarang.

Mereka berdua berasal dari Busan dan keluarga mereka menetap di sana. Mereka bisa berada di Seoul karena melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi yang berada di Seoul bahkan hingga sekarang mereka masih menetap di Seoul karena mereka telah mendapat pekerjaan tetap. Walaupun begitu mereka tidaklah tinggal di dalam satu apartemen yang sama bahkan jarak apartemen mereka sekarang tidaklah terlalu dekat karena menyesuaikan dengan jarak ke tempat kerja mereka masing-masing.

Woojin bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan Game Online yang sedang diminati banyak orang saat ini, sedangkan Jihoon berkerja di salah satu perusahaan fashion yang sangat terkenal di Korea. Walaupun begitu tidak menghambat mereka berdua dalam menikmati waktu bersama.

Pada awalnya banyak yang mengira jika mereka berdua adalah sepasang kekasih mengingat mereka selalu bersama dan sikap mereka satu sama lain yang seperti sepasang kekasih, seperti saling memeluk dan memberikan kecupan di kening ataupun pipi adalah hal yang biasa mereka lakukan sejak dahulu terlebih lagi jika sifat manja Jihoon muncul maka Woojin harus menuruti apa yang diinginkan oleh gadis itu. Tetapi hubungan mereka tidaklah lebih dari sepasang sahabat yang saling menyayangi satu sama lain, mereka memang tidak melibatkan perasaan di dalam hubungan persahabatan itu bahkan mereka sering menjalin hubungan dengan orang lain dengan memberitahu satu sama lain.

Di usia mereka yang ke-20 hingga 25 tahun saat ini mereka sedikit menjaga jarak dalam persahabatan mereka karena banyak mantan-mantan mereka yang cemburu dengan kedekatan mereka hingga hubungan itu harus berakhir. Bukan berarti mereka benar-benar menjauh satu sama lain, tetapi lebih kepada mengurangi 'kemesraan' di antara mereka.

Tidak hanya mereka saja yang dekat, keluarga merekapun juga dekat. Walaupun mereka sama-sama bermarga Park tetapi silsilah keluarga mereka sangatlah jauh. Ketika mereka berdua memutuskan kuliah di Seoul, ayah Jihoon telah menitipkan anaknya kepada Woojin dan beliau mempercayakan Jihoon kepada Woojin karena ia tahu Woojin akan selalu melindungi anaknya. Hal itulah yang membuat Woojin merasa gagal dalam menjaga Jihoon.

.

.

.

Saat ini Woojin dan Jihoon telah menyelesaikan sarapan mereka, sejak tadi tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kedua sahabat itu hanya keheningan yang menyelimuti meja makan itu. Jihoon menggigit bibirnya dengan menggenggam secangkir coklat hangat favoritnya yang telah dibuatkan oleh Woojin, hingga saat ini Woojin masih belum berbicara apapun kepadanya.

"Jihoon," Jihoon yang merasa namanya dipanggil menoleh ke arah Woojin yang sedang duduk dihadapannya. Ia tahu jika pemuda itu tengah serius sekarang dan ia menantikan apa yang akan diucapkan oleh sahabatnya itu, Jihoon tidak mempermasalahkan jika Woojin akan memarahinya karena pemuda itu berhak melakukannya.

"Aku akan menikahimu."

.

.

TBC

.

.

Mau ngucapin terima kasih buat veeshantika98, Guest & chamwinkcham yang udah review ff Baper. Gara2 kalian terciptalah ff ini, soalnya aku suka baca review kalian jadi kepikiran bikin ff ChamWink lagi xD Padahal kemaren2 masih belum ada niatan bikin ff ChamWink lagi haha

Bisa bayangin mereka usia 25 tahun? Kalau gak bisa dibisa2in aja x'D

See ya next chapter~