A/N: Aloha, reader-sama. Saya kembali #gakadayangtanya. Kali ini saya coba bikin yang genrenya humor, tapi sepertinya gagal total. Jadi, mohon maaf jika fic-nya garing. m(_)m
Please read and review.
Oya, saya mau berterimakasih bagi Anda-Anda sekalian yang telah RnR fanfic saya yang terdahulu. Arigatou, minna-san.
Warning: semi AU, OOC, garing, ngebosenin, geje, abal, misstypo, dll (saking banyaknya saya ga mampu nyebutin satu-satu)
Disclaimer: KHR©Akira Amano
VONGOLA GAKUEN
PROLOG
Vongola Famiglia sudah tumbang di tangan Millefiore Famiglia. Bagi Anda yang menyukai berita tersebut, silakah bersorak-sorak nista dan merayakannya dengan sebuah pesta selama tujuh hari tujuh malam (jika Anda memang bersedia membuang-buang uang dan waktu hanya untuk merayakan peristiwa macam itu). Sementara bagi Anda yang tidak menyukai berita tersebut, silakan pukuli dinding kamar Anda (bagi yang punya kamar, yang tidak punya itu mah derita elu) sampai retak atau jika Anda benar-benar mampu, pukulilah sampai hancur berkeping-keping karena toko bangunan milik tetangga saya memiliki suplai semen, besi, paku, dll dalam jumlah yang cukup (mungkin). Atau mungkin Anda lebih memilih menangis saja? Jika Anda memilih untuk menangis, Tissue paseo dengan sentuhan lembutnya siap menemani Anda dan mengeringkan air mata Anda.
Ehem, kembali ke jalan yang lurus dan dirahmati Tuhan(?).
Ya, Vongola Famiglia memang sudah dikalahkan dengan telak tanpa ampun (padahal mereka udah nyembah-nyembah sambil menghancurkan harga diri mereka hanya untuk minta ampun pada Millefiore Famiglia) oleh Byakuran cs. Markas mereka di Italia pun sudah sama sekali tak berwujud, sudah luluh lantak, sudah hancur lebur. Sementara itu, Cavallone Famiglia yang notabene berada di pihak Vongola Famiglia pun diajak tumbang dan memiliki nasib sungguh-sungguh mirip dengan Vongola Famiglia. Yah, setidaknya pimpinan, guardian, dan beberapa orang dari mereka masih bisa bertahan hidup.
Di tengah krisis yang melanda, satu-satunya yang tersirat di benak mereka adalah pulang ke Jepang dan mencari pekerjaan lain. Berhubung ijazah mereka ikut hancur saat markas mereka dihancurkan oleh Millefiore, mereka tak punya harapan selain membuka lahan pekerjaan sendiri.
Setelah berpikir sangat lama, bengong lima jam perhari, nangis lima liter per hari (khusus buat Lambo), potong rambut lima kali, manjangin rambut lima kali, ditolak cewek berkali-kali, diceramahin Reborn ratusan kali, ditagih hutang berkali-kali, dan akhirnya Author tak tau harus menulis apa kali (Ralat. Silakan ganti kata 'kali' yang terakhir dengan kata 'lagi'.) akhirnya mereka berniat untuk membangun sebuah sekolahan, tepatnya sebuah SMP yang ilegal tanpa lisensi. Sekali lagi saudara-saudara ILEGAL! ILEGAL! (Staff: Author-sama, tolong toanya dimatiin. Kitakan sedang berhemat biar bisa nyumbang buat Vongola Famiglia.)
Vongola Famiglia dan Cavallone Famiglia telah berniat sepenuh hati, ginjal, pankreas dan jantung(?) untuk membuat sebuah SMP ILEGAL.
Kenapa ga jadi pedagang aja? Kenapa ga jadi pelayan kafe aja? Kenapa ga jadi satpam aja? Kenapa ga nglamar kerja di keluarga mafia lain aja? Kenapa ga jadi baby sitter aja? Kenapa ga jadi teroris kayak Noordin Mau Ngetop aja? Kenapa ga jadi saingannya Chris John aja? Kenapa malah bikin SMP?
Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu membanjiri kepala reader-sama sekalian. Apakah saya harus menjawabnya satu-satu? Jika reader-sama sekalian memang menginginkan Author yang tiba-tiba sarapnya kumat ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ngaco itu, Author akan bersedia menjawabnya dengan sepertiga hati, namun dengan syarat tertentu. Syarat pertama dan terakhir silakan review fic abal yang super garing ini.
Mari luruskan jalan cerita yang sudah melenceng ini.
Jadi, intinya Vongola Famiglia dan Cavallone Famiglia akan membangun sebuah SMP karena pengen mencoba sesuatu yang baru (atau nyeleneh) dan ILEGAL karena kedua Famiglia yang mendadak konglomerat (baca: engkong, dasar telo, gue jadi melarat nih) ga punya biaya buat melegalisasi sekolah tersebut.
Seperti yang telah Anda sekalian ketahui, kedua keluarga itu sudah benar-benar melarat. Tidak punya uang. Tanah tampat mereka mendirikan sekolah itu pun gratisan. Yak, mereka menggunakan Kokuyo Land yang tak berpenghuni(?) karena keadaannya yang mengenaskan sebagai tempat untuk mendirikan sekolah nista tersebut. Tempat yang pada awalnya sudah nista itu akan berubah menjadi sebuah tempat yang lebih nista. Malangnya Kokuyo Land.
Setelah meneteskan ratusan peluh, membanting-benting tulang, dan mematahkan tulang-tulang akhirnya Kokuyo Land yang merusak mata sekarang bisa menghancurkan mata. Maaf, maksud Author bisa lebih nikmat dipandang mata kaki (tolong kata 'kaki'-nya dihapusin).
Perkara lokasi sekolahannya memang sudah kelar, lalu bagaimana dengan tenaga pengajarnya?
Saat ini kedua keluarga itu sedang membahasnya di Aula extra sempit di sekolah nista baru tersebut.
"J-jadi,siapa yang mau mengajar di sekolah ini?" tanya Sang mantan Vongola Decimo dengan ragu-ragu.
"Tentu saja kalian, dasar bodoh," ujar reborn sambil menendang kepala orang yang dapat dijangkaunya (baca: Tsuna).
"Reborn, bisakah kau berhenti menendang kepalaku?"
"Tidak." Reborn menendang kepala Tsuna sekali lagi sementara yang lainnya Cuma sweatdrop kecuali Hibari yang berdiri di pojok dengan aura yang pastinya Anda tahu seperti apa.
"Aku menendangmu supaya ke-dame-anmu pergi," sambung Reborn dengan watados. Sementara itu, yang lainnya tambah sweatdrop kecuali Hibari.
"Gokudera, kau jadi guru kimia," ucap Reborn yang jelas-jelas tak peduli pada manusia lain yang ada di ruang tersebut.
"Cih, aku tak mau berurusan dengan anak-anak," balas Gokudera.
"Tsuna, kau ingin mempunyai tangan kanan yang menyukai anak kecilkan?" tanya Reborn.
Tsuna cengo.
"Benarkah itu, Juudaime?" ujar Gokudera sambil memasang ekspresi yang sudah pasti dapat Anda tebak.
"Eh?"
"Baiklah kalau begitu. Aku akan menjadi guru kimia yang hebat demi Juudaime!" Gokudera langsung semangat 45 sambil mengangkat tangan kanannya yang dikepalkan ke udara sembari memamerkan gigi ciptadent-nya (wao, silau, man). (Background: Ombak yang sedang berdebur disertai matahari sore yang bersinar)
"Hibari, kau jadi guru BK."
"Aku tidak suka tempat ramai."
"Kalau mereka ramai habisi saja mereka seperti biasanya."
"Begitu ya. Baiklah." Seringai khas seorang Hibari Kyoya pun mulai mekar seperti mekarnya bunga-bunga sakura yang indah di musim semi.
"Yamamoto, kau jadi guru olah raga."
"Hahaha, gamenya makin asik ya."
Saudara-saudara, sekali lagi Tsuna cengo.
"Shamal, kau jadi guru biologi."
"Aku tidak ingin mengajar murid laki-laki."
"Kalau begitu ini adalah sekolah khusus perempuan."
Tsuna cs yang notabene tak tahu kalau sekolah nista ini akan menjadi sekolah khusus perempuan hanya bisa jawsdrop sambil bertanya-tanya sampai kapan sekolah nista tersebut dapat bertahan di tengah kerusakkan norma guru-guru yang akan mengajar di sekolah tersebut.
"Baiklah." Dengan sangat mesumnya Shamal mengumbar senyumannya yang mampu membuat nyamuk-nyamuk dan latat-latat yang sedang terbang di sekitarnya jatuh pingsan.
"Dino, kau jadi guru ekonomi."
"Siap!" ujar Dino dengan penuh semangat. Namun, saat dia hendak mengambil satu langkah ke depan untuk menghampiri Reborn dengan sangat tidak elitnya terjatuh dan mencium kekasih abadinya (baca: lantai). Setelah ditelaah dengan ilmu peluang dalam matematika, lalu dihitung dengan rumus gaya dalam fisika, dan diselesaikan dengan hubungan sebab akibat dalam ilmu bahasa dapat disimpulkan bahwa Sang mantan Don Cavallone jatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri (dasar konyol).
"Di mana Romario?" tanya Reborn.
"A-ano, Romario sedang dirawat di rumah sakit karena menderita patah tulang di kaki kanan, tangan kiri, lima jari tangan, dan lima jari kaki. Ditambah lagi sebuah luka di kepala yang membutuhkan 45 jahitan," jelas Tsuna sejelas-jelasnya.
Reborn cuma mangut-mangut. Tapi, di dalam hati dia ngumpat-ngumpat,'Sialan lu penghuni Kokuyo Land. Ngomong dong kalo minta tumbal. Tau gitu tar tag kasih Si Dame Tsuna." (Author dipanggang)
"Mukuro, kau jadi guru sulap."
Guru sulap? Yak, dengan suksesnya Reborn membuat penghuni seisi ruangan itu cengo. Mereka berpikir untuk apa mempunyai guru sulap? Apakah sekolah nista ini akan menjadi sekolah sihir juga?
"Kufufu, baiklah."
Setelah dibahas selama beberapa jam dan juga setelah Author merasa enggan jika harus mengetik yang seperti itu terus, akhirnya rapat sialan itu ditutup dengan ucapan hamdalah bersama-sama (Author dirajam).
To be continued...
A/N: Thanks for reading, Reader-sama. Silakan pencet tulisan review di bawah. Tenang aja, gratis kok. #dibakar
