A/N
Ini fict pertamaku.
Di post untuk merayakan Fujoshi Independence Day.
Maaf jika aneh.
Disclaimer : Kazuki Takahashi
Twins
Bolehkah kita saling mencintai?
Karena kata 'tidak' terlanjur meluncur dari mulut sang takdir
"Yugi, cepatlah! Nanti kita terlambat!"
Di sebuah apartemen, di sebuah pagi yang tenang, suara itu terdengar.
"Ya, sebentar, Kak!"
Langkah kaki yang terburu-buru mencapai pintu depan terdengar. Pada pintu depan itu, rasanya seperti melihat sang dewa dan seorang malaikat.
Dan pintu itu pun terkunci. Mereka melangkah dengan riang. Meninggalkan apartemen mereka. Namun, tatapan mereka sulit dijelaskan. Ada yang berbeda.
Bolehkah aku membenci takdir ini?
Karena ia tak mengijinkanku mencintaimu
Karena ia tak mengijinkanmu mencintaiku
Kalau boleh jujur, Yami sangat membenci adik kembar bermata amethyst itu.
Entah mengapa.
Hanya saja, perasaannya selalu sesak, sesak, sangat sesak, hingga ia sulit bernafas, jika melihat sang adik tertawa gembira dengan orang yang bukan dirinya.
Ia sangat membenci adiknya. Karena setiap helaan nafasnya selalu tercuri, jika ia bersama sang Adik. Pemilik wajah yang sama dengannya.
Bolehkah aku menyalahkan takdir?
Karena aku membencimu
Karena aku mencintaimu
Sejujurnya, Yugi sangat amat membenci kakaknya yang bermata bagai ruby itu.
Tak ada alasan.
Hatinya terlampau perih, hingga ia tak bisa berdiri tegak, jika sang Kakak memberikan senyum itu pada orang selain dirinya.
Yugi sangat membenci kakaknya. Karena setiap mereka bersama, detak jantungnya selalu diambil paksa oleh sang Kakak. Duplikat dirinya.
Jika waktu bisa berputar lagi
Aku ingin bereinkarnasi
Agar bisa mencintaimu lagi
Tapi, yang paling dibenci Yami adalah dirinya. Oh, atau ia bisa menyalahkan takdir.
Karena ia tak bisa lepas. Dari semua ini, dari perasaan ini.
Walau ia berusaha membencinya, tapi sepertinya sang Cupid jauh lebih membencinya. Karena sang Cupid telah berulang kali menancapkan panah cinta pada orang yang sama.
Jika takdir bisa kupilih
Aku ingin hidup lagi
Agar kau bisa kucintai
Namun, Yugi jauh lebih membenci dirinya sendiri. Dan, mungkin ia juga bisa menyalahkan waktu.
Karena ia tak bisa memutuskan ikatan yang terlanjur terlarang.
Yugi sudah berusaha membunuh perasaannya. Tapi, sepertinya Aphrodite sudah yakin pada korbannya. Karena ia berulang kali menancapkan panah asmara pada orang yang sama.
Bila kita berdua tak boleh saling memiliki
Maka, takkan ada yang boleh memiliki kita
Tak juga aku
Tak juga kau
Maka, Yami pun menyerah. Lebih baik ia menyerah pada perasaan ini. Daripada ia menyesal nanti. Daripada perasaan ini lebih menyiksanya nanti.
Tak apa. Ia memang tak bisa mencintai sang Adik. Dan memang, ia mengerti bahwa itu terlarang.
Meski begitu, jika ia tak boleh memiliki Yugi, maka, tak ada yang boleh memilikinya!
'Hanya kau yang boleh memiliki hatiku'
Bila memang kita tak boleh saling mencintai
Maka, tak ada yang boleh kita cintai
Tidak pula kau
Tidak pula aku
Dan, Yugi pun pasrah. Ia merasa, lebih baik ia memasrahkan perasaan ini. Daripada perasaan ini jauh lebih menyengsarakannya nanti.
Sudahlah. Ia mengerti bahwa ia tak bisa menyanyangi sang Kakak lebih dari ini. Karena, dari awal, sang takdir memang sudah memisahkan mereka.
Walau begitu, jika ia tak bisa memiliki Yami, maka, takkan ada yang boleh memilikinya!
'Hanya kau yang boleh mencintaiku'
Kita berdua tahu
Kalau ikatan ini terlarang
Tapi, bisakah kita saling mengikat benang merah pada ujung kelingking kita?
"Ne, Kak..."
"Hm?"
"Aku mencintaimu,"
"..."
"..."
"Aku juga,"
