Nyohhhhh Nyohhhg! Nah sesuai yang saya rencanakan saya akan buat fic baru lagi dengan judul dan isinya berbeda (yaiyalah mbak di mana-mana Fic baru pastinya judul ama isinya juga sama dasar payah -_-) maksudku bedanya di sini adalah Fandom yang akan kutulis yang, jelas bukan Yang terkenal yah jika kalian tau tentang Manga Highschool Of The Dead yupzz dan itulah Fandom yang akan tulis bicara soal Manga aslinya tampaknya ini Manga takkan di teruskan mengingat sang Author wafat, dan meski ada yang mengislustrasikannya tapi, aku ragu itu akan di lanjutkan intinya ini manga Mati di tengah Jalan sama kayak Manga Doraemon yang kita gak bakal tau seperti apa Nobita dewasa, dan bagi yang harap Anime S2 silahkan yang berkhayal saja karena, yang garap adalah Studio Madhouse dan kalian tau sendiri tuh studio kayak gimana yah, pelit banget buatin season 2 sampe ubanan tuh nunggu meski, kualitas Grafik bagus tapi, masalah Season benar-benar pelit atau gitulah jadi, yang berharap ada Season kurasa simpan saja tuh impian karena, Manga Mati, bahkan Anime Mati -_- yah, begitu deh.

P.s : aku udah liat Game dari Evil Within 2 hmm, lumayan bagus dan seram dari seri sebelumnya aku dah beli kasetnya tinggal nunggu Main jika, ada waktu dan sorry males kasih Spoiler karena, Biar orang penasaran dan Gregetnya takkan berasa jika di kasih tau

Disclaimer : Highschool of The Dead adalah Milik Almarhum Daisuke Sato dan saya hanya meminta izin untuk menyewa karakternya dalam Fic saya yang gaje ini

Pairing : Takashi x ?

Warning : ada bahasa yang gak baku, tata pengejaan dan penulisan yang absurd Dan masih banyak kesalahan lainnya yang gak bisa sebut satu-satu.

Rate : M atau T (ahh, lebih baik dua-duanya saja)

.

...

.

MONSTER INSIDE ME

© Daisuke Sato

® Highschool of The Dead

- Kumoro Pov's

Yang kulihat hanyalah gelap semata Aku tak tau ini berada di mana seluruh kujur tubuhku rasanya mati rasa dan tak bisa di gerakan, terdengar Lampu menyala Aku bisa melihat cahaya lampu yang menusuk penglihatanku dan sangat terang hingga kusipitkan mataku dan aku sekarang menyadari kenapa aku tak bisa bergerak rupanya, tangan dan Kakiku di Kunci sehingga bergerak pun sulit, aku melihat banyak orang yang mengenakan pakaian Hijau dan Masker dengan memegang alat kedokteran seperti Suntik, dan Gunting kecil.

"Operasi percobaan penempelan sel plaga pada Percobaan Nomor 100 akan di laksanakan"

Percobaan? Apa maksudnya itu! Aku tau ini sesuatu yang buruk aku berusaha kabur namun, pergerakanku sama sekali tak berkutik meski, aku berteriak minta tolong pastinya tak ada yang membantuku sama sekali yang bisa kulakukan hanya diam dan menunggu ini berakhir.

"Ini, percobaan kita yang terakhir jika, ini gagal maka Eksperimenmu gagal Profesor Genshirou"

"Hmmmm, jika gagal itu berarti aku tinggal memperbaiki bagian mana kesalahanku, kau tau ilmuwan sepertiku takkan menyerah meski berkali-kali gagal"

"Hmmm, begitulah kita akan membuat Pasukan Mutasi Plaga yang sangat hebat!"

"Ini, untuk Kudeta? Jika benar aku ingin tau seperti apa Jepang Nanti karena, sangat membosankan"

"Bukan hanya jepang saja jika, jepang berhasil maka tak menutup kemungkinan seluruh Dunia akan kuasai hahahaha!"

"Jangan, dulu berkhayal berlebihan dulu, baiklah! Aku mulai!"

Aku tau mereka adalah orang jahat, dan salah seorang mulai mendekatiku, memegang kepalaku dan menyuntikan sesuatu ke arah leherku aku bisa lihat isi suntikan itu berwarna Ungu yang, berarti itu bukan hal sesuatu yang baik untuk di tempelkan ke tubuhku.

"Bagaimana?"

"Seperti biasa kita tunggu reaksinya dalam lima menit"

Setelah di suntik aku memang tak merasakan apapun sama sekali namun, tak lama Otakku terasa berdenyut kencang, Tenggerokan terasa kering, Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, seluruh tubuhku terasa sakit sekali seolah-olah ada yang menggigit tubuhku dari dalam, pandanganku perlahan mulai gelap dan aku benar-benar tak bisa melihat apapun namun, aku ingin berteriak

RARGHHHHHH!

[ END ]

"Ugh, Mimpi buruk lagi" Ucap Takashi membuka matanya ini kesekian kalianya dia bermimpi hal yang sama "ahh, masih banyak waktu" dia melirik ke Jam Weker dan masih pukul 05.30 dan dia masih memiliki waktu satu setengah Jam lagi untuk masuk sekolah.

Takashi langsung bangung dari tempat tidur dan merapihkan kasurnya, dan segera bergegas ke kamar Mandi dan membasuh tubuhnya dengan air, dia melihat ke lengan Kirinya yang tampak Urat nadi yang menonjol jelas, dan tampak sebuah bekas luka yang tak bisa di hilangkan sama sekali.

"Ugh, kenapa aku masih mengingat hal itu juga" Takashi menonjok Dinding dia terlihat sangat kesal mengingat masa lalu itu yang tak ingin dia ingat "hahhh, ini benar-benar menyebalkan" dia menghela nafas kesal

Dan setelah mandi dia memulai membuat sarapan Sendiri yah, semenjak insiden pelarian itu Hidup Takashi kini tanpa orang tua dan tinggal bersama neneknya yah, setelah lulus SMP Nenek dia juga ikut Wafat waktu dia naik kelas 2 Smp dan sekarang dia benar-benar hidup sebatang kara tapi, dia tak menyesalinya dan memilih terus menjalani hidupnya.

Dan dia menatap layar Hpnya dan melihat sebuah tiga pesan dan dia membacanya.

Hei, Takashi ini aku yah, kau tau ada sesuatu yang ingin ku bicarakan dan jika kau tak keberatan temui aku di Pintu. Gerbang sekolah atau di kelas, banyak hal yang ingin kubicarakan terutama soal Oppai besar.

'Ah, dasar Morita' Takashi hanya geleng-geleng melihat tingkah teman masa Sekolah SMP yang masih tak berubah apalagi membicarakan soal Dada dan kemesuman dan dia kembali membaca pesan yang kedua.

Hei, Takashi kau harus bangun! Jika, tidak aku yang akan menggebrak rumahmu dan membawakan seember air jika, kau tak bangun kau tau tak usah berterima kasih padaku karena, aku ini Genius yang hebat

'Dasar, Saya' Takashi sudah bisa menebak SmS dari siapa dan memang setiap Haris Gadis itu mengirim Pesan di Pagi Hari untuk membangunkannya dan dia baca pesan yang terakhir ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin.

Hei, Takashi sudah lama sekali yah, kita tak mengobrol seperti itu yah, kuharap maukah kau Ke atap Sekolah setelah Bel istirahat ada yang ingin kubicarakan dan kuharap kau bisa melakukannya ini permintaan dari temanmu.

'Oh, bagus Hisashi' Takashi memutar bola matanya dia terlihat tak senang ketika membaca pesan terakhir 'teman huh? Kupikir hal seperti itu tak ada lagi dalam hidupmu' dia memilih menghapus pesan terakhir tadi.

Setelah dia sarapan Takashi langsung mengenakan Seragam Resmi sekolahnya di Fujimi Highschool dan berangkat melalui bus kota.

.

.

.

.

.

-Gerbang Sekolah

Setelah turun dari Bus Takashi telah sampai di sekolahnya ketika berjalan dia melihat wajah yang familiar bersandar tembok, seorang lelaki yang seumuran dengannya, berambut Pirang dengan Gaya Mohawk, dan dia adalah Morita teman Takashi semenjak SMP dia dan dirinya berteman Baik meski, dia terkadang harus geleng-geleng dengan tingkah mesumnya yang berlebihan.

"Yo! Takashi" Sapa Morita melihat kawannya.

"Hm, yo" Balas Takashi balik "kau tau ada sesuatu yang ingin kubicarakan"

"Oh, ya tunggu sebentar" Morita merogoh sesuatu dari tasnya dan tak lama dia menunjukan majalah Dewasa dengan cover seorang wanita dengan Gaya duduk Sexy yang tak mengenakan apapun, bagian atas dan bawah tertutup tangan "hei, lihat ini Majalah Playboy keluaran terbaru selain itu aku memesannya khusus karena di sini kita bisa melihat mereka tanpa busana huhu!" Ekspresi wajahnya berubah bejat.

"Yang, benar saja!" Takashi menyipitkan matanya "kau mengirim SmS kepadaku hanya untuk ini, oh ayolah! Meski mereka Asli itu hanya gambar dan juga akan lebih baik jika, menyentuh yang asli" dia langsung berhenti karena, pembicaraannya tadi agak kelewatan.

"Ohoho! Kau mesum juga rupanya" Morita mengejek kawannya "yah, memang benar lihat Gambar saja kurang puas apalagi jika menyentuhnya tapi, coba lihat ini! Banyak sekali wanita Sexy dengan Paha mulus, Wajah cantik, Pantat yang begitu indah terutama Dadanya yang besar!" dia menunjuk beberapa Gambar Takashi hanya mendengus menanggapinya namun, ada sesuatu yang di ucapkannya.

"Kurasa yang dumiliki Marikawa-San lebih besar dari yang kau tunjukan itu" Komentar Takashi dan orang yang dia maksud adakah Seorang Perawat di sekolahnya yang memiliki ukuran Dada yang Fantastis.

Morita tampak berfikir dan setuju dengan ucapan Takashi "yah, kurasa ucapanmu benar adanya" dan tak lama terdengar suara Bel masuk "ohh, sial sudah Bel baiklah, aku pergi dulu karena, Guru ini telat sedikit akan di hukum!" dia langsung berlari cepat.

"Yah, baiklah" Balas Takashi yang berada di kelas 2-B dan Morita di kelas 2-C meskipun beda kelas dia tetap berteman baik dengannya.

.

.

.

.

.

- Kelas 2-B

Takashi duduk di mejanya dengan kepala ditumpang oleh tangannya menunggu guru yang datang karena, sudah lima menit guru itu belum datang dan ia merasa perhatikan dia melihat ke arah jam satu dan melihat Gadis berambut pink menatapnya sedari tadi.

Saya Takagi teman Takashi semenjak kecil dia seorang Gadis seumuran dengannya, agak pendek darinya dengan rambut pink di kuncir kuda bagian sisi kiri dan kanan, dan poni yang menutupi jidat Kiri,dengan mata Jingga, ukuran Dadanya lumayan besar untuk umur sepertinya yah, dia sudah mengenal Gadis ini semenjak kecil ketika tak sengaja menemukan Saya yang sempat di Bully oleh beberapa orang tapi, Takashi hanya memberi senyuman saja.

Gadis bermarga Takagi ini melihat lelaki berambut Coklat ini memberi senyum kepadanya dia memberi senyum sedikit dan beranjak dari kursinya dan menghampiri lelaki itu yah, pengubar kebosanan menunggu guru

"Oh, Hei Takagi" Sapa Takashi tentu saja sapaannya memunculkan perempatan siku di Dahi Gadis pink ini.

"Sudah, kuberapa kali kubilang panggil dengan nama depanku!" Saya terlihat kesal tapi, Takashi hanya tertawa melihat kekesalannya itu "dan juga apa-apaan ekspresimu itu seperti kau memikirkan sesuatu?" dia sedari tadi menatap lelaki itu tengah termenung.

"Oh, perhatian sekali denganku, manisnya!" Ucap Takashi malah menjahilinya membuat Gadis itu Blush "lain kali akan kubawakan coklat sebagai rasa terima kasih perhatianmu padaku" dia selalu senang menggoda Gadis itu.

"Dasar Aho!" Saya langsung kembali ke mejanya dengan ekspresi malu sementara Takashi masih tertawa.

Tak jauh dari Kursinya ada seorang Gadis yang memperhatikan Tingkah dua orang tadi dengan raut wajah yang tak suka yah, dia Adalah Rei Miyamoto seorang Gadis berambut Coklat muda panjang, dengan Poni menjutai ke bawah, dan mata Hazel dan dia juga salah satu teman masa kecil Takashi dibandingkan dengan Rei Takashi sudah mengenal Saya lebih lama daripada Rei.

Rei, Tau yang dia lakukan salah namun, ketika melihat keakraban yang di jalin oleh Takagi dan juga Takashi dia tak bisa mempungkiri bahwa dia Cemburu dan ingin berada di Posisi seperti itu tapi, hal seperti itu takkan terjadi lagi Semenjak Sebulan yang lalu dia memutuskan Hubungannya dengan lelaki itu dan memilih berpacaran dengan sahabat baik Takashi yaitu Hisashi hubungan mereka semenjak itu jadi, dingin sekali bahkan dinginnya melibih kutub Selatan.

Takashi juga tau bahwa dia ditatap oleh Mantan Pacarnya itu tapi, dia tak peduli dan mengabaikannya saja yah, semenjak Putusnya dengan Rei, dia semakin tak peduli lagi dengan itu yah, awal mendengar dia cukup shock apalagi alasannya masih terkesan gantung dan tak masuk akal sama sekali dan kata-kata itu masih terngiang jelas di telinganya.

Kau takkan pernah mengerti aku dan itu kenapa aku memilih berpacaran dengan Hisashi karena, Dia lebih mengerti aku daripada Kau

Takashi tak mengerti jelas apa maksudnya dia tak pernah mengerti dirinya yah, jelas saja dia tak mengerti karena, Gadis itu tak pernah menceritakannya jadi, yang jelas dia tak salah tapi, itu hanyalah masa lalu yang sudah terlewat dia tak mau mengingatnya lagi dan memilih untuk terus maju tapi, ada satu hal kenapa dia menerima Putusan itu.

'Karena, aku tau seharusnya Monster sepertiku tak boleh jatuh cinta' Batin Takashi tapi, dia tak sadar bahwa Saya masih memperhatikan Ekspresi sedih wajahnya 'oh, iya pesan itu aku jadi lupa' dia sekarang menatap mantan temannya berambut abu-abu itu untuk memastikan kebenarannya.

"Hei, Takashi" sapa Hisashi dia sudah siap mendapat perlakuan lebih dingin lagi.

"Hmmm?" Guman Takashi melirik dia membiarkan lelaki itu melanjutkan katanya.

"Tak masalah jika, ada yang ingin kubicarakan denganmu Pas Istirahat di atap?" Tanya Hisashi agak ragu meski Takashi takkan marah atau apa yang jelas dalam hatinya pasti kesal.

"Terserah kau aku hanya akan melakukan yang ada di SmS itu" Jawab Takashi dingin

Hisashi tau nada ucapan tadi seperti kesal kepadanya dia sudah dan tak bisa menyalahkan Takashi sepenuhnya karena ini salah dirinya juga semenjak dia berpacaran Rei hubungan dia dengan Takashi sudah tak berjalan dengan baik dan dia berfikir untuk mencari cara agar hubungan Teman dengan Takashi kembali normal.

'Si Baka itu benar-benar melakukan tindakan yang membuat keliatan dirinya sendiri seperti baka!' Batin Saya kesal sekali melihat percakapan tadi.

Saya yang mengetahui pertama kali sejak putusnya Takashi dia yang mencari tau sendiri karena, sejak Putusnya itu Takashi tak pernah masuk sekolah dan dia langsung mencarinya dan menghiburnya setelah itu Takashi kembali masuk sekolah dia tau bahwa dirinya menyukai Takashi lebih dari sekedar teman namun, waktu itu Takashi malah melirik Rei daripada dirinya dan awal dia tau itu sangat sakit sekali ketika melihat mereka berpacaran namun, dia memilih bersikap Dewasa dengan tenang dan tak cemburu dan menganggap Takashi sekedar teman saja.

Tapi, setelah Putusnya mereka berdua awalnya dia Marah terhadap Rei karena, berpacaran dengan Hisashi namun, dia tau Marah takkan mengembalikan apapun dan semenjak itu mereka berdua sangat Dekat dan di lain sisi dia senang karena, saingan tuk mendapat Takashi kini tak ada tapi, dia masih terlalu Gengsi dan Malu untuk menyatakannya sendiri.

Saat dia ingin menghampiri Takashi dan ingin meneriakinya tapi, sayang keberuntungan belum memihak kepadanya karena, Sesaat kemudian Guru mereka datang.

'Oh, Bagus'

.

.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx

.

.

- Jam Istirahat

Setelah terdengar Bel istirahat dia melihat Dua orang pasangan itu berjalan keluar dengan ekspresi terlihat senang di wajah mereka tapi, Takashi tak peduli dia sudah biasa melihat hal itu.

"Kau tau, yang kau lakukan itu bukan menghilangkan sesuatu yang tekah dia lakukan padamu"

Takashi tau nada suara ini terlihat Tak suka atau memang kesal dia melihat Saya berdiri di depan mejanya dengan tangan terlipat dan tatapan matanya terlihat sebal atau memang dari dulunya seperti itu.

"Aku, hanya mengikuti apa yang dia mau saja" Jawab Takashi tenang "selain itu aku tak bisa menolaknya meski aku tak tau apa yang dia ingin bicarakan entah, baik atau buruk itu aku tak peduli yang perlu kulakukan hanyalah menemuinya, bicara dan selesai" dengan nada cuek.

"Kau tau, ini bukan seperti kau! Kenapa kau sebaiknya tak tolak saja!" Ucap Saya kesal dengan jawaban Takashi yang terkesan tak peduli "apa alasanmu? Apa kau berharap bahwa hubunganmu dengan Miyamoto itu akan kembali? Ohhh ayolah masih banyak Wanita di dunia ini selain dirinya" Matanya terlihat Sakit dan Takashi mengetahui itu.

"Aku, tak pernah berharap hubungan kita akan kembali seperti dulu lagi" Balas Takashi tersenyum Tapi, Saya memasang wajah cemburut dia tau hal seperti ini terjadi "oke!, jika kau tak nyaman dengan aku berbicara dengan Igou mungkin, setelah pulang sekolah kita berjalan-jalan sebentar di taman bermain?"

"Hmmmppp! Kenapa juga aku harus berjalan denganmu?" Ucap Saya dengan blush dia tau ajakan Takashi seperti kencan baginya.

"Benarkah? Bukankah kau menyukainya?" Ucap Takashi dia tau sifat temannya ini adalah pemalu, dan Gengsi yang berlebihan "atau aku, perlu membelikan Es krim untuk membuatmu senang?" Dia selalu senang menggodanya.

"Hmmmppp! Idiot" Saya berbalik arah tentu saja rona pink di wajahnya masih ada.

"Hahaha! Aku tau kau setuju!" Takashi Tertawa lepas.

.

.

.

.

.

Rei dan Hisashi berjalan di Koridor sekolah mereka sedikit mendapat perhatian para murid lain dia tau apa alasannya padahal kejadiannya waktu itu sudah lama selama sebulan mungkin, tapi, beritanya yang tersebar di sekolah masih terdengar belum cukup lama tapi, terasa menyebalkan jika ada seseorang yang membicarakanmu apalagi soal kejelekan dirinya padahal kejadian itu sudah lama namun, masih saja ada orang yang iseng memperbesarnya lagi.

"Hei, Itu Igou dan Miyamoto?"

"Yeah, kurasa mereka berdua berpacaran sekarang, kau bisa lihat wajah mereka berdua? Itu terlihat senang"

"Ohhhh, aku baru tau bukankah kupikir dia berpacaran dengan Kumoro?"

"Kau lupa yah, Miyamoto sendiri yang memutuskan hubungan mereka?"

"Kasihan sekali! Itu berarti saat ini dia Bebas donk?"

"Memang kenapa?"

"Kalau begitu biar aku akan menyatakan perasaanya"

"Oii! Tunggu waktu dulu"

Rei tau hal seperti ini benar-benar menyebalkan baginya namun, ada sesuatu yang ucapan tadi membuatnya sakit yaitu seseorang yang ingin menjadikan Takashi sebagai pacarnya entah kenapa hatinya terasa tertusuk sesuatu dia tau ini benar-benar kesalahannya memutuskan Takashi dan parahnya dia melakukannya dengan cara yang tak baik di situlah letak kesalahan terbesarnya tapi, dia tak peduli menurutnya itulah yang terbaik.

"Kau tak apa?" Tanya Hisashi melihat pacarnya yang termenung dalam suatu hal "apa, mereka menggangumu" dia tau bahwa akan menjadi perhatian

"Yah, tak apa aku hanya sedikit termenung" jawab Rei merangkul tangan pacarnya kuat dia tau lelaki di sampingnya ini orang yang hebat, dan bisa menyelesaikan masalahnya tanpa, harus di beri tau tak seperti Takashi yang tak pernah mengerti keadaanya "bukankah, kau ingin bicara dengan Takashi hari ini?" dia juga tadi, di beri tau oleh pacarnya rencana berbicara dengan Takashi entah apa yang dia bicarakan.

"Iyah, begitulah" Jawab Hisashi dia tau berencana untuk meminta maaf atas apa yang telah dia lakukan dengan menikung temannya sendiri

"Aku, takkan menggangu, lakukan urusanmu" Ucap Rei dan tak lama mulut mereka berdua bersatu beberap detik dan di lepaskan "baiklah, aku pergi ke klub dulu" dia berlari meninggalkan pacarnya.

"Oke!"

.

.

.

.

.

-Atap Sekolah

'Oh, ini dia!' Hisashi menghela nafas ketika dia membuka pintu atap dia melihat Takashi berdiri di sana yah, hal serupa pernah dia lakukan untuk meminta maaf namun, terkadang momen berbicaranya itu sering terganggu oleh Morita atau lebih parahnya Takagi.

Dia tau Gadis berambut pink ini mulai menunjukan wajah tak suka padanya semenjak kejadian itu dan parahnya Morita juga melakukan hal yang sama padanya pernah suatu hari dia hampir berkelahi dengan lelaki Mohawk tadi soal ini namun, di sana Takashi memisahkannya dan pergi tanpa kata.

"Apa aku menunggu lama?" Tanya Hisashi agak ragu.

"Hmm, baru saja lima menit yang lalu aku di mari" Jawab Takashi tak menatap lelaki itu "kau bilang ada yang ingin di bicarakan? Cepatlah aku sedang tak banyak waktu tau!" Hisashi tak terkejut dengan kata-kata tadi.

Hisashi menghela nafas panjang untuk berbicara seperti ini "apa kau masih marah padaku, benci padaku, kesal padaku karena aku mengencani Rei? Apa kau masih Dendam padaku?" Pertanyaan itu berhadiahi Deathglare dari Takashi

"Perlukah aku menjawab?" Ucap Takashi dengan suara datar dia tau hal seperti ini bakal terjadi.

"Jelas!" Hisashi dengan suara tegas kini tensi di antara berdua sedikit menegang.

"Meski aku tak menjawab tampaknya kau akan tau apa yang akan kujawab" Ucap Takashi sekarang pembicaraan ini membuatnya menyebalkan dan ingin segera berakhir.

"Oh, ayolah Dewasalah sedikit kau tau aku sekarang berkencan dengan Rei dan tampaknya kau tak puas dengan hal yang kau terima" Ucap Hisashi bukannya mendinginkan ini malah memperpanas suasana "aku mencintai Rei dan dia mencintaiku hubungan kau dengannya sudah berakhir kau tau kenapa? Sebab aku mengerti dia daripada kau"

"Terus? Haruskah aku peduli jika kau mengerti dia? Itu bukan urusanku!" Ucap Takashi jika, orang lain mungkin orang di depannya sudah di hajar tapi, dia masih tetap menahannya "kau pikir aku anak kecil? Oh Man! Jika kau berada di Posisiku mungkin kau akan mengetahui bagaimana rasanya"

"Yah, memang aku tak tau" Balas Hisashi "kebahagiaan Rei, kebahagiaanku juga dan kau harus mengerti itu meski kau pernah berteman kecil dengannya dan membuat Janji itu bukan berarti kau selalu bersama"

"Ya! Ya! Ya! Itu masalahmu sekarang aku bodo amat lah!" Takashi terdengar risih mendengar ucapan tadi apalagi bagian yang terakhir "itu milikimu, terserah apapun yang kaumau aku tak pernah memikirkannya lagi dan tak berhak ikut campur faham?"

*Duaghhhhh

Takashi langsung shock atas tidakan Hisashi yang langsung meninju wajahnya dan dia langsung memberi Deathglare yang mengerikan.

"Apa, maksudmu menghajarku seperti ini?" Takashi memegang Pipinya tatapan matanya masih seperti tadi "kau punya masalah dengan ucapanku tadi Igou? Katakan apa maumu sekarang?" dia memanggil mantan temannya dengan nama inisial

"Tentu saja" Jawab Hisashi dingin sedari tadi hanya bisa menahan Ucapan Takashi yang terkesan cuek dan tak peduli namun, menusuk ke dalam Hati dan terkesan menyinggung "aku, selalu bersabar, dan tenang tapi, sekarang ucapanmu benar-benar kelewatan dan tak punya rasa sama sekali!"

"Memang kenyataannya seperti itu!" Takashi langsung membentaknya "jika, kau pikir lagi seharusnya kau ini teman bukan?! Tapi, teman macam apa yang tak ada disaat sahabatnya susah tapi, nyatanya dia malah mengambil keuntungan dengan menusuk temannya dari belakang apa aku benar?" Hisashi cukup dibuat Skakmat oleh penyataan tadi.

"Kau takkan mengerti permasalahannya Kumoro" Hisashi memberi Deathglare dia sekarang menyebut nama belakang juga

"Oke! Keintinya saja Igou apa yang kau inginkan sekarang dan aku tak punya banyak waktu untuk berdebat denganmu?!" Tanya Takashi dia benar-benar sudah kehilangan kesabarannya.

"Baik, kita berteman lagi dan lupakan semua yang telah terjadi dan biarkan aku bisa bersama dengan Rei sampai Nikah nanti" Jawab Hisashi agak sedikit tenang.

*Duagghhhhh

Kali ini Takashi yang meninju Hisashi untuk lelaki berambut perak ini cukup shock bukan karena tindakannya tapi, Pukulannya benar-benar keras sehingga nyeri di pipinya masih kerasa.

"Teman?" Ucap Takashi dengan efek bayang di wajahnya "setelah yang kau lakukan kau ingin aku berteman? Hah! Lucu sekali! Kau dengan Rei sampai Nikah? Aku tak peduli itu hakmu tapi, kita berteman lagi? Entah kenapa aku malas menjawab Iya, baiklah! Aku pergi maaf soal pukulan tadi" dia berlalu pergi meninggalkan lelaki itu.

'Tampaknya memang sulit hal seperti ini grr!' Hisashi mengepalkan tangannya kesal.

.

.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx

.

.

Saya Takagi dia hanya duduk termenung dengan Dagu tersandar sesekali dia melirik bangku kosong tempat Takashi duduk namun, semenjak bel istirahat berakhir orang itu belum masuk ke kelas dan itu yang membuatnya sedikit resah pastinya tak masuknya Takashi ada hubungannya dengan Obrolan yang dilakukan di Atap bersama Igou.

Dia tau dirinya salah karena tak membuntuti Takashi dan menguping pembicaraannya karena, yakin ada sesuatu yang salah di sini dan matanya beralih ke Pojok di mana Hisashi tengah diobati oleh Pacarnya Miyamoto namun, bukan itu yang membuatnya penasaran tapi, yang membuatnya penasaran ialah luka lebam di Pipi Igou yang cukup membuatnya berfikir satu hal yaitu tampaknya mereka berkelahi di Atap.

"Apa sih, yang terjadi padamu hingga lebam begini?" Tanya Rei khawatir dan mengobati luka pacarnya ini yah, pas pertama melihat dia ingin melabrak dan menyalahkan Takashi namun, Pacarnya ini bilang tak ada sangkut pautnya sama sekali.

"Ow! Ow! Ow! Sakit!" Hisashi tak menjawab pertanyaan Pacarnya dia lebih memilih untuk berbohong karena jika jujur maka masalah akan panjang dan tak menutup kemungkinan ada pihak lain yang ikut campur macam Morita yang keras, dan Takagi yang takkan tinggal diam apalagi jika sudah sangkut pautnya soal Kumoro.

Saya mengamati mereka sedari tadi Dia tau Igou berbohong dan menyembunyikan sesuatu dari Pacarnya tapi, ia berani menjamin bahwa ada Perkelahian di atas sana dan satu-satunya cara ialah menanyakan langsung pada Takashi mungkin setelah pulang sekolah dia akan mencari lelaki itu untuk meminta kejelasan.

'Takashi, apa yang terjadi?'

.

.

.

.

.

- Pulang Sekolah

Saya sekarang pulang berjalan kaki yah biasanya dia akan di jemput oleh sebuah Mobil namun, dia memilih untuk berjalan kaki karena, ada sesuatu hal yang penting dan sudah meminta Izin kepada ibunya karena, dia adalah anak seorang Pemimpin Politik maka tentu saja ibunya akan bertindak tegas jika, hal sesuatu terjadi pada dirinya.

Dia berjalan di sebuah taman dan bermaksud ke sebuah tempat yang dia maksud tak lama senyum di wajahnya tampak jelas karena, melihat orang itu duduk termenung di sebuah Ayunan dan dia langsung menghampirinya

Takashi melihat Saya mendekati dirinya sesaat kemudian wajah senangnya kini berubah Jutek dan dia sudah memakluki sifatnya itu.

"Kau, bisa menemukanku di tempat seperti ini huh?" Tanya Takashi seperti biasa yang selalu menggodanya "dan apa yang kau lakukan di sini tak biasanya?"

"Berhenti, bertingkah seperti idiot dan kelakuanmu itu terkadang membuat cemas yang lain!" Jawab Saya kesal dengan tingkah Takashi terkadang dia ingin memukul kepalanya dengan Harisen "dan juga, aku tau jika ada masalah kau selalu kesini dan juga tempat ini tak terasa asing bagiku" dia kini tersenyum dan duduk di sebelah ayunan yang kosong.

"Kau jenius seperti biasanya" Komentar Takashi

"Hmmppp! Tentu saja aku ini si Jenius yang hebat" Ucap Saya dengan pipi pink mendengar pujian tadi.

"Tempat ini Nostalgia sekali yah" Ucap Takashi mengingat masa lalunya dan tempat ini

"Yah, ini terasa seperti dulu" Saya mengangguk asal muasal Tempat ini adalah pertemuan pertama dirinya dengan Takashi waktu kecil waktu dirinya di Bully beberapa anak dan saat itu Takashi membelanya.

"Hahaha aku masih mengingat dirimu yang selalu cengeng dan tubuh penuh kotor itu kini berubah pesat" Takashi Tertawa mengingatnya kembali.

"Hmmpp! Kau beruntung sekarang aku memaafkanmu karena, kita ini teman" Ucap Saya yang sedikit malu dengan sifatnya dulu tapi, matanya tertuju pada Pipi Takashi yang agak biru "ada apa denganmu? Apakah kau abis berkelahi dengan seseorang?" dia sudah tau tapi, dia ingin mendengarnya lebih jelas dari Takashi.

"Seperti yang kau lihat" Jawab Takashi meski dia berbohong gadis di sampingnya pasti bakal cepat tau.

"Apa ini dengan Igou waktu di Atap tadi?" Tanya Saya Takashi hanya mengangguk "serius?! Apa yang kalian bicarakan sehingga baku hantam gini apa, dia menyakitimu lagi?" dia tak habis pikir bagaimana bisa mereka melakukan kedua kalinya untuk sahabatnya ini.

"Yah, awal pembicaraan kita mulai tampak biasa saja dan tujuan awalnya dia ingin memintaku menjadi teman baik lagi tapi, tetap saja kutolak" Jawab Takashi terlihat kesal mengingat hal tadi.

"Terus?" Saya ingin tau apa yang terjadi selanjutnya meski kelihatan buruk.

" yang membuatku kesal waktu ucapannya itu membanding-bandingkan diriku yang tak mengerti Rei dengan dia yang mengerti Rei dia berbicara seolah-olah aku yang paling buruk" Takashi meneruskan Saya menutup mulutnya dia tak tau akan jadi sekasar ini obrolan mereka "dan tentu saja aku naik pintam dan membalas ucapannya itu dengan mengatakan Bahwa Teman macam apa yang berani menusuk temannya dari belakang dan sontak dia langsung meninjuku lantas aku tinju balik tapi, kita masih tetap sabar dan tak sampai berkelahi lagi"

Saya sekarang mengerti kenapa pipi mereka sampai memar begitu tapi, dia bersyukur tak ada Perkelahian karena dia khawatir tapi, dalam hati dia sangat benci apa yang di katakan Igou kepada Takashi menurutnya itu adalah sesuatu yang tak bisa di umbar lagi mengingat Takashi sudah mulai Move on dari masa lalunya itu.

"Hei, Takashi" Panggil Saya

"Hmmm?" Takashi berdehem.

"Apa, kau berencana memiliki pacar lagi?" Tanya Saya Spontan entah kenapa di otaknya dari dulu memang ini yang ingin di tanyakan tapi, pertanyaan itu malah jadi Boomerang baginya sontak dia langsung blush "ehh, ti-tidak bu-bukan maksudku be-begitu ta-tapi jika kau tak mau jawab tak apa" dia malu dengan suara gelagapan Takashi tertawa kecil melihat tingkahnya.

"Pacar yah? Hmmmm!" Takashi menatap langit Gadis Takagi ini masih tertunduk malu sambil menunggu jawaban itu "kedengarannya memang tak buruk tapi, yang jadi permasalahanku adalah adakah ada yang mau denganku?" dia menghela nafas pasrah yah, ia menyembunyikan sesuatu yang sangat rahasia dia tak mau orang lain tau jika, ketahuan mungkin statusnya suatu saat nanti akan berbeda

"Jangan Langsung menyerah dulu aku yakin ada yang mau denganmu meski itu satu orang" Ucap Saya menyemangatinya tapi, dalam Hati dia senang Takashi tak tertarik dengan seseorang dengan begitu kesempatan mendekatinya terbuka lebar.

"Yah, kau benar hahaha!" Takashi mengangguk dia menatap Jam tangannya "ahh, masih banyak waktu sebelum aku kerja bagaimana kalau kita Jalan-jalan sebentar? Yah aku akan membelimu Es Krim selain itu aku sudah berjanji padamu bukan?" dia tersenyum

"Un!" Saya mengangguk senang bukan main baginya hal seperti ini dianggap kencan.

.

.

Xxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxx

.

.

-Malam Hari ( Swalayan Ternama )

"10 Dus Coca-Cola, 1,2,3 hmmm, semuanya lengkap dan, makanan ada jadi, jumlah yang masuk sebanyak 100 Dus dalam berbagai jenis" Ucap Takashi menghitung semua barang yang masuk di dalam Gudang dan merapihkannya "jadi, total Harga keseluruhan jadi 100 Yen" dia telah menyelesaikan tugasnya dan sekarang duduk terlentang di Kursi

Sebenarnya Takashi di sini bekerja sebagai Penghitung Barang yang masuk dan keluar di sebuah Swalayan milik Tuan Hakime Souta seorang Pengusaha Duda tampan yang sampai sekarang masih Single dan itu sebabnya dia selalu di dalam Gudang dan juga sudah 4 Tahun Takashi bekerja di sini semenjak neneknya meninggal ketika dia naik kelas 2 Smp otomatis dia sendirian dan membutuhkan Uang untuk Terus hidup makanya dia mencari pekerjaan.

Awal dia masuk ke dalam sini adalah dimana Waktu dia menangis di depan kuburan neneknya dan saat itu Tuan Souta mengunjungi makan neneknya dan melihatnya menagis dan mencoba untuk menghiburnya dan semenjak itu dia di percayakan Tuan Souta untuk mengurus Gudang dan dia pernah menanyakan alasannya kenapa memperkerjakannya dan Duda itu bilang bahwa setiap orang memiliki bakat dan keahlian masing-masing dan tak ada bagusnya membiarkan bakat itu terbuang ibarat Kata Ujung pedang jika tak di asah takkan tajam.

Yah, alasan seperti itu Cukup masuk akal dan diterim oleh Takashi dimana dirinya juga Ahli dalam hitung-hitungan di sekolahnya tapi, buruk dalam Hal Sejarah dan Budaya dan juga mengingat bossnya ini adalah seorang Pengusaha sudah sewajarnya dia teliti dalam segala hal bahkan para pegawainya sekalipun

"Hah, selesai" Takashi menghela nafas dan dia melirik jam tangannya sudah pukul 00.00 artinya ini sudah malam dan Swalayan di depan Gudangnya juga sudah tutup itu berarti waktunya dia pulang tapi, dia mendapat pesan dari nomor tak di kenal dan membacanya.

Temui aku sekarang 8 blok dari Swalayanmu dan bergerak ke arah Jam 9

Takashi mengerutkan dahinya dia tau siapa yang mengirim pesan ini dari dalam penulisannya saja dia sudah bisa menebak itu dan tanpa pikir panjang lagi dia langsunf ke arah yang di maksud sempat sebelumnya mengunci Gudang dulu dan setelah berjalan dia melihat Figure di sana dan Takashi hanya menyeringai.

"Kau tak perlu pakai Nomor orang lain bodoh!"

"Maaf, kebiasaan lamaku Takashi!"

"Ada yang ingin kau bicarakan?"

"Jelas! Ini tentang Shido dan Juga mantan pacarmu"

"Rei..."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

.

Nyahahahaha akhirnya selesai juga gimana? Brengsek?, menyebalkan, kayak anjing? Bodo amat! Yang suka nikmatin yang gak get out dan mungkin ada yang nanya adakah Hari Zombie? Tentu saja ada namun, takkan kumunculkan dalam waktu dekat jadi, nikmati dulu ceritanya.

Pm

.

RnR