| TWOSHOOT | MIANHAEYO NAE SARANG | PART A |

Main Cast :

Choi Siwon
Kim In Hye (OC)
Kang In

Other Cast :

Lee Donghae
Kim Jongin

Summary :

Tuhan pasti telah menyimpan sesuatu yang lebih manis di balik sebuah kepahitan.

Tuhan memang tak selalu memberi apa yang kita harapkan tapi tuhan pasti memberi apa yang kita butuhkan.

Kehilanagan bukan akhir dari perjalanan seseorang tapi sebuah pelajaran berharga menuju masa baru.

Ni haaaaaoooooooooooo~
saya author baru di sini..
hehehehe :-D

mohon bimbingannya yag ^^

langsung aja dah
Happy reading ~~~

"Itu foto target yang harus segera kau habisi. Kalian berada di kampus yang sama kan? Jadi ini akan lebih mudah untukmu". Ucap seorang namja berwajah bengis saat melempar selembar foto pada yeoja manis namun berwajah dingin dan datar di sebelahnya.

Namja itu bernama Kang in dan yeoja di sampingnya bernama Kim In hye atau biasa di panggil In hye. In hye adalah seorang remaja berumur 19 tahun. Namun di usianya yang masih terbilang muda, In hye telah menjadi seorang pembunuh profesional dan berdarah dingin.

"Kenapa harus dia yang aku bunuh?Aku tidak mau!" tolak In hye keras

"Sejak kapan kau memilih calon targetmu? jangan bilang kau menyukainya?". Kangin berujar sinis melihat penolakan dari boneka pembunuh andalannya.

Huh~~ "Terserah kau mau bicara apa, yang jelas aku tidak mau melakukannya!". dengus in hye kesal dan masih tetap pada pendirian awalnya. Kangin benar-benar marah karena perintahnya dibantah. Dengan kasar kangin menjambak rambut in hye dan mendekatkan wajahnya pada wajah in hye.

"Kau pikir dirimu siapa,hah? Beraninya kau membantahku. Apa kau ingin melihat keluargamu mati di depanmu,eoh?" ucap kangin pelan namun penuh penekanan di setiap kalimatnya. In hye hanya meringis menahan sakit pada kepalanya.

"Kau tak berhak menolak nona in hye! aku tak peduli kau dan dia memiliki hubungan apa. Yang aku mau lakukan sesuai rencana atau keluargamu yang menjadi gantinya". Kangin menghempaskan cengkramannya dengan cukup keras lalu meninggalkan in hye sendiri dalam ruangan itu.

"Aku pulang" seru In hye saat memasuki sebuah rumah sederhana namun nampak sangat rapi dan nyaman. "Kau sudah pulang sayang?" tanya seorang yeoja paruh baya yang sedang sibuk memasak di balik dapur. "Apa kau sudah makan malam,sayang?".tanyanya lagi. In hye hanya menggeleng seraya menghampiri yeoja yang berstatus eommanya tersebut. "Mana jongin,eomma?" tanya in hye setelah mengecup pipi eomma yang sangat di cintainya. "Dia belum pulang dari sekolahnya". Jawab nyonya kim yang semakin hari tampak semakin menua karena beban pikiran. "Aku bantu yah eomma".tawar in hye dan mendapat sebuah anggukan dari sang eomma.

"Aku pulang". Ujar seorang namja tinggi berkulit coklat—kim jongin. "Kenapa baru pulang?" tanya seorang yeoja manis yang sedang sibuk menyiapkan makanan di meja makan. "Aku ada latihan tambahan untuk lomba dance bulan depan,noona." Jawab jongin menghampiri noonanya. "Mandi dulu sana!".perintah in hye pada adik laki-laki satu-satunya itu. jongin hanya mengangguk dan pergi dari ruang makan.

"Tuhan,kenapa harus kau beri aku pilihan seperti ini?kenapa harus dia, pria yang sangat kucintai?".batin in hye perih karena harus memilih eomma dan adiknya ataukah kekasihnya. "Andai saat itu appa tidak bangkrut dan berhutang pada bajingan itu". kenang In hye saat semua ini berawal.

Kangin memang biadab karena telah memperalat In hye yang semula hanya seorang yeoja remaja biasa menjadi seorang pembunuh sadis seperti sekarang. Dulu In hye adalah seorang yeoja biasa yang selalu menjalani hidupnya dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan. Kangin selalu mengancam akan membunuh keluarga In hye yang tersisa jika in hye tak mau menuruti perintahnya. Sejak kematian ayahnya karena bunuh diri in hye menjadi tulang punggung keluarga,hingga membuatnya rela melakukan segala hal agar ibu dan adiknya bahagia. Terkadang ia juga merasa amat lelah dengan pekerjaannya. Terkadang ia berpikir untuk menghentikan semua ini. namun selalu seperti ini,kangin selalu mengancam jika akan membunuh semua orang yang In hye sayangi jika ia tak mau melakukannya. kerasnya kenyataan di dunia memang telah merubah in hye menjadi orang seperti saat ini.

"Kenapa kau pilihkan takdir yang tak adil untukku tuhan? Apa salahku padamu?". Perlahan air mata jatuh dari kedua mata beriris cokelat in hye. in hye memang selalu menjadi orang yang sangat dingin dan kejam saat mengeksekusi targetnya. namun di luar semua itu, in hye hanya seorang gadis rapuh yang akan menangis saat tak ada orang di dekatnnya. "Kenapa kau harus mempertemukanku dengannya jika aku harus menyakitinya". Lirih in hye diiringi dengan semakin derasnya air matanya.

"Eomma,aku berangkat". Teriak putri sulung keluarga Kim saat akan meninggalkan rumahnya tersebut.

"Kau tidak sarapan dulu,sayang?" tanya nyonya kim dari meja makan. In hye hanya menoleh sekilas ke arah eommanya yang tengah duduk bersama dengan adiknya—jongin.

"Aniya eomma, aku ada urusan jadi aku berangkat lebih pagi". Bohong in hye sebelum menutup pintu rumahnya.

Seperti biasa,in hye selalu berjalan kaki menuju kampusnya. Udara pagi di seoul terasa sangat dingin namun itu tidak menyurutkan niat In hye untuk pergi ke kampus lebih awal. Dirapatkannya mantel berwarna biru tua yang dikenakannya. Sebenarnya in hye tak memiliki urusan apapun hanya saja ia ingin menenangkan pikirannya dengan menghirup udara pagi yang masih segar. In hye menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya lalu menempelkannya pada kedua sisi pipinya berharap memperoleh seberkas kehangatan. In hye yang terlalu asik menghangatkan dirinya tak sadar jika ada seseorang tengah memperhatikannya dengan bersandar pada gerbang kampusnya,sampai sebuah kalimat mengejutkannya.

"Dingin yah?". Sontak in he menoleh ke asal suara tersebut. sedikit terkejut saat melihat siapa yang ada di hadapannya itu. in hye diam membeku menatap sosok tampan itu.

"Kenapa melihatku seperti itu? kau terpesona yah?". Kali ini in hye mendengus kesal mendengar kadar kenarsisan namja tampan yang berstatus kekasihnya tersebut.

"Jangan memasang wajah seperti itu!". seru namja itu menghampiri in hye yang masih memandangnya dengan sebal. "Ayo masuk!" ajak namja itu lagi seraya menggenggam tangan in hye lalu memasukkannya ke dalam saku mantelnya. Mendapat perlakuan yang begitu manis,in hye pun menampakkan rona merah pada wajahnya. In hye terus menunduk mencoba menutupi rona wajahnya atas perlakuan Siwon padanya.

"Tadi aku menjemputmu,tapi kau sudah berangkat. Memangnya kau naik apa tadi?" tanya siwon memecah keheningan di antara mereka. "Jalan kaki". Jawab in hye enteng

"Mwo?jalan kaki?". "Iya,wae?tidak boleh?" sahut in hye cepat tanpa menatap ke arah siwon sedikitpun. Siwon menghentikan langkahnya tiba-tiba lalu meraih bahu in hye untuk menghadap padanya. "Aku hanya khawatir,apa itu salah". Ucap siwon lembut sambil menatap dalam mata coklat in hye. tiba-tiba ada rasa perih dan sesak yang membelenggu dada in hye saat melihat mata itu. "Tuhan,apa yang harus kulakukan?dia begitu menyayangiku begitu pula aku yang sangat mencintainya. Tak mungkin aku sanggup menyakitinya." jerit hati in hye semakin perih melihat betapa tulusnya tatapan itu. in hye masih saja terdiam dengan pikirannya yang semakin kacau.

"Kau baik-baik saja kan? Kenapa melamun?". Sebuah pertanyaan yang mampu membangunkan in hye dari pikirannya. In hye berusaha tersenyum sebaik yang dia bisa,namun tetap saja senyuman itu tampak aneh dan menyedihkan di mata siwon.

"Ikut aku!". Siwon menarik in hye ke arah parkiran bukan ke kelas mereka. In hye yang merasa bingung akhirnya bertanya. "Kenapa kita ke sini?" . siwon tak menjawab pertanyaan in hye tapi malah membukakan pintu mobilnya lalu menyuruh in hye untuk masuk. In hye masih terdiam tak mengerti.

"Aku rasa,kau butuh liburan. aku akan menunjukkanmu suatu tempat. Masuklah!". merasa tak memiliki alasan lagi untuk menolak,in hye pun menuruti instruksi kekasihnya.

Siwon menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah supermaket yang cukup besar. "Untuk apa dia membawaku ke sini?"batinnya tak mengerti dengan namja tampan di sampingnya itu. "Tunggu di sini sebentar,ada yang harus kubeli dulu." in hye mengangguk mengerti maksud siwon. "Sekarang apa lagi?untuk apa dia membeli barang dan makanan sebanyak itu?". lirih in hye saat melihat siwon membawa cukup banyak kantong plastik besar. "Untuk apa semua ini?" tanya in hye menghampiri siwon dan mencoba membantu siwon membawa kantung plastik tersebut. "Nanti juga kau tahu". Jawab siwon tersenyum manis yang semakin menambah kebingungan in hye.

Tampak sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik memasuki halaman sebuah panti asuhan yang berada cukup jauh dari pusat kota seoul. Mobil itu adalah milik namja tampan pewaris tunggal keluarga Choi yang terkenal kekayaannya hingga seluruh dunia. Kedua pintu mobil itu terbuka dan menampakkan dua sosok,yaitu siwon dan in hye—kekasihnya.

Siwon melangkah dengan membawa beberapa kantung plastik di tangannya dan diikuti oleh in hye di belakananya yang juga melakukan hal yang sama. Siwon menghampiri kerumunan anak-anak kecil yang sedang asik bermain di depan teras bangunan panti asuhan itu.

"Selamat pagi anak-anak". Sapa siwon ramah. Anak-anak itu sontak langsung menoleh pada siwon dan langsung berlari menghampiri siwon.

"Hyung bawa apa?".tanya salah seorang namja kecil dengan pipi tembamnya. "hyung bawa makanan dan mainan". Siwon berkata sambil berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan anak itu. "Mana bibi jung?" tanya siwon seraya mengacak rambut anak kecil itu.

"Aku di sini siwon!". Ucap seorang suster paruh baya yang baru saja keluar dari pintu panti asuhan itu. Kebahagiaan terpancar jelas pada wajah tuan muda choi itu, senyuman tulus pun turut mengiringinya sebelum memeluk erat wanita paruh baya.

"Dasar anak nakal! Kau ke mana saja eoh? kenapa jarang sekali kemari." Wanita itu menepuk-nepuk punggung siwon dan bergumam kecil. "Mianhae bibi,aku terlalu sibuk dengan kuliahku,makanya aku jarang datang berkunjung" jawab siwon tersenyum manis.

"Aku pikir kau melupakan kami. Eh? Kau bersama siapa,eum?". In hye membungkukan badannya sambil tersenyum kecil pada wanita paruh baya di hadapannya dan siwon.

"Oh iya,aku lupa memperkenalkannya. Kenalkan ini yeojachinguku namanya kim in hye."

"Manis sekali, panggil saja aku bibi jung seperti siwon biasa memanggilku." In hye menyambut uluran tangan itu sambil tersenyum manis. "Dasar anak nakal! Keu membawa kekasihmu tapi kenapa kau biarkan dia berdiri diam di belakangmu. Memang kau pikir dia pelayanmu! Tidak sopan!".

PLETAK! Siwon yang mendapat jitakan itu hany bisa mengusap-usap kepalanya. In hye hanya bisa menahan tawanya melihat adegan dua orang di depannya.

Meski bibirnya tersenyum namun bukan berarti dia berbahagia sepenuhnya. Begitu banyak jenis perasaan yang menyerangnya,hingga in hye sendiri pun tak mengerti. Yeoja bermata coklat itu hanya bisa tersenyum kecil melihat namja tampan yang sangat dicintainya tengah berlari ke sana kemari dengan anak-anak kecil di sekitarnya. Namun jauh di lubuk hatinya,dia menangis karena takut kehilangan senyum namja itu.

"Dia memang berbeda dari penampilan luarnya. Penampilan yang selalu menampakkan keangkuhan dan kesombongannya sebagai tuan muda. Namun di balik itu semua dia tidak lebih dari seorang namja muda yang kesepian dan kurang kasih sayang. " sontak in hye menoleh pada sebuah suara tepat di sampingnya. In hye masih terdiam sambil memandang sosok yeoja yang kerap di sapa bibi jung tersebut. "Sejak dulu siwon selalu marah jika bibi berbicara formal padanya,meski status bibi yang hanya sebagai pengasuhnya. Sejak kecil dia selalu mengatakan jika bibi memiliki arti lebih dari kedua orangtuanya yang hanya memberinya materi bukan kasih sayang. dan dia juga menganggap bibi sebagai sahabatnya,tempat di mana dia kan menumpahkan segala isi hatinya,tangis dan juga tawanya. Bibi juga sangat menyayanginya seperti anak bibi sendiri. Bibi harap kau mau membahagiakannya,karena bibi bisa melihat pancaran kebahagian dari mata siwon saat di dekatmu. Selama ini orang-orang selalu menganggap keberadaannya hanya karena harta dan status siwon sebagai tuan muda Choi. Tak pernah benar-benar ada yang dekat dengannya karena pribadi siwon". Semakin terasa sesak dan sulit untuk In hye bernafas saat mendengar semua tentang siwon. Bagaimana mungkin ia sanggup melukai namja sebaik dan seberharga siwon. 'pantas saja selama ini siwon tidak pernah terlihat pergi bersama teman-temannya. Tapi dia justru lebih memilih bersamaku dan sahabat-sahabatku'. Batin in hye mencoba mengingat sehari-hari siwon saat di kampus. In hye bingung harus menjawab apa,ia hanya mampu terdiam memandang wanita paruh baya itu. "Itu dia ke sini" in hye mengalihkan pandangannya pada arah pandang wanita di sampingnya. Benar benar sesak yang in hye rasakan jika harus kehilangan senyum itu. "Bibi tinggal dulu yah!" in hye hany mengangguk sekilas pada wanita yang telah beranjak dari sampingnya. Sekilas pandangan in hye menangkap bibi jung yang tersenyum penuh arti padanya.

"Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya asik sekali." "Hanya obrolan biasa". Sahut in hye cepat memamerkan senyuman terbaiknya pada namjanya. In hye pikir mungkin dia memang harus melupakan sejenak apa yang tengah mengganggu pikirannya. mungkin dengan begitu bisa membuat orang di hadapannya itu ikut bahagia.

"Ikut aku!". Tiba-tiba siwon menarik lengan in hye,membuyarkan lamunan kekasihnya.

"Kemana?" . "Sudah,ikut saja!. sejak tadi kau terus saja bertanya. Ikut dan nikmati saja, aku yakin kau pasti menyukainya." Dengusan kesal pun meluncur dari bibir gadis manis bermata coklat itu.

"Seharian ini,kau terus saja menyeretku tanpa memberitahuku tujuanmu. Memangnya aku peliharaanmu!". In hye terus saja menggerutu sepanjang jalan yang mereka lalui.

"Bukan kejutan kalau aku memberitahumu,jangan menggerutu terus atau aku poppo kau!". Ancam siwon sambil menatap kekasihnya. Seketika in hye mengatupkan bibirnya rapat,membuat namja tampan itu tersenyum kecil saat melihatnya.

"Sebenarnya apa hubunganmu dengan bibi jung,kenapa kalian tampak begitu dekat.? Seperti orang yang telah lama mengenal."

"Wae?kau cemburu yah?". Sahut siwon menggoda gadis yang kini berjalan di sisinya.

PLETAK~~

"Aku serius wonie." In hye menjitak kepala siwon karena kesal sekaligus malu dengan ucapan kekasihnya. Hehehe~ siwon hanya cengar-cengir sambil menggaruk kepalanya.

"Bibi jung adalah orang yang mengasuhku sejak kecil sampai aku beranjak dewasa. Dan tepat saat aku masuk SMU,ia memilih untuk mengundurkan diri dan tinggal bersama keluarganya. awalnya aku menolak keputusannya karena aku takut kesepian tanpanya,tapi pada akhirnya aku menyetujuinya karena setelah kupikir,bibi jung juga punya hak untuk memilih jalan hidupnya." Siwon bercerita seraya terus berjalan menuju tempat yang ingin ia tunjukkan pada gadis yang ia genggam tangannya.

"Kau bilang bibi jung memilih tinggal bersama keluarganya,tapi kenapa sekarang ia tinggal di panti ini?". In hye mencoba meminta penjelasan atas kebingungannya. Siwon mengajak in hye untuk duduk di pinggiran danau kecil yang dipenuhi rerumputan hijau.

Siwon menghela nafas sejenak sebelum menjawab pertanyaan yeojanya.

"Awalnya memang begitu sebelum sebuah peristiwa kebakaran yang merenggut keluarga sekaligus rumah satu-satunya bibi jung. Saat itu, Appa dan eomma sempat meminta bibi jung untuk kembali lagi ke rumah kami,namun bibi jung lagi lagi menolaknya. Bibi jung mengatakan jika ia sudah terlalu banyak merepotkan keluarga kami dan ia bersikeras untuk hidup sendiri. Lalu akhirnya Appa meminta pada bibi jung untuk tinggal dan mengurus panti asuhan yang didirikan Appa bersama sahabatnya dulu. "Panti asuhan yang kau maksud panti asuhan ini?".tanya in hye cepat dan mengundang anggukan kepala dari namja berlesung pipi itu.

"Dan sejak itu,aku jadi sering menghabiskan waktuku di sini. Bermain dengan anak-anak yang tak pernah mengeluh meski jalan hidup mereka tak seberuntung aku. aku merasa menemukan kebahagiaan baru saat ada di sini." Gadis bermarga kim itu tak sanggup lagi menahan butiran kristal dari matanya. Perlahan air mata pun jatuh membasahi wajah manisnya,saat menatap sosok tampan di sampingnya yang tengah asik menikmati hembusan angin dengan mata terpejam. Tanpa suara sedikitpun yang keluar dari bibir kecilnya meski air mata tak berhenti turun dari kedua mata coklatnya. Semakin tak sanggup ia melukai sosok yang begitu sempurna di matanya. Semakin perih dan sesak dadanya kala mengingat harus merenggut senyum itu. in hye telah mencoba untuk meletakkan beban itu sejenak,namun kembali rasa takut dan bersalah menghantuinya. In hye yang terlalu sibuk dengan kecamuk dalam benaknya tak menyadari jika sosok tampan itu menatap khawatir padanya. Samar-samar ia merasakan sebuah sentuhan hangat pada kedua sisi wajahnya. Dipejamkannya kedua mata coklatnya pelan menikmati sentuhan namja disampingnya. Siwon menggerakkan jari-jarinya dengan sangat lembut pada wajah kekasihnya. Dihapusnya jejak-jejak air mata yang menghiasi wajah wanita yang sangat dicintainya tersebut. Dikecupnya kening itu dengan sangat pelan dan lembut seakan takut menyakiti kulit halus kekasihnya. Siwon tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada gadis yang telah menawan hatinya,namun yang pasti siwon tahu jika hatinya terasa teriris sembilu melihat air mata itu.

"Aku tidak tahu apa yang tengah terjadi padamu. Tapi yang pasti aku tahu kau sedang tidak baik saat ini. kau berbeda dari biasanya. Hari ini aku seperti bertemu dengan Kim in hye yang lain. Bukan Kim in hye yang beberapa tahun ini mengisi hati dan hidupku dengan warna-warni keceriannya." Semakin deras air mata yang jatuh dari mata in hye saat mendengar penuturan kekasihnya,belum lagi tatapan siwon yang begitu lembut dan teduh padanya. gadis bermarga kim itu kembali memejamkan matanya saat ia merasakan wajah kekasihnya semakin mendekat padanya,hingga ia dapat merasakan hangatnya hembusan nafas kekasihnya. Siwon menempelkan bibirnya pada bibir kecil milik kekasihnya. Hanya sebuah kecupan lembut menenangkan,tanpa nafsu hanya ketulusan dan penuh kasih. Perlahan namja yang menyandang predikat Tuan muda tersebut menjauhkan wajahnya dan kembali menatap mata coklat milik gadis di hadapannya. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu sayang?tak bisakah kau membaginya denganku?". in hye masih terdiam menatap sosok di hadapannya. Bibirnya seakan terkunci,tak mampu untuk menjawab pertanyaan itu. sedetik kemudian ia merasakan dekapan hangat dari namja yang berstatus kekasihnya. "Aku tidak akan memaksamu jika memang kau belum siap untuk berbagi padaku. Tapi aku mohon jangan menangis seperti ini. Aku merasa sakit dan sesak saat melihatmu seperti ini. apapun yang terjadi,percayalah! aku akan selalu bersamamu. Aku selalu di sampingmu". Kalimat yang siwon bisikkan sukses membuat isakan meluncur dari bibir in hye. in hye meremas kemeja bagian depan milik siwon dengan diiringi isakan yang terdengar semakin memilukan. Siwon pun dapat merasakan bagian depan kemejanya basah karena air mata kekasihnya. Diusapnya dengan lembut kepala kekasihnya sambil mengecup pucuk kepala kekasihnya. 'Mianhae..jeongmal mianhamnida wonie~'. In hye hany bisa mengucapkan kata itu dalam hati.

Setelah dirasa isakan in hye cukup mereda,kembali siwon mencium kening in hye dengan lembut,lalu turun pada kedua mata in hye yang sembab karena terus menangis.

Berhari-hari In hye mengurung diri di kamarnya. Tidak mau makan,tidak mau pergi kuliah. Setiap detik hanya ia habiskan dengan berdiam diri dan menangis meratapi nasibnya. Ibu dan adik In hye pun tak ayal dibuat khawatir bukan main dengan tingkah gadis itu. kesekian kalinya nyonya kim mengetuk pintu kamar putri sulungnya namun tak pernah sedikitpun membuahkan hasil. Jangankan membuka pintu,menyahut pun tidak.

—other side—

''Ada apa denganmu? Kenapa kau menghilang dengan tiba-tiba seperti ini?'' gumaman demi gumaman kecil meluncur dari bibir seorang namja tampan bermarga Choi. Namja yang kerap di sapa siwon itu tampak benar-benar gelisah,berkali-kali ia mencoba menghubungi seseorang, namun hanya nada tak aktif yang di dengarnya. "Mungkin lebih baik jika aku ke rumahnya,mungkin saja aku bisa bertemu dengannya atau setidaknya bisa mendapat sedikit informasi tentang keberadaannya akhir-akhir ini". siwon memasukkan ponselnya kedalam saku jaketnya lantas memasuki mobil pribadinya.

Sejak kejadian hari di mana in hye menangis di pelukannya,siwon tak pernah lagi mendengar kabar tentang kekasihnya. hari ini tepat hari keempat sejak hari itu. entah mengapa benak siwon merasa tak tenang sejak hari itu. Semua kegelisahannya semakin memuncak kala ia tak bisa menemukan sosok gadis yang dicintainya di kampus,bahkan pesan dan telponnya pun tak pernah mendapat respon dari sang pemilik. Dan di sinilah kini siwon berada. Di depan kediaman sederhana keluarga kim. Jantungnya semakin berdegup kencang menambah rasa gelisah yang akhir-akhir ini mengikutinya.

TOK TOK TOK

Siwon mengetuk pintu rumah bercat putih di hadapannya beberapa kali. Muncullah seorang wanita paruh baya yang sangat dikenalnya—nyonya kim. Siwon segera membungkuk hormat pada wanita yang tak lain adalah eomma dari kekasihnya—kim in hye.

"Siwonie~?" ucap wanita itu dengan senyuman manis di bibirnya. siwon membalas senyuman wanita di hadapannya sebelum bertanya. "Bibi, apa In hye ada di rumah ?".

Tampak perubahan ekspresi pada wajah wanita itu yang semakin membuat perasaan siwon tak tenang. "Masuklah! dia ada di kamarnya." ajak nyonya kim pada sosok tampan itu. siwon mengikuti langkah nyonya kim dan brehenti tepat di depan pintu kamar kekasihnya—In hye. nyonya kim berbalik menatap siwon dan mengatakan "Sudah empat hari ia mengurung diri. Dan tak sekalipun In hye mau membuka pintu kamarnya atau sekedar menjawab panggilan bibi dan jongin. Siwon tersentak dan merasa seperti terhempas dari tebing jurang yang dalam saat mendengar penjelasan ibu dari gadis yang dicintainya tersebut. inikah sebabnya kekasihnya itu tak pernah tampak di kampus dan tak pernah mau membalas pesan ataupun panggilannya. Tapi kenapa? Siwon pun tak mengerti ,karena tak satupun penjelasan yang diutarakan kekasihnya. "Bibi harap kau bisa membujuknya untuk keluar dari kamarnya dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi." Mohon nyonya kim yang sanggup mengembalikan kesadaran siwon dari pikirannya. siwon mencoba tersenyum meyakinkan pada wanita paruh baya di sampingnya. Perlahan nyonya kim beranjak meninggalkan sosok tinggi nan tampan itu sendiri.

Siwon mencoba mengetuk pintu di hadapannya beberapa kali sambil memanggil nama sang pemilik kamar. Namun seperti yang yonya kim katakan, tak pernah ada jawaban dari orang di dalamnya. Siwon masih belum menyerah,ia terus mencoba membujuk pujaan hatinya untuk membuka pintu tersebut. Tanpa siwon tahu,In hye erus menangis dan menggumamkan kata maaf sambil memandang sendu pada pintu yang sejak tadi di ketuk oleh orang yang sangat berarti untuknya. In hye terduduk di sudut ruangan dengan kedua lutut tertekuk dan wajah yang ia tenggelamkan diantara kedua lututnya. dia terus saja menangis tanpa ada niat untuk membuka pintu itu dan menemui sosok yang sejak tadi menyerukan namamnya. 'Apa yang harus kulakukan?aku tak akan pernah sanggup bertemu dengannya tuhan.' Jeritnya dalam hati karena bibirnya seolah terkunci,tak dapat bersuara sedikitpun,bahkan isakan pun tak sanggup muncul dari bibirnya. hanya uraian air mata yang tak berhenti keluar.

BRAAAKK~~~

In hye tersentak dan segera mengangkat kepalanya pada asal suara. Mata coklatnya terbuka sempurna saat menatap sosok tampan itu berdiri tepat di depan pintunya. Ternyata dentuman suara tersebut berasal dari pintu kamarnya yang dibuka paksa oleh namja yang berstatus kekasihnya.

Siwon sedikit terkejut melihat keadaan kekasihnya yang tampak begitu menyedihkan ,belum lagi ditambah dengan keadaan ruangan itu yang hancur berantakan. Ada beberapa pecahan kaca berserakan dan semua barang-barang yang tergeletak tidak pada tempatnya. Perlahan siwon menghampiri sosok di sudut ruangan tersebut. tanpa terasa setetes air mata jatuh dari mata siwon. Dia benar-benar terpukul melihat kondisi kekasihnya yang menyedihkan. Mata indahnya yang kini bengkak dan memerah,air mata yang terus turun membasahi wajah manisnya dan yang lebih membuat siwon merasa perih kala melihat beberapa luka sayatan pada bagian tubuh kekasihnya.

"Apa yang terjadi padamu In hye? hingga kau melakukan hal bodoh seperti ini". siwon sedikit meninggikan intonasinya suaranya namun nada yang terlontar terkesan pilu dan menyayat hati orang yang mendengarnya. Lagi-lagi in hye tak menjawab pertanyaan siwon. Ia hanya menangis dan terus menangis. Siwon yang tak sanggup lagi berucap lebih memilih untuk merengkuh sosok lemah di hadapannya. Seketika tangisan keduanya tumpah kala merasa kehangatan yang dirasa dari masing-masing tubuh pasangannya. In hye hanya mampu mencengkeram baju kekasihnya dan siwon semakin mengeratkan dekapannya mencoba menyalurkan kehangatan dan ketenangan dari dekapannya. Samar-samar siwon tidak lagi mendengar isakan ataupun cengkraman orang dalam pelukannya. Perlahan dilepaskannya pelukannya. Bagai tersengat listrik ribuan volt kala mendapati In hye yang tergolek lemah tak sadarkan diri dalam pelukannya.

TBC~

maaf klo banyak typonya..
heheheh maklum masih baru..
amatiran pula..
heheheh

RNR please~
kgak mau juga kgak papa..
heheheh
makasih buat yng udah mau baca aja deh..