Disclaimer : demi apapun, naruto bukan punya saya, punya masashi sensei, aku hanya pinjam saja.
.
.
.
Dont panic and think!
.
.
(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)
.
.
.
Dont panic and think! by author03
Horror/tragedi
.
.
.
Please.. Dont like dont read.. Thanks.
.
.
Chapter 1
.
.
.
.
Disebuah ruangan yang tak begitu terang ataupun gelap, terlihat tabung-tabung, pisau-pisau kecil, gunting dan air berwarna-warni yang tersusun rapi diantara meja-meja yang berjejer rapi itu.
"Aargghh.. Sial! Lepasaarggh!"
"Ikat dia sebelum dia kabur." ucap seorang gadis bersurai indigo sambil melangkah menghampiri teman-temannya yang masih mengikat seseorang lelaki ke kursih.
"Sialan, dia tak mau diam!"
"Rrgghhh.. ! sialan! Akan aku semua!"
.
Beberapa menit bergulat dengan seorang lelaki, kursih dan tali. Akhirnya lelaki itu pun terikat dengan mulutnya yang sudah disumbat kain, tapi orang ini terus saja memberontak.
"Obat penenang ini tak berfungsi sama sekali." ucap sang gadis bersurai pink fruatasi tapi masih terlihat tenang.
"Geledah dia, siapa tahu kita bisa menemukan sesuatu." perintah seorang lelaki bersurai kuning pada lima orang disekitarnya.
...
"Apa ini Hinata?" tanya seorang lelaki yang menemukan suatu plastik kecil berisi krikil berwarna putih.
Ia yang langsung menyerahkannya pada seorang gadis bersurai indigo yang dipanggil Hinata tadi.
Lelaki yang terikat tadi yang semakin memberontak ketika Hinata menuangkan sedikit krikil putih itu ke telapak tangannya yang dilapisi sarung tangan putih.
"milik ku! Haah~! kembali! Aarggh!" marah lelaki itu ketika Hinata mengambil kain yang menyumbat mulutnya itu.
"Katakan apa ini dan aku akan memberikannya padamu." tanya Hinata sambil menunjukkan plastik berisi krikil putih tadi.
"tak tahu! Seseorang memberikan! enak..!" jawabnya sangat tak sabaran dengan kedua matanya yang terus melotot ke arah plastik bening di tangan Hinata.
"Aku kira dia begini karena obat flakka tapi ternyata kerena obat ini." ucap Hinata yang masih sekedar menebak.
"Apa hanya kau? Apakah ada temanmu yang lain?" tanya Hinata lagi.
"tak tahu! hanya ing~ itu!" jawabnya tak sabaran dan semakin memberontak.
"Sudah berapa banyak kau memakannya?"
"memakan belum habis! Dia tangkapku!"
"Dia masih bisa menjawab kita meskipun dengan amarah, ia sangat menginginkan ini dan sepertinya ia baru memakan sedikit dan dia langsung menyembunyikannya ketika kalian menangkapnya. Kerja bagus. Setidaknya dia tak cukup mengila seperti seorang wanita kemarin."
"Sasuke, suntik mati dia. Jika ia tak mati maka obat ini akan menjadi lebih berbahaya dari yang aku kira. Aku akan menelitinya. Kalian kembalilah mencari ke tempat tadi, seret siapapun yang berhubungan dengan obat-obat ini kesini, jika kalian tak bisa. Langsung suntik mati saja mereka di tempat tapi pastikan kalian tak meninggalkan jejak apapun."
.
.
.
.
.
"Sakura-sensei?" panggil seorang murid sambil mengangkat tinggi tangannya.
"Ada apa Matsuri?" Tanya Sakura pada muridnya itu.
"Apakah benar narkoba flakka itu begitu bahaya? Tanya nya ragu.
"Apakah kau ingat video yang aku perlihatkan dua hari lalu?" tanya Sakura yang dibalas anggukan oleh Matsuri.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Sakura.
"Itu menakutkan, mereka sangat agresif, bahkan telinga dan mata mereka berdarah, mereka yang awalnya melukai dirinya sendiri dan akhirnya melukai orang lain. Mereka seperti zombie bedanya mereka tak memakan manusia." jawabnya mulai merinding.
"Kau benar, karena itulah kalian jangan sesekali percaya pada orang lain yang tak kalian kenal apalagi saat mereka menawarkan suatu makanan, hmm..kurasa aku tak perlu memperingatkan kalian semua, kalian sudah sma kelas 3 harusnya kalian sudah bisa menjaga diri kalian sendiri." ucap Sakura dengan senyum tipisnya yang membuat murid-muridnya tertawa mengejek.
.
.
.
"Kokain! bat! Banyak! Sana! Aargghh! Banyak sekali! Makanan! Aargghh!"
"Hinata, Aku sudah menyuntiknya beberapa kali tapi ia semakin agresif." ucap seorang lelaki berambut raven aneh.
"Kurung dia Sasuke, jangan lagi menyuntiknya." jawab Hinata yang langsung dibalas aggukan oleh Sasuke.
Sasuke yang langsung menyeret kursi beserta lelaki yang masih terikat itu ke sebuah ruangan kecil tanpa lampu yang terletak dipojokan ruangan.
"Aarrghhh! lagi! Enak! Aaaarrgghh! Aku mencium! Makanan! Aarrgghh! Segar! Darah! Aarrggh..!"
Bamm..
.
.
"Berikan suntikan itu padaku." pinta Hinata dan Sasuke langsung melangkah medekatinya sambil menyerahkan sebuah suntikan ditangannya yang baru terpakai setengah.
Hinata yang langsung menyuntikan obat pembunuh manusia itu ke tikus eksperimen yang terikat di atas meja di hadapannya.
Sedetik kemudian, tikus itu menjadi lebih agresif.
"Obat pembunuh ini memberikan efek sebaliknya pada obat ini. Tikus ini menjadi semakin ganas ketika aku menyuntikan obat pembunuh ini. ucap Hinata sambil menunjukkan kerikil putih yang disuntikkannya pada tikus tadi.
"Orang sialan mana yang membuat obat macam ini?" tanya Hinata kesal entah pada siapa.
"Apakah diluar sana mereka sudah tahu tentang obat ini?" tanya Hinata pada Sasuke.
Sasuke adalah seorang anggota kepolisian yang diam-diam bekerja sama dengan Hinata. Hinata dan para temannya adalah orang-orang anti nakorba. Disini mereka selalu meneliti jenis-jenis nakorba yang menurut mereka berbahaya. meneliti bagaimana cara membuat mereka kembali normal ketika mereka kecanduan untuk menggunakan narkoba dengan efek yang menggilakan ini.
Tempat ini dibuka pertama kali karena kokain yang mulai berkeliaran satu setengah tahun lalu dan kemudian flakka delapan bulan lalu. Pemakaian obat flakka ini yang terus menggila dan melukai orang lain disekitar mereka dan kerena aparat yang bertanggung jawab atas hal ini selalu saja mengurusnya dengan sangat lambat. Itulah awal mengapa tempat ini didirikan secara diam-diam. Hinata dan yang lainnya sangat tidak ingin jika para pengguna nakorba semakin parah dan pada akhirnya melukai keluarga mereka. Itulah sebabnya mereka bekerja diam-diam dengan bantuan Sasuke dan Naruto, Mereka selalu dalam keadaan aman kerena kedua lelaki itu selalu membantu menutupi kecerobohan yang tak disengajai oleh mereka.
"Aku akan memeriksanya tapi sepertinya mereka tak tahu. Mereka selalu terlambat soal apapun. Mereka hanya ingin bersantai dan menerima uang." jawab Sasuke menebak.
"Mengapa para aparat sialan itu selalu menggangap remeh hal seperti ini? Apakah mereka telah lupa kejadian lima bulan lalu? Jika saja peluru tak bekerja, semua orang pasti telah mati!" ucap Hinata kesal.
"Aku tahu, itulah sebabnya aku disini." jawab Sasuke yang membuat Hinata menghela nafasnya.
"Sasuke, selalu pastikan jika tak ada satupun manusia sialan pemakan obat itu mendekati sekolahku." pinta Hinata yang langsung dibalas anggukan oleh Sasuke.
gedung ini. tempat dimana Sakura mengajar. tempat ini adalah sekolah yang didirikan ayah Hinata 10 tahun lalu tapi ayah Hinata menyerahkannya pada Hinata ketika umur Hinata mencapai 20 tahun tepatnya empat tahun lalu dan tanpa sepengetahuan ayahnya, Hinata diam-diam membuka tempat yang yang disebut lab ini di bawah tanah tepat bawah kantor kepala sekolah yang juga kantornya.
"Aku akan kembali besok untuk melihat apakah ada perubahan pada lelaki itu. Kau juga sebaiknya pergi, Sasuke." ucap Hinata sambil melepaskan sarung tangannya dan masker penutup hidung dan mulutnya yang kemudian melangkah keluar yang langsung diekori oleh Sasuke.
.
.
.
.
"Hinata, apakah kau masih tak mau mendengarkan saranku?" tanya seorang gadis berambut pink pada Hinata yang terduduk di seberang nya yang dipisahkan oleh sebuah meja.
"Apa saranmu Sakura?" tanya Hinata setelah ia membalikkan halaman buku ditangannya.
"Orang gila pemakan obat sialan itu! Mengapa kita tak langsung hancurkan saja kepala mereka maka semuanya beres." ucap Sakura kesal. Sakura sangat sangat benci dengan para pecandu Narkorba itu. Para pecandu sialan itu! Dengan obat sialan mereka!
Ayah Sakura meninggal tujuh bulan lalu karena seorang wanita pecandu obat flakka. Wanita itu yang tiba-tiba menyerang ayahnya dengan pisau, terus menikam ayahnya dan tertawa seolah sedang berhalusinasi. Sejak itu lah Sakura bergabung dengan Hinata. Sakura memang sudah mengenal Hinata dari awal kerena ia sudah menjadi guru di sekolah Sma Konoha ini selama 2 tahun tapi ia baru mengetahui kegiatan Hinata tujuh bulan lalu.
"Jika kau melakukan hal itu apa bedanya kau dengan mereka? Dan jika kita terus membunuh mereka secara terang-terangan, lama-kelamaan kita juga akan ketahuan. Jadi menurutku sebaiknya kita sedikit bereksperimen untuk membantu menormalkan mereka." jelas Hinata santai.
"Jangan lengah pada muridmu selalu, zaman sekarang sangat berbahaya. Aku takut jika para murid juga ada yang mengunakan narkoba. Mereka bisa melukai teman mereka sendiri." pinta Hinata waspada.
"Tidak tidak! Aku selalu menakuti mereka jadi mereka tak akan berani mencobanya tapi ada yang ingin kuketahui. Dari mana mereka menangkap lelaki dengan jenggot panjang-panjang itu?" tanya Sakura penasaran.
"Lelaki tadi? Mereka menangkapnya tak jauh dari sini. Kalau tak salah di pembuangan sampah disana." jawab Hinata.
"Pembuangan sampah? Hmm.. Itu masih berjarak beberapa ruko dari sini. Apakah mereka telah memastikan bahwa tak ada lagi orang gila(pecandu Narkoba) disana?" tanya Sakura berjaga-jaga. Mengapa para orang gila itu harus didekat sini?
"Aku sudah menyuruh mereka mencari lagi. Aku tak ingin mereka didekat sekolahku ini."
Sekolah ini memang bukan sekolah elit tapi cukup untuk dikatakan yang terbaik. Beasiswa murah tapi fasilitas nya tak kalah dengan sekolah elit, guru ramah dan akrab pada muridnya. gedung nya juga sangat enak untuk dilihat hanya sayangnya letakknya yang tak begitu bagus. Hinata tak tahu ilmu apa yang diberikan oleh guru-guru disini pada murid-murid mereka, hmm.. Hampir semua murid disini sangat ramah dan jinak atau lebih tepatnya mereka sangat tenang dan santai tapi masih tak bisa dipungkiri jika ada juga beberapa murid yang jauh dari kata ramah dan tenang.
"Kau tahu Hinata? Kadang-kadang aku sangat berharap jika orang gila itu akan berubah menjadi mayat hidup agar aku bisa menghajar mereka sesuka hatiku." ucap Sakura berharap dan masih dengan emosinya yang tertahan.
"Semoga kau juga mengharapkan mereka gampang di bunuh." jawab Hinata dengan senyum mengejeknya pada harapan gila Sakura. Tentu saja Sakura mengatakan ini hanya karena teringat pada ayahnya. Ia hanya bercanda.
.
Tok tok tok.. Pintu kantor Hinata yang diketuk dari luar.
"Masuk." pinta Hinata dan pintu itu pun terbuka. Menampilkan lima orang manusia yang melangkah menghampiri nya.
"Kami sudah menyelesaikannya." ucap salah satu orang dari kelima orang tadi.
"Jelaskan lebih rinci." pinta Hinata.
"Ternyata ditempat pembuangan sampah sana, tepatnya dipojokan paling dalam terdapat sebuah gudang kecil, mereka lebih dari 10 orang dan terlihat tengah menggerogoti sebuah plastik, seolah berusaha memakan plastik itu. aku tak tahu apa isi plastik itu tapi menurutku itu adalah barang yang sama pada lelaki tadi dan karena kami tak yakin bisa menangkap mereka, akhirnya kami putuskan untuk menyuntik mati mereka(pakai pistol). Awalnya mereka semakin agresif tapi setelah beberapa kali tembakan(suntikan) mereka mati." jelasnya.
"Hal yang sama terjadi tadi. Itu artinya awalnya mereka menjadi agresif dan pada akhirnya mereka akan mati. Apakah kalian benar-benar memastikan jika mereka sudah mati?" tanya Hinata waspada.
"Sudah. setelah mereka tak sadarkan diri(mati) kami menumpuk mereka dengan sampah-sampah, jadi kita hanya perlu menunggu para tukang sampah berkerja dan membakar sampah itu. Kurasa dengan begitu tak akan ada yang curiga. Kami juga sudah menggeledah gudang itu dan tak menemukan apapun, jika mereka memakan nakorba itu disana, mereka pasti sudah menghabiskannya."
"Apakah ada tanda-tanda yang mencurigakan dari pecandu nakorba itu?" tanya Hinata mendetail.
"Sebelum mereka mati, mereka memuntahkan darah serta mata, telinga dan hidung mereka berdarah tapi kurasa itu tak akan menjadi masalah kerena mereka benar-benar telah mati. Kurasa itu hanya efek karena obatnya(obat membunuh manusia) dicampur Narkoba baru itu."
"Bisa saja hal yang sama terjadi pada lelaki di lab itu dan itu artinya kita bisa membunuh mereka yang telah memakan narkoba jenis baru itu dengan suntikkan buatanku tapi harus dengan dosis berkali-kali lipat. Telepon Naruto dan Sasuke, suruh mereka untuk mencari tahu siapa yang menciptakan obat ini dan mengedarkannya." perintah Hinata yang langsung dibalas anggukan.
"Shikamaru, Gaara, Kiba, Lee dan Shino. Aku yakin kalian masih ingat dengan kejadian beberapa bulan lalu saat obat jenis flakka beredar. Selalu waspada pada murid-murid disini. Pastikan mereka selalu jauh dari barang yang bernama narkoba ataupun pecandunya." perintah Hinata waspada. Dunia benar-benar akan gila jika manusia terus menciptakan obat seperti itu hanya untuk kenikmatan tapi Narkoba jenis baru yang ia temui ini tak sebahaya narkoba flakka. Narkoba flakka, membuat para penggunanya selalu berhalusinasi dan ingin melukai orang lain tapi narkoba yang baru ini membuat mereka selalu ingin terus makan. (dinilai dari cerita Shikamaru dan lelaki di lab tadi)
"Haah~ semakin canggih nya sesuatu membuat segala sesuatu semakin mengerikan." pikir Hinata lelah ketika ia kembali mengingat Narkoba untuk penelitiannya yang berjejer rapi memenuhi rak besar nya di lab. Dimulai dari yang narkoba biasa hingga kini yang sudah sangat luar biasa. Dari yang awalnya hanya memabukkan, candu dan kini menggila dan semakin menggila.
.
.
.
.
.
.
"Hinata? Hari ini kau mengajar dikelas mana?" tanya Sakura ketika ia mensejajarkan dirinya pada Hinata yang masih melengkah menelusuri tangga menuju lantai tiga.
"3-1" jawab Hinata yang masih fokus pada acara jalannya.
"Ah! Aku tepat disebelahmu. Kalau begitu aku pergi dulu." jawab Sakura bersamaan dengan Hinata yang tiba di kelasnya sedangkan Sakura yang masih terus melangkah hingga tiba di kelas sebelah.
"Pagi sensei!/ pagi sensei!" sapa semua murid serentak ketika Hinata dan Sakura memasuki ruangan kelas.
"Pagi. Duduklah." ucap Hinata dan semua murid pun kembali mendudukan diri mereka.
"Aaarrgghh..! Hahahaha! Enak! Aargghahahaha!" suara yang berasal dari pojokan belakang kelas yang membuat Hinata menatapnya tapi tak kelihatan kerena dihalangi oleh bangku-bangku dan para murid.
"Siapa itu?" tanya Hinata sambil beranjak dari tempatnya, berusaha menghampiri suara tadi tapi seorang murid dibangku depan malah menahan tangannya.
"Jangan sensei, hari ini dia aneh sekali. Ia tiba-tiba berteriak, tertawa dan marah ketika kami mendekatinya. Aku bahkan tak tahu apa enak yang ia maksud." ucap gadis itu takut.
"Sensei akan memeriksanya." ucap Hinata kembali melangkah mendekati seorang lelaki dipojokan dengan dirinya yang terduduk menghadap ke dinding dan ia seolah berusaha memakan plastik?
"Konohamaru? Apa yang kau makan?" tanya Hinata pelan ketika dirinya berdiri di belakang Konohamaru.
"Aaahhahahaha..!" tawa Konohamaru ketika ia membalikkan badannya dengan mulutnya yang masih menempel plastik bening tadi.
!
"Dari mana kau mengambil ini!?" tanya Hinata terkejut sambil merebut plastik putih itu dari mulut Konohamaru tapi Konohamaru malah menerjangnya berusaha mengambil kembali barang tadi. Dengan sekali putaran Hinata berhasil mengunci kedua tangan Konohamaru ke punggungnya tapi Konohamaru tetap saja memberontak dan berteriak.
"Dari mana kau mendapat barang ini?" tanya Hinata lagi. Murid-murid didalam kelasnya yang mulai berkumpul menjadi satu dan mengamati kejadian.
"Milikku! Aarrgghh! Aarrgghhh!" Konohamaru yang terdengar marah. Ini pasti efek obat resif ini.(nama buatan sendiri agar gampang nyebutnya yang berasal dari egresif.)
"Pzztt.. Pzzztt.. Hinata, gawat! Gawat! Segerombolan orang gila yang dipenuhi pzzt darah tiba-tiba keluar dari kantormu dan mengerjar kami!" walkie talkie Hinata yang setia menempel di pinggangnya yang tiba-tiba berbunyi.
"Pzzt..! Kami menembak mereka beberapa kali tapi mereka pzzt masih bangkit dan mengejar kami! Pzzt!" suara Sasuke.
"Hinata? Apa kau dengar apa yang di katakan Kiba dan Sasuke?" Sakura dan dua guru lainnya dari kelas sebelah yang tiba-tiba muncul ke kelasnya setelah ia mendengar berita dari walkie talkie yang setia menempel di sisi Pinggangnya masing-masing. Bukan hanya Sakura maupun Hinata tapi semua guru dan orang-orang Hinata disekolah ini memilikinya, tujuannya hanya berjaga-jaga jika ada masalah disekolah ini dan juga semua walkie talkie ini selalu terhubung satu sama lain dan selalu aktif.
"Kalian! Pegang dia! Sensei akan melihat apa yang terjadi!" ucap Hinata mulai penasaran pada muridnya. Beberapa murid cowok yang telah mengunci tangan Konohamaru dan Hinata pun berlari keluar menghampiri dinding penghalang didekat kelasnya. Melihat ke arah lapangan.
Mata Hinata yang terbelak kaget ketika ia melihat Naruto, Sasuke, Lee, Kiba, Shikamaru dan Gaara tengah di kejar segerombolan orang yang kira-kira sebanyak 20 orang. Anehnya mereka belumuran darah dan terlihat seolah ingin membunuh orang yang mereka kejar.
Hinata yang langsung mencopot walkie talkie dari sisi pinggangnya dan mendekatkannya ke mulutnya. "Lantai tiga kelas 3-1. Kesini./ Para guru lain. Tutup semua jendela dan pintu! Pastikan semua murid aman dan jangan panik! Pzzt..!
"Baiklah!"
"Baiklah!"
Bamm.. Bamm.. Settt..
Bammm... Seett.. Settt..
"Sakura! Kalian semua juga! Suruh para murid untuk masuk! Tutup semua jendela dan pintu!" perintah Hinata dan mereka yang merasa terpanggil pun bergerak.
Bamm.. Sett.. Bamm.. Set.. Sett.. Bamm.
"Murid 3-1 tutup jendelanya dan tetap bersama. Sensei akan menutup pintunya setelah yang lain masuk jadi pastikan kalian tetap tenang dan menjauh dari pintu." perintah Hinata yang langsung berlari menuju ambang pintu.
"Dimana kalian!? pzzt..!"
"Lantai dua! Haah~! Pzzt"
"Dengarkan aku, lari yang kencang, dan beraturan. Bagi orang yang terakhir langsung tutup pintunya! Pastikan jika kalian baik-baik saja! Pzzt!" ucap Hinata yang berusaha tenang sambil memundurkan dirinya beberapa langkah.
Langkah-langkah kaki yang mulai mengema.. Para murid yang sudah berkumpul di pojokan kelas.
"Aaarrrgghh! Lepasaaarggh!"
"Pegang dia! Jangan sampai lepas!" teriak seorang gadis yang terus berusaha untuk tenang pada teman nya yang terlihat lelah memegangi Konohamaru yang terus memberontak. Mereka berusaha untuk tenang kerena mereka memang selalu diajari kesabaran dan ketenangan! Tapi untuk kali ini sepertinya pelajaran itu tak berguna karena yang mengajari mereka soal dont panic itu juga terlihat tak tenang sama sekali!
"Diam! Jangan panik kalian semua! Sensei jadi tak bisa berpikir!" teriak Hinata yang masih berusaha untuk tenang tapi gagal. Apa yang terjadi? Mengapa segerombolan orang itu terlihat menakutkan? Berdarah? Apa yang terjadi? Hinata tak bisa berpikir tapi yang jelas ia harus cepat bergerak! Lebih baik salah bergerak daripada celaka!
Katakan apapun! Pikirkan apapun! Lakukan apapun untuk beberapa kemungkinan yang terjadi! Tapi saat ini tak ada satu pun kemungkinan yang bisa Hinata pikirkan. Apa itu? Siapa mereka? Apa yang terjadi? Yang Hinata dapat saat ini hanyalah mereka berdarah dan terlihat garang jadi 'lari dan jangan panik' yang bisa Hinata katakan.
...
"Sasuke! Naruto! Cepat masuk! Kiba!" teriak Hinata ketika satu persatu orang mulai memasuki ruangan.
"Lee! Cepat! Gaara!" Shikamaru yang akhirnya masuk dan langsung menutup pintu itu dan menguncinya.
"Aarrgghh! Aarrgghh!"
Bamm..bamm..
"Diam.. Diam... Jangan bersuara." bisik Hinata pada muridnya yang terlihat panik dan hendak berteriak.
"Aarggh! Lepas! Aarrggh!"
"Tutup mulutnya." bisik seorang lelaki pada temannya yang langsung menyumbat mulut Konohamaru dengan sapu tangan yang ia dapat dari saku celananya.
"Aarrgghhh!"
"rrgghh!" pintu kayu itu yang terus terdorong dari luar dan ditahan mati-matian oleh Sasuke, Naruto,Kiba, Shikamaru, Lee dan Gaara.
"Sialan! Pzztt.. Pak security? Pak security? Zztt?" panggil Hinata lewat walkie talkie nya tapi tak ada jawaban.
"Sial, kita harus menutup gerbang sekolah sebelum orang-orang ini keluar dan mengacau diluar!" ucap Hinata kembali panik.
"Aku sudah menutupnya ketika aku berlari kesini!(pagar otomanis pakai remot)Aku tahu kau akan khawatir pada orang-orang diluar. Haah~ haah~ Aparat bekerja sangat lambat bukan? Ha?" ucap Naruto yang berusaha untuk tenang dan masih berusaha menahan pintu tadi agar tak terus terdorong apalagi rusak.
"Sen-sensei..." panggil seorang murid takut sambil menunjuk ke arah jendela yang tertutup kain biru yang terlihat tembus pandang di depannya. Terlihat beberapa orang yang sedang berjalan kesana dan kemari seolah mencari sesuatu.
"Jangan panik. Mereka akan pergi sebentar lagi." bisik Hinata berusaha menenangkan muridnya..
...
"Aaakkhhh..! Tolong!" suara teriakan yang berhasil mengagetkan semua orang dan pintu itu yang tiba-tiba berhenti terdorong, segerombolan orang yang dipenuhi darah itu berlari ke sebelah seolah menemukan sesuatu?
"Siapa itu? Pzzt!"
"Aaakkhh!/tolong!"
"Aaakkhh!"
"Apa yang terjadi? Pzzt!"
"Aarrgghh! Tolong!"
"aaaaaakkkhh!"
"Haaaaaa!/rrgghh!"
"tolong! Buka pintunya Sakura sens~ aarrghhh!"
"Pzzt! Sialan! Apa kalian membiarkan murid keluar dari kelasnya?!" tebak Hinata panik lewat walkie talkienya ketika ia mendengar banyaknya suara teriakan dari sebelah.
"Aargghhh!/ tolo~!"
"Sebelah ku! Pzztt!" ucap Sakura seolah syok. Murid-murid itu mengedor pintu kelasnya, meminta bantuan tapi ia hanya membeku tak bisa melakukan apapun.
"Aakkhh! Senseaakkhh!"
"Pzzt! Murid-murid itu tak mau menurut, mereka membuka pintunya dan pzztt mereka dimakan..darahnya pzzt.." sambung Sakura yang ternyata melihat dari remakan cctv dari ponselnya.
"Tolong!/ kyaahhh!"
"Jangan lagi membuka pintu dan tetap tenang! Jangan bersuara! Biarkan aku berpikir!" teriak Hinata dengan otaknya yang benar-benar blank. Sialan! Murid-muridnya mati! Ia bahkan tak bisa takut apalagi sedih! Otaknya yang berfokus sepenuhnya pada apa yang terjadi!?
"Jangan dulu menelepon polisi atau siapapun sebelum kita tahu apa yang sedang terjadi. Pagar gerbang sekolah ini sangat tinggi jadi tak mungkin mereka bisa keluar dan selama kita didalam kelas kita akan aman!" ucap Hinata yang sudah sangat panik hingga tangannya bergetar dan sambil mengigit kuku jari jempolnya. Ia terus menyuruh mereka jangan panik tapi ia lah yang sangat panik disini!
Hinata yang langsung mengeluarkan ponselnya dan mengecek satu persatu kelas dan seisi sekolahnya dengan rekaman cctv yang juga terhubung di ponselnya. Kelas lainnya masih aman, sedangkan kelas di sebelah kelas Sakura mengajar sudah dipenuhi oleh mayat yang dipenuhi oleh darah dan luka sobekan di badan mereka.
"Ini! Mengapa labnya hancur?!" ucap Hinata yang semakin panik. Apa yang terjadi? Bukan panik karena lab nya hancur tapi panik karena lab itu dipenuhi obat-obat narkoba berjenis-jenis macam...
"Pzzt..! Pak security nya bersama orang-orang itu.. Pzzt berdarah.. Pzzt kantin itu ada darah dan dilapangan.. Pzzt!" ucap Sakura yang masih mengamati rekaman cctv dari layar ponselnya.
Apa yang sedang terjadi?
Mengapa otak ini tak bekerja disaat-saat seperti ini!? Murid-muridnya mati! Mengapa otak ini masih tak berfungsi!?
"Sialan! Mengapa otak ini tak berfungsi! Tenang! Tenang! Tenang Hinata! Huuff! Hufff! Sialan! Tenang!" ucap Hinata yang terus berjalan mondar-mandir, berusaha menenangkan dirinya.
...
"Semuanya! Dengarkan aku!" pinta Hinata ketika ia kembali mengapai Walkie talkienya yang ia letakkan di mejanya tadi.
"Pzzt. Apa?"
"Katakan? pzzt!"
"Apa rencanamu? Pzzt!" sepertinya semua guru dari setiap kelas sudah fokus pada Hinata.
"Dengarkan aku, kalian semua pastikan jika kalian semua tetap didalam kelas. jangan membuka pintu dan jendela. Pastikan kalian tetap tenang! Aku akan memeriksa rekaman cctv malam tadi dan kita akan tahu apa yang akan terjadi dan dan kita bisa mengetahui dari mana mereka berasal dan situasi ini. Jadi kalian hanya perlu bersembunyi. Hanya untuk sesaat! Tolong aku! Cukup jangan panik!"
.
"Jika kalian panik maka situasinya akan semakin sulit..."
.
.
.
.
To be continue..
.
.
.
.
Maafkan aku harus meng up fic ini.. Hiks.. hikss.. Aku tak mampu mengabaikannya karena aku kepikiran untuk buat fic ini.. Hiks hikss.. Tapi moga kalian suka..
Bye bye.. Aku juga jarang buat ffn kayak gini jadi maaf kalau ga bagus
