Babies, I Love You

Title : Babies, I Love You

Writer : LeeHunHan947 (Lee)

Genre : Romance, Family

Rated : T

Main Casts :

.Kim Jong In (Kai)

.Do Kyung Soo (Dio)

Support Casts : HunHan, ChanBaek, SuLay, KrisTao, ChenMin and others

Warning : GS (Gender switch), OC (Original Character), OOC (Out of character), Typo(s), bahasa non baku

# LEEHUNHAN947#

Annyeong yeorobeun~ Ketemu lagi dengan Lee disini. Btw ini FF kedua Lee loh *gaknanya* *okesip* hehehe... Setelah kemarin menjulang sedikit *bisadibilangbegitu* kesuksesan di FF pertama yang Rated nya errr M, kali ini aku balik lagi dengan FF baru tapi dengan Rated T *tapiadakemungkinanberubahsewaktuwaktu* wkwkwk Di FF kedua aku ini, aku bawa semua official couples Exo nih hehehe sooo untuk KaiSoo shippers, HunHan shippers, ChanBaek shippers, KrisTao shippers, SuLay shippers and ChenMin shippers merapatpatpatpat kekekeke Dan sesuai permintaan FF ini GS kok GS no YAOI hehehe soooo are you ready to start reading? Check this out!

### ###LeeHunHan947 presents######

Happy reading~~~~

.

.

.

.

Kringggggggggg

Jam beker berwarna biru itu terus berbunyi di salah satu meja nakas menimbulkan suara bising di pagi hari. Seorang namja berkulit tan yang masih meringkuk di balik selimut tebal menggerakan tubuhnya resah. Mungkin karena suara bising yang ditimpulkan jam beker itu. Namja itu mengambil sebuah bantal untuk menutupi kedua telinganya. Ia sangat merasa terganggu dengan suara bising jam bekernya. Sesekali ia mengganti posisi tidurnya berharap bisa menghilangkan suara bising jam beker itu.

"Akhhhh jam sialan!" Namja itu segera mengambil jam beker tak berdosa itu dan melemparkannya asal ke sembarang arah hingga membentur dinding kamarnya. Karena tindakannya itu jam beker berhenti berbunyi.

Detik berikutnya namja itu kembali meringkuk di balik selimut. Ia enggan untuk bangun. Matanya masih terasa mengantuk dan tubuhnya malas untuk bangun. Ia ingin tidur lebih lama lagi.

Kringggggggggg

Tak lama jam beker itu berbunyi lagi membuat namja tan yang sudah kembali tertidur jadi terkejut dan bangun. Ia segera bangkit dari tempat tidur, melangkah turun dari tempat tidur dengan mata setengah terpejam dan mengambil jam beker yang sudah tergeletak lemah di lantai.

PIPP

Namja itu berdecih pelan. Akhirnya suasana sudah kembali tenang. Namun ia sudah tidak bisa tidur lagi saat matanya menatap jam beker yang sudah sekarat di tangannya.

"Omo Kai! Jam 8? Kelasku akan dimulai setengah jam lagi!" Teriak namja bernama Kai itu frustasi. Kai segera melemparkan kembali jam itu entah le arah mana. Ia segera mengambil handuk yang bertengger di dinding di dekat meja nakasnya dan melesat masuk ke dalam kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian ia sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Sebuah t-shirt putih dan celana panjang sudah membalut tubuhnya yang cukup tinggi. Ya begitulah kira-kira tampilannya. Rambutnya masih terlihat sedikit basah namun Kai tidak terlalu memperdulikannya. Ia hanya ingin cepat-cepat pergi ke kampusnya sebelum kelas pertama di mulai atau dia akan kehilangan seluruh kelas hari ini.

Kai segera mengambil tas ransel, jaket baseball hitam dan kunci mobil di dalam laci nakas. Tak lupa ia mengenakan sepatu putih kesayangannya.

Ting Tong Ting Tong

Baru saja ia akan melangkah keluar dari kamarnya, tiba-tiba bell apartmentnya berbunyi menandakan ada seseorang yang datang. Kai berdecih sebal. Ia sangat buru-buru tapi kenapa ada seseorang yang datang tidak tepat waktu?

Ting Tong Ting Tong

Bell kembali berbunyi. Kai segera melangkah keluar kamar dan membuka pintu untuk melihat siapa tamu yang tidak tahu waktu berkunjung itu.

"Siap- Loh? Tidak ada orang?" Kai menengokkan kepalanya ke kanan dan kekiri dan tidak mendapati siapapun di depan apartmentnya.

Ngut Ngut

Kai merasakan ada sesuatu yang menarik ujung bajunya. Dan pandangannya beralih ke bawah. Ia segera membelalakan matanya saat menemukan seorang ani dua orang anak kecil yang tersenyum manis padanya dengan mata yang menyipit. Kai juga melihat beberapa koper di dekat mereka. Sepertinya itu benar milik mereka.

"Annyeong Appa..." ujar kedua anak kecil itu membuat Kai melongo. Appa?

"Ka-kalian... si-siapa?" Tanya Kai tergagap. Matanya mengerjap-ngerjap melihat kedua anak yang terus tersenyum manis padanya.

"Appa lupa pada kami?" Ujar salah seorang dari mereka yang kebetulan adalah seorang yeoja. Wajahnya sedikit cemberut mendengar penuturan dari Kai.

Kai menengok ke kanan dan ke kirinya takut ada seseorang atau tetangganya yang salah paham menganggap jika kedua anak itu benar anaknya. Kai menghela nafasnya sejenak karena tak melihat siapapun yang berlalu lalang di lorong apartmentnya.

"Ahh baik-baik... Masuklah..." Kai segera mengajak kedua anak kecil itu masuk ke dalam apartmentnya. Sekarang ia sudah tidak memperdulikan lagi kelasnya pagi ini. Ia penasaran dengan kedua anak kecil yang tiba-tiba mendatangi apartmentnya. Yang seorang adalah yeoja dan yang lainnya adalah namja. Wajah mereka pun mirip kemungkinan mereka saudara kembar. Kai meletakkam koper-koper itu di dekat sofa.

Kai memperhatikan yeoja kecil yang tersenyum manis padanya. Pipi chubbynya terus tertarik karena senyumnya. Ia mengenakan sebuah dress bunga-bunga berwarna putih di lapisi dengan sebuah cardigan berwarna peach. Rambutnya berbentuk bob dengan poni yang rata menutupi dahinya. Tak lupa juga ada sebuah bando berwarna putih yang dipakainya. Sedangkan yang namja hanya berekspresi datar sambil menatap Kai. Ia mengenakan topi berwarna biru senada dengan t-shirt yang dikenakannya. Tangannya terus memain-mainkan celana putihnya terlihat sedikit gugup dan... takut?

"Lalu, sebenarnya siapa kalian?" Tanya Kai.

"Masa appa lupa pada kami?" Ujar anak laki-laki dengan pipi chubby yang semakin terlihat chubby ketika ia menggembungkan pipinya.

Kai mengacak rambutnya frustasi. Ia sama sekali tidak mengenali kedua anak itu. Pikiran-pikiran lain memenuhi otaknya. Ia memikirkan jika mereka dibuang oleh orangtuanya dan meninggalkan mereka di depan pintu apartmentnya. Atau bisa saja kedua anak kecil itu salah masuk ke apartment. Atau ada seseorang yang mengaku-ngaku jika kedua anak itu adalah anaknya. Well, yang terakhir itu sepertinya tidak mungkin. Karena Kai sama sekali belum melakukan yang 'iya-iya' pada yeoja manapun. Jadi tidak mungkin jika mereka itu anaknya. Lagipula jika di lihat kedua anak itu sudah cukup besar. Mungkin usianya sudah sekitar 4 tahun. Dan selama bertahun-tahun hidupnya, Kai masih betah sendiri. Jadi itu sama saja mempertegas jika mereka bukan anaknya.

"Appa... Eomma memberikan ini untuk appa..." ujar yeoja kecil itu sambil memberikan sebuah amplop pada Kai. Sedikit canggung, Kai mengambil amplop itu dan membacanya.

'Annyeong Kai... Kau tidak lupa pada noonamu yang cantik dan baik hati ini kan? Hehehe oke lupakan ucapanku tadi. Hmm sudah lama kau tidak pulang ke rumah. Kau juga sudah sulit dihubungi sekarang. Sebegitu sibukkah kuliahmu selama 3 tahun ini, eoh? Noona tahu sih sebentar lagi kau akan lulus. Dan ehem kau pasti terkejut ya saat kau melihat ada dua anak kecil di depan pintu apartmentmu? Well, mereka adalah anak-anakku, keponakanmu Kai. Jangan bilang kau lupa jika kau punya keponakan fiuhhh~ Ahh aku tidak mau berbasa-basi lagi. Hmm Kai bisa tolong rawat mereka selama 6 bulan ke depan? Aku tidak tahu harus minta tolong ke siapa lagi jika bukan kepadamu. Bantulah noonamu ini sekali-kali. Rawatlah keponakanmu yang lucu dan menggemaskan itu. Sekalian ya hitung-hitung pembelajaran merawat anak-anak. Yang terakhir itu aku hanya bercanda. Aku ada pekerjaan di Jepang selama 6 bulan dan Joon oppa juga sedang tidak ada disini. Kau tahu kan Joon oppa sedang menetap beberapa tahun di Jerman untuk mengurusi cabang perusahaannya disana? Jadi noona mohon, tolong rawat anak-anakku ya... Untuk masalah uang, kau tidak perlu khawatir. Aku bisa mengirimkannya ke rekeningmu setiap bulannya berapapun yang kau minta. Yang penting kau harus berjanji merawat mereka. Jebal... Note: tak apa kan jika mereka memanggilmu 'appa'? Sebagai pengganti appa untuk mereka selama Joon oppa tidak sini hehehe Dari noonamu yang cantik, Kim NaIn'

Begitulah kira-kira isi surat yang kini di pegang Kai. Ia begitu tercengang melihat isi surat itu. Mata Kai menatap bergantian antara menatap anak kembar di hadapannya dan surat yang dipegangnya. Ia merasa baru saja mendapat mimpi yang teramat buruk di dalam hidupnya. Mengaja anak? What the?

Pasti banyak yang bertanya. Kenapa noona Kai menitipkan anaknya pada Kai, kenapa tidak pada eomma Kai saja? Jawabannya karena eomma dan appa Kai sudah meninggal sejak Kai berumur 16 tahun dan noonanya yang berumur 22 tahun. Kai dan noonanya memang terpaut usia cukup jauh. Saat meninggalnya kedua orang tua mereka, mereka hanya hidup berdua di Seoul karena mereka tidak memiliki kerabat dekat. Eomma dan appanya adalah anak tunggal. Dan jadilah mereka berjuang berdua menjalani hidup mereka. Noona Kai dengan giat mencari uang untuk membiayai sekolahnya bahkan noonanya sampai rela meninggalkan bangku kuliah hanya demi Kai.

Saat Kai lulus SMA, noonanya menikah dengan seorang namja teman semasa SMA nya. Kai tentu turut berbahagia. Namja yang menikahi noona juga sangat baik padanya. Bahkan menawarkan diri untuk membantu membiayai kuliah Kai. Namun Kai tentu saja menolak. Ia cukup tau diri. Ia tidak mau membebani lagi noonanya yang sudah berkeluarga apalagi sampai membebani kakak iparnya. Maka ia memutuskan untuk berusaha mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai kehidupannya. Ia bekerja membantu teman kuliahnya yang kebetulan adalah pewaris kedua sebuah perusahaan games yang cukup terkenal di Korea. Karena mereka cukup dekat, Kai bekerja sebagai asisten pribadinya dan mendapat gaji yang cukup besar hingga sekarang ia bisa membeli apartment dan mobil bagi dirinya sendiri. Jadi ia tidak perlu menyusahkan noona dan kakak iparnya.

"Appa... Kenapa menatap kami seperti itu? Hikss appa tidak suka pada kami, ya? Hiks hiks hiks..." ujar yeoja kecil yang menatap Kai takut-takut. Isakan kecil mulai terdengar di bibirnya. Matanya juga sudah terlihat berkaca-kaca.

"Noona hikss... Uljima... Hikss appa hikss" namja kecil di sebelah yeoja kecil itu juga ikut menangis melihat saudara kembarnya menangis.

"Ahh uljima... Uljima... Jangan menangis... Cup cup cup..." Kai berusaha menenangkan kedua anak kecil yang menangis itu. Namun bukannya berhenti menangis, kedua anak kecil itu malah semakin menangis. Kai jadi pusing sendiri.

"Uljima... Uljima... Shttt cup cup cup... Jangan menangis, ne..." Kai berjongkok di hadapan kedua anak kecil yang menangis itu.

"Hikss hikss appa hikss tidak hikss suka pada hikss kami hiks hiks" ujar yeoja kecil itu di sela tangisannya.

"Panggil aku paman... Bukan appa ya... Appan kalian kan Joon hyung bukan aku..." Koreksi Kai. Ia sedikit terganggu jika mereka memanggil dirinya dengan sebutan 'appa'.

"Shireo! Aku mau panggil appa!" Jawab mereka bersamaan.

"Haa baiklah-baiklah... Terserah kalian saja... Dan paman hmm 'appa' suka kok pada kalian... Jadi jangan menangis lagi, ne..." Kai mengelus rambut kedua anak itu dengan lembut.

"Bohong hikss appa pasti bohong hiks hiks" kini giliran namja kecil yang angkat suara. Sesekali ia menghapus air matanya dengan tangannya kasar.

"Pa- appa tidak bohong... Appa suka kok pada kalian... Hmm begini saja... Apa kalian ingin es krim?" Bujuk Kai dan seketika itu juga kedua anak kecil itu berhenti menangis. Keduanya menatap ke arah Kao dengan pandangan -benarkah.

"Nah begini lebih baik. Jangan menangis, ne?" Kai tersenyum ketika mendapati kedua anak kecil itu yang sudah berhenti menangis. Ia bisa bernafas lega.

"Oh iya appa lupa. Kita belum berkenalan ya... Siapa nama kalian?" Tanya Kai sambil menghapus air mata di kedua pipi anak-anak itu.

"Namaku Lee MinKyu. Tapi appa bisa memanggilku Mini... Lalu adikku, namanya Lee MoonKyu dan panggil dia Moon." Jelas Mini dengan senyum yang terkembang diwajahnya.

"Oh jadi Mini adalah noona Moon, begitu?" Tanya Kai yang dibalas anggukan dari Mini dan Moon.

"Baiklah. Karena kalian pintar dan sudah tidak menangis, kajja kita beli es krim. Siapa yang mau?" Tawar Kai seketika itu juga Mini dan Moon bersorak gembira dan segera menarik-narik tangan Kai tidak sabaran.

-Tak sesulit yang aku kira. Fiuhh~ untunglah mereka tidak senakal dan semerepotkan yang aku pikiran.- batin Kai.

.

.

.

Kai mengendarai mobilnya di tengah jalanan kota Seoul yang cukup padat. Beberapa kali mobilnya harus terhenti karena jalanan yang macet. Mini dan Moon terus saja bercerita apapun sepanjang perjalanan di jok belakang. Kai hanya menyunggingkan senyum melihat keakraban mereka berdua. Sesekali Mini membenarkan topi Moon yang sedikit turun dan menutupi matanya. Kai tidak menyangka keponakannya yang sudah sangat lama -bahkan sampai sedikit lupa- tidak ditemuinya tumbuh menjadi anak-anak yang manis dan pintar seperti itu. Ia selalu berpikir beruntungnya noonanya memiliki anak-anak seperti mereka.

Setelah melalui kemacetan, akhirnya mereka sampai di sebuah kedai es krim yang cukup ramai. Terlihat antrian panjang di depan counter pemesanan. Kai memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari kedai es krim itu karena parkiran yang penuh. Kai menuntun kedua keponakannya dan berjalan masuk ke dalam kedai itu.

Drrttt Drttt

Tiba-tiba Kai merasakan ada yang bergetar di dalam saku celananya. Ia pun menghentikan langkahnya membuat kedua keponakannya melihatnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Kai menatap layar ponselnya yang tertulis nama seseorang. Kai menepuk jidatnya saat melihat siapa orang yang menghubunginya.

"Yeob-"

-Ya! Dimana kau, Kai? Kenapa kau tidak kemari? Dan lihat kau juga mengabaikan panggilanku. Kemana saja kau?- ujar seseorang di ujung telepon.

"Mian, Sehun. Aku sedang ada urusan mendadak. Makanya aku tidak bisa kuliah. Dan apa di kampus baik-baik saja? Tidak ada tugas lagi, kan?" Tanya Kai basa-basi mencoba mengalihkan pembicaraan.

-Mana ku tahu. Aku juga tidak ke kampus tadi.- balas namja yang dipanggil Sehun itu.

"Mwo? Lalu maksud-"

-Ada sedikit masalah di perusahaan. Banyak gamers yang mengeluh karena adanya kerusakan provider. Dan karena itu aku pusing mengurus masalah ini daritadi. Kau dimana sekarang? Bisa bantu aku mengurusnya?- jelas Sehun.

Kai tampak berpikir. Ia sungguh tahu bagaimana watak teman bahkan sahabatnya itu. Ia memang tidak begitu mengerti soal masalah perusahaan games yang sudah bertahun-tahun dijalani appanya itu. Ia hanya ditugaskan memimpin perusahaan cabang kedua ini tanpa mengerti apapun. Dan Kai yang biasanya selalu membantu dirinya. Namun Kai ragu. Ia menatap kedua anak kecil yang masih berdiri dengan gelisah di sampingnya.

"Ahh panas... Noona... Kita ke dalam dulu yuk..." ajak Moon sambil menarik-narik tangan Mini.

"Tapi, Moon... Bagaimana dengan apa?" Mini melirik ke arah Kai yang masih asik berteleponan.

"Noona... Aku kepanasan disini..." Mini melihat wajah Moon yang sudah di banjiri keringat. Ia jadi tidak tega dengan saeng kembarnya. Akhirnya Mini dan Moon pun berlari ke arah dalam kedai meninggalkan Kai yang masih berteleponan.

"Ya! Ya! Hei kalian mau kemana?" Teriak Kai tanpa menjauhkan ponsel dari telinganya.

-Ish Kai! Kau itu apa-apaan? Kenapa teriak-teriak begitu? Apa mau aku potong gajimu, eoh?- ancam Sehun karena kesal tiba-tiba Kai berteriak seperti itu.

"Mian Sehun, aku masih ada urusan sebentar. Nanti akan aku hubungi lagi." Ujar Kai dan kemudian mematikan sambungan teleponnya dengan Sehun tanpa memperdulikan lagi ocehan Sehun disana.

Kai melangkah kakinya masuk ke dalam kedai itu. Ia mencari kedua keponakannya yang tiba-tiba saja berlari masuk ke dalam kedai tanpa memberitahu dirinya terlebih dahulu. Kai berdecak frustasi karena tidak menemukan kedua keponakannya di dalam kedai yang ramai. Namun ia tidak mau putus asa. Ia harus mencarinya. Kedua keponakannya itu sudah menjadi tanggung jawabnya. Ia tidak boleh membuat noonanya yang selama ini begitu baik jadi kecewa padanya karena dirinya yang tak becus diberikan tanggung jawab.

"Mini... Moon... Kalian dimana sih? Kenapa kalian tiba-tiba menghilang begini?" Ujar Kai sambil berjalan mengelilingi kedai yang cukup besar dan ramai itu.

"Appa!"

Kai seperti mengenali suara teriakan itu. Ia memutar kepalanya mencari sumber suara. Ia yakin jika tadi adalah suara teriakan Mini dan Moon.

"Appa!" Tiba-tiba Kai merasa ada yang memeluk kakinya. Ia menundukkan kepalanya dan mendapati Mini dan Moon yang memeluk kakinya.

"Ya! Kalian darimana saja? Apa kalian tidak tahu jika aku begitu khawatir pada kalian, eoh?" Ujar Kai dengan intonasi suara yang meninggi. Seketika Mini dan Moon menjauhkan tubuh mereka dari Kai dan menatap Kai takut.

"Hei! Berbicaralah yang lembut pada anak kecil!" Ujar seseorang membuat Kai menaikkan satu alisnya.

"Siapa kau?" Tanya Kai pada seorang yeoja yang menginterupsinya tadi. Mini dan Moon bersembunyi di belakang punggung yeoja itu.

Kai menatap yeoja penuh tanda tanya yeoja di hadapannya ini. Rambut hitam sebahu, mata besar, hidung mancung, bibir berbentuk hati, serta kulitnya yang putih yang begitu kontras dengan pakaian hitam yang dikenakannya. Kai menatap dari atas sampai ke bawah yeoja di hadapannya itu. Yeoja yang ditatap itu merasa risih ditatap seperti itu oleh orang yang tidak dikenalnya.

"Perkenalkan, aku Do Kyungsoo." Ujar yeoja bermata bulat itu. Kai hanya diam sambil memandangi yeoja di hadapannya ini.

Drrrttt Drrtttt

Getaran ponselnya kembali menyadarkan Kai dari lamunannya. Ia merogoh ponsel di saku celananya dan menggeser tombol hijau di layar touchscreen nya.

"Yeobosaeyo? Waeyo Sehun?"

-Kai cepatlah kesini. Bantu aku... Akhh aku pusing menyelesaikan semua ini...- ujar Sehun frustasi dari ujung telepon.

"Ck yayaya aku kesana... Sebentar..." Kai langsung memutuskan sambungannya. Ia menghela nafasnya berat. Lalu berjalan meninggalkan kedai itu.

"Hei hei... Kau mau kemana? Bagaimana dengan anak-anak ini? Heii..." Yeoja bernama Kyungsoo itu berteriak mencoba memanggil Kai namun namja itu tak juga menengok dan malah berlalu begitu saja meninggalkan kedai itu.

"Hikss hikss appa... Hikss hikss" Mini dan Moon mulai menangis membuat Kyungsoo jadi bingung. Kyungsoo lalu menjongkokkan dirinya menyamakan tinggi dengan Mini dan Moon.

"Jadi dia itu appamu? Dasar namja tidak bertanggung jawab! Masa tega meninggalkan anaknya sendiri di sini?" Decak Kyungsoo sebal. Mini dan Moon masih tetap menangis. Air mata membanjiri pipi mereka.

"Cup cup cup... Sttt uljima... Kalian ikut dengan ahjumma saja ya..." Kyungsoo mencoba menenangkan Mini dan Moon yang masih menangis.

"Begini saja. Kita beli es krim saya ya sambil menunggu appa kalian kembali ke sini..." ujar Kyungsoo membuat Mini dan Moon berhenti menangis. Mereka berdua menganggukkan kepala mereka bersamaan setuju dengan usul Kyungsoo.

"Nah pilih es krim kesukaan kalian... Ahjumma yang akan membayarnya..." Kyungsoo menggandeng tangan Mini dan Moon dan masuk ke dalam antrian yang sudah semakin sedikit.

.

.

.

Kai memarkirkan mobilnya di basement gedung Oh Corp dan berjalan masuk ke dalam gedung. Banyak pegawai yang memperhatikan Kai dan sedikit membungkuk. Ya Kai memang dihormati disini. Meski hanya sebagai asisten Sehun, namun ia banyak mendapat penghormatan karena ia juga yang banyak membantu menangani semua masalah di perusahaan. Berbeda dari perusahaan kebanyakan, perusahaan ini tak mengharuskan para pegawainya berpakaian rapi maksudnya dengan memakai kemeja atau sepatu pantofel. Karena perusahaan ini bergerak di games, mereka dibebaskan mengenakan pakaian apapun asal masih dalam batas sopan dan bersih.

Kai masuk ke dalam lift dan menekan tombol 20, lantai tertinggi di gedung itu, tempat dimana ruangan miliknya dan ruangan bossnya -Sehun berada. Selama di dalam lift, Kai hanya diam dan sesekali bersenandung kecil.

Tringg

Pintu lift pun terbuka. Kai segera berjalan lurus menuju ke ruangan Sehun. Di lorong ia melihat beberapa pegawai yang lewat dan membungkuk sedikit ke arahnya. Kai balas membungkuk. Karena ia merasa mereka sama. Ia bukan boss dan pemilik perusahaan ini.

"Kai-ssi... Masuklah kau sudah di tunggu oleh Sehun-ssi di dalam..." ujar seorang yeoja yang berdiri di depan sebuah ruangan.

"Terima kasih, Luhan-ssi. Tapi kenapa kau tidak masuk? Sehun pasti membutuhkanmu juga di dalam." Ujar Kai membuat pipi yeoja bernama Luhan itu merona.

Luhan adalah sekretaris perusahaan. Ya meski ada asisten, Sehun masih tetap membutuhkan sekretaris. Luhan adalah yeoja yang 2 tahun lebih tua dari Kai dan Sehun. Ia adalah seorang lulusan sekretaris terbaik di kampusnya dan direkrut bekerja disini oleh appa Sehun. Perlu di ketahui juga sebenarnya, Luhan ini adalah kekasih Sehun. Tapi.. Tak banyak yang tahu tentang hubungan Sehun dan Luhan. Hanya Kai dan beberapa teman dekat mereka serta keluarga saja yang tahu. Para pegawai perusahaan itu saja tidak tahu.

Kai melangkah masuk ke dalam ruangan Sehun. Ruangan Sehun itu sangat lah luas. Bisa berukuran dua kali apartmentnya. Di dalam ruangan itu banyak sekali LCD TV yang menampilkan banyak gambar anime dan games. Di dalamnya Kai juga bisa melihat Sehun yang sedang duduk sambil menumpu kepalanya dengan kedua tangan. Sepertinya Sehun nampak frustasi.

"Sehun..." panggil Kai membuat Sehun menganggkat kepalanya.

"Oh Kai... Akhirnya kau datang juga. Tolong bantu aku menangani semua masalah ini..." mohon Sehun. Kai hanya menghela nafasnya dan segera membantu Sehun.

"Ahh gomawo, Kai. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan jika kau tidak ada. Kau sungguh sangat membantu." Puji Sehun.

"Hmm sama-sama... Ini kan juga tugasku..." balas Kai seadanya.

Tok Tok Tok

"Masuk..." Sehun mempersilakan seseorang yang mengetuk pintu ruangannya masuk.

"Wah sepertinya aku akan jadi obat nyamuk disini. Yasudah aku pulang saja ya boss... Sudah waktunya pulang, bukan? Hehehe" ujar Kai saat mengetahui siapa yang datang.

"Obat nyamuk apaan kau ini! Terserah kau mau pulang atau tidak. Yang jelas pekerjaanmu hari ini sudah selesai." Balas Sehun cuek.

"Jangan berbicara seperti itu, Hunnie..." ujar Luhan sambil mengelus pipi Sehun.

"Nah nah nah belum apa-apa saja sudah mesra-mesraan seperti itu. Tunggulah beberapa menit sampai aku keluar dari sini hahahaha" ejek Kai membuat Sehun dan Luhan hanya terkekeh.

Kai berjalan ke arah mobilnya yang terparkir di basement. Ia merasa lelah. Sepertinya ia harus segera pulang dan beristirahat sekarang. Kai masuk ke dalam mobilnya dan bersiap meninggalkan gedung itu.

Drttt Drrttt

Baru saja Kai akan menjalankan mobilnya, tiba-tiba ponselnya bergetar. Kai pun merogoh saku celananya dan melihat siapa yang menelponnya saat itu.

"Yeoboseyo? Waeyo noona?" Tanya Kai pada noonanya yang menelepon.

-Aishh kau ini bagaimana sih! Aku hanya ingin menanyakan kabar anak-anakku saja. Apa mereka baik-baik saja? Lalu bagaimana makan mereka? Apa mereka...-

Seketika tubuh Kai menegang saat mendengarkan berbagai pertanyaan dari noonanya. Ia lupa. Benar-benar lupa! Tanpa sadar Kai segera memutuskan sambungan teleponnya dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

-Aishh pabbo kau, Kai! Bagaimana kau bisa lupa dengan Mini dan Moon? Aishh pabbo! Pabbo!- batin Kai.

.

.

.

Mini dan Moon nampak sangat bosan. Mereka sudah menghabiskan beberapa cup es krim namun sampai sekarang mereka tidak jua di jemput oleh 'appa' mereka. Kyungsoo, yeoja yang menolong mereka pun merasa sangat kasihan pada Mini dan Moon. Ia sungguh tidak menyangka ada seorang appa yang tega meninggalkan anaknya begitu saja di sebuah kedai es krim seperti ini.

"Noona... Moon ngantuk..." Ujar Moon sambil mengucek matanya dan menguap. Kyungsoo semakin tak tega melihat mereka.

"Noona juga, Moon... Tapi appa belum datang..." balas Mini dengan wajah cemberutnya.

"Appa kemana ya? Kenapa appa meninggalkan kita disini? Appa apa tidak suka dengan kita, noona? Hikss" Moon terisak membuat Kyungsoo panik.

"Cup cup cup... Uljima, ne... Jangan menangis... Ahjumma akan menemani kalian disini sampai appa kalian datang, ne?" Bujuk Kyungsoo agar Moon berhenti menangis.

Kyungsoo kembali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Sudah hampir 5 jam lamanya Kyungsoo beserta kedua anak itu menunggu di kedai itu namun tak ada tanda-tanda Kai akan datang.

Kyungsoo melirik ke arah Mini dan Moon yang sama-sama menguap dan mengerjapkan mata mereka. Kyungsoo semakin tidak tega. Akhirnya Kyungsoo memutuskan membawa mereka berdua untuk tinggal semalam di apartmentnya. Tak lupa Kyungsoo menitip pesan kepada pemilik kedai itu jika ada seseorang yang mencari kedua anak kecil itu, ia bisa mendatangi apartmentnya. Kyungsoo memberikan sepucuk kertas pada pemilik kedai dan berpamitan.

"Untuk malam ini, kalian tidur di apartment ahjumma saja ya... Tidak apa kan?" Tanya Kyungsoo pada Mini dan Moon.

"Ne, ahjumma... Gomawo..." balas Mini sambil tersenyum.

Kyungsoo, Mini dan Moon sudah berada di depan apartment Kyungsoo. Apartment Kyungsoo memang tidak bisa terbilang mewah karena Kyungsoo memang bukan dari kalangan yang berada.

"Hai Kyunggie... Loh mereka siapa?" Tanya seorang yeoja bermata rusa pada Kyungsoo yang berdiri di depan pintu apartmentnya.

"Hai Luhan jie... Sudah pulang kerja?" Tanya Kyungsoo yang dibalas anggukan oleh Luhan.

"Lalu... Mereka siapa, Kyunggie? Mereka lucu sekali..." Tanya Luhan yang penasaran dengan Mini dan Moon yang berdiri di samping Kyungsoo.

"Annyeonghasaeyo... Joneun Kim MinKyung imnida. Tapi ahjumma bisa memanggilku Mini..." ujar Mini memperkenalkan dirinya pada Luhan.

"Joneun Kim MoonKyu imnida... Ahjumma bisa memanggilku Moon..." ujar Moon melakukan hal yang serupa dengan noonanya, Mini. Mata Luhan terlihat berbinar-binar. Luhan sangat menyukai anak-anak maka tak heran ia terlihat begitu antusias saat melihat anak-anak yang lucu seperti Mini dan Moon.

"Annyeong Mini, Moon... Kalian bisa memanggilku Lu ahjumma. Senang berkenalan dengan kalian. Kalian anak-anak yang manis..." Ujar Luhan sambil mengelus kepala Mini dan Moon bergantian.

"Oh iya, Kyunggie... Apa kau tidak bekerja hari ini? Ini kan sudah jam 17.45. Apa kau tidak siap-siap?" Tanya Luhan pada Kyungsoo.

"Seharusnya aku memang bekerja. Tapi aku kan tidak mungkin meninggalkan mereka... Dan mungkin sebentar lagi appa mereka akan datang kemari menjemput mereka." Jelas Kyungsoo

"Appa? Maksudmu, Kyung?"

"Ya mereka tiba-tiba di tinggalkan appa mereka begitu saja saat di kedai es krim tadi. Karena kasihan aku menemani mereka menunggu appa mereka kembali ke kedai itu tapi sampai lima belas menit yang lalu appa mereka tetap belum datang makanya aku membawa mereka kesini." Jelas Kyungsoo panjang lebar membuat ekspresi wajah Luhan berubah.

"Appa macam apa yang tega meninggalkan anaknya begitu saja di kedai es krim seperti itu? Jika aku tahu siapa appa mereka, akan aku hajar. Bisa-bisanya ia menelantarkan anak-anak manis seperti mereka..." ujar Luhan dengan emosi. Luhan memang sangat tidak menyukai sesuatu yang buruk yang terjadi pada anak-anak kecil.

"Sudahlah Kyung... Kau bekerja saja. Biar mereka aku yang menjaganya. Bagaimana Mini? Moon? Apa kalian mau bermain dengan ahjumma?" Tawar Luhan dibalas anggukan kepala oleh Mini dan Moon.

"Nah mereka mau. Sekarang kau siap-siaplah. Kau bisa dipecat jika datang terlambat nantinya... Mini, Moon kita main di apartment ahjumma saja ya... Kajja kita masuk..." Luhan membawa masuk Mini dan Moon ke dalam apartmentnya.

Mini dan Moon kini sudah berada di dalam apartment Luhan. Apartment Luhan banyak di dominasi oleh warna pink dan gambar kucing berpita yang dikenal dengan nama Hello Kitty. Mini menyukai tempat itu karena Mini juga sama mengilai Hello Kitty, berbeda dengan Moon yang hanya diam sambil memperhatikan dua ekor ikan yang berenang di dalam sebuah akuarium kecil.

Luhan berjalan ke arah dapur setelah ia mengganti baju kerjanya dengan baju rumahan. Ia tidak ingin kemeja mahalnya terkena noda saat ia berniat memasak di dapur. Luhan menguncir rambutnya dan mengenakan apron bergambar Hello Kitty miliknya. Luhan berniat memasak spagetti untuk Mini dan Moon yang sedang asik bermain di ruang tengah rumahnya.

Di saat Luhan sedang asik memasak di dapur, tiba-tiba pintu apartmentnya terbuka dan menampilkan seorang namja berkulit pucat berjalan masuk dengan wajah terkejut mendapati ada dua anak kecil yang sedang bermain-main di ruang tengah apartment Luhan.

"Hunnie... Kau sudah datang? Masuk saja ke dalam.. Aku sedang memasak di dapur..." teriak Luhan dari arah dapur yang bisa di dengar oleh Sehun.

"Hannie... Siapa anak-anak itu?" Tanya Sehun saat ia tiba di dapur.

"Mereka Mini dan Moon. Mereka sangat lucu, bukan?" Ujar Luhan sambil sibuk memasak spagetti.

"Ya mereka memang lucu. Tapi siapa mereka? Kenapa mereka ada disini?"

"Tadi Kyunggie yang membawa mereka. Kyunggie bilang mereka ditinggalkan begitu saja oleh appa mereka. Karena kasihan, Kyunggie membawa mereka pulang." Jelas Luhan membuat Sehun menghela nafasnya.

"Lalu, jika Kyunggie yang membawa mereka pulang, kenapa mereka tidak ada di apartmentnya? Kenapa mereka malah disini?"

"Kyunggie kan harus kerja, Hunnie... Jadi aku yang mengajak mereka ke sini. Tidak apa, kan? Mereka sangat lucu aku juga jadi gemas tak tidak tega membiarkan mereka berdua saja di apartment Kyunggie..." jelas Luhan sambil mencicipi spagetti buatannya.

"Kau memang sangat menyukai anak-anak ya... Ya tidak apa mereka disini, kok. Aku tidak akan melarang. Lalu apa spagetti ini untuk mereka?" Tanya Sehun sambil menatap spagetti yang dituang ke dua buah piring oleh Luhan.

"Ne... Mereka pasti belum makan. Apa aku bisa minta tolong padamu untuk memberikan spagetti ini untuk mereka? Aku akan membersihkan dapur dulu..."

"Tentu saja. Aku akan memberikan spagetti ini untuk mereka." Sehun mengambil dua piring berisi spagetti itu dan membawanya ke ruang tengah.

"Anak-anak... Makanan datang... Apa kalian lapar?" Ujar Sehun pada Mini dan Moon yang sedang asik bermain kejar-kejaran.

"Wahh itu apa, ahjushi?" Tanya Mini pada Sehun.

"Ini spagetti. Lu ahjumma membuatkannya khusus untuk kalian. Apa kalian lapar?" Tanya Sehun yang dibalas anggukan oleh Mini dan Moon.

Mini dan Moon kini sedang terlihat asik menikmati spagetti yang dibuat Luhan. Sesekali Mini menjilati saus spagetti yang ada di sendok yang digunakannya. Sehun terkekeh melihat tingkah Mini yang menurutnya sangat menggemaskan. Sama dengan Luhan, sebenarnya Sehun juga sangat menyukai anak kecil namun ia sedikit canggung mengakuinya. Meski ia terlihat dingin di luar, namun Sehun akan selalu bersikap hangat pada anak kecil. Sikap Sehun itulah yang sangat di sukai oleh Luhan.

"Ahjushi kok tidak makan?" Tanya Moon sambil terus menyantap spagettinya.

"Ahjushi sudah kenyang. Sekarang kalian saja yang makan. Habiskan ya spagettinya..." ujar Sehun di balas anggukan dari Mini dan Moon.

"Wah bagaimana rasanya spagetti buatan ahjumma? Apa enak?" Tanya Luhan yang baru saja keluar dari dapur.

"Spagettinya enak sekali, ahjumma... Mini suka..." balas Mini dan diangguki oleh Moon.

"Kalau kalian suka, dihabiskan ya spagettinya... Dan jika kalian butuh minum, ini minum kalian..." Luhan meletakkan dua buah cangkir berisi air di meja di hadapan Mini dan Moon.

TingTongTingTongTingTongTingTong

BrakBrakBrakBrakBrak

TingTongTingTongTingTongTingTong

"Tolong buka pintunya!"

TingTongTingTongTingTongTingTong

Terdengar kegaduhan di luar apartment Luhan membuat Luhan dan Sehun saling berpandangan. Berbeda dengan Mini dan Moon yang sama sekali tidak terganggu malah asik memakan spagetti mereka.

"Ada apa ya?" Luhan dan Sehun segera menuju pintu keluar apartment Luhan. Mereka sangat penasaran dengan apa yang terjadi di luar.

TingTongTingTongTingTongTingTong

"Tolong buka pintunya!"

BrakBrakBrakBrakBrak

"Hei ada apa ini? Kenapa kau terlihat kesetanan seperti itu?" Tanya Luhan pada seorang namja yang terus menekan bel dan menggedor pintu apartment Kyungsoo.

"Mian- Loh Lu noona? Sehun? Kalian..." ujar Kai yang terkejut saat mendapati Luhan dan Sehun yang kini berdiri di sampingnya.

"Sedang apa kau disini? Lalu kenapa kau terus menggedor-gedor pintu apartment Kyunggie?" Tanya Luhan pada Sehun.

"Apa noona tahu kemana pemilik apartment ini pergi? Aku mencarinya, noona... Dia telah membawa Mini dan Moon. Pemilik kedai bilang jika orang ini yang membawanya bahkan memberikan alamat apartmentnya padaku." Ujar Kai dengan wajah khawatir.

"Ohh jadi kau appa yang tega meninggalkan anaknya begitu saja di kedai, eoh? Appa macam apa kau ini, Kai?" Ujar Luhan dengan intonasi yang meninggi.

"Mereka bukan anakku, noona... Mereka itu..."

"Bahkan kau tidak mengakui anak-anakmu itu, eoh? Ayah macam apa kau ini, Kai?" Kesabaran Luhan hilang. Ingin rasanya Luhan menarik kerah baju Kai namun Sehun menahannya.

"Hannie... Sudahlah... Jangan emosi seperti ini..." Sehun mencoba menenangkan Luhan yang sudah emosi. Luhan memang termasuk salah satu yeoja yang sangat sensitif. Ia akan mudah terpancing kemarahan jika ada sesuatu yang membuatnya kesal.

"Aku bisa menjelaskan semuanya... Mereka itu..."

"Appa!" Teriak Mini dan Moon dan langsung memeluk Kai saat mereka keluar dari dalam apartment Luhan.

"Apa yang mau kau jelaskan lagi, Kai?"

TBC/END

Haaa Chapter pertama selesai hehehe... Gimana ceritanya? Gajekah? Pasti gaje ya? Hahaha hmm menurut kalian gimana nih? Apa FF ini dilanjut aja atau malah di delete karena ceritanya yang gaje dan pasaran? Aku mohon review dari kalian ya... See you^^ XOXO^^