Title : Maybe, Fight!

Rate : Teen (Rate bisa naik sewaktu-waktu)

Genre : Comedy/Hurt/Comfort

Cast : Byun Baekhyun. Park Chanyeol. Kris Wu. Xi Luhan. ECT

Pair : ChanBaek/ChanLu/KrisBaek

Summary : Baekhyun si berandal sekolah, suka membuat onar dan berkelahi, jatuh cinta pada Chanyeol si playboy sekolah yang suka bergonta-ganti pasangan dan mencampakkan siapapun yang dikenacaninya setelah berhasil mencuri ciumannya. Kecuali Baekhyun, ada alasan dibalik mengapa Chanyeol tidak mengencaninya.

"When Your Love In Danger. Let Him Die or You Fight For Protect!"

Maybe,Fight!

...

Chapter One

.

.

Pagi itu Yeong-il Senior High School dikejutkan dengan sebuah berita duka salah satu murid tercerdas disekolah bernama Kim Minseok yang tewas mengenaskan setelah terjatuh dari lantai empat gedung sekolah.

Detektif kepolisian Seoul menyimpulkan jika berita ini murni bunuh diri. Sebuah bukti ditemukan pada ponsel Minseok yang tertinggal. Diduga sebelum mengakhiri hidupnya, Minseok sempat menulis pesan pada akun SNSnya dan mengatakan jika ia telah lelah menjadi bahan hinaan teman-temannya disekolah setiap hari. Bisa diartikan jika Minseok adalah korban pembullyan dan nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menjatuhkan diri dari lantai empat gedung sekolahnya.

Minseok sebenarnya adalah murid yang sangat cerdas, namun penampilannya yang cupu dengan kacamata tebal dan bulat yang selalu bertengger dihidungnya membuat ia menjadi bahan candaan dari teman-temannya, terutama Baekhyun.

Baekhyun adalah siswa kelas tiga dan merupakan ketua taekwondo disekolah, membuat siapapun takut dan membungkukkan badan ketika berpapasan dengannya. Baekhyun identik dengan perkelahian antar sekolah, ia bahkan tak segan-segan membully teman-teman disekolah yang ia anggap sebagai kelas rendahan. Mereka yang berpenampilan buruk, miskin, bodoh dan suka menentang kekuasaan Baekhyun akan menerima perlakuan yang tidak wajar darinya dan juga teman segenknya.

Seperti pagi biasanya Baekhyun datang dengan kedua sahabatnya. Berjalan dengan angkuh dan membuat seluruh murid membungkukkan badan dengan hormat.

Baekhyun melihat kelasnya yang ramai dan dua polisi berada disana tengah mengintrogasi beberapa murid atas insiden bunuh diri Kim Minseok.

Para murid itu hanya diam dan menundukkan kepala dan mengatakan mereka tidak tahu apapun. Tentu saja mereka akan menutup mulut rapat-rapat dan tak akan pernah mengatakan jika Baekhyun adalah pelaku pembullyan disekolah. Mereka masih menyayangi diri mereka sendiri untuk tidak dihabisi Baekhyun.

Baekhyun meludahkan permen karet yang ia kunyah sepanjang perjalanan sebelum masuk kelas dan tentu saja para murid disana membungkuk hormat seakan Baekhyun adalah raja Korea.

Kedua polisi tersebut mengerutkan dahi melihat para murid yang membungkuk ketika Baekhyun datang. Mereka menghampiri Baekhyun yang duduk disalah satu kursi dengan tenang. Seolah tidak ada sesuatu yang terjadi.

"Maaf, apa kau berada dikelas ini?" Tanya salah satu polisi dan Baekhyun mengangguk.

"Apa anda mengenal dekat dengan almarhum Kim Minseok?"

Baekhyun tersenyum bodoh ketika ia tahu polisi-polisi itu akan mengintrogasinya.

"Tidak." Jawabnya singkat.

"Apa anda tahu jika Kim Minseok mendapat perlakuan tidak wajar disekolah?"

"Aku tidak mengenal dekat dan tidak pernah tahu urusan teman-temanku, jadi berhenti bertanya, aku ingin belajar, sebentar lagi akan ada ulangan." Baekhyun berpura-pura sibuk mengambil buku paket dan membacanya. Sebenarnya dia bukan orang yang suka membaca buku, tapi demi menghindari introgasi yang menurutnya tidak penting, Baekhyun harus rela pura-pura sibuk membaca.

"Ah baiklah. Maafkan kami, kalau begitu selamat belajar. Maaf menganggu waktu anda."

Kedua polisi tersebut akhirnya pergi meninggalkan kelas Baekhyun setelah dirasa tidak mendapatkan hasil jawaban yang memuaskan dari teman sekelas Minseok untuk investigasi mereka.

Semua murid dikelas menatap Baekhyun dengan tatapan penuh tanya dan menuduh. Baekhyun yang sadar ditatap seperti itu menutup dengan keras buku paketnya dan memandang seisi kelas.

"Apa? Kalian ingin menuduhku sebagai pelaku atas bunuh diri bocah cupu itu?" Tidak ada yang berani mengeluarkan suara, jadi Baekhyun mendengus kesal.

"Minseok bunuh diri atas keinginannya sendiri dan bukan aku yang membunuhnya, berhenti menatapku seperti itu atau bola mata kalian akan aku keluarkan!"

Semua murid kini menunduk takut setelah mendengar ancaman dari Baekhyun.

Pertama, semua murid tahu Baekhyun tak pernah main-main atas ucapannya. Kedua, Byun YongHwan —ayah Baekhyun adalah pemilik sekolah Yeong-il mereka tidak ingin dikeluarkan dari sekolah karena menentang Baekhyun. Jika mereka ingin bertahan disekolah dan keberadaan mereka tidak terusik hanya dengan satu cara, yaitu mematuhi sang raja sekolah Byun Baekhyun.

...

Korea Selatan tak mengijinkan para murid SMA menggunakan kendaraan pribadi. Untuk itu pemerintah telah menjalankan program tranportasi gratis dengan kereta bawah tanah.

Pagi ini semua murid telah bersiap menuju sekolah, begitupula dengan Park Chanyeol. Pemuda tampan dengan sejuta pesona yang mampu membuat semua gadis dan pria mengeluarkan air liur, bahkan tak sedikit yang mimisan oleh berjuta volt pesona yang dimilikinya. Senyumannya yang manis, tertawanya yang lebar dan menampakkan gigi-giginya yang putih sempurna, tinggi badan yang ideal dan suara bassnya yang mampu membuat siapapun berimajinasi liar mendengarnya.

Tak heran jika Chanyeol dijuluki sang pangeran Yeong-il.

Namun hal yang paling menyebalkan adalah, Chanyeol seorang playboy. Dengan pesona mautnya, Chanyeol selalu merayu siapapun yang menarik perhatiaannya, setelah ia berhasil mendapatkan ciuman dari orang yang berhasil di rayunya, Chanyeol tanpa perasaan akan memutuskan dan meninggalkannya begitu saja. Banyak gadis dan pria yang menjadi korban pesona maut Chanyeol, mereka bahkan menaruh benci dan dendam. Namun Chanyeol tidak pernah peduli akan hal itu, ia selalu berspekulasi bahwa itu salah mereka yang mudah termakan rayuan.

"Hei bung! Kau yang bernama Park Chanyeol?"

Chanyeol menoleh kebelakang setelah menerima tepukan di punggungnya. Ia menatap beberapa siswa dengan seragam sekolah lain.

"Ya ini aku, ada perlu apa?"

Bukan menjawab, salah satu siswa itu justru memukul wajah Chanyeol. Membuatnya tersungkur dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya.

Semua orang yang menyaksikan perkelahian itu dikereta hanya menatap ngeri tanpa berniat membantu.

"Dengar Park! Ini peringatan untukmu agar tidak menyakiti saudariku! Mengerti?!"

"Saudarimu? Siapa yang kau maksud?" Tentu saja Chanyeol tak mengerti maksud siswa tersebut karena ia bahkan tak mengenalnya.

"Aku Choi Hanbin kakak dari Choi Sulli mantan kekasihmu yang kau tinggalkan tiga hari yang lalu!"

Setelah berkata seperti itu, mereka pergi meninggalkan Chanyeol dengan raut wajah masam dan tidak terimanya.

"Shit!"

...

Ntah mengapa sepanjang perjalan menuju kelasnya, semua pasang mata menatap Chanyeol dengan tatapan berbeda, tidak seperti hari-hari sebelumnya mereka menatap Chanyeol dengan tatapan kekaguman, saat ini justru mereka tertawa ketika melihat Chanyeol.

Chanyeol yakin ia tidak memar atas pukulan beberapa menit yang lalu, darah yang keluar dari sudut bibirnya pun telah ia bersihkan. Penampilannya juga sama seperti hari-hari biasanya, lalu apa yang salah hingga semua murid tertawa memandangnya.

"Chanyeol!"

Suara melengking Jongdae —sahabatnya terdengar dari arah belakang, Chanyeol segera berbalik dan melakukan high-five dengannya.

"Dimana si Kkamjong?" Chanyeol bertanya melihat sahabatnya yang lain tidak ada bersama Jongdae.

"Hei! Namanya Jongin, jangan mengganti nama orang lain sesukamu!" Jongdae memprotes.

"Oke lalu dimana dia sekarang?"

"Ntahlah, aku belum melihatnya pagi ini, ngomong-ngomong cara promosimu keren juga." Jongdae tertawa dan memainkan alisnya naik-turun, membuat Chanyeol mengerutkan dahinya.

"Apa maksudmu? Kau sama dengan murid lainnya hari ini, mereka menertawaiku. Dasar aneh!"

"Tidak, mereka semua dan aku tidak aneh, justru kau yang aneh." Jongdae kembali tertawa dan Chanyeol menendang tulang kering kakinya, membuat Jongdae kesakitan dan Chanyeol tertawa menang.

Tidak peduli pada sahabatnya yang mengumpat kesakitan, Chanyeol melenggang pergi begitu saja menuju kelasnya dengan senyum yang merekah.

Sebelum sampai di kelasnya, Chanyeol berpapasan dengan Baekhyun yang memasang tampang angkuh, kedua tangannya terselip didalam saku celana dan permen lollipop berada di mulutnya. Namun Chanyeol tidak membungkukkan badan seperti yang murid lain lakukan. Dia adalah satu-satunya orang yang tak pernah membungkuk ketika berpapasan dengan Baekhyun, karena Chanyeol tak takut padanya.

"Kau mempermalukan dirimu sendiri."

Chanyeol menghentikan langkah kakinya mendengar Baekhyun yang pelit bicara, kini mengeluarkan suara untuknya. Chanyeol berbalik menghadap Baekhyun yang kini berada di belakangnya untuk meminta penjelasan.

"Apa maksudmu?" Lihat, bahkan Baekhyun aneh hari ini. Semua orang menjadi aneh bagi Chanyeol, ntah apa penyebabnya.

Baekhyun yang berjalanpun akhirnya menghentikan langkahnya dan menoleh pada Chanyeol. Mereka saling menatap satu sama lain selama beberapa detik sebelum akhirnya Baekhyun melangkah maju kearah Chanyeol.

Chanyeol gugup melihat tatapan tajam Baekhyun dan berjalan mundur ketika Baekhyun tepat berada di hadapannya.

"Apa? Kau mau memukulku?" Chanyeol bersiap membuat tinju jika benar Baekhyun akan memukulnya seperti siswa yang tiba-tiba memukulnya saat dikereta.

Baekhyun justru menyeringai. Tangannya terulur kearah belakang tubuh Chanyeol, mengambil sesuatu disana dan memberikannya pada Chanyeol.

"Bodoh." Baekhyun mengatai Chanyeol bodoh sebelum akhirnya berjalan pergi, masih dengan keangkuhannya.

Chanyeol ingin protes, namun tidak jadi karena percuma saja bicara pada Baekhyun. Ia kemudian menatap kertas yang Baekhyun ambil dari belakang tubuhnya; tepatnya kertas tersebut menempel di punggungnya. Kertas tersebut diberi perekat dan sebuah tulisan "Jika kau butuh 'pisang' besar untuk masuki lubangmu, segera hubungi aku!"

"Sialan siapa yang melakukan ini!" Chanyeol meremas kertas tersebut dan melemparnya ke tempat sampah. Jadi kertas itu yang membuat semua orang menertawainya? Bodoh, Chanyeol sangat malu sekarang.

...

"Jongdae-ah kenapa kau tidak mengatakan padaku soal kertas itu hah?!"

Chanyeol dan kedua sahabatnya Jongdae dan Jongin tengah menikmati waktu istirahat dengan makan di kantin. Chanyeol yang ingat insiden pagi tadi pun bertanya pada Jongdae yang sepertinya tahu apa yang sebenarnya dilihatnya dipunggung Chanyeol.

"Kertas apa?" Jongin yang tidak tahu apapun angkat bicara, ia juga penasaran apa yang terjadi, karena pagi tadi Jongin terlambat ke sekolah dan membuatnya dihukum dengan tidak boleh mengikuti jam pelajaran pertama.

"Aku ingin mengatakannya padamu, tapi justru kau mengataiku aneh, bahkan kau menendang kakiku!" Jongdae menggebu mengingat perlakuan Chanyeol padanya.

"Maaf, aku tidak bermaksud." Chanyeol membuat tanda damai dengan kedua jarinya dan tersenyum lebar.

"Sepertinya hanya aku yang tidak tahu apa yang terjadi, kertas apa yang kalian maksud? Apa itu sebuah contekan?" Jongin menunjuk Chanyeol dan Jongdae dengan garpu di tangannya. Mereka mang sering membuat kertas contekan ketika ulangan tengah berlangsung. "Ah tapi tidak ada ulangan hari ini." Ia kemudian sadar bahwa kertas yang dimaksud kedua sahabatnya bukanlah sebuah kertas contekan.

"Pagi tadi ada sebuah kertas yang menempel dipunggung Chanyeol, tapi Chanyeol tak tahu siapa yang melakukannya." Jongdae menjelaskan dan Chanyeol mengiyakan dengan mengangguk.

"Lalu? Kertas apa itu hyung?"

Jongin mulai penasaran dan dia sungguh-sungguh mendengarkan penjelasan Jongdae.

"Hanya kertas biasa saja dengan tulisan 'jika kau membutuhkan pisang besar untuk memasuki lubangmu, segera hubungi aku' ku pikir Chanyeol sedang melakukan promosi untuk mendapatkan seorang jalang yang bisa ia seret keatas ranjang tapi ternyata —aww! Kenapa memukulku!"

Jongdae mengusap kepalanya yang baru saja dipukul dengan sendok oleh Chanyeol.

"Jaga bicaramu itu, kau membuat oranglain menatap kita sekarang."

Jongdae dan Jongin mengedarkan pandangan kesekitar dan benar saja, beberapa murid memandang mereka bertiga. Jadi Jongdae membungkuk untuk meminta maaf.

"Ngomong-ngomong siapa yang memberitahumu jika kertas itu menempel di punggungmu?"

"Baekhyun." Jawab Chanyeol singkat.

Jongdae maupun Jongin saling berpandangan satu sama lain. Pasalnya mereka tahu betul Baekhyun siswa seperti apa. Tidak mungkin orang macam Baekhyun peduli pada murid lain, ia biasanya akan masa bodoh dengan apa yang terjadi.

"Tidak mungkin." Jongin berkata dan Jongdae setuju dengan itu.

"Kalian pikir aku berbohong?" Chanyeol pikir percuma saja menjelaskan pada kedua sahabatnya itu, mereka tak akan menganggapnya serius.

"Sudahlah lupakan saja, jangan ribut, kita dalam keadaan berduka sekarang, kalian lupa Minseok meninggal?"

"Tentu tidak, tapi seminggu telah berlalu sejak kepergiannya, kita tak harus berlarut dalam duka selamanya, benar kan?" Tatapan Jongdae berubah menjadi sedih, dia akhirnya meminta ijin untuk pergi ke toilet.

Chanyeol jadi merasa bersalah telah mengatakan semua itu, bagaimanapun Jongdae sangat menyukai Minseok, dan perlahan mencoba mengikhlaskan kepergiannya, namun Chanyeol tanpa sengaja kembali mengingatkan atas kepergian teman sekelasnya itu.

Maybe,Fight!

Baekhyun baru saja selesai mengganti seragamnya untuk pergantian pelajaran olahraga siang ini, namun Sehun dengan nafas terengah menghampirinya dan mengatakan sesuatu dalam bahaya. Baekhyun tidak menangkap maksud atas ucapan Sehun.

"Bicara pelan-pelan bodoh!"

Dengan kasar Baekhyun melempar botol air mineralnya pada Sehun agar sahabatnya itu bisa bicara dengan jelas, Baekhyun pikir Sehun kurang minum hari ini.

"Astaga Baek! Aku sudah katakan padamu, siswa Yeong-San berkumpul dilapangan! Mereka semua mencarimu!" Sehun geram berkali-kali menjelaskan namun Baekhyun hanya menanggapi dengan tanpa minat.

"Lalu?"

"F*ck! Itu artinya kau dalam bahaya!" Sehun menyeret pergelangan tangan Baekhyun agar mengikutinya. Ia membawa Baekhyun ke dekat jendela kelasnya yang berada di lantai tiga.

"Nah lihatlah, ada lebih dari empat puluh siswa!"

Sehun panik, namun berbeda dengan Baekhyun. Anak itu justru menyeringai dan menyilangkan tangan didepan dada, menatap remeh pada siswa-siswa yang siap menghajarnya.

"Kumpulkan semua siswa dan kita mulai pertempuran ini."

Sehun menurut patuh pada Baekhyun, ia segera berlari mencari para siswa untuk di kumpulkan. Sedangkan Baekhyun mengambil tongkat baseballnya dan berjalan santai menuju lapangan.

Tak lama banyak siswa yang ikut berbaris dengan rapi dibelakang Baekhyun siap membantunya bertempur.

Baekhyun berdiri dengan angkuhnya sembari mengunyah permen karet dihadapan para siswa Yeong-San. Tongkat baseballnya ia taruh diatas pundak, sedangkan topi lidah merahnya ia putar menghadap kebelakang. Matanya yang sipit memandang remeh ke depan.

"Ya Choi Hanbin, tunjuk siapa yang telah menghajarmu!" Tampaknya sang ketua sekolah Yeong-San yang berdiri dengan tangan yang menyilang itu angkat bicara.

Beberapa detik berikutnya, seorang siswa dengan nama tag Choi Hanbin dengan penuh luka lebam dan perban di kepala, tangan, serta kakinya yang sedikit pincang berjalan kearah Baekhyun. Dia dengan bengis menatap dan menunjuk Baekhyun dengan tongkat kruknya.

Benar. Baekhyun mengingatnya, dua hari yang lalu seorang siswa yang minim bela diri itu memukul Chanyeol dikereta dan menempelkan kertas di punggung Chanyeol untuk mempermalukannya dihadapan umum.

Baekhyum melihat itu semua dan ia tak terima atas sikap Hqnbin pada Chanyeol. Baekhyun hanya meminta Hanbin meminta maaf, namun siswa keras kepala itu justru membuat Baekhyun naik pitam dengan cara menghinanya, jadi Baekhyun memberinya sedikit peringatan untuk tidak bermain api dengan dirinya. Hingga berakhirlah seperti saat ini.

"Ah~ jadi siswa pendek ini yang membuatmu babak belur."

Baekhyun masih bersabar dan menikmati hinaan yang ia terima, namun kemudian emosinya mulai tersulut ketika siswa yang menghinanya itu mengelus pipinya. Dengan kasar Baekhyun menepis tangan siswa itu.

"Tsk! Wajahnya cantik juga, sayang sekali jika dia berandalan. Bagaimana jika aku mengajakmu bertarung di kamarku hm?"

"Bajingan kau!"

Dengan sekali pukulan Baekhyun, siswa mesum itu tersungkur dengan darah yang keluar dari gusi-gusinya.

Siswa yang Baekhyun juluki mesum itupun tak menyerah, ia merebut stick golf dari temannya dan mulai memukul tubuh Baekhyun. Namun jangan katakan Baekhyun sang penguasa sekolah jika ia tak mampu menghindari pukulan stick golf tersebut.

"Hanya seperti itu kemampuanmu?" Baekhyun meludahkan permen karetnya kearah siswa mesum itu, membuat siswa itu tersulut emosi dan mengisyaratkan temen-temannya agar segera menghabisi Baekhyun.

Semua murid dari kedua sekolah berbeda tersebut saling menyerang satu sama lain. Kecuali Chanyeol dan kedua sahabatnya yang bernyali ciut. Mereka justru pergi tanpa membantu sedikitpun.

"Kita harus melaporkan ini pada kepala sekolah!" Jongdae memberikan usul, namun Chanyeol menggelengkan kepalanya.

"Untuk apa peduli? Biarkan saja, bukankah itu makanan Baekhyun setiap hari?" Jongin membenarkan perkataan Chanyeol dengan menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Chanyeol kukira kau tersentuh atas bantuan Baekhyun, tapi kau bahkan tak menghiraukannya? Bukankah Choi Hanbin yang telah memukulmu dan mempermalukanmu dua hari yang lalu?" Jongdae menggeleng tak percaya atas apa yang Chanyeol lakukan setelah Baekhyun berkelahi untuk membelanya.

"Lagipula aku tak pernah meminta Baekhyun melakukan itu, untuk apa aku peduli." Mulut Chanyeol berkata seperti itu, namun ntah mengapa hatinya berkata lain dan menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.

...

Kepala sekolah dan beberapa guru datang tepat pada waktunya untuk melerai pertumpahan darah yang tengah terjadi. Beberapa siswa telah terkapar tak berdaya dengan luka lebam, maupun luka basah.

"BUBAR! Atau akan kupanggil polisi!" Murka sang kepala sekolah.

Baekhyun mengambil tongkat baseball yang ia gunakan untuk memukuli lawannya dan tersenyum puas melihat lawannya yang hampir tak sadarkan diri dengan luka lebam disekujur tubuhnya.

"Dengar! Jangan bermain api denganku karena aku adalah gas yang siap meledak jika kau sentuh dengan api!" Sebelum pergi Baekhyun sempat menendang perut si siswa mesum yang berani menyentuhnya beberapa menit yang lalu.

Setelah pertarungan yang terjadi kini semua siswa yang terlibat dikumpulkan untuk diberikan hukuman. Mereka di haruskan membersihkan seluruh sekolah selama seminggu penuh dan diberikan surat peringatan untuk mereka serahkan pada orangtua dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, jika mereka melanggar selama tiga kali berturut-turut dan mendapat surat peringatan, mereka akan di scors.

Hal seperti ini tentu sering terjadi mengingat bagaimana Baekhyun yang menjadikan perkelahian sebagai sebuah kesenangan. Meski mereka melanggar hingga tiga kali mereka tidak akan benar-benar di scors, karena ntah bagaimana Baekhyun selalu mendapat surat pencabutan scors dari ayahnya. Jika sudah berurusan dengan Byun Yonghwan, kepala sekolah hanya bisa menghembuskan nafas pasrah.

...

Baekhyun membersihkan darah yang mengalir dari hidungnya di toilet sekolah, berulang kali ia meringis kesakitan akibat perih di wajahnya. Tangan, kaki dan badannya pun tak luput dari pukulan stick golf yang si mesum layangkan untuknya.

Chanyeol masuk kedalam toilet dan melihat Baekhyun yang kacau. Ia kemudian mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa dalam saku celananya dan menyerahkannya pada Baekhyun.

"Kemana kau tadi? Kenapa tidak membantuku?" Baekhyun menerima sapu tangan dari Chanyeol dan menggunakan sapu tangan tersebut untuk mengusap wajahnya yang basah oleh air.

"Aku bukan kau dan aku tidak suka berkelahi seperti dirimu." Chanyeol menjawab dengan tenang. Ia kemudian membasahi tangannya dengan air dan membasuh wajahnya.

Baekhyun menyeringai dan meremas sapu tangan Chanyeol.

"Kau tahu aku melakukan semua itu untukmu!"

Chanyeol menoleh kekiri dimana Baekhyun berdiri di sampingnya. Kedua tangannya yang kekar mencengkram bahu Baekhyun dan menghempaskan tubuh mungil itu pada dinding dibelakang tubuh mungilnya.

"Dengar ByunBaek! Ini bukanlah cinta! Berhenti melakukan hal-hal yang akan membuatmu kesakitan!"

Chanyeol berteriak tepat dihadapan wajah Baekhyun dan membuat Baekhyun menahan nafas karena jantungnya yang berdebar dan terasa seperti akan melompat. Walau bagaimanapun Baekhyun tak pernah menyatakan cintanya secara langsung pada Chanyeol, tapi ntah mengapa Chanyeol selalu berhasil menebak perasaannya.

Baekhyun ingin bicara namun tiba-tiba pintu toilet dibuka dengan keras menampakkan seseorang yang memandang dengan tatapan mengintimidasi.

"Apa yang kau lakukan pada pacarku?!"

To Be Continue...

A/N : FF ini diadaptasi dari beberapa film Korea seperti Embrassing dan Hot Young Blood. Namun isi cerita murni dari otak gue. Karena tidak semua yang ada dalam FF gue ambil dari sana, beberapa adalah pengalaman pribadi dan imajinasi gue. Review kalau suka ya :D