"Jadi kenapa aku harus nerima kamu?"

Seluruh isi mahasiswa semester enam saling menyoraki Hyunbin di auditorium. Salahin aja Hyunbin yang mengambil timing nyatain perasaan pada calon mantan sekertaris dewan mahasiswa itu sehabis kuliah umum tentang Elektronika Komunikasi dan Gelombang Mikro.

Minhyun tetap berwajah datar—dingin. Apapun itu, semua orang pasti akan segan ketika melihat wajahnya yang angkuh tersebut. Hanya orang yang berjiwa masokis seperti Hyunbin lah yang nekat menyatakan perasaannya tersebut.

"Ekhem," Hyunbin berdehem, lalu kembali tersenyum lebar dan maju beberapa langkah mendekati Minhyun yang berwajah sinis. Jaehwan bersorak paling ribut. Dan Seongwoo ikut bersorak seakan tak ada hari esok yang semenarik ini.

"Karena aku adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Sosialis, baik, sederhana. Aktif berorganisasi di palang merah—ya meski tidak begitu aktif sih, IP ku tidak pernah dibawah tiga. Aku tidak memiliki matakuliah yang wajib di ulang-"

"IP tidak pernah dibawah tiga, tapi tidak pernah di atas 3,2."

"Wah iya?"

"Sosialis dia bilang?"

"Orang songong macam dia sosialis?"

"Bertanggung jawab? Kalau begitu nikahin dong kucing yang kamu hamilin kemarin, Hyun!"

"Aktif? Tukang molor begitu disebut aktif di organisasi?"

"Yakali aktif, jadi anggota DEMA aja dia sering ngga ikut apa-apa. Jangankan berkontribusi, hadir pas rapat aja kaga."

"Oh iya, sidang khusus aja ngga ikutan. Apalagi pas sidang umum."

"Kemaren ada rapat komisi bahas kinerja Senat, dia ngga ada tuh."

"Heran kenapa dia bisa jadi anggota Dema."

"Itu dulu ketua Demanya kan perempuan."

"Oh iya, kan ketua Dema yang dulu naksir Hyunbin."

"Padahal gantengan juga aku."

"Hobinya aja skip kelas. Gimana aktif di organisasi."

"Sederhana? Pakai baju Gucci itu orang yang sederhana dan hobi blusukan ya?"

"Bohong tuh, dia Matematika Teknik 2 dapat nilai D."

"Nilai matakuliah Probabilitas dan Statistika juga dapat D."

"Tapi kalau D kan tidak wajib di ulang, Seongwoo sayang."

Hyunbin mendelik pada orang yang mengumbar seluruh kejelekannya. Harus banget mereka menimpal ketika Hyunbin hendak membuat kesan?

"Aku juga memiliki pekerjaan. Aku mandiri, independen, dan tentu saja banyak kebaikan yang bisa aku berikan untukmu."

Hyunbin menggertakan gigi, saking gugup dan malunya, mata Hyunbin hingga berkaca-kaca. Belum pernah seumur hidupnya, Hyunbin di permalukan sebegini hebatnya—ini adalah penghinaan terbesar dalam hidupnya. Apalagi sampai dihadapan orang yang sudah di sukainya sejak semester dua.

Lagipula tidak ada kah satu orang di angkatannya ini yang mendukungnya? Setidaknya tidak ikut bersorak untuk mempermalukannya? Padahal kalau mereka nyari gebetan atau calon pacar, mintanya ke Hyunbin. Kurang ajar memang mereka.

Bahkan Ong Seongwoo yang katanya adalah teman dekatnya? Sialan sekali dia sampai membeberkan nilai jeleknya. Kenapa harus nilai jeleknya? Dia mendapatkan nilai A dalam banyak mata kuliah. Hyunbin tidak pernah dapat nilai B dan C. Hyunbin itu pintarnya tidak kagok. Kalau tidak A ya pasti D—meskipun dapat D itu karena untung-untungan Hyunbin merayu dosen agar tidak dapat E. Begitu. Makanya IP nya selalu anjlok. Nilai D benar-benar membuat IP nya sesuatu.

Lalu kenapa Jaehwan membeberkan kerjaannya yang bolos rapat Dema? Oh, Daniel, kau tidak perlu mengatakan baju merek apa yang Hyunbin pakai sehari-hari—kalau sirik ngomong aja.

Dan yah, sampai sekarang engga ada yang membelanya. Bahkan Yoon Jisung yang sebaik malaikat itu—eh, dia kan mahasiswa semester sepuluh, anak FISIP jurusan Hubungan Internasional pula. Mana ada disini.

"Aku—"

"Engga."

"Huh?"

"Engga. Pergi aja sana."

Wah, lengkaplah sudah penderitaan Hyunbin.

...

...

KAMPUS 101

...

...

...

Hyunbin K. Minhyun. H

...

...

...

Friendship. Shounen-ai. Slice of life

...

...

...

NON-EYD. OOC. A LOT OF TYPO

...

...

...

Jonghyun cekikikan. Benar-benar cekikikan seakan itu adalah hal paling lucu seumur hidupnya, "Sadis, Min. Sadis bener kamu sama Hyunbin. Kasihan tau." Jonghyun tetep aja ngakak sampai-sampai tadi dia pipis dulu. Kebetulan kamar mandi lagi dipake Dongho, jadi Jonghyun sampe harus ikut pipis ke kosan tetangga.

"Bodo amat."

"Lagian, apa sih kurangnya Hyunbin? Dia bagus loh bisa menjabarkan kelebihannya. Kebanyakan orang suka melihat kekurangan saja dan ngga pede buat jelasin kelebihan mereka. Seenggaknya dia tuh udah usaha, kamu hargain dikit dong pake ngga malu-maluin dia."

Minhyun mendelik. Laki-laki yang sudah satu akademi dengan Jonghyun dari jaman SMP itu cuman menggumam sambil memetik senar gitar secara asal. Ngomong sama Jonghyun kurang lebih ngga akan jauh sama siraman rohani. Kan kebukti Jonghyun sekarang masih jomlo. Ganteng sih, tapi engga ada yang kuat kalo di ceramahin mulu. Jadi malu soalnya kalo bikin dosa.

Lagian, apa yang bisa membuat Minhyun terkesan dari penjabaran tadi? Toh Minhyun jelas sudah hapal semua tingkah pola Hyunbin yang ajaib dan penuh aib—sudah dulu satu mentoring pas jadi maba, satu kelompok ospek jurusan, satu kelas full untuk dua semester. Dan hampir di setiap mata kuliah pasti satu kelas—bahkan sampe mata kuliah pilihan. Sampe sekarang satu organisasi internal pula—soalnya Hyunbin kalo eksternal ikut UKM yang suka demo-demo itu—sengaja engga disebutin biar engga memunculkan keributan.

Jadi apa yang ngga Minhyun tau? Dan darimana cerita Hyunbin itu anak baik, rajin, sosialis, dan bertanggung jawab?

Fitnah itu.

Fitnah terbesar tahun 2017.

"Kurangnya? Kurang pinter, kurang tinggi, kurang ganteng, kurang kaya, kurang rajin, kurang baik, kurang aktif, kurang—"

"Anjir, sadis amat Min. Hyunbin itu udah ganteng loh. Lagian kamu mau yang setinggi apa? Si Hyunbin kamu sebut kurang tinggi, aku cebol begitu? Hyunbin juga kaya—duh orang miskin mana yang pake mobil Jaguar ke kampus, pinter juga kok—dia di matkul kalkulus 1 sama 2 dapetnya A. Fisika dasar sama tetek bengeknya juga. Cuman kurang ajar doang sih. Makanya dapet D. Keseringan skip sama ngga ngerjain tugas."

Minki nyeletuk, mahasiswa jurusan Manajemen Akuntansi yang kalau boleh jujur IP nya lebih jeblok dari Hyunbin. Maksimal selama dia kuliah dia dapet IP 3 lah. Mepet dikit sampe 3,1. Cuman beda koma satu, dan Minki selalu kehilangan harapan buat ngambil 24 sks. Anu banget kan.

"Kok kamu tau banget sama nilai-nilainya Hyunbin? Terus sama hobinya yang suka skip. Aku yang satu jurusan aja engga sedetail itu taunya."

Jonghyun menimpal, dan Minki cuman senyum lebar, "Dia kan sering ikut print KHS di sini. Keliatan kan sama aku. Terus dia kebanyakan jadwalnya bareng sama Minhyun, tapi setiap Minhyun kuliah, Hyunbin pasti nongkrong di SC, kalau engga ya di kantin, ya kalau engga juga pasti nangkring di ruang klub Mapala. Kalau masalah kurang ajar sih, ngga perlu jadi mahasiswa psikolog buat tau dia itu emang kurang ajar, heheeh."

"Kalo gitu kamu aja sana yang jadian sama Hyunbin."

Ketika Minhyun berkata seperti itu, Minki merapatkan jarak dengannya, kemudian berbisik sambil matanya melirik sekilas pada kamar mandi, "Kalau aku ngga punya Dongho, pasti aku mau sama dia. Udah ganteng, tinggi, kaya, terkenal, romantis pula."

"Wihhhh! Inget udah punya siapa. Nanti kalian bertengkar lagi kalau Dongho sampai denger!" si arif titisan Aristoteles—alias Jonghyun menepuk pelan kepala bagian belakang Minki.

Minki cemberut, wajah imutnya tertekuk. Dan Minhyun cuman diem aja sambil mandangin notifikasi ponselnya. Setaunya sinyalnya full kok. 5G lagi jaringannya—tadi dia habis mutus jaringan dari orang soalnya. Biasanya nih, biasanya, Hyunbin suka spam di Line. Kalo ngga ya di DM instagram. Kalo bener-bener ngga di tanggepin Minhyun, pasti sms.

Nah ini, kok ngga ada satupun ya?

...

...

...

Kalo ada yang nanya, siapa couple yang paling waw dan hawt se fakultas teknik, apalagi jurusan Teknik Elektro, ya udah pasti jawabannya adalah Kang Daniel dan Ong Seongwoo. Yang terkenalnya sampe masuk ke fakultas Kedokteran yang ada di ujung kampus. Yang kalo ke kampus itu ngga akan lewatin fakultas teknik dulu.

Daniel, seperti yang kebanyakan orang kenal adalah pribadi yang ramah—aktif organisasi dan pintar—siapa orang yang tidak pintar jika IP nya ngga pernah di bawah 3,5? Daniel juga adalah ketua organisasi himpunan Mahasiswa dari Busan—leadership-nya lumayan lah, meski di bawah Jonghyun. Dan Seongwoo, si ganteng meme berjalan. Hyunbin mah no commet aja kalo dia. Tapi dia famousselebgram sih. Terus diem-diem ngehanyutin. Tau-tau IP nya malah gede seangkatan. Ngga tau emang ngerendah kaya padi berisi atau emang dia engga mau keliatan rajin biar temen-temen ngga nganggep dia saingan.

Apalagi mereka itu calon mantan jajaran anggota dewan mahasiswa—mau lengsernya semester 7 sih soalnya udah harus sidang proposal dan segala tetek bengeknya—mahasiswa yang terseleksi dan memiliki IP minimal 2,8 dan kalo mau jadi ketua Dema minimal punya IP 3,3. Calon mantan anggota jajaran dewan mahasiswa semester enam yang ganteng semua.

Dari jurusan Teknik Elektro itu sendiri ada Jonghyun yang di dapuk jadi ketua Dema, ada Minhyun selaku sekertaris 1, ada Jaehwan jadi anggota bagian humas, ada Hyunbin yang jadi sekertaris 4. Ada Daniel yang jadi bendahara 3, ada juga Seongwoo yang jadi ketua di bidang humas.

Kalau mereka jalan di koridor fakultas, semua mahasiswa pasti pada natap mereka. Mainstream sih, tapi itu kalo di fakultas yang banyak perempuannya. Ini kan fakultas Teknik, yang mayoritas laki-laki. Kalo Teknik Industri memang masih banyak kaum hawanya, tapi Elektro? Sejauh yang Jonghyun tau sebagai ketua angkatan, cuman ada 11 orang mahasiswi. Itupun yang bertahan sampai semester enam cuman ada sembilan orang.

Jadi yang pasti, yang terpesona sama mereka itu laki-laki. Itu juga mainstream. Yang anti-mainstream itu sampai ada yang teriak seperti fangirl yang heboh.

Dan Minhyun—calon mantan sekertaris Dema yang selama hampir empat semester dikejar oleh Hyunbin jelas adalah primadona kedua setelah Seongwoo. Prince shameless yang kalau diajak pergi itu malu-maluin tapi juga ngebanggain. Ngga ngerti deh. Lebih ngga ngerti lagi Daniel tahan sama orang ngga tahu malu macam Seongwoo.

"Njir, Min, itu surat cinta atau surat yang harus humas bagiin ke mahasiswa?"

Hyunbin mendelik diam-diam pada Minhyun pas anak itu keluar dari ruang kelas bareng Ha Minho—sambil pura-pura memainkan ponselnya. Hyunbin itu sudah memantapkan diri buat move on dari Minhyun. Hyunbin bukan pengecut kok. Tapi dia belajar realistik saja—toh dia anak eksak yang ngga suka ribet nyari jawaban.

Kalo A ya A, kalo B ya berarti B. Ngga harus pake frasa yang ribet-ribet dulu buat jelasinnya. Atau harus keliling dulu padahal jawaban di depan mata.

Intinya ngejar Minhyun lebih banyak ruginya daripada untungnya.

Malah, ngga ada keuntungan sama sekali dari ngejar si pinter yang IP nya ngga pernah dibawah 3,5 ini. Hyunbin sadar diri kok banyak kekurangan, apalagi sampe nandingin kesempurnaannya Hwang Minhyun. Duh itu mah engga kejangkau. Kaya apa yang Jonghyun bilang, lebih baik mengharapkan apa yang di depan mata, daripada apa yang tidak terlihat mata—Hyunbin bukan anak filsafat yang suka mengawang-ngawang mencari jawaban dari seluruh hal metafisik yang engga cuman di jabarin pake logika. Harus di raba-raba dulu, harus pake pemikiran kritis dan radik—aduh, engga deh. Emangnya dia Jung Jung.

Hyunbin itu mahasiswa teknik. Teknik elektro yang isinya hampir Adam semua. Alias di isi oleh orang-orang yang mikirnya ngga cuman logis, tapi mikirin baik dan buruknya juga.

"Arghhh!" Hyunbin mendesis ketika Minhyun sudah menghilang dari pandangannya. Mau engga suka gimana sama Minhyun, orang kalau tersenyum wajahnya itu ganteng banget. Hyunbin kan klepek-klepek.

Ini, pake acara tersenyum sama adik tingkat. Siapa ya namanya? Kalau tidak salah mereka itu panitia Pekan Olahraga Teknik—salah satunya juga anggota Dema. Oh—Seongcheol sama Jeonghan—dua anak yang SMAnya satu almamater sama Minhyun. Sebenernya sih seumuran, malah lebih mudaan Hyunbin, cuman mereka berdua telat masuk kuliah.

"Muka kamu kenapa tuh, ngga enak banget dilihat."

"Biasa aja kak."

"Ck, lagi mikirin cara buat move on dari Minhyun?"

Jonghyun itu asisten dosen Teknik di matkul Fisika rasa asisten dosen Psikolog matkul Konseling. Ngga tahu deh gimana dia bisa mirip sama cenayang—kan katanya kalo Psikolog yang udah ahli banget itu saking unbelieveable nya kemampuannya dalam membaca gerik manusia, sampe di sebut cenayang sama orang awam. Padahal kan ada ilmunya.

"Iya, gimana caranya ya kak?"

"Jadi anggota KIM pas semester depan." Jonghyun jawab kalem sambil ngeliatin instastory gebetannya yang bongsor tapi imut tersebut.

"Kakak sehat? Semester 7 kan buat sidang proposal, mana ada waktu buat mentoring adik kelas. Lagian aku ini pinter tapi ngga memintarkan anak orang."

Jonghyun kayanya lupa kalo mereka itu maba—mahasiswa zaman baheula.

"Kalo gitu ikutan semester pendek. Ambil matkul yang nilai kamunya D."

Hyunbin ngga niat sebenernya buat ngebenerin nilai-nilainya yang D. Kan engga wajib di ulang dan IP nya masih diatas 3,1. Masih banyak kok mahasiswa teknik yang di bawah tiga. Toh standar nilai jurusan teknik yang disebut bagus itu 2,8 lah—dan yang terpenting itu skill bukan cuman IP—tolong hapus paradigma kuliah harus punya IP gede doang.

Tapi minggu depan UAS. Dan itu berarti hampir 10 hari lagi buat libur dan Hyunbin gabut tak tertolong karena mau move on—biasanya dia full apelin Minhyun waktu libur, soalnya Minhyun pulang kampungnya bentar. Dia ngga bisa gaul sama orang di kampung katanya, jalan pikiran dan pandangan mereka beda juga. Dan kalo ngomong pasti ngga nyambung.

Makanya Hyunbin mana mungkin sih ikut semester pendek buat matkul yang 4 SKS. Tiga bulan kuliah aja udah mabok dia—plus dapet D pula. Nah emang kalo cuman sebulan bisa ada kenaikan? Turun derajat jadi E kali. Ya masa dia abisin sebulan buat kuliah disaat orang lain libur cuman buat dapet D lagi di KHS-nya? Sorry ya, Hyunbin ngga mau. Mending kalo kebagian dosennya yang asik macam bapa Leeteuk. Coba bapa Kyuhyun? Abis sudah riwayat Hyunbin.

"Kayanya aku butuh objek hidup buat move on."

"Maksudnya gebetan baru?"

...

...

...

"Kwon Hyunbin, dari YG—K+."

YG itu instalasi pendidikan swasta besar yang disebut-sebut orang sebagai big three saking gede, mahal dan berkualitasnya akademi itu. Barengan sama JYP dan SM. Engga menjamin juga sih—prospek keberhasilan atau apapunnya meski emang udah terkenal mencetak berbagai lulusan yang hebat dan waw, cuman pasti orang-orang akan terintimidasi oleh lulusan big three tersebut.

Makanya Hyunbin boleh riya dikit dong jadi maba?

"Kim Jonghyun, Pledis."

"Ong Seongwoo, Fantagio."

"Kang Daniel, MMO."

"Kim Jaehwan, dari home schooling."

Hyunbin seneng-seneng aja saat orang mandangin dia. Pasti orang lain ke intimidasi sama almamaternya. Iyalah, emang gampang masuk kesana? Engga. Susah banget, untungnya dulu Hyunbin masuk kesana lewat jalur prestasi—anggar, meskipun sekarang udah ngga jadi atlet lagi karena cedera permanen.

"Hwang Minhyun, Pledis."

Sebenernya ngga ada kesan mendalam saat melihat Minhyun. Good looking sih, enak dilihat. Tapi yang lain juga sama, sama-sama ganteng dan adem buat dilihat. Jadi Hyunbin ngga terlalu notis pas acara perkenalan waktu mereka melakukan pemberkasan ulang.

Ketemu lagi waktu orientasi perkenalan akademik. Mereka berenam barengan lagi. Terus ketemu lagi pas mentoring sama kakak kelas Dema jurusan. Engga tau jodoh, ngga tau apa, mereka ketemu lagi dalam satu kelas, lucunya juga mereka jadi temen kelompok di acara ospek jurusan setelah sebulan kuliah—dan satu organisasi Dema F.

Hyunbin seneng-seneng aja. Lagian laki-laki itu ngga terlalu mikirin mau bertemen sama siapa. Asal jangan banci aja. Satu semester dilewatin, engga kerasa mereka itu kemana-mana berenam. Iya berenam. Udah kaya geng aja. Padahal grup chat aja ngga punya—paling multichat yang salah satunya dalam sehari bakal ada yang ke end chat, terus ya di undang lagi. Dan siklus itu terus berulang selama tiga taun.

Enam orang dengan satu yang hobi promote instagram di grup angkatan, satu yang selalu jadi ketua di berbagai forum angkatan bahkan sampe yang harusnya cuman bisa dijabat kakak tingkat, ada yang satu hobi melawak—garing sumpah lawakannya—yang bikin lucu itu orangnya, ada yang keliatan agak telmi tapi pinternya sesuatu, ada yang selalu narik perhatian karena rambut nge-jrengnya sama badan gedenya tapi hati selembut gula kapas, nah ada pula yang paling pinter seangkatan.

Sukses lah mereka mengalahkan ke eksisan kakak tingkat padahal masih semester satu.

Impresi awal buat Kim Jonghyun pastilah tentang betapa bijak dan arifnya dia. Mengalahkan Aristoteles dan muridnya Plato. Atau sebaliknya? Entahlah, Hyunbin tidak punya matkul filsafat. Bahkan nenek moyang ilmunya hanyalah kerabat jauh filsafat—meskipun semua ilmu lahir dari sana.

Kim Jaehwan? Hmmm... Bukannya Hyunbin kasar, tapi Jaehwan memang kelihatan agak lemot gitu—kaya 2G lah. Tapi ternyata di semua mata kuliah kecepatannya lebih dari 5G. Dan baru-baru ini Hyunbin dikejutkan fakta bahwa Jaehwan itu pendukung paham 'bumi itu datar' cuman karena dosen kalkulus mereka ngomongin pytagoras—ngga ngerti korelasinya gimana.

Kalau Daniel sih ya seperti itu. Laki-laki manly berambut pink yang sekarang udah move on jadi warna coklat dengan gigi seperti kelinci. Untung ganteng. Nah kalo Ong Seongwoo? Jujur, Hyunbin punya impresi paling bagus tentang dia. Tapi ternyata, sintingnya ngga ketulungan.

Hyunbin juga awalnya cuek aja sama semua orang. Selagi dia masih punya temen buat diajak makan bareng—karena makan sendiri di kantin itu kesannya sesuatu banget, atau selagi dia masih punya temen yang mau dia contekin, semua fine-fine aja.

Sampai akhirnya Hyunbin ngerasa, Minhyun kok agak sesuatu ya?

Emang sih kalo Minhyun nanya waktu kelompok lain presentasi, dia engga pernah ngomong pake bahasa manusia. Maksudnya, emang ada orang yang cuman mau nanya, "Apa manfaat dan fungsi kerang," pake bahasa, "Apakah ada esensi dari kerang?" Hyunbin aja sampe harus buka kamus dulu buat liat apa arti dari 'esensi', terus nanti kalo engga di stopin sama yang presentasi, pertanyaan Minhyun bisa merentet jadi 'implikasi', 'eksistensi' atau sebagainya.

Yakali Minhyun harus nanya pake bahasa kaya gitu. Bikin aja sekalian novel—bahasa kaya gitu kan engga pas buat dipake sehari-hari. Karya ilmiah aja pake principle of parsimony—prinsip singkat, jelas dan padat—liat aja deh di buku metodologi penelitian. Tapi kenapa Minhyun pake bahasa sastra? Kenapa juga kaya bahasa filsafat yang yang artinya sama mengawang-awang seperti ilmunya?

Jonghyun yang pinter aja sampe harus nanya dulu, "Jadi intinya pertanyaannya itu apa?"

Tapi tetep aja Minhyun itu cerdas. Dia pintar berdebat dan bisa membuat semua mahasiswa kelimpungan untuk menjawab pertanyaannya—sampe dosen pun kadang langsung menyelesaikan sesi kuliah mereka karena nyerah. Minhyun itu kritis—tapi juga memiliki 'rigiditas' tinggi sama Hyunbin.

Emang sih Minhyun itu juga sadis dan agak sinis. Padahal waktu ospek angkatan 2016, Minhyun kan ngga jadi panitia—lagian dia Dema, tapi dia malah disangka komdis sama maba. Wajahnya emang agak-agak ngilu gitu.

Tapi yang ngebuat Hyunbin merasa sesuatu sama Minhyun itu gara-gara—

"Jong, udah deh jangan terlalu sibuk buat urusin Dema. Kita juga udah mau lengser. Mendingan kamu cari pacar. Bosen aku liat kamu jadi lelaki kurbel."

—Minhyun itu di luar seperti cangkang keras yang sulit ditembus, tapi di dalam lembut luar biasa. Maksudnya, meskipun ucapannya pahit, tapi Minhyun itu peduli sama semua orang. Jiwa sosialnya itu tinggi. Heran kenapa masuk teknik—eh engga heran sih. Orang yang jiwanya tsundere ngga cocok menjadikan manusia sebagai objek pekerjaannya.

Yang tadi itu tuh kurang lebih petuah Minhyun buat Jonghyun dari waktu pas mereka keterima jadi Dema sampe sekarang. Dengan melewati berbagai proses seperti di wawancara—bahkan sampe tulisan tangan mereka di nilai terlebih dahulu—minjem mahasiswa ahli grafologi di fakultas Psikologi buat baca tulisan tangan mereka.

Ada lagi yang bikin Hyunbin klepek-klepek.

Waktu pekan olahraga beberapa minggu kemaren, Hyunbin kena cedera dikaki waktu jadi perwakilan Teknik Elektro main basket. Ngga parah sih, tapi Minhyun yang paling banyak ngomel tentang cerobohnya dia mau aja one-on-one sama Kang Dongho—anak Teknik Perminyakan yang emang jadi center andalan di klub basket fakultas.

Ngomel doang sih dan engga bantu apa-apa, tapi Hyunbin tau kok bahwa Minhyun itu peduli. Perasaan kan ngga semuanya bisa diungkapkan lewat frasa dan dengan perilaku. Apalagi Minhyun punya ego setinggi langit—dalam bahasa psikologi, id-nya duh sesuatu sekali.

Atau kadang Minhyun itu kalau suasana hatinya sedang bagus, seenggaknya bakalan ketawa karena lelucon receh dari Seongwoo. Dan menurut Hyunbin, ngga ada yang lebih indah dari melihat Minhyun tertawa—pokoknya ganteng maksimal.

Dan Minhyun itu termasuk orang yang bertanggung jawab. Sebelas dua belas sama Jonghyun sih, tapi jika Jonghyun melakukan pekerjaan kasar—maksudnya dia mengemban tugas secara gamblang seperti menjadi ketua Dema, Minhyun lebih suka melakukan hal secara transparan.

Minhyun aktif memberikan saran ini-itu ke Jonghyun, dia membantu Seongwoo, dia juga membantu Noh Taehyun dari jurusan Teknik Fisika—alias sekertaris 2 Dema. Minhyun juga berani menyatakan ketidak sukaannya pada anggota Senat Mahasiswa yang menyelewengkan kekuasannya saat ada rapat komisi. Pokoknya, Hwang Minhyun itu laki-laki tanpa cacat.

Terus Minhyun itu laki-laki yang suka menjaga kebersihan. Hyunbin ngga jorok, tapi kalau deket Minhyun, Hyunbin itu berasa jadi manusia paling jorok dan bau. Minhyun itu bajunya licin, engga mungkin kusut. Wangi badannya itu bisa kecium sampe tiga meter kebelakang. Terus sampe sore kuliah pun dia masih wangi meski semilirnya saja—wajar sih, parfum mahal—harganya jutaan.

Minhyun juga pandai sama kerjaan rumah. Anak kos sih emang udah jadi keharusan buat rajin bersih-bersih, tapi pokoknya orang yang bersihnya standar sama bersih 'sebersih' tipenya Minhyun pasti beda. Dan Hyunbin salut dengan sifat Minhyun tersebut. Mana ada coba laki-laki kaya dia—Hyunbin ngga tau aja banyak kok orang penderita OCD. Minhyun juga multi-tasking—yang biasanya cuman perempuan saja yang bisa memanfaatkannya dengan benar.

Dan Hyunbin baru menyadari itu saat semester 2—baru sadar kalo misalnya dia udah mandang Minhyun dengan cara yang beda dari orang lain. Mulai sadar kalau setiap bareng Minhyun dadanya berdebar, mulai sadar kalo di notis Minhyun itu menimbulkan perasaan menakjubkan. Mulai sadar kalo dia seneng pas Minhyun presentasi kedepan, atau Hyunbin mulai ngarepin Minhyun nanya pas dia presentasi, meski akhirnya harus ngumpat juga karena kelimpungan nyari jawaban yang udah lima belas menit tapi ngga kejawab-jawab.

Hyunbin juga ngerasa kalo dia denger Minhyun nyanyi, rasanya pasti beda. Engga tau kenapa. Pokoknya seneng aja gitu, apalagi suara Minhyun kan lembut. Pas nanyi Downpour bareng Jaehwan, Sungwoon dan Jisung di acara festival kampus, duh Hyunbin melted.

Perasaan memang butuh proses, dan mungkin itulah yang terjadi sama Hyunbin. Cinta engga dateng secepat cahaya, mereka seperti sebiji tanaman yang mulai tumbuh menjadi kecambah. Awal semester dua Hyunbin masih biasa. Pas deket UAS, Hyunbin sadar kalo dia engga suka liat interaksi Jaehwan sama Minhyun.

Pas semester tiga, Hyunbin kecewa mereka harus pisah kelas dan milih jadwal sendiri. Makanya dia bela-belain bayar Minki supaya stalk Minhyun pas dia ngisi KRS dan samain jadwalnya kaya dia. Hyunbin juga ikut-ikutan daftar jadi anggota Dema gara-gara Minhyun. Kebetulan katingnya klepek-klepek sama dia, ya udah manfaatin aja biar gampang masuknya.

Awalnya Hyunbin ngga buka-bukaan soal perasaannya. Tapi waktu akhir semester dua—beberapa hari sebelum UAS, kelas B itu ngadain acara makrab supaya mereka tetep 'kenal' dan 'akrab' pas udah semester atas. Nah pas malemnya mereka ngadain api unggun dan main Truth or Dare. Engga tau ada angin apa, tiba-tiba Jonghyun nanya ke dia, "Hyun, ada anak yang kamu suka ngga? Kalo satu kampus, sebutin di fakultas mana."

Karena Hyunbin orang yang jujur, ya tentu dia jawab. Terus Hyunbin juga jawab pertanyaan kedua Jonghyun, "Anak Fakultas Teknik kok."

Dan Seongwoo, yang emang udah dapet kode dari kakak tingkat yang pingin tau Hyunbin suka sama siapa, nanya siapa yang dia suka. Dan karena dia milih Dare, Hyunbin disuruh nyiram kepala orang yang di sukanya pake minuman punyanya pas di kantin kalau emang ada disana, atau nabrak sampe jatoh orang yang dia suka kalau lagi ada di koridor, Hyunbin ngedengernya langsung melotot. Kok darenya serem amat.

"Ong, kalo dia marah gimana? Kamu bikin tantang ngotak dikit kenapa!"

"Ya kamu lah yang pake otak buat ngelakuinya. Mahasiswa kan? Punya otak kan? Mahasiswa teknik kan? Laki kan? Masih punya anu kan?" habis itu Hyunbin ngga ngomong apa-apa lagi.

—dan siapa yang mengira kalau Minhyun lah orangnya—yang mukanya shock karena di siram tiba-tiba sewaktu mau duduk di sebelah Hyunbin karena emang biasa makan semeja berenam, dan kebetulan lupa sama truth or dare dari Seongwoo buat Hyunbin.

Hening lah seisi kantin ngeliat Hyunbin nyiram Minhyun. Mahasiswa lain ngira kalo mereka lagi berantem—dan mahasiswa yang sekelas sama mereka cengo kuadrat. Hyunbin sebenernya bisa aja ngga ngelakuin apa yang di suruh Seongwoo. Tapi ini tentang harga dirinya sebagai laki-laki untuk menyelesaikan dare tersebut. Dan karena Hyunbin ngga pengecut, maka dia nekat ngelakuin itu sambil dapet geplakan menyakitkan di belakang kepalanya sama Minhyun. Yang sakitnya masih kerasa sampe dia semester enam alias sekarang.

Jonghyun sampe ngga bisa ngomong saking kagetnya. Setaunya Hyunbin masih suka ngegosipin badan Hyuna di MV Troublemaker yang lagunya itu ada dari jaman purba. Setaunya, Hyunbin masih suka ngomongin kesemokan perempuan. Setaunya dia baru ngomongin betapa sexy-nya Katty Perry di lagu terbarunya yang Bon Apettite itu. Atau masih ngomongin Ariana Grande di Bang Bang, atau bahkan sampe Nicki Minaj yang bokong agak ekhem. Engga tuh dia sekalipun ngomongin laki-laki kaya Camaron Dalas, atau Calvin Harris, yah pokoknya yang berbatang.

Terus kenapa tiba-tiba suka Minhyun?

Langsung sakit batinnya kakak ketua Dema yang tergila-gila sama dia. Mau nyinyirin Minhyun, kan sama-sama laki-laki ganteng. Sinis, dingin pula.

Yang satu meja lainnya sama Hyunbin sih cuman cengo aja. Seongwoo dengan ekspresi ikoniknya persis seperti waktu dia cover dance Get Ugly pas acara festival seni kampus. Jaehwan cengo mirip si Ponyo-ponyo. Daniel? Dia mah udah keselek tulang ayam.

Tapi engga pernah ada tuh satu orang pun diantara mereka yang nanya, alasan kenapa Hyunbin bisa suka sama Minhyun.

Karena meski banyak plusnya, minusnya juga hampir engga keitung saking banyaknya.

Nah kalau ngomong soal move on, hmmmm, bagaimana ya...

Hyunbin itu sebenarnya bukan lelaki kerdus yang suka bikin baper anak orang. Dia engga kaya Eunki yang udah punya Jung Jung tapi masih suka lirik sana-sini. Engga, Hyunbin itu setia. Tapi masalahnya, imej yang sudah terbentuk dari jaman semester satu sangat melekat sampai sekarang.

Si ganteng playboy yang songong.

Fitnah banget itu.

Dipikir Hyunbin itu kena neurotik?

Playboy kan ciri orang yang kena gangguan neurotik.

Kapan juga Hyunbin pacaran? Terakhir dia pacaran waktu SMP. Itupun karena perempuannya maksa sambil mainin drama mau minum obat tidur dan anti depresi sampe kena Hutington's Khorea kalo engga diterima—perempuannya engga mainstream ngancem mau mutus urat nadi. Terus habis gitu Hyunbin malah patah hati karena gebetannya dijaman SMA, Lee Sungkyung jadian sama salah satu kakak kelasnya.

Dia juga ngga pernah tuh tebar pesona macam Seongwoo yang udah tau punya pacar, masih aja gombalin anak orang—untung Daniel sabar. Hyunbin anak alim dengan hati Hello Kitty. Cuman ya bukan salah Hyunbin kalo orang sampe baper padahal cuman di baikin aja.

Kalau masalah songong sih sebenernya manusiawi ya, kan Hyunbin seneng orang ke intimidasi sama almamaternya. Hyunbin juga seneng orang sirik sama kegantengannya. Apalagi kalo mereka lirik-lirik label pakaiannya. Jadi bukan salah Hyunbin kalau dia emang songong.

Toh dia emang pantes buat songong.

Ganteng, kaya pula—ngga usah bawa-bawa pinter ya. Soalnya siapa sih mahasiswa teknik yang bego? Cuman dia kali ya. Jadi masih banyak yang pinter dan pasti ngga ada mahasiswa teknik yang iri sama isi otaknya yang engga jauh dari film biru dan engga bisa-bisa ngerjain logaritma padahal Jonghyun udah setengah mati ngajarin dia—disaat mungkin logaritma adalah pelajaran masa SMA yang gampang—bahkan buat mahasiswa Fakultas MIPA jurusan Statistik.

Tapi nih kegantengan Hyunbin ngga pernah tuh bikin Minhyun tertarik, malah dia sampe bilang ke Hyunbin, "Mukanya kondisikan ya, jijik tau," waktu Hyunbin natap Minhyun nyanyi diacara kampus, dan saat turun dari panggung langsung aja sinis ke Hyunbin mentang-mentang Hyunbin natep Minhyun pake ekspresi yang ekhem... sange.

Terus ya, Minhyun itu kalo boleh jujur kelakuannya sadis. Sadisnya lebih dari si ganteng psikopat dari drama Voice. Masa Hyunbin cuman niat buat kasih cokelat—mahal pula, malah di kasih ke Minki, pake dalih ngga suka cokelat. Orang mana coba yang ngga suka cokelat?

Setau Hyunbin, Minhyun itu suka choco-lava.

Terus setiap Hyunbin bertandang ke kosan mereka—Jonghyun, Minhyun, Minki dan Dongho, dan Youngmin—pasti Minhyun itu engga mau deket-deket Hyunbin. Paling Hyunbin kaya anak ilang di kosan sana ngeliatin pasangan Dongho-Minki ber-lovey dovey atau ngeliatin Jonghyun bikin tugas orang, bahkan sampe jadi beta reader skripsi—kerja sambilan yang menguntungkan. Tapi ngga seekstrem Seongwoo yang buka jasa bikin skripsi sih. Kalau Kak Youngmin mah beda kampus, jadi jarang ketemu karena emang udah masuk tahun akhir dan sibuk penelitian.

Minhyun? Dia mah malam ngegitar berdua sama Jaehwan yang kosannya ada disebelah.

Kan anu ya.

Jaehwan udah punya Sewoon. Tapi hubungan mereka ambigu. Padahal Jonghyun sahabat lama Minhyun, tapi ngga pernah selengket mereka waktu di Kampus. Untung Sewon jurusan Seni. Jadi ngga pernah liat mereka mesra berdua.

Makanya Hyunbin mau nyerah aja.

Sekarang dia engga lagi spam chat di Line, Whatsapp, dan Kakaotalk. Udah ngga pernah DM di Intragram—bahkan sampe ngga pernah ngeliat instastory dan nge-love serta komen foto Minhyun. Ngga pernah lagi tuh di akun Path nge love pas Minhyun check in atau nanya kenapa ngga ngajak dia kalo hangout. Pokoknya Hyunbin itu ngikutin saran Im Youngmin tentang metode paling ampuh buat move on—jangan ngobrol dalam bentuk apapun dan haram stalk akun media sosial si objek move on.

Udah hampir seminggu full nih. Tapi Hyunbin ngerasa dia belum move on.

"Pinjem almet dong."

"Duh, aku kan jadwalnya sama kaya kamu."

Ini hari terakhir UAS. Nanti libur tiga bulan, dari Juni sampe September. Dan almet Minhyun kemaren kotor—ngga tau gimana ceritanya kotor, dicuci tapi belum kering. Padahal ngga perlu dicuci, kan cuman mau dipake sekali lagi. Tapi Minhyun kan penggila kebersihan.

Jadi sekarang dikampus sibuk nyari orang yang bisa di pinjemin almet—milih-milih dulu sih orangnya bau badan apa engga. Entah takdir, entah gimana, jadwal UAS mereka beda. Tapi Minhyun ngga minjen ke Hyunbin dari tadi. Terus Hyunbin juga cuek aja, lagi duduk dilantai sambil live di instagram—lumayan lah, ada ratusan orang yang nonton.

Padahal cuman ngomong, "Annyeonghasseo," terus dadah-dadahan. Aegyeo-aegyeo-an.

Ngga notis Minhyun.

Kalau gini caranya, Hyunbin mau nge-Bigo Live ah. Lumayankan, bakal dapet duit.

"Pinjem Hyunbin aja Min, dia masuknya jam 2-an."

Tapi Hyunbin masih bisa denger Daniel menyarankan untuk pinjem darinya. Masa sih dari sekian banyak mahasiswa—satu angkatan kalo engga salah ada 100an, belum yang adik sama kakak tingkat, engga ada satupun yang bisa pinjemin?

"Hyun, pinjem almet dong."

Bisa slow ngga nanyanya?

Hyunbin mendongak. Duh, kalau liatnya pake sudut kaya gini, Hyunbin berasa liat bidadari. Matahari aja tau siapa yang pantes buat disinari. Tapi Hyunbin cuman bisa mingkem, ngangguk dengan wajah lempeng sambil ngelepasin almet.

"Nanti aku chat pas keluar."

Saat Minhyun nyelonong pergi, Hyunbin galau kuadrat. Minhyun ngerasa ngga kalau Hyunbin itu ngejauhin dia?

...

...

...

Jonghyun udah berkali-kali ngomong buat ngehargain perasaan Hyunbin. Disemua kesempatan. Diwaktu makan, di waktu kuliah, di waktu praktikum, di waktu ke toilet. Bahkan waktu malem dan Minhyun pingin bobo pun Jonghyun masih ngebahas itu. Pokoknya inti pembicaraan Jonghyun itu, mereka udah temenan hampir tiga taun, jadi jangan sampe ngerusak hubungan kaya gitu cuman karena masalah kaya gini.

Minki udah bilang buat nolak dengan gamblang kalo emang ngga suka—padahal setau Minhyun dia udah nolak dengan eksplisit sekali—kurang gamblang apa lagi? Kalau Dongho sih cuman bilang, "Ngga suka, ngga usah pikirin. Kalo suka, buang tuh gengsi."

Daniel ya cuman kasih saran yang klise, mirip Minki sama Dongho. Seongwoo kebalikan, anti-maenstream banget, "Ajak jadian aja. Siapa tau kamu nyaman," ngga anti-maenstream sih saran Seongwoo. Lebay aja Minhyun.

Terus Jaehwan pake kasih saran yang bijaknya sebelas dua belas sama Jonghyun. Cuman pake muka polos dan jleb. Kadang Jaehwan itu savage banget—dan yang lebih parah dia tuh engga sadar kalau omongan dia savage.

"Kalo kamu engga suka, pasti kamu engga bakalan uring-uringan pas dia jauhin kamu."

Tapi Minhyun sendiri ngga pernah ngomong apa-apa ke mereka. Hidupnya ya kaya biasa aja, ngampus, terus ke perpus, terus ke kosan. Kalau gabut, ya pasti maen sambil ngajak Sungwoon—kalau ngajak mereka-mereka, Minhyun bisa-bisa kembali dihakimi.

Minhyun juga engga ngerasa kehilangan waktu anak itu berhenti komunikasi sama dia—toh semua spam yang dikirim Hyunbin langsung dia hapus tanpa perlu diliat. Bahkan pernah tuh Minhyun sampe matiin notif saking sebelnya—bahkan sampe blokir instagram Hyunbin saking gondoknya Minhyun waktu Hyunbin selalu spam kometar di update instagramnya.

Baik lewat ponsel, sampe pas tatap muka. Hyunbin sih kaya biasa—masih akrab sama Jonghyun, ngintilin Jaehwan buat nanyain tugas, makan bareng Seongwoo atau sampe balapan motor bareng Daniel, cuman dia udah ngga lagi ngikutin Minhyun kemana-mana atau nanya ini-itu.

Minhyun engga ngerasa apa-apa kok.

Cuman ya, dia aneh aja.

Maksudnya, ya dulu kan Hyunbin kalo ada apa-apa ke dia dulu. Fast respon kalo dia koar di multichat yang selama tiga taun engga pernah naik derajat jadi group chat. Ngga pernah lupa ajak makan. Udah stay di depan kelasnya buat anterin pulang. Atau pasti ada saja bahan buat ketemu Minhyun.

Tapi ogah banget kalo harus bilang ke orang kalo dia tuh ngerasa beda waktu dijauhin sama Hyunbin. Ih nanti pikiran mereka yang punya imajinasi tinggi tingkat akut malah mikir kalo Minhyun suka lagi sama Hyunbin. Dih, kalaupun dia harus suka sama lelaki—paling engga taraf sempurnanya harus kaya dia sendiri. Pinter, tajir, tinggi, kaya, ganteng, bertanggung jawab, gentle, menerima kekurangan—yah pokoknya yang kaya dia deh

Makanya waktu minjem almet, Minhyun sinis sama dia. Minhyun engga maksud kok. Emang suara sama tatapannya kaya gini. Jangan salah paham. Muka gitu tuh emang udah sinis dan dingin dari lahir. Tapi Minhyun emang kesel, maksudnya kenapa dia harus kangen?

Atas dasar apa dia kangen?

Siapa Hyunbin sampe harus di kangenin? Pangeran Inggris? Idol? Seleb hitz? Selebgram? Selebtweet? Pemenang olimpiade Fisika? Keluarganya? Pacarnya? Suaminya? Bukan lah. Jadi Minhyun ngga wajib buat galau gara-gara dia. Tapi kenapa?

Kenapa galau.

Pas di chat mau ngembaliin almet, ya ampun slow respon banget si Hyunbin.

Beda, pokonya beda lah. Biasanya baru ngirim beberapa detik langsung di seen, ini malah udah setengah jam baru liat terus ya emang cuman di liat doang. Lima belas menit kemudian baru dijawab.

"Hyun, dia mau move on loh."

"Terus?" Minhyun mendelik saat Jonghyun berbisik, padahal masih ujian. Kenapa Jonghyun malah ngebisikin sesuatu yang ngga ada manfaatnya coba?

"Jangan hipokrit kenapa. Aku tau kok kamu tuh suka sama Hyunbin, cuman gengsi aja soalnya dia malu-maluin."

Tau apa Jonghyun? Emangnya dia Psikolog sampe bisa baca gerak-geriknya? Mending kalo emang punya kenalan di fakultas Psikolog, ini engga. Lagian Taemin kan anak kedokteran. Engga mungkin pindah jurusan kan? Lagian kalo ambil Psikiater juga nanti pas S2—dan jadi Pskiater juga cuman buat ngasih resep obat buat mereka yang gila. Kenapa nyambung ke Taemin? Oh dia gebetan Jonghyun.

Jadi kenapa Jonghyun itu sok tahu banget.

Oh iya, suka lupa Minhyun kalo Jonghyun itu udah jadi temennya pas jaman alay—jadi hapal Minhyun luar dalam.

Loh tapi kalo ada statement di atas, berarti ada implikasi Minhyun suka sama Hyunbin, dong?

Minghyun ngga suka kok.

Iya, seriusan.

Dia engga suka,

Engga suka—

sedikit.

Soalnya sukanya banyak. Eh!

"Enak aja. Engga kok. Maaf ya, seleraku tinggi."

"Eh—Hyunbin ganteng loh."

"Masih banyak yang ganteng."

"Tapi ngga ada yang tergila-gila sama kamu kaya dia."

"Apaan—"

"KALIAN, SIMPAN LEMBAR JAWABANNYA KEDEPAN DAN KELUAR!"

Sial, bapak Yunho marah kan. Dosen Algoritma tuh.

"Nyebelin kamu, sumpah. Ada satu yang belum kejawab soal bagian tiganya." Minhyun mencibir, melangkahkan kakinya menuju wastafel. Membasuh wajahnya yang menyayu. Seperti banyak pikiran, "Lupa aku kalau yang ngawas bapa Yunho." Jonghyun nimpal.

"Ck, lupa-lupa. Salah kamu tuh pokoknya. Awas kalo aku dapet B atau C."

"Sorry deh, tadi emang lupa kita lagi ujian. Terus ya..." ada jeda sebentar waktu Jonghyun natep refleksi Minhyun lewat kaca. Dalem, pake banget. Jonghyun kalau pake mode serius agak mengintimidasi. Minhyun emang agak takut waktu ngehadepin Jonghyun dalam kondisi kaya gitu.

"Kamu jangan banyak gengsi, sebenernya suka kan."

"Ck, aku ngga suka ya—"

"Kalau emang ngga suka sama Hyunbin ya jangan sampe ngejauhin Hyunbin. Kita temenan udah hampir tiga taun. Masa mau jauhin dia cuman gara-gara kaya gini."

"Pardon? Bukan aku yang jauhin. Dia kali yang jauhin." Minhyun mulai nyemprotin parfume ke lehernya.

"Kalo gitu kalian temenan kaya biasa aja. Gitu aja kok repot. Sana ke Hyunbin. Omongin baik-baik. Dia itu mungkin sakit hati sama omongan kamus pas kuliah umum dulu." Minhyun olesin lipbalm ke bibirnya—untung bukan liptint kaya Minki ya.

Jadi pas pulang Minhyun mau nungguin Hyunbin. Sebagai laki-laki gentle, tentu dia harus nyelesain masalah diem-dieman mereka. Bener kata Jonghyun, sayang banget hubungan pertemanan mereka yang hampir tiga tahun itu—setelah dapet siraman rohani di toilet.

"Hyun! Anter aku ke Gangnam yuk."

Muka Hyunbin ngga ganteng-ganteng amat kok. Dia cuman dapet tinggi, proposional sama putih aja—terus mungkin perawatan karena dia orang kaya. Meski tetep aja sih good-looking. Tapi ngeliat wajahnya yang blank seketika waktu di ajak Minhyun, ya lucu aja.

"A-aku ada janji sama—"

"Urgent nih, langsung pergi aja."

Jadi sebelum Hyunbin ngeles, Minhyun langsung narik tangan Hyunbin.

...

...

...

EH? KOK MINHYUN MEGANGIN TANGAN HYUNBIN?

Kalo ada yang liat muka Hyunbin sekarang kaya gimana, dia pasti bakal dijadiin meme.

Maksudnya? Apa maksud dari ini semua?

Hyunbin mau di PHPin?

"Ka—kak, bisa lepasin engga?"

Soalnya kalo engga gitu, kapan Hyunbin bisa move on nya?

"Soalnya kamu lelet, jadi aku tarik aja."

Hyunbin cuman bisa liatin Minhyun yang bersedekap. Sambil nungguin bus warna biru jurusan Gangnam. Engga tau buat urusan apa.

"Kak, ngapain kita ke Gangnam?"

Waktu mereka udah duduk di bus, Hyunbin nanya. Mandangin Minhyun yang baru aja bikin instastory.

"Kencan lah, ngapain lagi." Minhyun slip-tounge*.

"HAH?"

"E—eh, ma-maksudnya pe-pergi ARHG! TAU AH!"

—KEUT—

*Slip Tongue atau keselip lidah adalah salah satu bentuk kejujuran yang berasal dari ketidak sadaran—bentuk kenyataan yang sengaja di teken kealam bawah sadar buat engga muncul ke permukaan tapi bisa aja muncul lewat salah kata. Istilah gampangnya keceplosan—biasanya kata pertama yang disebut itu kejujuran. Menurut teori kesadaran Sigmund Freud.

Nb1: Kapal Minhyunbin telah karam

Nb2: Saya tau ini ff nyampah diksi banget dan bosenin, tapi saya ingin post tentang produce 101 sebelum tamat nanti tanggal 16 juni. Ngga mau tamat :( gimana dong. Masih mabok sama moment JinHoon dan JinSeob couple. Masih juga ngakak sama duo anak ayam yang coverin trouble maker.

Nb3: Saya takut kapal JinSeob bakal karam juga karena Hyunseob peringkatnya dibawah 11 terus. Jadi chapter depan saya akan update Jinseob

Nb4: Saya masih gamon sama yang keeliminasi. Yongguk-ku sayang.

Udah ah, saya malah curhat.