Danger Innocent Kid
.
.
.
.
.
.
Cast : Oh Sehun
Xi Luhan
And other cast
Rated : M
Genre : Romance, Pedophile , NC, dan lain-lain :D
Disclaimer : Sehun milik Luhan. Luhan milik Sehun. Mereka ber dua saling memiliki :D
Semua tokoh milik keluarga masing-masing.
Ide cerita dan cerita tentu milik saya.
Don't Like, please, Don't read it, 'kay ? ;)
Happy readings!
.
.
.
.
Banyak yang mengira anak kecil itu terlalu lugu, rapuh, lemah dan polos .Tidakkah kau tau, terkadang anak kecil jauh lebih berbahaya daripada orang dewasa, apalagi jika anak kecil itu polos. Setidaknya, itulah yang Luhan ketahui.
Kukatakan pada kalian, kata 'polos' tidak selamanya bermakna baik.
.
.
.
.
Sebuah mobil truk pengangkut barang berada di depan sebuah rumah modern minimalis yang terkesan sederhana. Nampak beberapa orang pria mengeluarkan barang-barang dari dalam truk tersebut, membawa barang-barang layaknya perabotan rumah ke dalam rumah bercat putih dengan aksen biru langit tersebut. Mereka meletakkan perabotan tersebut sesuai instruksi seorang pria paruh baya, yang sepertinya pemilik dari rumah tersebut.
Tak lama kemudian, datanglah sebuah mobil corolla berwarna merah tua menghampiri dan berhenti di depan rumah itu, tepat di depan mobul truk tersebut. Setelah mobil berhenti, pintu mobil tersebut terbuka. Menampilkan seorang yeoja paruh baya yang cantik dari kursi penumpang, diikuti dengan pintu mobil sebelahnya. Menampilkan seorang namja -jika kau benar-benar memperhatikannya- keluar dari mobil tersebut, berjalan berdampingan dengan yeoja paruh baya tersebut menuju rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka.
"Ah, akhirnya kalian sampai," sapa pria paruh baya tersebut, yang diketahui sebagai pemilik rumah tersebut dan kepala keluarga Xi. Xi Han Geng.
Sang kepala keluarga pun menyambut kedua anggota keluarganya dengan senyuman merekah. Dipeluknya tubuh yeoja paruh baya tersebut, istrinya. Kim Hee Chul atau Xi Hee Chul. Kecupan di kening tuan Xi berikan kepada istri tercintanya. "Bagaimana sayang, kau suka ?"
"Yaa, tentu saja sayang." Jawab nyonya Xi dengan senyuman merekah membalas senyuman suami tampannya. Di lepasnya pelukan pada suaminya, nyonya Xi menatap pemuda disampingnya. "Bagaimana Hannie, kau juga suka, kan ?"
"Yaa" pemuda itu menjawab singkat disertai anggukan kepalanya, menatap sekeliling rumah tersebut. Lalu balas menatap wanita paruh baya disampingnya dan tersenyum manis. "Apapun yang Mama suka, aku pasti suka."
"Syukurlah kalau begitu," Hangeng tersenyum senang mendapati kedua orang tercintanya senang dengan rumah pilihannya. Telapak tangannya terangkat mengusak surai coklat madu putra semata wayangnya. "Jaa, bantu Baba menata rumah, ne ?"
"Siap Baba," jawaban dari putranya membuat dua orang paruh baya itu tertawa kecil, lalu memasuki rumah mereka disertai beberapa candaan menghiasi tawa riang mereka.
.
.
.
Kini Luhan sedang sibuk mengangkat beberapa kardus berukuran sedang berisi barang-baang miliknya yang tergeletak di depan pagar kayu rumahnya. Para kurir jasa angkut berserta mobilnya telah kembali ketempatnya. Baba nya sedang sibuk menata dan mengatur perabotan rumah sedangkan sang Mama sedang menyiapkan makan siang untuk mereka. Saking sibuknya membuat ia tak sadar ada seseorang yang tengah berlari kencang ke arahnya.
BRUUKK
Ugh
"Aww."
Ringisan itu keluar dari mulut Luhan disertai dengan keluarnya barang-barang miliknya dari kardus yang kini tergeletak di atas tanah. Luhan menyentuh pantatnya yang sakit akibat mencium permukaan tanah dengan tidak elitnya. Sambil mengaduh, diliriknya seseorang yang berdiri didepannya.
Seorang bocah laki-laki yang menjadi alasan kenapa Luhan jatuh terduduk disana. Bocah itu bukan menolongnya, tetapi hanya memandanginya. Luhan mendongakkan kepala, manik rusanya bertemu dengan manik hitam kelam bak elang milik bocah lelaki itu. Entah apa, tetapi ada desiran aneh saat iris mata mereka saling bertubrukan. Luhan mendengus.
"Yaa! Dasar bocah. Harusnya kau membantu orang yang kau tabrak untuk berdiri. Apa kau tak diajari sopan santun, eoh ?" Tanya Luhan. Masih posisi terduduknya.
Bocah itu diam, tak membalas ucapannya. Anak itu diam memandang tajam padanya. Merasa tak ada respon, Luhan mengusak rambutnya dan mulai bangkit. "Haaish, ya sudahlah. Sekarang kau kumaafkan."
"Jangan ulangi lagi, bocah." Ujar Luhan yang sudah membereskan barangnya dan berdiri. Mengusak surai hitam milik bocah yang tingginya sebatas dadanya. Lalu berjalan meninggalkan bocah itu, menuju rumahnya. Tak mendengar gumaman kecil dari bocah itu.
"Manis"
.
.
.
.
.
Ting Tong ~ Ting Tong ~
Cklek~
"Eoh, Sungmin ? " nyonya Xi yang membuka pintu seketika raut wajahnya berubah terkejut, mendapati seseorang yang berdiri di depan pintu depan rumahnya. Seorang yeoja paruh baya seumurannya menatapnya sambil tersenyum.
"Aigoo, apa ini caramu menyambut tetangga sebelahmu, Chullie ?" Ujar yeoja paruh baya tersebut.
"Omoo, Sungmin.. ini benar-benar kau, Minnie ?" Seru Nyonya Xi tak percaya. Ia buka lebar-lebar pintu rumahnya, memeluk yeoja tersebut. Sungmin, Lee Sung Min temannya sewaktu SHS.
"Ne, ini aku Sungmin, chullie."
"Aigoo, sudah berapa lama kita tidak bertemu ? Senag sekali kita bisa bertemu, Minnie."
"Keke~ ne, lama sekali. Apalagi kau yang langsung pindah ke China setelah menikah."
"Hehe,, mianhe, tak memberimu kabar, minnie. Eh, tapi kenapa kau bisa tau aku tinggal disini ?"
"Ne, gwenchana..Hehe, tentu saja. Aku juga tinggal tepat di sebelah kanan rumahmu, chullie. Anakku yang memberitahu kalau ada tetangga baru sebelah yang datang, iya kan, Hun-ah ?"
Bocah kecil yang sedari tadi berdiri melihat perbincangan antar ibu-ibu itu hanya diam mengangguk menanggapi ibunya. Heechul yang baru sadar akan keberadaan seseorang yang lain pun hanya membelalakkan mata menatap bocah itu.
"Minnie, dia anakmu ?" Tanya Heechul yang hanya dibalas dengan anggukkan dari Sungmin. Heechul pun sedikit menurunkan badannya, menyamai tinggi bocah itu." Waah, dia tampan sekali. Mirip si evil Kyuhyun itu."
"Haaish, tentu saja. Dia memang anakku dan Kyuhyun, chullie." Ujar Sungmin gemas. "Ya~ mana anakmu dan suamimu ?"
"Oh iya. Jaa, kalian masuk dulu. Ayo" ajak Heechul kepada kedua ibu dan anak itu untuk masuk ke rumahnya. Ibu dan anak itu pun memasuki kediaman keluarga Xi.
Mereka bertiga berjalan masuk ke ruang tengah, sepertinya ruang keluarga. Ruangan tersebut masih belum tertata rapi. Terlihat dari beberapa kardus-kardus dan beberapa kain serta perabotan yang masih belum tertata rapi. Heechul mempersilahkan tamunya untuk duduk di sofa, yang untungnya, sudah tertata rapi ditempatnya. Anak ibu itupun duduk berdampingan di sofa panjang sedanglan Heechul duduk di sofa tunggal.
"Maafkan aku. Kami belum selesai menata rumah, jadi maklum masih berantakan." Ujar Heechul. Sedikit malu karena keadaan rumahnya yang masih berantakan. Ia tak berpikir akan secepat ini mendapatkan tamu. Apalagi tamu itu sahabatnya.
"Sudah, tidak apa-apa. Kalian juga baru pindah. Oh ya, tadi aku membuat kue untuk kalian" Ujar Sungmin. "Ne, Hun-ah. Berikan kue nya pada Heechul ahjumma."
Anak itu mengangguk. Lalu bangkit berdiri memberikan sekotak kue kepada Heechul. Heechul pun menerimanya dengan senang.
"Aigoo, gomawo minnie. Tak usah repot-repot begitu."
"Sudahlah tak apa, chullie"
"Oh ya, baiklah. Sebentar aku panggilkan putraku." Heechul pun memanggil putranya yang berada di lantai atas. "Hannie.. sayang, kemarilah nak."
"Yaa,, sebentar." Suara yang berasal dari lantai atas menjawab panggilan Heechul.
Tap.. tap.. tap..
Suara langkah kaki yang menuruni tangga terdengar dari arah belakang dimana Heechul duduk. Ketiga orang yang duduk menoleh, menatap seorang namja yang menuruni anak tangga satu-persatu. Lalu berjalan menghampiri sang ibunda tercinta dan duduk di sandaran tangan kursi tunggal yang diduduki sang Mama. Tak menyadari tatapan dari kedua bola mata elang yang seakan mengintai langkah-langkahnya.
"Ada apa, Ma ?" Tanya Luhan pada Mama nya. Sedangkan sang Mama tersenyum.
"Hannie, kenalkan, ini Oh Sung Min dan anaknya." Kata Mama nya memperkenalkan tamunya. Luhan yang sedari tadi belum menyadari adanya tamu akhirnya melihatnya. Begitu manik rusanya menangkap manik hitam kelam yang tadi pagi ia jumpai, matanya langsung membulat.
"Ka-kaauu." Ujar Luhan. Telunjuk tangan kanannya mengarah ke arah bocah yang menatapnya datar.
"Ada apa ? Kalian sudah saling kenal ?" Tanya Mama nya.
"A-ani, tapi bocah ini yang tadi pagi menabrakku tadi." Jelas Luhan. Tangannya sudah ia turunkan. "Kenapa bocah ini ada disini, Mama ?"
"Aissh, sopanlah sedikit kepada tamu, Hannie." Tegur Heechul pada putranya. "Ini Luhan, putraku. Mianhe Minnie. Terkadang anak ini tidak tahu sopan santun."
"Haha, tidak apa-apa, Chullie. Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Annyeong, aku Sungmin dan ini putraku, Sehun." Ujar Sungmin lalu meminta putranya untuk mengenalkan diri.
"Oh Sehun imnida."
"Ya ampun, dia manis sekali. Umurnya berapa, Minnie ?" Tanya Heechul.
"Dia baru umur 11 tahun. Lalu, Luhan sendiri umur berapa ?" Tanya Sungmin pada Luhan.
"Aku 17 tahun, ahjumma." Jawab Luhan sambil tersenyum sopan.
"Wah, benarkah ? Kukira kau berumur 15 tahun. Aigoo, kau begitu manis dan imut." Puji Sungmin.
"A-ani ahjumma. Jangan berkata seperti itu." Luhan berkata dengan malu. Well, tentu ia tak terlalu suka dipanggil manis maupun imut.
"Sudahlah, Minnie. Anak ini lebih suka dipanggil manly daripada manis." Ujar sang Mama. "Padahal di suka mengkoleksi Hello Kitty dikamarnya."
"Yaaa! MAMA!"
"Jinja ? Waah, pantas saja. Wajahmu juga cantik, Luhan-ah."
"Aiish.. aku tampan, ahjumma. Kenapa ahjumma juga ikut-ikutan seperti Mama sih ? Haiish"
Dan suara tawa dan gerutuan dari Luhan pun mulai terdengar menambah riuh kediaman Xi. Kecuali bocah berumur 11 tahun yang tak berhenti menatap paras indah Luhan. Yang bocah itu tahu hanyalah satu hal yang ada dipikiran bocah itu.
"Indah"
.
.
.
.
.
Luhan kini berada di dapur, memotong kue pemberian dari Sungmin ahjumma. Sebenarnya ia hanya melarikan diri dari segala ledekan dari Mama nya maupun Sungmin ahjumma. Bagaimana ia bisa tahan jika Mama serta temannya mengatainya cantik lah, manis lah, imut lah, feminim lah, dan lain lain. Ditambah lagib Baba nya yang datang ke ruang tamu menambah riuh perbincangan mereka. Bukannya membantu anaknya malah ikut-ikutan mengerjainya. Sungguh Mama Baba yang menyebalkan, sungut Luhan.
Luhan terlalu fokus pada acara potong-memotong kue ataupun gerutuannya pada keduaborang tua nya. Sampai tak menyadari ada seseorang selain dirinya yang berada di dalam dapur tersebut. Orang itu berjalan menghampiri Luhan, berdiri di belakangnya. Menatap punggung Luhan yang kecil dan ramping.
Entah setan apa, seseorang itu mengarahkan jari telunjuknya menyentuh garis punggung Luhan secara tiba-tiba. Luhan tersentak kaget akibatnya. Tubuhnya lalu memutar ke belakang, menghadap siapa pelaku yang membuatnya hampir jantungan karena terkejut.
"Yaak! Bocah.. apa yang kau lakukan, eoh ? Kau mau tanganku terpotong, haa.. Haiishh" Kata Luhan dengam nada agal tinggi. Yang di tanya pun hanya diam menatapnya. Lagi-lagi bocah ini membuatnya sebal.
"Ck, pergi sana. Jangan ganggu aku." Kata Luhan, hendak membalikkan dirinya untuk meneruskan acara memotongnya, tapi ditahan oleh Sehun. Bocah itu mencengkeram lengan atas Luhan dengam kuat, tak mengijinkannya menghadap lain selain dirinya.
"Grr, kau... mau apa, haa ?" Tanya Luhan geram. Ia kesal kenapa anak ini mengganggunya terus.
Sehun hanya diam. Kakinya ia jinjit sedikit, memajukan wajahnya ke arah wajah Luhan. Luhan yang melihatnya refleks memundurkan wajahnya takut.
"H-heii.. a-apa yang kau lakukan, bocah ?" Tanya Luhan sedikit tergagap. Hei, kenapa ia jadi gugup begini sih ?
Sehun hanya diam, masih tetap menatap wajah Luhan kini memejamkan matanya takut. Tanpa sadar, bibirnya menyunggingkan smirk tampan yang tidak pernah ia keluarkan. Wajahnya ia dekatkan ke telinga kiri Luhan, meniup dan sedikit menjilatnya.
"Eungh.." suara desahan tertahan tanpa disadari Luhan keluar. Sehun makin memperlebar seringainya.
"Kau."
"Haa ?"
Mata Luhan langsung terbuka setelah pernyataan satu kata dari Sehun keluar. Mengernyitkan dahi tak mengerti. Setelah berbisik, Sehun menjauhkan dirinya dari Luham lalu berjalan keluar dari dapur. Makin membuat dahi Luhan mengkerut bingung.
'Apa-apaan bocah itu.. apa maksudnya ?'
Luhan hanya menatap tempat dimana Sehun keluar dengan posisi yang masih sama seperti tadi. Dengan kaku, Luhan membalikkan diri. Mengendikkan bahu, ia tak mau ambil pusing dengan pernyataan satu kata dari Sehun. Itu tidak penting, menurutnya.
Ck, ck, Luhan.. tak sadarkah engkau kalau bahaya sedang mengintaimu ? Oh well, semoga rusa kita ini bisa terhindar dari terkaman sang serigala. Oh, atau mungkin tidak.
.
.
.
. To be continued...
.
.
...
Annyeong~ chingudeul~
Lin bawa fanfic baru, kali ini rated M. Well, ini cerita Lin bikin karena Lin lgi buntu ide tentang kelanjutan ff Lin yang lainnya T.T
Tetapi, gegara Lin kmrin liat foto Thehun yang waktu predebut, Lin lngsung dpet ide buat bkin ni ff. Walau jarak umur mreka jauuuh, tpi tetep, Thehun seme nya my Lulu chagi :*
Sekian chinchong dari Lin. Semoga kalian suka. Jangan lupa review nee~ saran dan kritik Lin always terima. Pai pai~
Love ya~
L7
