Tell Me About Happiness and About Love
Genre: Romance/Hurt-Comfort/Tragedy
Rated: T
Warning: Pshycology, Self-Injury, OOC(as always), Typoo's, AU, DLDR, dll
Disclaimer: Naruto©Masashi Kishimoto
Tell Me About Happiness and About Love©Yara Aresha
Prolouge
Suka...
Itulah satu-satunya kata yang ingin aku ucapkan saat ini, namun kata-kata sederhana yang memiliki arti besar itu rasanya sulit untuk kuutarakan. Lidahku rasanya mati rasa, meskipun seberapa seringnya aku melatih mengucapkan kata 'itu' tapi saat berhadapan dengannya, nyaliku ciut dan kata-kata 'itu' tertelan kembali dalam kerongkonganku yang kering.
"Aku suka Sasuke-kun." Seru seorang gadis berambut pink dengan lantangnya.
"Aku tidak mengerti." Ucap seorang laki-laki dihadapan gadis itu tanpa ekspresi.
"Eh?"
"Menjijikan... Hal seperti itu, aku tidak mengerti."
"Maksudmu, kau tak mengerti yang mana Sasuke-kun?" Gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam, siap dengan apapun yang akan dilontarkan laki-laki tersebut.
"Kau tahu maksudku, jangan berpura-pura bodoh Cherry." Gadis yang dipanggil Cherry itu mengembungkan pipinya.
"Namaku bukan Cherry, aku Haruno Sakura. Kenapa Sasuke-kun selalu salah menyebut namaku? Padahal kita sudah berteman selama 2 tahun kan? 2 tahun berada di kelas yang sama, apa itu masih belum cukup untukmu mengenal aku?" Sasuke, laki-laki yang lebih tinggi dari Cherry atau Sakura itu memutar matanya bosan, "Yah..."
Hanya 'yah'? Apa maksudnya? Kenapa aku tidak bisa mengucapkan kata-kata yang lebih baik dari sekedar kata ambigu itu?
"Huh, baiklah. Terserah Sasuke-kun saja memanggilku apa. Jadi, apa pernyataan cintaku ditolak lagi?" tanya Sakura penuh harap.
"Hn..." jawab Sasuke dengan anggukan mantap.
"Begitu, yasudah kalau begitu. Maaf, aku mengganggu waktumu Sasuke-kun! Aku kembali ke kelas ya, daaagh!" Sakura meninggalkan taman yang terletak di belakang gedung sekolah itu dengan riang. Tepatnya hanya mencoba menutupi apa yang sebenarnya tengah ia rasakan, agar tidak ada seorang pun yang melihatnya menangisi nasibnya sendiri.
.
.
.
"Ditolak."
"Lagi, yang benar? Tuh kan, Sakura yang cantik saja ditolak olehnya." Ucap gadis berambut pirang yang diikat menyamping itu kesal.
"Hiks... Mau bagaimana lagi? Mungkin dia memang tidak berminat dengan yang namanya cinta saat ini."
"S-sudahlah S-sakura-chan, yang tabah. M-masih b-banyak laki-laki yang jauh lebih tampan dari dia." Sambung gadis berambut indigo terbata-bata.
"Huh, lagi-lagi menolak cewek dengan kata-kata menyebalkan. Uchiha Sasuke memang laki-laki tersadis di muka bumi ini!" Emosi si gadis pirang tersulut.
"M-monster?" Timpal gadis berambut indigo tidak yakin. Oh ayolah, gadis bermarga Hyuuga itu tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain.
Si gadis pirang mengangguk mantap, "Alien! Dia bilang menjijikan? Tidak tahu perasaan suka itu apa?" Sakura mengangguk lemah.
"Sok sekali dia," sambung si gadis pirang bernama Ino itu mengejek, "tampan sih, tapi sifatnya bikin muak." Lanjutnya, Hinata mengangguk sebagai pembenaran ucapan sahabat pirangnya.
"Ino, Hinata-chan... Jangan seperti itu, bagaimanapun juga aku masih sangat menyukai Sasuke-kun. Akan selalu menyukainya malah. Hiks..." Ucap Sakura disela-sela tangisannya.
"Kau itu, sudah disakiti masih saja mengharapkannya." Ino menghela nafas.
"Pokonya, aku akan berusaha. Kalau perlu aku akan terus mengejarnya, aku akan tunjukkan pada Sasuke-kun bahwa perasaan menyukai seseorang itu menyenangkan."
Mendengar kata-kata dari gadis berambut pink panjang itu, kedua sahabatnya hanya saling berpandangan. Dan sejurus kemudian Sakura telah berada di dalam dekapan keduanya.
"Kau memang seorang malaikat, kami sangat menyayangimu. Berjuanglah! Akan kami bantu sebisanya, well jika kau memerlukan bantuan kami... Pokoknya kami tidak akan membiarkan si monster itu menyakitimu." Ujar Ino.
Sakura terkikik geli, "Iya, iya. Tenang saja, Sasuke-kun itu bukan orang jahat ko. Aku akan berjuang mendapatkannya!"
.
.
.
Bugh
"Sial!" rutuk Sasuke, ia hempaskan badannya keras hingga kepermukaan tanah. Tak cukup hanya itu, ia pun hentakkan kepalan tangannya keras-keras memukul tanah yang menjadi pijakannya sekarang. Darah segar mulai mengalir dari tangan kanannya. Sakit? Rasanya mungkin sakit untuk orang-orang yang 'masih' normal diluar sana, namun tidak untuk Sasuke. Ia justru tersenyum, atau lebih tepatnya disebut menyeringai. Lalu ia arahkan tangannya yang masih mengeluarkan darah segar itu menuju mulutnya dan tanpa ragu ia nikmati darahnya sendiri dengan penuh kepuasan.
.
.
.
Mereka membicarakanku, mereka mengataiku. Aku tidak tahu bagaimana caranya menjawab pernyataan mereka, aku tidak tahu bagaimana caranya tersenyum, mempunyai teman apalagi seseorang yang aku cintai.
Ah, tidak...
Aku punya seseorang yang ku cintai, ya... Sejak sekolah dasar aku sudah memperhatikannya.
Namun ada berbagai alasan yang membuatku tak bisa merealisasikan perasaan ini padanya. Aku, bukannya aku sengaja menutup diriku dengan banyak orang. Hanya saja... Alasan-alasan itu membuat aku sulit dan takut untuk memiliki sebuah hubungan yang 'dekat' dengan orang lain.
.
.
.
"Kau tahu, aku menolakmu karena aku tidak akan bisa membuatmu bahagia Sakura. Aku takut jika nantinya aku hanya bisa menyakitimu, padahal perasaanku pun sama. Mungkin lebih, melebihi rasa sukamu kepadaku. Aku berani bertaruh kau tak akan bisa menerima diriku yang sebenarnya. Diriku yang bahkan dibuang oleh keluargaku, hanya karena aku adalah seorang self-injury.
.
.
.
To be Continued
Keep or Delete?
RnR?
