Fanfic pertama, jadi maaf kalo agak gak jelas.. salah ketik dan sebagainya
Disclaimer: I don't have Naruto and Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Swuussh..
Angin ringan bertiup lemah di desa ini. Angin itu sangat lemah sehingga menarik semua orang keluar, bermain, bersenang-senang, tertawa menikmati suasana menyenangkan seperti ini. Dari sudut pojok paling ujung ke ujung lainnya, orang-orang tampak senang.
10 tahun..
10 tahun yang singkat, seolah baru 10 hari yang lalu. Dalam sepuluh tahun banyak yang berubah. Mulai dari hal kecil sampai hal yang luar biasa. Dalam sepuluh tahun juga banyak mimpi yang tercapai. Mulai dari bualan sampai realita. Dan dalam sepuluh tahun banyak janji yang terpenuhi. Dari hal yang tak mungkin sampai ke yang mungkin.
Perubahan, Mimpi, dan Janji..
Semuanya dialami oleh seorang ninja yang paling tidak bisa diprediksi, ninja paling iseng, ninja yang dibilang memiliki bakat seperti Yondaime, anak yang telah diramalkan, pahlawan Shinobi 5 desa, ninja yang mengalahkan Madara, Obito dan antek-anteknya, serta pembantai ekor Sepuluh. Oke, cukup dengan gelarnya. Lalu siapa ninja ini?
Dialah tak lain lagi, seorang memiliki 3 pasang kumis kucing meski kumisnya sudah mulai menghilang. Seseorang yang memiliki rambut pirang spiky yang berdiri sembilan puluh derajat dari kepalanya. Ya, tak lain jagoan kita dan karakter utama dari kisah ini.
Dialah Namikaze Uzumaki Naruto.
Namikaze? Tunggu dulu?! Oh ya, dialah anak dari si Yellow Flash of Konoha dan the Red Death. Kedua nama itu tak asing kalau anda adalah seorang Shinobi. Yellow Flash of Konoha lebih dikenal sebagai Yondaime Hokage oleh para rakyatnya, dan lebih dikenal lagi oleh para orang terdekatnya sebagai Namikaze Minato. Lalu siapa the Red Death? Dialah wanita yang paling tempramental diantara wanita-wanita lainnya. Dia terkenal akan masa kecilnya sebagai the Red Hot Habanero. Dia juga terkenal akan rambutnya yang merah semerah tomat. Si tomat ini juga memiliki nasib sama dengan Naruto sebagai Jinchuuriki. Tak salah dan tak bukan, dialah Uzumaki Kushina.
Memiliki dua orang tua yang telah 'melewati' dirinya sesaat ia memulai hidupnya, membuat Naruto tidak berkecil hati. Dia tahu kedua orang tuanya sangat sayang kepadanya. Mungkin ia memang melewati masa kecil, masa remaja, dan masa dewasanya tanpa kasih sayang seorang ibu dan perhatian seorang ayah. Tapi sekarang Naruto tumbuh menjadi orang tak pantang menyerah, penyayang, dan tidak pernah ingkar janji.
Kembali ke Konoha, kita bisa melihat ada tambahan wajah disamping Godaime. Danzo? Bukan. Dia tidak pernah dihitung sebagai seorang Hokage. Danzo hanya dihitung sebagai Hokage sementara, semenjak tak ada kata dari Godaime yang akan menurunkan posisinya kepada Danzo. Lalu siapa sosok yang sudah dipahat itu?
3 kumis kucing? Dia? Sebagai Rokudaime Hokage? Sepertinya tak ada keraguan diwajah para penduduk yang meragukan dia sebagai pemimpin di desa ini. Itulah yang terjadi dalam 10 tahun, ada mimpi yang teraih.
Sementara itu diruang kerja Hokage.
Seseorang meraung-raung menyebut-nyebut dan mengutuk sesuatu. Terlihat setumpukkan kertas-kertas dari tulisan laporan para ninja dan permintaan para klien mengelilingi meja dengan lambang desa Konoha.
"Sialan..! Kenapa aku harus berakhir dengan tumpukkan kertas sialan ini?!" sang Hokage terus mengeram dengan kerasnya.
Sementara itu disisi lain ada orang dengan kepala nanas membuat segel ditangannya seketika bayangan tersebut menahan pergerakan Hokage 'asal-asalan' itu seketika. "Kau pikir, kau mau kemana tuan Hokage?"
Si Hokage makin kesal tapi malu akan kelakuannya, "Uh" dia kemudian mengelus-elus lehernya, "Aku rasa aku mau keluar sejenak."
"Maaf tuan Hokage, tapi kau setidaknya harus menyelesaikan setidaknya seperempat dari semuanya" si nanas menunjukkan perhatiannya pada tugas kenegaraannya.
"Tidakkah kau lihat, aku sudah menyelesaikan seperempatnya?" si Hokage makin frustasi dengan kertas-kertas ini.
Si nanas menghela nafas, "kau baru menyelesaikan seperduabelasnya, Naruto.."
Andai saja aku bisa menggandakan, -
Seketika muka yang sebelumnya pucat frustasi jadi hilang 'galau' nya dan langsung berbinar senang.
"Shika, aku punya ide yang sangat cemerlang, mungkin ini akan menghemat waktu hingga berjam-jam"
Shikamaru hanya tidak memperdulikannya dan terus melakukan segel tangannya, "heh, ide apanya.."
"Setidaknya kau lepaskan dulu tuan Hokage mu ini!" Naruto tak bisa melepaskan diri dari jurus andalan keluarga Nara itu.
"Baik-baik, aku akan segera lepaskan. Hanya jangan coba-coba untuk kabur!" Shikamaru mencoba memperingatinya berkali-kali.
"Oke-oke" seketika si ninja iseng ini membuatkan replika dirinya sebanyak 3 orang. "Bagaimana Shikamaru? Apa kau mengerti apa maksudku?" si pirang hanya menyeringai.
"Jangan bodoh Naruto! Apa kau akan menyerahkan tugas penting ini pada klonmu?"
Respon cepat langsung diterima oleh klon Naruto.
"Apa?! Jangan katakan kami harus melakukan tugas menyebalkan mu!" kata klon pertama.
"Ya! Bila disuruh memilih berlatih dengan guru Gai dengan melakukan tugas ini, lebih baik aku berlatih dengannya!" kata klon kedua.
"Setuju setuju" klon terakhir menjawab setuju dengan anggukan dikepalanya.
Apa ini umum kalau Naruto selalu berargumen dengan klonnya? Pikir si nanas dengan wajah tidak pedulinya.
"Bisakah kalian tenang? Kalian akan mematuhi perintahku! Kerjakanlah tugas itu!" Naruto makin 'ngegas' dengan tingkah bocah dari klonnya.
"Lalu apa yang akan Naruto yang sebenarnya lakukan?" ketiga klon menanyakannya bersamaan.
Dengan menyeringai Naruto berkata, "Tak ada urusannya dengan kalian!"
Si nanas khawatir. Memang tugas akan dikerjakan, tapi akankah semuanya diingat oleh Naruto?
"Tidak usah khawatir, Shikamaru, aku dan klon ku semuanya memiliki pikiran yang satu, yaitu aku. Jadi semua yang telah klon ku lakukan akan tersimpan dimemori ku.."
Shikamaru bisa melihat kebijaksanaan dalam diri Naruto. Dia hanya tersenyum sedikit. "Lalu apa yang akan Naruto sebenarnya akan lakukan?"
Naruto menyeringai, "kan sudah kubilang bukan urusanmu" dengan begitu, Naruto meloncat keluar jendela.
"Huh, merepotkan!" Shikamaru hanya bisa berkata demikian saat Hokagenya bertingkah nyeleneh.
Kembali lagi bersama Naruto, dia kini sedang menyusuri jalan utama desa Konoha. Dia ingat sekali saat masa kecilnya. Saat ia masih dibilang Iblis. Semua orang akan menaikkan kepalanya dan tak akan melihat kearahnya. Apabila ada yang melihat kearahnya pasti itu pandangan yang menyatakan "jijik." Dan para orang tua akan menarik anaknya menjauh dari dirinya.
Namun kini, semua orang sudah tidak mau melihat jijik akan dirinya. Semua orang tak ada yang mengangkat kepalanya tinggi-tinggi kepadanya, malah banyak saat ia bertemu para penduduk, mereka membungkuk, menunjukkan rasa hormat padanya. Para orang tua pun tak lagi menarik anaknya menjauh dari dirinya.
"Tuan Hokage"
"Tuan Hokage"
"Tuan Hokage"
"Tuan Hokage"
Suara-suara itu kebanyakan diikuti dengan bungkukkan dari para penduduknya. Sedangkan si Hokage hanya tersenyum.
Tap Tap Tap
Langkah sang Hokage berhenti didepan restoran yang terkenal seantero dunia Shinobi dengan Ramennya. Ichiraku Ramen namanya. Siapa yang tidak tahu kalau Hokage yang kini menjabat senang sekali datang ke restoran ini. Dulu mungkin hanya kedai kecil. Tapi kini dengan dana bantuan Hokage, kedai ini menjadi restoran dengan lebih banyak meja. Sehingga lebih banyak pelanggan bisa makan ditempat itu.
"Hokage! Tuan Hokage!" kata lelaki paruh baya dari dalam ruang dapurnya.
"Tidak perlu sebegitu formal, cukup Naruto. Kau kan sangat mengenalku" sambut si Hokage rendah diri.
"Ah, bagaimana pun juga, kau kan Hokage. Jadi, seperti biasa?" dia tahu selera Hokage tak pernah berubah.
"Ya" jawabnya singkat. Seketika si koki pergi kembali ke dapur. Tak perlu berapa lama, 3 mangkok besar ramen sapi datang menghampirinya dengan bau yang sangat dikenal oleh Hokage.
Slerp.
Normal. Naruto sangat cepat bila berurusan dengan makanan para dewa. Setelah dia membayar, dia berjalan keluar, mengarahkan dirinya pulang.
Rumah keluarga Namikaze.
Naruto membuka pintu gerbang rumah mewah itu. Rumah itu cukup besar untuk menampung 10 orang didalamnya. Bunyi pagar besi mengiringi kedatangannya kembali ketempat pribadinya. Langsung ia membuka pintu dan mendapati setangai bunga mawar dalam vas air dingin. Tepat disampingnya ada sebuah pesan singkat. Karena rasa kepo berlebihan, Naruto segera melepas sendal ninjanya dan masuk begitu saja tanpa mengucapkan salam. Naruto membuka amplop itu pelan-pelan, curiga dari seseorang yang aneh. Dan kemudian, lipatan kertas ia perlebar sampai terlihat kalimat.
Surat itu begitu aneh karena hanya berbunyi, "Selamat Ya!" dan tak lain pengirimnya adalah, seorang yang memiliki rambut pirang yang dikuncir kuda, Yamanaka Ino. Hokage merasa ada yang menyembunyikan sesuatu. Entah itu apakah, mungkin ia akan menemukan jawabnya setelah ia bertemu..
"Eh Naruto, selamat datang.." wanita itu muncul dari lorong sebelah. Siapa wanita ini? Singkatnya dia tinggal dengan Naruto. Wanita ini berciri-ciri rambut panjang dengan warna pink dengan dahi besar. Dia memiliki mata berwarna hijau emerald. Ikat kepalanya ia modifikasi sebagai bandana. Ia juga memakai baju berwarna putih dengan rok panjang berwarna pink. Dialah love of his life, love of hokage's life, seseorang yang telah move on dari Sasuke, ninja medis paling hebat saat ini dan istri Hokage.
Namikaze Uzumaki Haruno Sakura. Perubahan. Itulah yang terjadi selama 10 tahun, ada hati seseorang yang berubah. 5 tahun setelah kepergian Naruto dalam pencarian kekuatan, Kunoichi pink ini menyadari, dia tak mencintai seorang Uchiha tapi hanya mencintai seorang Namikaze. Bahkan dalam 5 tahunnya Naruto, dia hanya menerima fakta bahwa dia hanya mencintainya. Dan tak disangka, 1 tahun kemudian mereka berpacaran, 2 tahun kemudian mereka bertunangan, dan 6 bulan kemudian mereka menikah.
"Sakura, aku pulang.. Maaf aku tidak mengucapkan salam.." Naruto hanya mengusap-usap lehernya.
"Tidak apa Naruto.." secepat kilat, Sakura langsung menaruh perhatian ke kertas yang sedang dibaca Naruto.
"Uh.. Naruto? Itu apa?" Naruto kaget. Istrinya pun tidak tahu kalau surat ini ditaruh disebelah vas dengan mawar.
"I-ini dari Ino. Apa dia kesini hari ini?" Sakura menggelengkan kepala.
Naruto memberikan suratnya ke Sakura. Sakura melihat isi surat itu dan matanya melebar dan alisnya naik.
Oh iya! Aku baru ingat! Aku akan memberitahunya sekarang! Pikir si pink dengan gembiranya. Suaminya tak dapat memberi eksprasi lebih dari kebingungan. Melihat istrinya menyeringai, sang Hokage langsung merinding melihatnya.
"Naruto, ikut aku sekarang!" katanya dengan nada pelan. Naruto tahu, ada dua kemungkinan apabila ia berkata dengan nada seperti itu. Kemungkinan pertama seperti, "im gonna kill you!" dan kemungkinan kedua, "cepat ikut denganku, jika tidak, im gonna kill you!" Yah memang keduanya menunjukkan hal yang sama, tapi Naruto hanya bisa keringat dingin melihat tampang istrinya yang dikenal tempramen.
Segera, Naruto langsung melepas semua atribut ninjanya. Dan mengikuti Sakura, ke kamar mereka. Naruto makin berkeringat saat memasuki master bedroom milik mereka. Langsung mereka duduk.
"S-sakura, apa ada yang ingin kau katakan?" Naruto tergagap, takut salah perkataan.
Sakura masih dalam bayangan tergelapnya dan mengambil sebuah alat, "apa kau tau ini apa?" dan memberikannya kepada Naruto.
Karena kurang pengetahuan, dia hanya menjawab, "Termometer?" Tidak beralasan ia menjawab itu. Karena alat itu sedikit hangat, ia langsung mengasumsikannya sebagai termometer.
"Idiot.." kerutan muncul di pelipisnya. Agak sedikit keras ia mengatakan, "ini alat penguji kehamilan, bodoh!"
"Uhuh.. Lalu hasilnya?" Naruto makin keringat dingin mendengar itu alat penguji kehamilan! Dan tak ayal, matanya ikut melebar. Aku tahu itu! Mungkin itu alasannya dia pagi ini muntah dan mual! Dia pasti hamil! Yeay! Beberapa dari bagian dirinya sangat senang, tapi beberapa bagian siap untuk menerima jawaban terburuk.
"Um-um.. Um" Sakura wajahnya sangat merah. Sangat merah hingga menandingi warna rambutnya.
"Ayolah Sakura sayang, jangan tuan Hokagemu menunggu.." Naruto makin tidak sabar.
"Po-positif!"
Wajah Naruto langsung berhenti bergetar. Kepalanya tertunduk sebentar. Dalam hati ia terus berfikir. Aku akan jadi ayah! Ayah, ibu, kalian akan memiliki seorang cucu! Pertapa genit, nenek, kalian akan punya cicit! Sasuke, kau akan menjadi wali anakku! Kurama, aku akan jadi ayah! Air mata turun perlahan dari sang Kage dari Konoha. Dia tersedu-sedu mengepalkan tangannya. Tak terkira rasanya baginya menjadi seorang ayah.
Disatu sisi, Sakura merasa Naruto tidak senang dengan berita baik itu. Ia langsung memberanikan diri berbicara kepada Naruto. "Na-naruto?" Sakura menaruh tangannya dipundak Naruto. "Apakah tidak tepat waktunya?" dia kaget, Naruto balik memegang pundak Sakura kedua pundak dengan kedua tangannya, memperlihatkan wajahnya yang masih dialiri air mata. Tak disangka, ia langsung mengelus rambut panjangnya yang terjulur dan mendekapnya dalam pelukan.
"Sangat tepat! Aku-aku-aku hanya tidak tahu bagaimana mengekspresikannya!" masih terisak, ia mencoba mengatakan kata-kata tersebut yang telah ia rangkai.
"Naruto.." matanya yang awalnya kaget berubah jadi mata yang tersenyum. Pelan-pelan, ia melepas pelukan suaminya dan, "tak penting bagaimana cara kau mengekspresikannya.. Yang terpenting sekarang, kau akan menjadi seorang ayah!" dia memberinya sedikit semangat dengan senyuman yang menentramkan.
"Terimakasih Sakura! Terimakasih! Kau telah memberiku keluarga dan memberikan cintamu! Jadi terimakasih! Terimakasih!" Naruto terus berkata demikian hingga Sakura harus membungkamnya. Lalu ia menaruh telunjuknya di bibirnya.
"Hussh, tidak perlu.. Naruto, tidak perlu.. Semenjak Sai memberitahu perasaanmu kepadaku, aku jadi menyadari siapa yang selama ini selalu ada disampingku. Aku tahu siapa yang menyelamatku dari dinginnya hati Teme-mu itu," mendengar Teme, Naruto agak tertawa kecil namun masih terisak, "Aku tahu siapa yang selalu mencintaiku, aku tahu siapa yang sangat spesial bagiku. Dan aku mengerti sekarang setelah semua perasaan yang sangat rumit itu, aku tahu orang itu adalah kau Naruto.." katanya perlahan sesaat ia menempelkan dahinya ke dahi Naruto. "Dari semua yang kukatakan saat kita dinegeri Besi sampai kecemburuanku pada Hinata saat perang dunia, semuanya sangat nyata bagiku, bahwa kaulah yang akan membahagiakanku hingga nanti kelak kita berpisah.." momen tersebut sangat menentramkan bagi pasangan muda ini. Hingga akhirnya seseorang menggedor-gedor pintu.
"Tuan Hokage! Tuan Hokage!"teriak seorang ANBU berambut emo di depan rumah Hokage.
"Tunggu disini Sakura, aku akan turun kebawah.." setelah memberi kecupan di kening istri langsung ia berlari ke pintu depan. Ternyata istrinya masih memegang bajunya. Naruto melihat kecemasan di wajah istrinya.
"Bawalah berita baik.." katanya pelan. Naruto hanya membalasnya dengan senyum yang menyatakan "semua akan baik-baik saja."
Naruto membuka pintu dan ia melihat sosok pemimpin ANBU didepannya. "Sasuke? Ada apa? Sebaiknya ini penting.." Janji. Itulah yang terjadi setelah 10 tahun, ada janji yang terpenuhi. Naruto akhirnya menepati janjinya terhadap Sakura. Sasuke kembali ke desa meski harus memerlukan sedikit usaha. Tak lama setelah perang berakhir, si Uchiha keras kepala dan haus darah ini menemui Naruto. Kedua bertarung dimana mereka memulainya dulu, di lembah akhir. Untungnya Naruto menang dan memberi Sasuke cahaya. Dengan ini janjinya kepada Sakura telah terpenuhi.
"Ada sesuatu darurat yang perlu kau lihat, tuan Hokage.." dengan mengangguk, Naruto kembali keatas, kekamar. Melihat Sakura terbaring, ia tak mau membangunkannya. Lalu ia menyelimutinya dan mencium dikeningnya.
Aku akan segera kembali.. Katanya saat menutup pintu kamarnya. Dan ia kembali ke depan pintu, menemui kembali 'saudaranya.' Dengan topi Hokage, rompi, dan jubah putihnya di siap menuju menara Hokage.
Saat itu hampir petang. Naruto bersama Komandan tertinggi ANBU menuju menara tempat Hokage bekerja. Tiba ditempat, Naruto duduk di meja yang biasa ia gunakan untuk mengerjakan tugas menyebalkan itu. Dengan tenang Naruto mulai menghela nafas dan memulai pembicaraan.
"Jadi, Sasuke beritahu apa yang terjadi? Apa yang membuatku harus meninggalkan istriku sendirian?" Sasuke hanya membungkuk, meminta maaf akan kelancangannya kepada Hokage yang selama ini ia sebut 'dobe.'
"Maaf, tuan Hokage. Tapi sebaiknya anda melihat ini.." Sasuke memberikannya gulungan. Di gulungan itu terlihat beberapa ornamen music, seperti not balok. Mungkinkah dari desa Suara?
Naruto mencoba melepas sesuatu yang menahan gulungan tersebut dari tidak menggulung. Perlahan dia meng-unroll gulungan tersebut. Ia melihat tulisan tersebut ditulis dengan tinta merah. Mungkin bukan tinta merah, karena berbau amis. "Hmm, darah. Dan ini darah ular." Dia masih menganalisis gulungan, apakah ada racun atau tidak. Dan benar saja, bagian belakang gulungan tiba-tiba mendirikan jarun-jarum kecil yang penuh dengan neurotoksin dari seekor kobra.
"Percobaan pembunuhan? Orang menulis ini harus lebih pintar.." tawa kecil sarkatis keluar dari mulutnya. Rokudaime Hokage, langsung membaca isi gulungan tersebut. Mata sang Hokage awalnya biasa namun kemudian matanya memberi respon diikuti dengan alisnya yang naik turun. "Tertanda Kabuto!?" mata Naruto berubah yang awalnya sebiru laut, menjadi semerah darah.
"Hei nak, kontrol emosimu! Jangan biarkan orang bodoh yang menulis surat ini membuatmu melakukan hal bodoh!" untung ada Kyuubi yang masih mengontrol emosinya. Ia berusaha menenangkan Naruto, semenjak dia adalah orang kepercayaan nomor dua setelah Sakura.
"Aku tahu Kurama! Tapi aku tak bisa membiarkan dia melakukan hal ini! Untuk kedua kalinya.." tensi Naruto makin meningkat. Emosi memang mudah merasuki tubuh Naruto. Berkali-kali ia jatuh karena emosi. Mulai dari pertempuran dengan Sasuke dilembah akhir saat masih Genin sampai saat invasi Pain.
"Aku mengerti kau ingin menghancurkan orang ini, tapi setidaknya untuk saat ini pikirkanlah. Dengar, kau tak ingin anakmu tidak mengenali ayahnya kan? Dan kau juga tak mau istrimu menangis setiap malam? Iya kan? Tentu kau juga tak mau para penduduk kehilangan pemimpin yang mereka banggakan, kan?" Entah kapan Kurama mulai perhatian dengan Naruto, tapi ia tahu apa yang terbaik bagi Naruto.
"Tapi Kurama, aku hanya tak mau dunia kembali menerima pahitnya peperangan, kita baru saja menikmati kedamaian selama 10 tahun. Aku tak mau para Shinobi harus mengorbankan diri mereka lagi hanya karena keselamatku. Lagi pula aku ini seorang ninja level Kage, tugasku adalah melindungi-" saat Naruto sibuk mengeluarkan argumennya, kalimatnya terpotong.
"Melindungi yang kau cintai bukan? Bagaimana kau melindungi seseorang, apa bila seseorang itu sudah tidak ada? Sekali lagi aku katakan, Yondaime dan Kushina, mereka berharap lebih Naruto, mereka ingin anak mereka tidak ingin kau mengulangi kesalahan yang sama. Mereka tak ada saat kau membutuhkan. Apa kau mau anakmu mengalami hal yang sama?" untuk beberapa saat Naruto terdiam. Ia memflashback hidupnya. Ia tahu hidupnya penuh dengan kesengsaraan, hingga muncul Sakura, Sasuke, Kakashi, Jiraya, Sandaime, Tsunade, dan teman-temannya kedalam hidupnya. Kemudian ia membayangkan bagaimana bila anak seorang Namikaze Uzumaki Naruto hidup sebagai seorang anak yatim, bagaimana cara Sakura membesarkannya, dan bagaimana rasanya tidak mengetahui ayahnya sejak lahir.
Naruto mulai menyadari kata-kata bijak Kurama, "uh Kurama.. Kurasa kau ada benarnya.. Kau benar, aku tak boleh membiarkan emosiku mengambil alih diriku, tapi ada satu pertanyaan yang mengganjal.."
"Sebutkan!"
"Sejak kapan kau menjadi rubah yang bijak?" Naruto tahu, Kurama selalu ada disisinya. Meskipun ia terkenal telah menghancurkan Konoha 26 tahun lalu, Naruto selalu menganggapnya seorang kawan yang selalu membantunya.
Mendengar pertanyaannya Kurama mendengus, "huh terserahlah, sekarang pergi dari hadapanku! Aku mau tidur!" Kurama ya Kurama, perkerjaannya selalu tidur saat tidak dibutuhkan.
Kurama, kau memang yang terbaik pikirnya tersenyum dan keluar dari pikirannya kembali ke alam realita.
Kembali kealam realita, Sasuke dan Shikamaru hanya bisa melihat Naruto sedang berdiam diri. Masih mencerna apa yang dikatakan oleh si rubah bijak itu katakan.
"Jadi, tuan Hokage, apa isi surat itu?" tanya asisten pemalas itu. Keduanya masih belum mengetahui apapun tentang surat itu. Yang mereka tahu, hanyalah surat itu bergulungan dengan ornamen desa Suara.
"Sasuke.." Naruto memulai dengan Sasuke. "Tolong panggil para Jonin.." ucapan Naruto sangat serius. Shikamaru pun merasakannya.
"Baik, tuan Hokage.." dengan itu Sasuke mengangguk dan pergi.
"Shikamaru, tolong jangan beritahu Sakura tentang untuk apa pertemuan ini, aku tidak mau merusak segalanya.." dengan wajah yang sangat resah ia terus menatap keluar jendela.
"Tentu saja, tapi apa isi surat itu? Dan apa hubungannya dengan Sakura?" Shikamaru makin terbingung dengan apa isinya dan apa korelasi antara istrinya.
"Untuk isi surat itu, lebih baik nanti, setelah kita semua berkumpul, dan untuk Sakura, dia sedang mengandung, aku tak mau mood aneh mengganggu kandungannya.." Naruto makin resah tapi Shikamaru agak tersulut wajahnya saat mendengar istri tuan Hokagenya sedang mengandung.
"Selamat Naruto, um, maksudku Hokage, tuan Hokage.." menggaruk-garuk kepalanya saat salah perkataan, tipikal Shikamaru.
"Tak apa Shikamaru, aku selalu menganggapmu saudaraku" Naruto selalu tahu cara membuat teman-temannya senang. Dan tak berapa lama, para Jonin berkumpul.
Aduh Sasuke.. Kenapa kau harus membawa Sakura juga? Aku rasa aku harus mengeluarkannya sejenak. Semua jonin berdiri menghadap meja Hokage. Menanti Hokage berbicara.
"Sasuke tolong kemari sebentar.. " si Hokage memberikan lambaian tangan yang berarti "kemari." "Kenapa kau bawa Sakura?!" katanya berbisik.
"Dia itu seorang Jonin, bodoh?!" Sasuke hanya mengerutkan pelipisnya, kesal akan tingkah Hokagenya.
"Bukannya aku bilang jangan bawa Sakura?!" aduh aduh, Naruto memang pelupa.
"Kau tidak bilang, bodoh?!" Naruto memberi tampang, Oh iya.
"Terimakasih Sasuke, kau bisa kembali" dia memasang senyum yang memaksa. Semua Jonin hanya kebingungan tentang apa yang baru saja sepasang rival itu berbisik satu sama lain. Seketika Naruto langsung mengalihkan pandangan kearah Sakura.
"Maaf, tolong tunggu sebentar, ada hal penting yang ingin ku katakan kepada istriku secara personal, Sakura?" Semuanya terpaksa harus menunggu Hokage selesai dengan urusannya. Bangun dari singgasananya, Naruto menuntun sebentar istrinya keluar ruangnya.
"Sakura, aku minta maaf, kau sebaiknya tidak berada disini.." dia tahu, dia tidak bisa menyuruh Sakura seenaknya.
"Ta-tapi kenapa?" Sakura memberi tampang kebingungan.
"Percayalah Sakura, ini bukan sesuatu yang seharusnya kau dengar.." ia mulai mencoba meyakinkan diri istrinya untuk pulang.
"Naruto, aku ini istri mu aku berhak tahu apa yang akan dilakukan suamiku" kata seorang Kunoichi yang benar-benar care dengan suaminya.
"Tapi Sakura, aku tak mau ini menjadi masalah dikemudian hari, aku tak mau kau dan juniorku terlibat"
"Aku mengerti Naruto tapi aku ingin tahu, apa masalahmu, aku hanya ingin membantumu"
"Kau telah banyak membantuku, tapi aku yakin, kali ini, kau tidak bisa membantuku" mendengar suaminya berkata demikian, Sakura merasa dirinya useless.
"Apa kau tak percaya lagi kepada istrimu?" sisi tempramen Sakura mulai mengambil alihnya.
"Sakura, a-aku" tergagap, Naruto mencoba menyelesaikan kalimatnya.
"Jangan tergagap, tuan Namikaze! Jawab aku!" sebenarnya ia tak ingin berteriak pada suaminya, tapi sesuatu memaksanya.
Naruto seketika membungkusnya dengan rangkulan hangatnya. "Sakura, aku hanya tak ingin kehilangan keluargaku lagi untuk sekian kalinya. Aku hanya ingin kalian tetap hidup. Aku hanya-aku hanya" Naruto mulai mengeluarkan air mata kesedihannya.
"Kau tak perlu takut, dan aku pun tak akan takut, aku punya lelaki yang sangat kuat melindungi aku dan juniormu" kembali, ia memberikan senyum menentramkan yang menyejukkan hati Naruto.
"Aku tak bisa tahan kalau aku melihat senyumanmu."
"Baka! Tentu saja kau tidak dapat tahan, aku istrimu!" keduanya saling berciuman, tidak perlu dijelaskan.
"Tapi ini serius, aku tak mau kau mengetahui sedikit pun tertang hal ini untuk sekarang"
"Masih nggak mau kasih tahu hah? Masih tidak percaya hah?"
Sakura, cepat atau lambat kau akan tahu, tapi untuk saat ini aku benar-benar- pikirnya sebelum kembali ke alam nyata.
"Naruto!?"
"Kau sebaiknya pulang, karena orang-orang didalam menungguku" sang Hokage tak mau menyakiti hati love of her life-nya.
Istrinya hanya berbalik arah tak mau menatap matanya lagi, "jika memang serahasia itu," Sakura tidak membalikkan badannya, hanya kepala yang memutar ke arah Naruto, "bawalah berita baik untuk istrimu.."
Untuk saat ini aku tidak bisa berjanji Sakura, ini berita buruk.
Dengan tersenyum keduanya kembali ketempat masing-masing, Naruto kembali kemejanya, Sakura kembali kerumah Namikaze.
Semuanya terdiam tidak mau mulai jika Hokage belum berkata apapun, tapi seorangpemelihara anjing mulai duluan.
"Naruto, sebaiknya kau punya alasan jelas kenapa kau mengumpulkan kami!" Kiba agak tidak tenang dengan situasi yang membuatnya menunggu.
"Ki-kiba, tolong.. Agak sedikit hormat.. Kepada Hokage" sebut nyonya Hyuuga Inuzuka.
"Tolong Hinata, jangan terus-terusan-" dia memang tak pernah memberi hormat pada siapapun kecuali istrinya sendiri.
"Hinata benar Kiba, tolong berikan sedikit respek terhadapnya. Benar dia kawan kita, tapi saat ini dia sedang dalam posisi Hokage" masih dalam bayang-bayangnya, Shino mengatakan hal yang sangat bijak.
"Lalu, tuan Hokage muda, tolong sebutkan masalahnya dan akan kami atasi dengan semangat masa mudaku!" Lee, setelah 10 tahun bahkan tak merubah penampilannya.
"Temanku, kita punya masalah masalah serius disini, dan Lee, kita tak mungkin dapat menyelesaikan masalah ini semudah yang kau katakan" kata sang Hokage dengan kalemnya.
"Lalu apa masalahnya?"
"Ya, apa masalahnya?"
"Cepat sebutkan masalahnya!"
"Kita" perlahan-lahan ia mengatakannya sehingga tidak ada orang yang mendengarnya tidak jelas, "Kita akan menghadapi Perang Dunia Shinobi kelima." Titik dan dor! Semua orang melenguh mendengar sang Hokage menyatakan akan ada hantaman besar, dan itu adalah.. Perang dunia kelima. Sekali lagi, dunia Shinobi harus merasakan pahitnya peperangan dan hilangnya perdamaian. Bahkan bagi seorang bayi yang belum lahir pun harus merasakan kejamnya medan perang.
Di Rumah Namikaze, Sakura duduk terdiam menaruh tangannya didada, Naruto aku harap semuanya akan baik-baik saja, aku harap tak akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Suara ketokan pintu memecah ketenangan Sakura yang sedang berdoa.
Sementara itu, ditempat yang sangat jauh sekali.
"Aku akan membalasmu Uchiha! Dan Naruto, sekali lagi aku akan memecah ketenangan ini!" kata si Sennin Ular menyeringai dalam hoodienya.
Dan itulah yang terjadi setelah 10 tahun, masih harus ada pertumpahan darah.
Note: Wah emang gajelas ya? Tiba-tiba punya pikiran nulis aja. Ini pertama kalinya nulis fanfic, Mungkin review bisa ngebantu. Review abis baca. Thanks!
