My Love in Japan
Disclaimer:
Bleach©Tite Kubo
My Love in Japan©Roronoa Myori
Pair:
HitsuRuki.
.
.
.
.
Happy Reading ^^:
Hari ini adalah hari dimana ia akan dinyatakan lulus dan akan menjadi seorang dokter. Ia adalah Kuchiki Rukia. Rukia blasteran Indonesia dan Jepang. Ayahnya adalah orang Jepang sedangkan ibunya orang Indonesia tepatnya suku Bali. Dari kecil ia sudah tinggal di Indonesia. Tapi Rukia punya cita-cita, jika ia sudah lulus kuliah dan menjadi dokter, maka ia akan pergi ke Jepang untuk bekerja disana. Selama ini Rukia selalu melihat Jepang hanya dari televisi, padahal ayahnya adalah orang Jepang asli.
Setelah acara wisuda Rukia selesai, orangtua Rukia mengajaknya pergi ke rumah nenek. Katanya ada acara perayaan kelulusan Rukia dan Hisana ibunya bilang ada sesuatu yang sangat penting akan disampaikan. Rukia jadi penasaran, hal penting apa yang akan disampaikan padanya, ya? Jangan-jangan mereka mau mengirimnya ke Jepang. Karena terlalu sibuk mengkhayal, Rukia sampai tidak sadar kalau mereka sudah tiba di tempat pun melangkahkan kakinya memasuki rumah neneknya. Saat sampai di dalam rumah, betapa terkejutnya Rukia melihat rumah neneknya begitu ramai oleh orang-orang yang tak dikenalnya. Lalu terdengar suara renta seorang nenek yang memanggil Rukia.
"Rukia, kemarilah cucuku." Nenek memanggil Rukia sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
Rukia melangkahkan kakinya mendekat ke arah neneknya,"Ada apa, nek?"
"Selamat atas keberhasilanmu karena telah berhasil menyelesaikan kuliahmu."kata nenek Rukia sambil tersenyum menatap cucunya.
"Terima kasih atas ucapannya."
"Oh, nenek hampir lupa. Nenek menyuruhmu kesini karena ada sesuatu yang ingin nenek sampaikan padamu."
"Apa itu, nek?"Rukia mulai merasa tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Entah kenapa jantungnya berdetak 3 kali lebih cepat ketika menanti kata-kata keluar dari bibir neneknya.
Nenek tersenyum penuh arti dan ia mengangkat jarinya menunjuk seseorang. Rukia mengikuti arah jari telunjuk nenek, dan ia bisa melihat seorang laki-laki muda yang tak dikenalnya tersenyum padanya. Rukia mengerutkan dahinya tanda tidak mengerti dengan semua yang dikatakan oleh neneknya.
Dengan sedikit ragu Rukia bertanya, "Apa maksud semua ini, nek?"
Nenek membalas dengan senyuman dan mengeluarkan serentetan kalimat yang sangat mengejutkan, "Dia adalah calon suamimu."
Mata Rukia melebar mendengar kata-kata neneknya. Jantungnya seakan berhenti dan hatinya mulai berkecamuk. Tanpa sadar Rukia berteriak, "Aku tidak mau menikah dengan laki-laki yang tidak kucintai dan bahkan tidak kukenal!"
"Cinta bisa dipupuk jika sudah menikah.", Nenek masih bertahan dengan senyumannya.
Rukia sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya, ia pun berlari meninggalkan rumah neneknya. Yang ada dipikiran Rukia saat itu adalah lari dari perjodohan yang menurutnya sangat konyol itu. Terlintas sebuah ide gila di kepala Rukia. Ia berencana kabur ke Jepang dengan uang hasil tabungannya dari kecil. Setelah mengambil seluruh uangnya dari bank, Rukia akhirnya memutuskan pulang ke rumahnya untuk mengemaskan barang-barang yang akan dibawanya ke Jepang. Sesampainya di rumah, ternyata orangtua Rukia sudah menunggunya. Ayahnya, Byakuya berkata dengan serius,"Kau sudah tenang rupanya, kuharap kau akan menerima perjodohan itu demi keluarga kita."
Sayangnya Rukia tidak merespon semua kata-kata yang keluar dari mulut Byakuya. Yang ada dipikiranya hanyalah perjalanannya ke negeri yang selama ini ingin ia kunjungi. Sesampainya di kamar Rukia langsung mengunci pintu dan langsung larut dengan kegiatan berbenahnya. Seusai berbenah Rukia membuka jendela kamarnya yang terletak di lantai dua. Ia menatap birunya langit sambil bergumam,"Besok aku akan terbang ke Jepang dengan pesawat pagi, Tuhan kuharap di Jepang aku bisa bertemu dengan kebahagiaan, kebebasan dan cinta."
Keesokan harinya, Rukia bangun pagi-pagi sekali. Ia mengendap-endap keluar dari rumah, setelah berhasil keluar Rukia langsung memberhentikan taksi yang lewat. Beberapa saat berlalu dan Rukia pun sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Rukia menyeret kopernya menuju salah satu loket penjualan tiket. Ia memesan tiket JAL tujuan Tokyo, Jepang. Kalau masalah passport dan visa, ia sudah mempersiapkannya jauh-jauh hari, jadi ia tidak bingung lagi masalah itu. Setelah berhasil membeli tiket, ia langsung check-in dan memasukkan kopernya ke bagasi. Rukia melangkahkan kakinya menuju ruang tunggu keberangkatan internasional. Sesampainya di ruang tunggu, Rukia mendudukkan dirinya disalah satu kursi dan mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. Rukia mengetik pesan singkat yang berisi, "Bu, jangan cemaskan aku! Aku hanya akan mengejar impianku dan lari dari perjodohan itu. Aku tak sanggup untuk menikah dengan orang yang tak kucintai." Rukia pun mengirim pesan itu dan langsung mematikan ponselnya. Tanpa sadar sudah tiga puluh menit berlalu dan akhirnya sebuah pengumuman terdengar.
"Kepada seluruh penumpang JAL tujuan Tokyo, Jepang. Dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu gate 4."
Rukia segera mengeluarkan tiketnya dan berjalan menuju pintu 4. Sesampainya di pesawat Rukia berkata di dalam hati dengan wajah yang berseri-seri ,"Jepang, I'm coming. Hmm, kira-kira sedang musim apa ya di Jepang? Aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di Jepang."
Para pramugari sedang memperagakan cara menyelamatkan diri dalam keadaan darurat. Beberapa saat lagi pesawat akan lepas landas. Rukia sudah tidak menghiraukan sekitarnya, pikirannya sudah melayang kemana-mana.
Berjam-jam telah berlalu, pesawat sebentar lagi akan mendarat di Jepang. Terdengar pengumuman untuk memasang kembali sabuk pengaman, menegakkan sandaran kursi dan menutup meja. Wajah Rukia yang tadinya berseri-seri, tiba-tiba berubah muram. Bukan karena ia tak senang sampai di Jepang, tetapi itu karena Rukia tak tahu harus pergi kemana. Bahkan nanti malam ia akan tidur dimana saja ia tak pesawat mendarat dengan sempurna, Rukia menunggu kopernya keluar dari bagasi. Akhirnya Rukia menemukan kopernya dan ia pun melangkahkan kakinya keluar dari bandara. Karena tak tahu harus kemana, Rukia memutuskan untuk duduk disebuah bangku di bagian luar bandara. Ia hanya merenungkan nasibnya yan tak jelas, tiba-tiba ada selembar kertas koran melayang ke arahnya. Timbul sebuah ide di kepala Rukia, ia mengambil kertas koran tersebut dan mencari-cari lowongan pekerjaan. Sebuah pekerjaan menarik perhatian Rukia. Pekerjaan yang mudah, namun gajinya lumayan besar. Pekerjaan itu adalah menjadi pembantu rumah tangga disebuah apartemen mewah. Tanpa pikir panjang Rukia langsung masuk kesalah satu taksi dan menunjukan alamat dari apartemen calon majikannya kepada sang supir. Tak lama kemudian supir taksi itu langsung menjalankan taksinya. Sepanjang perjalan mata Rukia tak lepas dari pemandangan kota Tokyo. Saking asyiknya,Rukia tak sadar kalau ia sudah sampai pada tempat yang dituju. Setelah membayar taksi, ia langsung masuk ke dalam apartemen tersebut. Apartemen no 2011, itulah yang menjadi tujuan Rukia. Ketika sampai, Rukia memantapkan hatinya sebelum menekan bel di sebelah pintu. Rukia mendesah sambil bergumam pelan, "Hah, akhirnya sampai juga. Kira-kira bagaimana ya calon majikanku?".
Akhirnya Rukia menekan beberapa saat,pintu pun terbuka. Di balik pintu terlihat seorang laki-laki berambut putih dan memiliki tinggi yang sama dengan dirinya yang hem... tampan, sedang menatap Rukia. Laki-laki itu menyapa dengan bahasa Inggris, sepertinya ia langsung tahu kalau Rukia bukan orang Jepang asli.
"May I help you?" Laki-laki itu tersenyum lembut.
"Aku ingin melamar pekerjaan. Aku melihat kau memasang lowongan pekerjaan di koran ini." Rukia menyodorkan koran yang sedari tadi di genggamnya. Ia juga membalas pertanyaan laki-laki itu dengan bahasa Jepang. Walaupun ia tiggal di Indonesia, tetapi ayahnya selalu mengajarkannya berbahasa Jepang yang baik dan benar.
"Ya, aku memang memasang lowongan di koran. Baiklah kau diterima. Silahkan masuk."Laki-laki itu mempersilahkan Rukia masuk ke apartemennya. Dan laki-laki itu pun memperkenalkan diri,"Perkenalkan aku Hitsugaya Toushiro, majikan barumu. Oh ya, siapa namamu?"
"Aku Rukia Kuchiki, senang berkenalan dengan anda Hitsugaya-san." Rukia tersenyum dan membungkukkan badan.
"Rukia? Namamu aneh, kau orang Jepang atau bukan?" Toushiro menatap Rukia dengan serius.
Rukia hanya tersenyum mendengar pertanyaan majikannya. Lalu ia pun menjawab,"Aku blasteran Jepang dan Indonesia tepatnya Bali. Ayahku orang Jepang dan ibuku orang Bali."
"Oh, jadi begitu." Toushiro mengangguk-angguk paham.
Lalu, Toushiro menunjuk salah satu kamar di apartemennya sambil berkata "Itu kamarmu, aku tahu rumahmu pasti sangat jauh. Jadi kau boleh tinggal disini."
Mata Rukia langsung berbinar-binar setelah mendengar perkataan Toushiro, "Arigatou, Hitsugaya-san. Oh ya, bolehkah aku permisi sebentar? Aku mau membereskan barang-barang bawaanku. Selesai itu aku akan mulai bekerja."
"Iya, silahkan saja."
Rukia masuk ke kamarnya dan membuka kopernya. Betapa terkejutnya ia ternyata kopernya tertukar, "Haaaaaaa! koperku."
Toushiro yang mendengar teriakan Rukia, langsung berlari menghampirinya. "Ada apa? Apa yang terjadi?"
Toushiro terkejut melihat Rukia menangis sambil mengacak-acak isi kopernya.
Toushiro bisa melihat ekspresi takut dari pembantunya,"Hei, apa yang terjadi?"
"Koperku .. hiks..hiks tertukar." Rukia menjawab dengan tersedu-sedu.
"Kenapa bisa tertukar?" tanya Toushiro penasaran.
"Karena bentuk dan warnanya sangat persis. Tunggu, berarti barang itu hilang. Oh tidak!" seluruh tubuh Rukia terasa terguncang, kecemasan semakin menghantui dirinya.
Ketika melihat kecemasan pada wajah Rukia, Toushiro pun ikut cemas dan penasaran,"Apa yang hilang?"
Rukia akhirnya membokar tas gandengnya. Ternyata barang yang ia cari ada disana. Ia langsung memeluk benda itu erat-erat. Benda itu adalah ijazah kelulusannya.
"Syukurlah tidak hilang." Rukia sangat senang karena benda yang paling berharga tidak hilang.
"Apa isi dari amplop itu?" Toushiro penasaran dengan isi amplop yang dipeluk Rukia.
"Ah, bukan sesuatu yang penting. Hanya saja sekarang aku tak punya baju selain yang kukenakan ini."
"Oh, kau bisa meminjam bajuku."
"Arigatou Hitsugaya-san."
Karena ukuran tubuh mereka berbeda, baju Toushirou terlihat longgar di badan Rukia. Setelah Rukia mandi dan berganti pakaian, ia langsung menemui majikannya yang sedang menonton televisi di ruang nonton. "Hitsugaya-san, apa kau sudah makan malam?"
Toushiro mengalihkan pandangannya pada Rukia. Wajah Toushiro seperti menahan tawa melihat Rukia menggunakan bajunya. "Rukia, hem-hem. Kau tampak lucu?"
*Blush*wajah Rukia memerah mendengar perkataan majikannya yang mengejeknya. "Itu,itukan karena ukuran baju Hitsugaya-san lebih besar daripada aku. Jawablah pertanyaanku Hitsugaya-san, sudah makan malam atau belum?"
"Haha, iya-iya. Aku belum makan."
"Baiklah, aku akan memasak."
Aneh, Toushiro merasa sudah lama mengenal Rukia padahal belum ada 24 jam ia mengenal gadis itu. Di tempat lain Rukia sedang memilih-milih bahan makanan. Rukia mengetuk-ngetukan telunjuknya pada dagunya sambil mendesah, "Apa yang harus kumasak, disini sama sekali tidak ada bahan makanan. Hitsugaya-san, apakah kau tidak memiliki bahan makanan mentah?"
"Hmm, aku belum belanja jadi tidak ada." Jawab Toushiro santai.
"Kalau begitu, ayo kita belanja ke supermarket. Tapi, aku tak tahu tempatnya." Rukia berkata dengan sedikit malu-malu.
"Hahaha, baiklah akan kuantar kau berbelanja."
"Hmm, aku mau beli ini,ini dan ini." Rukia memasukkan semua bahan yang dibutuhkannya untuk memasak ke dalam troli. Toushiro hanya tersenyum melihat tingkah pembantunya yang bersemangat memilih-milih bahan masakan.
Setelah selesai berbelanja, mereka pun kembali ke apartemen. Rukia bertanya pada majikannya dengan riang,"Hitsugaya-san mau makan apa?"
Toushiro hanya mengangkat sebelah alisnya sambil membalas pertanyaan Rukia, "Kau kan orang Indonesia, bisa buatkan aku masakan khas Indonesia?"
"Tentu saja bisa." Sebenarnya di dalam hati Rukia melonjak-lonjak kegirangan mendengar permintaan majikannya. Kebetulan sekali, ia tak begitu tahu cara memasak masakan Jepang. Dengan lincah Rukia memotong semua bahan dan memasaknya. Setelah 30 menit berlalu, akhirnya Rukia selesai memasak.
"Masakan sudah siap, Hitsugaya-san."
Toushiro pun melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Setibanya di ruang makan, Toushiro dapat mencium aroma lezat dari semua masakan yang dimasak oleh pembantunya itu. Toushiro pun duduk disalah satu kursi dan mulai menyantap makanannya. Ia melirik ke arah Rukia yang berdiri di samping meja. Lalu Toushiro berkata,"Kenapa kau tidak makan?"
Rukia hanya tersenyum sambil berkata,"Hitsugaya-san makan saja duluan. Tidak pantas seorang pembantu makan bersama majikannya, itu tidak sopan."
"Ayolah, jangan terlalu formal. Cepat makan. Bukankah seorang pembantu harus menuruti semua perkataan majikannya? Dan sekarang aku menyuruhmu makan bersamaku."
"Ba..baiklah Hitsugaya-san."
Mereka pun makan malam bersama. Rukia merasa sangat beruntung memiliki majikan sebaik Hitsugaya Toushiro. Bahkan awalnya ia mengira kalau dirinya akan mendapatkan majikan yang kejam, ternyata dugaannya salah. Hari-hari Rukia akan berubah setelah ini, majikannya malah akan menjadi pengubah hidupnya.
TBC
Gyaaaaaaaa! OOC Bgt Yah?
Ku harap masih ada yang mau mereview fic nista ini, supaya author sedikit bersemangat membuat lanjutannya.
RnR Pleaseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee^^
