Disclaimer: Naruto hari ini, besok, dan seterusnya *lebay* akan tetap milik Masashi Kishimoto…..
Summary: Belum jelas. Yang penting baca dulu…
A/n: Ini rencananya mau jadi fic berchapter pertama aku. Jadi kalau masih ada kekurangan mohon dimaafkan. ^_^V
Warning: AU, Maybe OOC, and rada gaje.
Characters Masashi Kishimoto
Story Audrey Lancaster
Cahaya matahari pagi mulai memasuki sela-sela jendela sebuah kamar. Kamar yang didominasi warna soft purple dengan dinding berwallpaper bunga mawar hitam itu terlihat apik karena ditata dengan baik. Pergerakan pun terlihat dari atas ranjang Queen Size yang juga berwarna soft purple. Dan seorang gadis cantik berambut pirang dengan mata baby blue menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Dengan terkantuk-kantuk ia meraih jam weker dari atas meja kecil di sebelah ranjangnya.
"Hoamhh… Ah, untungnya baru pukul setengah enam. Masih banyak waktu untuk bersiap-siap nih."
Sang gadis pun segera turun dari ranjang empuknya. Dengan beberapa kali melakukan pelemasan, akhirnya seluruh jiwanya telah terkumpul. Dia pun segera menyambar handuk kesayangannya yang –lagi- berwarna soft purple. Dan dengan segera melesat ke kemar mandi pribadinya.
Setelah menyegarkan diri, gadis yang diketahui bernama Ino Yamanaka itu segera membuka lemari pakaian untuk mencari seragam sekolahnya.
"Aduh, rok dan blazer ku kemana nih? Kok nggak ada sih. Perasaan kemarin aku setrika kok!"
Gadis Yamanaka itu pun sejenak dipusingkan dengan raibnya rok dan blazer seragam sekolahnya. Berkali-kali ia merutuki kecerobohannya yang tidak mengecek seragam sekolahnya dari tadi malam.
"Ah… ini dia! Huwaa.. jadi kusut begini! Tapi biarlah, daripada aku nggak pakai sama sekali."
Akhirnya Ino menemukan apa yang dicarinya, walaupun dengan kondisi yang jauh dari kata 'baik'. Rupanya rok dan blazer Ino itu terjatuh di tumpukan pakaian kotor.
"Hmm…. HOEK… baunya jadi sama kaya' pakaian kotor! Mending aku pakai roknya saja dulu. Nanti blazernya aku angin-anginkan sebentar biar baunya jadi agak mendingan. Khu..khu.. kau memang cerdas Ino!"
Setelah asik bernarsis ria, Ino pun mulai berpakaian. Mulai dari kemeja putih dengan rimpel di dada, yang merupakan ciri kemeja wanita di Konoha High School a.k.a KHS, tempat Ino bersekolah. Lalu memakai rok berwarna hitam-merah bermotif kotak-kotak yang hanya 3 cm di atas lutut. Dan terakhir memakai dasi berwarna hitam dengan pinggiran merah disertai lambang KHS di bagian bawahnya. Ino pun beberapa kali memeriksa penampilannya di depan cermin besar di kamarnya. Merasa semuanya beres, sekarang waktu untuk menata rambutnya. Rambut panjang Ino yang berwarna soft blonde itu hanya digerai dulu untuk disisir namun kemudian diikat lagi dengan model ponytail andalannya. Tak lupa Ino menyisakan sedikit poni yang agak menutupi mata kirinya. Dari dulu itu memang telah jadi ciri khasnya.
"Ino! Ayo cepat turun! Sarapan telah siap!"
Ino mengenal betul siapa pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan ayahnya, Inoichi Yamanaka.
"Iya Ayah! Sebentar lagi!"
Setelah memoleskan bedak tipis-tipis di wajahnya dan sedikit lipgloss strawberry ke bibirnya, Ino pun segera menyambar tas dan menyampirkannya di punggung. Dan ia bergegas menuju meja makan.
"Ino, Ino. Sudah berapa kali ayah bilang, kau jangan suka lari-larian dalam rumah! Seperti anak kecil saja."
"He..he..he maaf Yah. Ino janji deh nggak lagi-lagi!"
Ino berkata sambil menunjukkan cengiran dan membentuk jari tangannya serupa huruf 'V'.
"Hn, ya sudah cepat makan sarapanmu."
Ino pun memakan nasi goreng buatan ayahnya. Ino tentu saja sangat-sangat menyayangi ayahnya. Sejak ibunya meninggal pada saat ia berusia 3 tahun, Ino hanya memiliki ayahnya. Karena Ino juga tidak memiliki kakak maupun adik.
"Bagaimana kabarmu di sekolah Ino?"
Ino agak tersentak mendengar pertanyaan tiba-tiba dari ayahnya
"Eh.. baik kok Yah."
"Oh. Ya sudah ini ung sakumu hari ini. Jangan lupa sepulang sekolah nanti, tolong jagakan toko bunga."
Ino pun mengambil beberapa lembar uang dari tangan ayahnya. Ino bersukur masih bisa mendapatkan uang saku yang mencukupi. Toko Bunga Yamanaka, memang usaha sampingan yang cukup membantu menyokong perekonomian keluarga Yamanaka ini.
"Terima kasih Yah. Toko Bunga pasti aku jaga kok!"
Ino pun mengerling sedikit pada jam tangannya.
"Ah, sudah pukul tujuh! Aku berangkat dulu ya Yah! Dagh!"
Ino pun mencium sekilas pipi sang ayah dan menyambar tas punggungnya.
Setelah memakai sepatunya dengan cekatan, Ino pun segera melangkahkan kaki keluar dari pagar rumahnya. Tapi sepertinya ia tak langsung pergi, melainkan mengendap-endap mengintip rumah tetangganya.
Rumah Keluarga Nara.
Yah, Rumah Ino, Rumah keluarga Yamanaka, memang berdekatan dengan Rumah Keluarga Nara, dan Rumah Keluarga Akimichi. Apa lagi kalau bukan karena persahabatan everlasting para pemimpin keluarga ini. Tiga Serangkai, Inoichi Yamanaka, Shikaku Nara, dan Chouza Akimichi mereka memang tak mau dipisahkan. Dan persahabatan ini ternyata menurun pada generasi selanjutnya. Pada generasi , Ino Yamanaka, Shikamaru Nara, dan Chouji Akimichi. Kau lihat, bahkan nama mereka pun hampir sama.
Mari kita kembali pada Ino…..
Sepertinya sampai saat ini Ino masih mengendap-ngendap mengintip Rumah Keluarga Nara. Tentu saja ia mengharapkan agar cowok jenius pemalas Nara a.k.a Shikamaru itu cepat-cepat keluar. Biasanya mereka yang kebetulan satu sekolah ini, selalu berangkat bersama-sama. Dengan Chouji juga tentunya. Apalagi Shikamaru dan Chouji sama-sama memiliki motor besar yang bisa dijadikan Ino sebagai tumpangan gratis.
Akhirnya yang Ino tunggu-tunggu keluar juga. Pemuda berambut nanas dengan tampang malas hidup itu berjalan dengan blazer KHS yang dia sampirkan di bahunya. Ino mungkin akan segera menyapanya dengan panggilan andalannya macam 'Oi! Nanas!', atau yang lainnya, kalau saja ia tak melihat sesosok wanita berambut pirang dengan kuncir empatnya berjalan dengan santai disamping Shikamaru sambil memeluk lengannya dengan mesra. Ino terus memperhatikan sampai Shikamaru menyalakan motornya dan mempersilahkan gadis pirang yang bukan Ino itu naik. Sang gadis berkuncir empat pun menaiki motor itu sambil berpegangan di bahu kokoh sang Nara. Ino masih terus memperhatikan. Walau tiba-tiba ia merasakan rasa sesak yang aneh di dadanya. Shikamaru menstater motornya terlalu keras –sepertinya sengaja- hingga menyebabkan si gadis berkuncir empat secara otomatis memeluk erat pinggang sang Nara untuk menjaga kaseimbangan. Dan Ino bisa melihat jelas rona merah di wajah si gadis.
Entah kenapa Ino semakin merasa dadanya semakin sesak. Dia juga merasakan darahnya naik sampai ke ubun-ubun. Rasa apakah ini? Apa dia cemburu?
Ya. Dia memang cemburu.
Dan saat Ino kehilangan perhatiannya, sepasang –yang kelihatannya seperti- kekasih itu telah melesat pergi meninggalkan Ino yang masih shock atas adegan roman picisan tadi.
O0o0o0o0o0o0o0o0o0
"Kenapa aku harus merasa cemburu? Toh, aku bahkan tak punya hak sama sekali. Shikamaru dari dulu memang hanya menganggapku teman biasa."
Ino masih terus bergumam sendiran. Dari tadi adegan di depan Rumah Keluarga Nara itu tak mau hilang juga dari pikirannya. Saking seriusnya berpikir, Ino hampir melewatkan sekolahnya.
"STOP!"
Ino berteriak keras menyuruh si supir bus berhenti. Yup, Ino akhirnya harus naik bus sekolah ini, karena ternyata saking lamanya ia mengintip si rambut nanas, Chouji, harapan satu-satunya tumpangan gratis juga pergi duluan meninggalkan Ino. Mungkin sang Akimichi mengira Ino telah berangkat dengan Shikamaru.
"Huh… hampir saja lewat."
Ino pun menghela napas lega. Setidaknya mungkin hari ini dia tidak sial-sial amat. Buktinya dia masih bisa tiba di KHS tercinta tanpa terlambat.
"hhh…. Pagi-pagi dingin banget sih.."
Ino sedikit menggigil dan berusaha merapatkan blazernya.
Well, aku bilang berusaha kan….
"Bla…blazer ku? Kok ng..nggak ada?
Ino pun melihat kenyataan bahwa dia memang tak memakai blazernya.
"Mung…mungkin kutaruh di tas!"
Ya..ya..ya Ino masih berusaha positif thinking.
"Kok nggak ada juga! Oh tidak! Blazer itu kan aku tinggalkan untuk diangin-angin kan di depan jendela kamar!"
Dan akhirnya Ino sadar. Mungkin hari ini memang hari sialnya.
"Hhh… rileks Ino. Hanya karena tidak pakai blazer pasti bisa dimaafkan. Rileks….. semoga guru yang mengajar jam pertama adalah Kakashi-sensei.. dia pasti bisa mengerti."
Ino masih bisa berusaha mensugesti dirinya, sambil mengingat-ingat apa pelajaran pertama hari ini dan siapa yang mengajar.
1 detik
5 detik
10 detik
15 detik
"Oh tidakkkk!"
Ino berteriak frustasi. Dan BINGO! Rupanya hari ini pelajaran pertama adalah Pendidikan Kewarganegaraan Konoha dan gurunya tentu saja, guru 'terfavorite' murid-murid KHS, Ibiki Morino-sensei.
"Oh.. matilah aku!"
Yah… Ibiki-sensei merupakan guru paling kejam menurut pendapat Ino. Saking disiplinnya dia, kemarin saat Naruto –teman sekelas Ino- yang hanya lupa memakai dasi, sampai disuruh membersihkan seluruh toilet sekolah yang berjumlah 6 buah! Menurut Ibiki-sensei, ketidaklengkapan atribut sekolah adalah suatu pelanggaran berat.
"Ad..duh bagaimana ini?"
Ino pun semakin menggigil. Bukan hanya karena memang udaranya yang dingin tapi juga karena ketakutan membayangkan hukuman apa yang akan diberikan Ibiki-sensei.
"Ino?"
Sebuah suara mengagetkan lamunan kecil Ino. Padahal suara itu terkesan lembut. Tidak keras sama sekali.
"Kau ngapain disini? Hmm.. aku tahu, kau pasti lupa bawa blazer kan?"
Ternyata suara itu berasal dari seorang laki-laki berambut hitam pekat yang sekarang sudah berdiri tepat didepan Ino.
"Darimana kau tahu?"
"Kan sudah kelihatan dari keadaanmu sekarang. Ha…ha…ha kau ini lucu."
Mau tak mau Ino sedikit merona mendengar kata-kata lelaki itu.
"Ya sudah. Ini kau pinjam saja dulu blazerku. Besok baru kau kembalikan.
"Eh, kenapa begitu?"
"Hari ini aku diutus sekolah buat ikut pameran lagi. Jadi aku nggak sekolah dan nggak mesti pakai blazer itu. Ok?"
"Eh, tapi apa nggak merepot- Hei! Tunggu dulu!"
Dan belum sempat Ino memprotes, lelaki itu sudah pergi menjauh menuju rombongannya yang sebentar lagi akan berangkat ke pameran yang dia sebutkan tadi.
'TING TONG TING TONG..."
Bel tanda masuk berbunyi . Ino pun bergegas ke kelasnya, Kelas XI-B.
Sampai dia melihat pasangan Roman Picisan –julukan baru Ino buat pasangan Shikamaru dan gadis berkuncir empat- lagi bergandeng mesra melewati Taman Sekolah.
"Siapa sih cewek itu? Dasar tukang pamer."
Ino mendengus dan kembali berjalan menuju kelasnya.
^^^^^TBC^^^^^
BAGAIMANA? Ada yang bisa nebak siapa cowok yang minjamin blazer ke Ino? Pasti gampang ketebak yah? =..="
Sejujurnya saya masih bingung nanti pasangannya Ino siapa di fic ini *ditendang*. Tapi tenang ajah, pasti ada kok! Yang penting sekarang REVIEW PLEASE!
