Full House

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

01 – Undangan

Ketika seorang anak gadis yang tinggal sendirian di sebuah apartemen jauh dari rumah, diajak pulang ke rumah dengan alasan 'rasa rindu keluarga', dan ia menolak, maka yang terjadi adalah ... kekalapan sang Bunda. Dan nyatanya, hal itulah yang menimpa Momoi Satsuki, dua puluh dua tahun, seorang wanita karir, bekerja sebagai Manajer Departemen Keuangan di sebuah perusahaan besar, sekarang.

Jadi, beginilah perdebatan Ibu dan Anak tersebut, dimulai dari Nyonya Momoi, "Kalau sekali dua kali Mama maklum, kamu mungkin banyak kerjaan, tapi ini udah yang ke lima kali, Sayang," kata Mamanya, melas-melas di telepon, mengharu-biru, sampai ada suara ingus disedot segala.

Momoi yang mendengar malah tumpang kaki, menyeruput kopi, dan sadar kalau akting Mamanya jelek banget, "Duh, kebetulan hari itu aku ada klien! Mama, kan, tahu sendiri atasanku kayak apa," kayak cabe, Mamanya langsung jawab tanpa ba-bi-bu. Tanpa disadari, padahal aktingnya sendiri sama kacaunya dengan sang Mama.

"Tapi Daiki juga pulang loh, hari itu," masih nggak mau ngalah ternyata Mamanya ini. Huh, Mama belum tahu ya, gimana kebalnya Momoi kalau dengar nama Aomine Daiki.

Dengan lempengnya, si cantik merespon, "Terus aku harus apa?"

"Ya kangen kangenan kek."

BRAK! Gelas kopi langsung disimpan—nggak dibanting dong, isi mulutnya hampir muncrat tapi akhirnya dia paksa untuk telan, saking kagetnya dengan saran Mama tercinta. Momoi sampai nganga. Dari TK sampai SMA bareng terus, ditambah satu klub ekskul dan lagi tinggal tetanggaan, harus banget kangen kangenan? Kalau Mama tahu bahagianya Momoi bagaikan terlepas dari belenggu begitu Aomine nggak lanjut kuliah ke Universitas yang sama dengannya, nggak bakal deh Mama ngajak Momoi ke reunian tetangga hitamnya ini. Eh, tapi ... agak penasaran juga sih, lihat Dai-chan, katanya kan kalau mau jadi polisi itu, harus botakin kepala dulu, hihihi.

"Nggak ah, pokoknya Mama bilang aja, kalau Dai-chan kangen aku, dia yang harus jemput ke sini." Keputusan final cewek rambut pink ini nggak bisa diganggu gugat. Kalau kata atasannya yang penganut aliran Niccolò Machiavelli itu, yang cabe itu, ucapannya mutlak. (Nun jauh di mato, Akashi bersin-bersin.)

"Sekalipun mau, Daiki nggak bakal bisa jemput kamu," Mamanya membeo lagi. Reflek Momoi tanya kenapa, dan Mamanya melanjutkan, "Di rumahnya bakal rame, mau ada ketemuan sama temen-temen sekolahnya, besok aja Mama Daiki minta bantuin bikin-bikin masakan ke Mama, kayaknya banyak banget ya, temennya Daiki yang mau dateng itu."

"Te-temen? Temen sekolah? Yang mana? SMP? SMA?" pikiran Momoi otomatis terbang ke klub basket, entah SMP atau SMA, tapi dijamin, nggak jauh-jauh dari itu.

Momoi bisa menebak kalau Mamanya lagi tersenyum creepy di seberang sana, dan di detik-detik berikutnya akan bilang nggak tahu supaya dia tambah penasaran dan akhirnya memutuskan buat datang. Uh ... dia benar-benar penasaran! Kalau Mamanya nggak mau buka mulut, yeah, apa boleh buat.

Mengakhiri sambungan telepon dengan helaan nafas Momoi, disamping teriakan serta kecupan bahagia Ibunda, perutnya mulas mendadak. Ini konyol, pertemuan yang baru disetujuinya itu diadakan dua hari lagi, tetapi otaknya sudah sibuk berkelana, memikirkan baju apa yang harus dipakainya nanti, apa dia harus beli parfum baru, dan dandanan seperti apa yang mungkin disukai ... Tetsu-kun.

Tu-tunggu, kenapa—? Momoi merona. Dia betul-betul penasaran kalau-kalau yang datang itu teman-teman basketnya Aomine. Itu berarti, dia akan bertemu lagi dengannya. Tapi ... ini 'kan sudah empat tahun, apa Kuroko masih ingat padanya? Seperti apa rupanya sekarang? Apa pekerjaannya? Dulu dia bilang mau jadi guru TK, uh, Momoi tak pernah lagi dapat kabar dari cowok dingin itu. Sudah sepuluh tahun berlalu semenjak dia jatuh cinta ... apa mungkin Kuroko akan datang dengan seorang gadis? Mungkin pacar, atau tunangan (dan Momoi berdo'a; jangan, jangan sampai)? Atau dia masih lajang? Eh, kalau lajang, memangnya kenapa?

"A-aku juga 'kan masih lajang! Kyaaa!" meredam suaranya di balik bantal sofa dan di detik berikutnya ia merasa seperti anak SMP yang baru jatuh cinta. Jantungnya berdegup kencang, merasa bodoh dan senang di saat bersamaan. Mimpi itu, nggak ada yang ngelarang, kan.

bersambung

Halo semuanya, salam kenal! Saya ini pertamakali buat ffn momokuro, semoga suka, kekeke.

Momoi: Ke-kenapa MomoKuro? Nggak kebalik tuh?

Loh, selama ini kurang jantan apa kamu, Momoi-chan.

Momoi: JANTAN? (syok) karena aku udah ngejar cintanya Tetsu-kun selama 10 tahun gitu?

Pssst! Jangan bikin trailer dong, duh!

Momoi: Mmmm—ph!

He-he. Udah ya, po-pokoknya, sampai ketemu lagi di chapter berikutnya!