Carnival
Naruto berjalan perlahan memasuki ruangan dimana terdapat beberapa orang yang dikenalnya sedang berdiri bersisian dengan rapi di kanan dan kiri sambil membawa bunga lily kesukaannya. Naruto dengan gaun putihnya seakan kontras dengan orang-orang terdekatnya, bagaikan matahari yang menyusupkan sinarnya menembus awan hitam.
Kakinya melangkah ke barisan terdepan, tampak suaminya Uchiha Sasuke berdiri dengan pandangan kosong seraya diapit kedua anak lelaki mereka, Uchiha Menma dan Uchiha Boruto sedangkan si bungsu Uchiha Sarada berada di samping kakak pertamanya, Menma. Mereka berempat memegang beberapa tangkai bunga lily sama seperti yang lainnya. Naruto tidak suka melihat keempat wajah kesayangannya tampak tak seperti biasanya.
Tidak ada wajah Menma yang serius namun selalu memancarkan kelembutan ketika menatapnya, tidak ada wajah Boruto yang jahil dengan cegiran khas mirip dengannya, Sarada yang selalu cemberut apabila Boruto sedang menjahilinya dan terakhir wajah suami kesayangannya yang selalu datar namun memiliki senyum yang menawan dan tatapan penuh cinta yang tak pernah pudar hingga hari ini.
Beralih ke sisi sebelah kanan, ia melihat kedua mertuanya dan ayahnya yang menampilkan wajah yang serupa. Padahal ini karnavalnya Naruto, seharusnya mereka bisa bahagia bersama merayakannya.
Naruto melihat sepupunya Gaara, maju kedepan dan meletakkan bunga lily tersebut lalu dilanjutkan dengan sahabat-sahabatnya. Hingga saatnya Sasuke maju kedepan,
"Hei, Sasuke bisakah kau tersenyum di hari karnaval ini? Apa kau ingat 28 tahun lalu, saat kita baru mulai menikah? Aku selalu menyukai perayaan, dan harus ada kembang api di setiap perayaan yang kita lakukan."
Sasuke tertunduk lesu dengan setetes air mata yang akhirnya meluncur manis di wajahnya. Ia mengingat bagaimana Naruto, istrinya sangat menyukai kembang api.
Sasuke sangat hafal dengan filosofi kembang api versi Naruto itu. Dan sekarang dia mengerti bahwa Naruto memang seperti kembang api. Ia mewarnai kehidupan Sasuke yang gelap dengan warna-warna indahnya serta penuh kejutan. Dan ketika kembang api itu hilang hanya meninggalkan sisa-sisa memori yang tak bisa terlupakan.
Perlahan-lahan bunga-bunga sudah tertumpuk rapi di depan Naruto, satu-persatu mereka keluar setelah meletakan bunga lily tersebut dihadapan Naruto. Ia merasa hari ini dia sangat cantik. Sekali-kali Naruto juga mau bernarsis ria mengatakan dia cantik, suami dan anak-anaknya juga sering memujinya kok. Tetapi khusus hari ini seluruh keluarganya mendadaninya sangat cantik.
Sasuke, kedua anak laki-lakinya serta ayah dan mertuanya bersama-sama mengangkat tubuh Naruto bak seorang permaisuri. Mereka berjalan tak jauh dari tempat terakhir tadi dan meletakkan tubuh Naruto di singgasana terakhirnya.
Kembang api dinyalakan demi keinginan terakhir Naruto, memeriahkan suasana yang bertolak belakang saat ini. Dimana seharusnya kembang api dinyalakan untuk memeriahkan suasana yang ceria, namun kali ini kembang api dinyalakan untuk mengantar kepergian Naruto selamanya.
Naruto meninggal karena sakit kanker otak yang di deritanya selama 2 tahun. 2 tahun berjuang akhirnya keluarga Naruto menyerah dan merelakan kepergian orang kesayangannya itu.
"Ingatlah aku seperti kembang api... tampak indah sampai akhir dan memberi kesan. Setelah dia menghilang lalu kehidupan kembali normal namun keindahannya tetap dikenang."
END
..
..
..
..
..
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Created by : Kanon1010
Based theme : carnival song by Gain
