Aku hidup karenanya. Tak masalah jika semua orang tak menginginkan keberadaanku. Cukup dia ada dan memberikan senyuman manisnya untukku. Semuanya tak apa. Pernah kau mengalami kisah hidup yang dikucilkan oleh keluargamu sendiri hanya karena kau berbeda dan aneh? Jika ada, kau tak perlu takut. Carilah kebahagiaanmu dan bertahanlah demi mereka, maka kau akan bisa setegarku hingga kau merasa kuat untuk melawan dunia ini. Dan lembaran perjalanan hidupku semuanya bermula dari sini. Ketika aku beranggapan hidup itu tak pantas untuk orang 'ANEH' sepertiku.
.
.
.
Title : Dim Star
Cast: Hanyalah milik YME, diri mereka sendiri, orang tua mereka, dan mereka milik ELF's
Pairing : YeHyuk, KangHyuk, Dll XD
Support Cast : Entar nyusul -_-
Rating : T
Genre : Romance, Angst
.
" Ya! Apa yang kau lakukan hah, jangan menghalangi jalan ketika ada tamu datang. Dasar anak AUTIS"
" Ya,ya,ya! Kau tak lihat minuman ini begitu banyak, tak bisakah kau turun tangan dan membantu membawakannya ke ruang tamu?"
" Ya! Aku bilang BAWAKAN, bukan tanganmu yang dijejalkan ke lantai. Hah bahkan bayi saja tak sebodoh dirimu"
" AUTIS, kau jangan keluyuran kemana-mana, STAY di kamarmu hingga semua orang pulang. ARRA?"
Entah apa lagi hardikan dan teriakan dari Noona juga Eommaku sendiri. Miris bukan? Orang yang seharusnya memberikan kasih sayang dan perhatiannya padamu, memperlakukanmu layaknya orang hina yang tak pantas di hargai. Aku di lahirkan karena kelatarbelakanganku yang sejak lahir. Dokter bilang, saat mengandungku Eomma mengalami kecelakaan dan membuat lahirku sedikit lebih cepat dari biasanya. Premature? Hmm begitulah orang menyebutnya. Tapi aku tak sebodoh itu. Aku hanya tidak bisa menyampaikannya dengan sangat baik. Apa yang ku lakukan terkadang berlawanan dengan impuls sarafku yang bekerja lebih cepat dari biasanya. Dan itu membuatku terlihat AUTIS. Memalukan. Tapi aku tak boleh menangis kan? Hei aku NAMJA. Dan tak sepantasnya aku terlihat lemah di depan mereka. Aku kuat. Dan aku akan membuktikan hal itu pada mereka suatu saat nanti.
.
.
.
Aku kembali melangkahkan kaki pelan menuju kamar, menyusuri satu persatu ubin lantai yang sengaja ku perlambat agar bisa melihat para tamu yang berada di bawah sana. Dari sini, aku bisa melihat ada 2 pasang keluarga yang membawa anak mereka masing-masing. Lihat mereka. Betapa tampak bahagianya. Pasti bangga punya anak yang hebat seperti halnya noona ku juga. Dan ku rasa, hanya aku seorang yang TIDAK bahagia. Keluargaku sangat membenciku, mengucilkanku, bahkan hamper tak menganggap keberadaanku. Sudahlah. Hidupku bukan untuk menyesali itu. Sekali lagi aku kembali menoleh ke bawah, menyangga kedua tanganku pada kaca yang merupakan dinding pembatas lantai 1 dengan lantai 2,dan aku tersenyum miris melihat anak-anak seumuranku yang tampak sangat sehat dan 'NORMAL' … dan Shit!Ahhh, Aku tidak menyadari ketika akan melanjutkan langkah lagi, ada sebuah mobil-mobilan pengangkut pasir yang tergeletak di depanku, dan tak bisa dielakan lagi, aku terpeleset dan terjatuh dengan kedua kaki ke atas. Membentuk posisi 90'. Elit bukan? Bolehkah aku menangis sekarang? Dunia ini ADIL bukan?
.
.
.
" Hiks,, hiksss,,"
Samar-samar aku mendengar ada suara dari luar kamarku. Tapi mana ada siang begini yang mau main ke lantai atas? Apa salah seorang anak di bawah itu yang sengaja bermain ke sini? Tapi buat apa? Ini juga baru 1 jam aku berdiam diri dalam kamar. Penasaran. Dengan setengah pincang (Ingat insiden Elitku tadi bukan)? Aku berjalan pelan ke luar.
CEKLEK!
" Gelangku masuk wastafel. Aku tidak bisa mengambilnya.. hiks" isakan itu membuatku miris. Ternyata seorang anak lelaki, yang ku taksir terpaut 4 tahun di bawahku, sedang berjinjit di depan kamar mandi. Letaknya yang berada di sebelah kamarku, membuatku bisa mendengar suara tangisannya itu. " Bagaimana ini? Tinggi sekali, hikss,," Tidak menyerah dengan kondisi tubuhnya, dia mengambil apapun yang bisa menyangga telapak kakinya. Dan itu membuatku cukup berdiam diri di depan pintu. " Hyung pasti marah kalau aku menghilangkannya, hikss,," Lagi, anak itu tampak gigih. Padahal T-shirt yang ia kenakan sudah berlumuran keringat. Menyedihkan sekali. "Hiks,, masih tidak bisa juga. Ahhh ini susah, hiks" Tidak tahan dengan isakannya, aku mendekat, dia tampak terkejut. Tapi setelah itu menghiraukanku. Hei apa-apaan sikapnya itu? "Kali ini pasti bisa, aku yakin." Seolah mengabaikan keberadaanku, anak itu kembali berjinjit dan "Aaaakhh" Refleks aku menangkap tubuhnya yang terjengkang ke belakang, dan itu membuat kami berdua terjatuh dengan posisi aku memeluk tubuhnya. Baru ku sadari dia gemetaran. Apa dy sudah mulai frustasi?
.
.
.
" Apa kau tak apa? " Kecanggungan yang terjadi beberapa menit, membuatku berani untuk bertanya. Aku membantunya berdiri. Ia mengangguk. Tapi kemudian kakinya terlihat menekuk. Berdirinya sempoyongan.
" Apa kau kedinginan?" Aku mengangkat wajahnya, dan Hel! Pertama kali dalam hidupku aku melihat ada namja yang seimut ini. Aku bersumpah dia benar-benar sangat manis. Berapa usianya? Menyeka ke dua matanya yang basah karena air mata dengan bibir yang dipoutkan. Sungguh manis.
" A-ani" jawabnya gugup. Aku mengangguk. Menyampirkan kemeja yang kebetulan sedang ku pakai ke tubuhnya. Walau kebesaran, tapi itu tampak sangat pas. Dia tak merespon. Ataupun menolak tawaranku, membuatku lega.
" Apa yang sedang kau lakukan eoh?" tanyaku basa-basi. Dia tersenyum, tapi detik kemudian terkejut. " Ah, mianhamnida. Tadi aku mau ke toilet bawah, karena ada orang aku langsung ke atas. Maaf menganggu" Dia membungkuk. Manis sekali. Aku tersenyum melihat tingkahnya. " Tak apa, Hyung tak marah. Jadi apa yang kau lakukan hm?" Kembali aku menanyakan hal yang sama. Dia menggeleng, " Aniya" tapi dari ekpresinya aku tahu betul dia gelisah. "Apa ada sesuatu di balik sana?" Tunjuk ku dan menghampiri wastafel. Dia mencegal langkahku. " A—aaa itu. Aniya. Aku hanya—"
" Gelangmu jatuh?" Dia mengangguk lucu. Masih dengan kepala yang menunduk. Membuatku semakin gemas. " Ya udah, Hyung ambilkan ya." Aku mengulurkan tangan ke dalam lubang wastafel. Heran. Kenapa bisa jatuh ke sini? Tapi tak mau lama-lama, aku membiarkan pikiranku yang tak terjawab itu dan GOTCHA! Aku mendapatkannya. Tersenyum simpul dan mensejajarkan tinggiku dengannya. " Ini. Lain kali jangan sampai nyangkut ke sana ya." Dia menerimanya. Menegakan kepala, dan detik itu juga aku terkejut bukan main. Semua yang ada di sekitarku menghitam tiba-tiba. Hanya ada wajahnya, dan senyumnya yang hari ini juga aku catat dalam sejarah ingatanku, bahwa dia, ah tidak, maksudku bawha senyumannya benar-benar bagaikan malaikat yang turun dari bumi. Apakah aku terlihat konyol sekarang?
.
.
.
" Hyung, gwaenchanna?" tangan mungilnya menyadarkanku dari pikiran-pikiranku yang selalu bekerja cepat tanpa bisa ku cegah. Bagaimana rupaku sekarang ya?
" Ah, ne." Aku tersenyum kikuk. Dia mengangguk. Dan kemudian tersenyum kembali. Ah aku benar gila sekarang. Kenapa ada anak semanis ini? " Kenalkan, Hyukkie imnida. Senang berkenalan dengan Hyung, dan Gomawo. Ini Gelang pemberian Kangin Hyung, bisa marah dia kalau Hyukkie menghilangkannya lagi. Hehe." Ucapnya polos dan aku pastikan untuk beberapa detik tadi ada kesenduan di balik mata beningnya. " Ne, Hyung juga. Senang berkenalan dengan Hyukkie. Panggil Ye-Hyung, ne? Yesung imnida." Aku menjabat tangan yang dia ulurkan. Dan ia kembali tersenyum. "Ne, senang berkenalan dengan Ye-Hyung. Sangat senang." Dia memasang kembali gelangnya. Tapi lagi, aku melihat kesedihan di matanya. Sangat dalam. Dan seperti halnya yang terjadi tadi, detik berikutnya ia tampak terkejut. Rupanya ia baru menyadari ada baju kebesaran yang melekat di tubuhnya. " Ini baju siapa?" Tanya nya dengan wajah miring. Aku menahan tawa. Astaga. Anak ini.
" Tidak sadarkah tadi hm?" Tanyaku balik. Ia menggeleng. Aku makin menyukai anak ini. "Hyung yang pakaikan. Saat kau tampak kedinginan tadi."
"Oh"
Hanya itu jawaban yang ia keluarkan. Aku tersenyum maklum. Dan kembali berdiri. Capek juga jongkok di depannya. " Baiklah kita kembali ke bawah, kajja!"
"Ne"
Dan baru 1 langkah menuju pintu, suara seseorang membuatku mematung.
" Noona?"
" Ya! Anak AUTIS, apa yang kau lakukan padanya hah?"
"A-aku, aku hanya—"
" Jauhkan tangan kotormu itu darinya. Kau tak tau dia dari keluarga mana hah? Mau nambah masalah keluarga lagi?"
" Itu, a-aa—" Tanganku gemetar. Tubuhku kaku bukan main. Kenapa? Kenapa harus di bentak di depan anak ini sekarang? Tuhan bolehkah aku menangis? Apakah aku hidup untuk dipermalukan seperti ini? Aku merasa benar-benar malu sekarang. Aku menunduk. Tanganku masih menggengam hangat tangannya. Tapi aku sudah tak punya muka lagi untuk menghadapnya. Baru sebentar saja aku merasakan menjadi diri yang normal. Tapi, tapi, tapi..
" Mianhae, hiks. " Tanpa sadar isakan itu terdengar lagi. Aku menoleh dan ku dapati, dia melepaskan genggamanku dan menghampiri noonaku. " Mianhae, aku yang salah, mianhae" Aku kaget, noona ku apalagi. Refleks Noona ku gelagapan. Dan membungkuk sedikit di hadapannya. " A-aniya. Bukanlah salahmu chagi. Aishh aku lupa. Bagaimana ini? " Noona ku menghela nafas sejenak. Dan terlihat benar-benar frustasi. Dan bertepatan dengan tangan Noona yang mau menyentuh pundaknya, seseorang berbadan gempal dan sedikit sangar menghampiri. Tatapannya murka. Dan tanpa basa-basi dia mendorong Noonaku kasar, dan menyeret pergelangan namdosaengnya pelan dan memeluknya. "Sudah tenanglah Hyukkie, sudah tak apa. Tenanglah. Hyung mohon" Dan untuk yang entah ke berapa kalinya aku terkejut dalam satu hari ini. Orang yang tadinya aku kira tak pernah menangis sepanjang hidupnya, mengeluarkan air matanya di hadapan sang adik, membuat yang dipeluk semakin kencang menangis. Dan berakhir dengan raungannya yang semakin keras. Aku terpaku. Sungguh. Masih tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Tubuh itu, senyum itu, dan anak yang sangat menarik itu berakhir dengan keadaan pingsan yang membuatku ingin bunuh diri. Dan yang terjadi selanjutnya adalah, si gempal yang tak ku ketahui namanya itu berteriak keras memanggil Appa nya dari lantai atas. Menggendong adiknya bride style dan membawanya lari ke bawah. Dan tak sengaja menjatuhkan gelang yang menjadi penyebab aku dan dia bisa dipertemukan. Aku memungutnya dan yang ku ingat berikutnya lagi adalah… sang kakak menendang tengkuk ku, dan menyumpahi berbagai macam kata serapah yang membuatku nyaris dilecehkan. Menyeretku ke westafel dan membenamkan kepalaku di sana. Aku pasrah. Sungguh. Karena pikiranku saat ini adalah ingin mengetahui apa yang terjadi pada anak itu saat ini. Aku harus mengetahuinya. Hanya itu. Seorang anak AUTIS sepertiku boleh berharap bukan?
.
.
.
Sekian. Come Back Arit291 Hohoho. Ini entar ada Pairing nya loh. Awalnya agak Angst gimana~ Aku lagi cinta ma Yesung yang mo wamil ini. :'(
