Fanfic fandom Nuramago saia yang pertama~ oye~

Buat yang ga tau aja nih...
futon : kasur di Jepang yang biasanya digelar di tatami (lantai)
youkai : makhluk gaib ala Jepang
bentou : harfiahnya sih makan siang yang diwadahin kotak makan, biasanya dibawa ke sekolah, kantor, atau tempat lainnya

Nurarihyon no Mago © Shiibashi Hiroshi
WARNING: May contain some mistypo and bad at using language (intinya, maaf kalo makin ke bawah makin geje)
Don't like don't read :)


Tututututututututututu...klap!

Tsurara si gadis salju—gadis yang juga dipanggil dengan sebutan 'Yuki-Onna', terbangun dari tidurnya dan langsung menekan tombol yang terletak di bagian atas jam weker di sebelahnya, sehingga kebisingan jam weker pun terhenti.

Pagi telah tiba, dibukanya tirai jendela kamarnya lebar-lebar. Tetapi, yang ia temukan hanyalah sebentang jendela yang dipenuhi warna buram. Ia mengusap-usap jendela tersebut sambil menduga satu hal yang terpikir di benaknya.

Dan...tadaaa...dugaannya tepat.

"Salju pertama turun!" Tsurara beranjak dari depan jendela dan melonjak-lonjak girang, bantal, selimut, sampai futonpun ia ajak menari-nari. Andaikan saja saat itu ada orang lain, pasti mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka melihat tingkahnya.

Di tengah kegiatan menari-narinya bersama peralatan-peralatan tidur, teringat olehnya pekerjaan-pekerjaan yang harus ia lakukan saat itu. Pertama, ia harus memasakkan makan pagi untuk semua penghuni rumah besar itu, yang tidak lain adalah rumah para youkai. Tidak lupa juga membuatkan bentou untuk tuan mudanya, Rikuo Nura , pewaris tunggal ketua klan Nura yang ketiga, yang sangat ia kagumi. Biarpun begitu, Rikuo juga menjalani hidupnya sebagai murid SMP biasa. Maka dari itulah, Tsurara ingin menghormatinya dengan membuatkannya bentou.

Tsurara segera merapikan benda-benda tadi dan mengganti kimono tidur yang ia kenakan dengan kimono hariannya. Lalu, ia keluar dari kamarnya, kemudian berjalan cepat di lorong menuju dapur. Sekali-sekali, ia berpapasan dengan beberapa youkaipenghuni rumah itu dan menyapa mereka.

Akhirnya, sampai juga ia di dapur. Dilihatnya Wakana Nura, ibu Rikuo, berada di situ mendahuluinya mengurus pekerjaan dapur. Terkadang, Wakana sampai di dapur setelah Tsurara.

Tampaknya wanita satu-satunya manusia biasa di rumah itu sedang sibuk berurusan di depan kompor. Tsurara pun menghampirinya. Gadis itu sudah dapat membayangkan apa yang akan dilihatnya di depan kompor nanti. Hidangan-hidangan lezat di dalam sebuah panci, pikir benaknya.

"Wakana-san, Anda mendahuluiku lagi. Anda sedang masak a..."

Ucapan gadis berkimono serba putih itu terhenti setelah melihat tidak ada secuil makanan pun di atas kompor. "Lalu, sedari tadi sedang apa Wakana-san di sini?" tanyanya dalam hati.

Wajah Wakana tampak bingung melihat kompor di depannya.

"Ada apa? Ada yang salah dengan kompornya? Rusak?" pikir Tsurara.

"Tsurara-chan, aku tidak mengerti. Kenapa kompor ini tidak bisa dinyalakan, ya?" ujar wanita itu panik.

Tsurara pun memperhatikan kompor di depannya itu.

Memang, sudah sekitar seminggu mereka mengganti tungku memasak mereka dengan kompor gas. Tetapi permasalahannya bukan karena mereka belum bisa menggunakannya. Sejak empat hari yang lalu, mereka sudah mahir menggunakan benda itu.

Apakah selangnya belum terpasang? Sudah. Bocor? Tidak.

Tsurara menatap benda itu dalam-dalam, lalu ia coba menyalakannya.

Ctak...
Tidak menyala.

Ctak ctak...
Tidak menyala juga.

Gadis itu mencobanya berkali-kali, tetapi tetap saja tak kunjung menyala. Emosi mulai muncul di benaknya. Ingin sekali rasanya ia bekukan kompor itu lalu menghancurkannya hingga berkeping-keping. Tapi, ia urungkan niatnya. Ia tidak mau disangka mengidap sakit kejiwaan.

"Ah, Tsurara-chan, coba pancing dengan ini." ujar Wakana sambil menyerahkan sekotak korek api yang tadinya tergeletak di atas meja terdekat pada Tsurara, sehingga gadis itu tersadar dari dunia imajinasinya.

"Baiklah! Aku akan berjuang! Wakana-san tunggu saja di situ." Tsurara menerimanya dan segera mencoba saran wanita itu.

Sebelum korek api berhasil ia nyalakan, terdengar suara satu atau dua orang bercakap-cakap, yang akhirnya tiba di dapur.

"Hup! Yak! Sampai!"

"Oke! Terima kasih banyak, ya, Kubinashi!"

Tampak Kejourou dan Kubinashi—dua youkai yang sering terlihat bersama, meletakkan sebuah benda yang mereka gotong sedari tadi di lantai dekat pintu masuk dapur. Selebihnya, Kubinashi yang menggotong benda itu lebih ke dalam dapur. Tsurara mengenal benda itu, begitu juga Wakana.

Tabung gas. Kubinashi membawanya ke dalam dapur.

"Ah, maaf, ya. Tabung gasnya tela..."

Secepat kilat, Tsurara menghantam wajah pemuda yang tak jelas apa kesalahannya itu, sehingga kepalanya terlempar ke belakang layaknya sebuah bola voli yang baru di-smash, dan terpelanting di lantai.Sementara tubuhnya hanya terjatuh ringan di tempat. Sebenarnya, Tsurara ingin sekali mencekiknya. Namun, karena Kubinashi tidak memiliki leher, ia menggunakan alternatif lain untuk 'menghajarnya'.

Yang pertama kali menghampiri kepala pemuda malang itu adalah Kejourou. Wanita itu kaget sekaligus takut melihat kejadian barusan. Takut terjadi sesuatu pada Kubinashi.

"Kubinashi! Kau tidak apa-apa? Yuki-Onna! Ada apa sebenarnya sampai kau melakukan ini?"

"Aku tak apa-apa." ujar Kubinashi sambil berusaha berdiri kembali, dibantu oleh Kejourou.

"Ah, maafkan Tsurara-chan, ya. Ia terlalu lelah, sedari tadi berusaha menyalakan kompor yang ternyata gasnya habis. Iya, 'kan? Tsurara-chan?" lerai Wakana yang bertujuan mempermudah keadaan.

"Eh...begitu rupanya. Maaf, tadi ada sedikit hambatan di jalan. Maaf." Kubinashi dan Kejourou membungkuk berkali-kali, menunjukkan permintaan maaf mereka.

Tsurara hanya membisu, tak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Tiba-tiba, Wakana tampak tertegun. Tsurara dengan tampang menakutkan, memegang sebuah raket—yang entah dari mana ia dapatkan, dengan posisi siap memukul sebuah bola tenis. Tapi, raket itu berbeda dari raket biasanya, sebuah raket listrik, yang akan membuat lalat jenis apapun terkapar di jaring-jaringnya.

Kini, Tsurara berdiri dengan pandangan menghadap Kubinashi dan Kejourou yang tengah mengurusi tabung gas. Segera mereka sadari bahwa gadis itu menatap mereka dengan hawa membunuh.

"Ee...Tsurara-chan..?" Wakana terkejut melihat Tsurara yang sedang memegang sesuatu yang dianggapnya benda berbahaya.

"Tu...tunggu! Hei! Yuki Onna! Kau bermaksud menghajar kita setelah menggamparku tadi?" seru Kubinashi dengan nada panik. Ia khawatir juga kalau-kalau Kejourou ikut terkena serangan Tsurara.

Kubinashi berpikir, kenapa gadis itu sampai semarah itu, sih? Ini terlalu aneh, kenapa tindakannya tidak seperti biasanya? Hei, tunggu. Kenapa 'senjata'nya raket? Tepatnya raket listrik. Kena—

Pemuda itu tampak menyadari sesuatu di tengah-tengah perang batinnya.

Raket? Kenapa raket? Tentunya raket digunakan untuk memukul bola tenis atau bola kok, bukan? Kenapa benda itu bisa ada di dapur? Ah, itu tidak penting. Yang penting adalah apa yang Tsurara ingin hajar dengan raket itu adalah sesuatu yang berasosiasi sebagai bola.

Dan Kejourou sama sekali tidak dalam bahaya raket listrik itu, melainkan...

"KEPALAKU! Yuki Onnaaaa! Jangan kepalaku lagi! Jangaaaaan! Lagipula, ini tidak adil! Aku dan Kejourou 'kan pergi bersama untuk membeli tabung gas ini! Tapi, kenapa yang kena hajar hanya aku? Bagaimana dengan Kejourou?"

"Heeei!"

PLAAAAKKK!

Punggung telapak tangan Kejourou mendarat di kepala samping Kubinashi, kesal.

"Nyihihihihihihihihihihihihihi~~~ " Tanpa disangka, Tsurara mengeluarkan suara tawa seram. Ia tersenyum lebar, senyum yang tidak simetris.

"He...hei...ku...kukira terjadi sesuatu pada otak Yuki Onna..." celetuk Kejourou ngeri.

Sementara keadaan di dapur tegang, Kubinashi mendapatkan sebuah ide.

"Yu...Yuki Onna! Se...sebentar lagi Tuan Muda mau berangkat ke sekolah lho..! Kau tidak cepat-cepat membuatkannya bentou..?"

"Ah! Benar! Benar! Harus cepat-cepat! Syalalalaaa~" Dalam sekejap saja, wajah Tsurara berubah menjadi cerah lagi. Ia segera menghadap kompor sembari mengajak Wakana agar membantunya. Dua youkai tadi ia acuhkan begitu saja, sementara mereka hanya bisa melongo melihat tingkah gadis yang satu itu.

Awal hari yang menyenangkan, bagi Tsurara.

Awal hari yang membingungkan, bagi Wakana.

Awal hari yang menakutkan, bagi Kejourou.

Awal hari yang penuh dengan kesialan, bagi Kubinashi. Sungguh pemuda yang malang.


Awww~ chapter 1 selesaaaai! Makasih yang udah baca!
Hm...tadinya padahal mau oneshot =A=
Yah, masih ada 'kisah' yang lain lalalaaa :3

Mind to review? :l